Anda di halaman 1dari 6

PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

KOMISARIAT “BONGKAR” STIT AL-MUSLIHUUN


“Menumbuhkan Militansi Pergerakan Berlandaskan ASWAJA”
Sekretariat: Jl. Raya Gaprang No.03 Kanigoro Blitar. Tlp 085731956499
NO.45.PK.XI.v-04.02.B-1.04.2012
TOR
(TERM OF REFERENCE)

A.    DASAR PEMIKIRAN


Sepanjang sejarah  dunia, di bangsa manapun, keyakinan serta agama apapun, selalu ada orang-
orang unggul yang membimbing atau memimpin masyarakatnya ke arah yang lebih beradab,
lebih manusiawi, dan lebih maju secara budaya, sosial dan ekonomi. Ada dari mereka yang
tercatat dalam halaman-halaman buku sejarah, yang lain hanya terdapat dalam cerita lesan, dan
ada pula yang bahkan tidak diingat-diketahui oleh siapapun. Merekalah yang dinamakan
Pelopor.
Mahasiswa dipilih sebagai pelaku ataupun  subjek, karena  memiliki potensi yang besar sabagai
agent perubahan. Mahasiswa sebagai segmen pemuda yang tercerahkan dan memiliki
kemampuan iltelektual sekaligus sebagai orang yang memeiliki kemampuan logis dalam berifkir
sehingga dapat membedakan dan berimajinasi secara Progreesif. Mahasiswa memiliki kerakter
positif lainya, antar lain Idealisme dan Energik selain itu Mahasiswa masih belum terkotori oleh
kepentingan pribadi, juga belum terbebani oleh beban sejarah maupun beban posisi. Artinya
mahasiswa masih bebas menempatkan diri dan membangun jiwa yang Militan sesuai dengan
konsep pergerakan.
Berbicara tentang perubahan, tentunya akan muncul pertanyaan mengapa harus ada perubahan?
Melihat kondisi bangsa saat ini sangat memprihatinkan karena sangat jauh dari ideal. Tidak perlu
dipungkiri, bahwa mahasiswa saat ini sebagai wujud atau cermin masa yang akan datang yaitu 
melakukan bentuk revolusi yang riil, artinya pemudalah yang memegang cambuk pemerintahan
yang ideal, dinamis, bersih dari koruptor. Kondisi indonesia saat ini sangatlah jauh dari ideal,
Contoh yang jelas adalah kemerosotan moral, sekaligus perangkat birokrasi yang
mengeksploitasi uang negara demi kepentingan individu dan sekaligus memperkaya diri, oleh
karena itu tidak salah apabila ulama sering mengatakan, pemerintahan indonesia sekarang tidak
seperti halnya seperti pemerintahan jahiliyah modern.
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan organisasi tersesar diIndonesia
dengan jumlah anggota, kurang lebih 800.000 anggota dari berbagai perguruan tinggi yang
tersebar hampir 250 kota ataupun kabupaten, tentunya PMII semakin dikenal oleh lapisan
masyarakat. Sebagai organisasi terbesar, kontribusi dan eksistensi PMII dalam dinamika
perjalanan bangsa tentu tak perlu diragukan kembali.
Dengan adanya Pelatihan  Kader Dasar (PKD) diharapkan kader PMII  dapat menjadi kader
mujahid yang selalu beristiqamah, konsisten dan memposisikan diri sebagai pelopor pergerakan
sekaligus berkarakter militan dalam wadah pejuangan menuju Indonesia yang bermartabat
dengan berlandaskan nilai-nilai Aswaja.

B.    TUJUAN DAN TARGET


1. Tujuan
a.    Menumbuhkan kesadaran mahasiswa akan tenggung jawab sebagai Agen of Change.
b.    Mempertajam PMII sebagai wadah pergerakan mahasiswa dalam konteks ranah perjuangan
menuju Indonesia yang bermartabat
c.    Mencetak kader-kader mujahid yang berwawasan ala ahlussunah waljama’ah.
d.    Meningkatkan SDM / karakter mahasiswa yang memiliki intelektual dan kapasitas sesuai
dengan bidangnya
e.    Memperkuat mentalitas militan kader PMII
2. Target
a.    Terbentunya kesadaran mahasiswa akan tanggung jawab terhadap bangsa Indonesia.
b.    Tajamnya paradigma PMII sebagai wadah pergerakan mahasiswa dalam
   konteks kebangsaan dan keindonesiaan yang bermartabat.
c.    Terbentuknya kader-kader PMII yang mujahid yang berlandakan Aswaja
d.    Meningkatnya target mahasiswa yang memiliki intelektual dan profesional
e.    Terbetuknya mental kader militan.

C.    MATERI
    PARADIGMA PMII
    ASWAJA SEBAGAI MANHAJUL FIKR
    ISLAM SEBAGAI TEOLOGI PEMBEBASAN
    ANALISA SOSIAL (ANSOS)
    STRATEGI GERAKAN (STRATAG)
    MANAGEMEN AKSI

D.     WAKTU DAN TEMPAT


Adapun waktu dan tempat kegiatan
Hari        :  Jum’at sampai Minggu
Tanggal        :  20-22 april 2012
Tempat        :  Ngade Gogodeso Kanigoro Blitar

E.    PESERTA
    Mahasiswa STIT Al-muslihun
    Mahasiswa se-Blitar Raya
    Mahasiswa Sekarisidenan

F.     PENUTUP
Demikian TOR ini dibuat, semoga dapat menjadi bahan pertimbang dan motifasi kita semua,
sehingga terjalin kerjasama yang memberi manfaan demi terlaksananya kegiatan ini. Kami atas
nama segenap panitia PKD menyapaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya jika
ditemukan banyak kesalahan dan kekhilafan. Semoga Allah Swt senantiasa memberikan
kemudahan dan kelancaran atas segala usaha dan aktifitas yang kita lakukan,dan semoga amal
kebaikan dari semua pihak dalam kegiatan ini mendapatkan kemulyaan disisi Allah amin.
Blitar 03 April 2012
PANITIA PKD
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
KOMISARIAT “BONGKAR” STIT AL-MUSLIHUUN

M. SHOLIHUL MUHTADIN
Ketua panitia
   
M. RHOMDHONI
Sekretaris

Mengetahui
Pengurus komisariat” BONGKAR” Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia STIT Al-Muslihuun
Tlogo Blitar

SYAYID FAIZIN
Ketua Komisariat

ULASAN MATERI
I.    PARADIGMA PMII
A.    Tujuan
Peserta mampu memahami arti penting paradigma sebagai acuan gerakan dalam medan juang,
peserta nantinya diharapakan memiliki acuan gerakan dalam memperjuangkan nilai-nilai yang
diperjuangkan di dalam PMII.
B.    Pokok Bahasan
1.    Urgensi paradigma dalam organisasi gerakan.
2.    Refleksi paradigma arus balik masyarakat pinggiran.
3.    Paradigma Kritis Transormatif sebagai acuan gerakan
C.    Ringkasan
Paradigma merupakan sesuatu yang vital bagi pergerakan organisasi, karena paradigma
merupakan titik pijak dalam membangun dalam membangun konstruksi pemikiran dan cara
memandang persoalan yang termanifestasikan dalam sikap dan perilaku organisasi.
Paradigma Arus Balik Masyarakat Pinggiran muncul pada saat periode sahabat Muhaimin
Iskandar pada zaman orde baru merupakan arena subur bagi sikap perlawanan PMII terhadap
negara.
Pada periode sahabat Syaiful Bahri diperkenalkan Paradigma Kritis Transformatif tidak jauh
beda dengan paradigma sebelumnya, titik bedanya terletak pada pendalaman teoritik. Sementara
di lapangan terkonsentrasi pada aktifitas jalanan dan wacana kritis. Semangat perlawanan oposisi
baik dengan negara maupun dengan kapitalisme global.

II.    AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH SEBAGAI MANHAJUL FIKR


A.    Tujuan
Peserta memahami sejarah munculnya aswaja dan menempatkan aswaja sebagai metodologi
berfikir untuk memahami ajaran Islam. Dengan materi ini diharapkan peserta memiliki
pengetahuan dalam mendefinisikan pola keberagaman yang dipraktikkan PMII dan
pengembangannya dalam merumuskan keberagaman dalam  masyarakat luas.
B.    Pokok Bahasan
1.    Latar belakang sosio-politik dan sosio-kultural kemunculan ahlussunnah wal jama’ah.
2.    Latar belakang sosio-politik kekhalifahan Islam dalam proses pelembagaan madzhab.
3.    Ringkasan Ahalusssunnnah Wal Jama’ah sebagai doktrin.
4.    Ahlussunnah wal jama’ah sebagai Manhaj Al Fikr.
C.    Ringkasan
Secara konvensional, Aswaja dinisbatkan pada produk-produk hukum fiqih, pengamalan dan
pemikiran tasawuf dan teologi. Pada masa sekarang pemahaman Aswaja seperti itu semata
dinilai kurang relevan. Lebih relevan untuk mengkaji metode yang dipergunakan para Ulama’
salaf dalam merumuskan hukum fiqih atau pemikirannya. Sehingga bukan lagi kodifikasi produk
pemikiran, aswaja menjadi sebuah metode (manhaj) bagaimanapun para ulama’ salaf yang
menjadi rujukan Aswaja konvensional juga hidup dalam dalam setting sosio politik tertentu di
era kakhalifahan Islam, sebagai misal Hasan Al Bashri salah satu tokoh dalam rujukan Aswaja,
bahkan seluruh ulama’ fiqih dari empat madzhab wafat akibat konflik politik. Mempelajari latar
belakang dan konteks sosio-politik tersebut sangat membantu dalam memahami aswaja dalam
memahami Aswaja sebagai metode berfikir.
III.     ISLAM SEBAGAI TEOLOGI PEMBEBASAN
A.    Tujuan
Peserta memahami hakikat Islam sebagai pembebas dari pemberhalaan dunia. Dengan
pemahaman tersebut, peserta nantinya di harapkan mampu menempatkan diri sebagai kader atau
manusia bebas yang hanya tunduk dan takut kepada-Nya, tanpa meninggalkan urusan dunia
sebagai kenyataan atau medan gerakan yang harus di hadapi.
B.    Pokok Bahasan
1.    Islam sebagai teologi pembebasan, menelaah sari pemikiran Hassan Hanafi dan Ashghar Ali
Engineer.
2.    Prinsip dan implementasi prinsip amar ma’ruf nahi mun’kar dalam konteks pribadi dan
gerakan.
3.    Prinsip dan implementasi prinsip tauhid dalam konteks pribadi dan konteks gerakan.
4.    Menempatkan teologi sebagai kekuatan batin perjuangan dalam sebuah kenyataan empiris.
C.    Ringkasan
Islam hakikatnya adalah pempebas, agama yang membawa keselamatan bagi umat manusia.
Bahkan sebelum dikenal terminologi baru ‘teologi pembebas’, secara hakiki islam merupakan
teologi pembebas. Dalam perkenalan dengan terminologi baru tersebut, pengaruh teologi katolik
Amerika Lati sangat berpengaruh. Dikalangan islam peran Hassan Hanafi dan Asgor Ali
Engineer sangat penting. Asgoor misalnya membawa pemahaman bahwa Muhammad SAW
sesungguhnya membawa missi berpihak kepada kaum protelet. Sementara hasan Hanafi,
diantaranya, mengajak umat islam untuk melawan imperialisme. Bagi PMII, islam sebagai
teologi pembebasan difahami dari Tauhid. Lafadz laa ilaaha illa Alloh merupakan dasar pertama
pembebasan. Dengan berpangkal pada tauhid, maka tidak ada keterikatan mutlak antara manusia
dengan sesuatu yang bukan Dia, baik itu jabatan (posisi) atau benda-benda duniawi. Islam
sebagai Teologi pembebasan memiliki tiga makna, 1) pembebasan diri manusia dari belenggu
kekawatiran, ketakutan dan kesedihan yang muncul karena urusan duniawi: 2) pembebas diri
manusia dari belenggu dan keterikatan duniawi tanpa berarti menigggalkan kenyataan duniawi,
dan 3) pembebas umat manusia dari  cengkraman  dan penindasan yang dilakukan oleh sesama
mahkluk tuhan.

IV.    ANALISIS SOSIAL


A.    Tujuan
Peserta memiliki perangkat konseptual untuk memahami kenyataan masyarakat di tingkat lokal,
nasional dan global. Lebih dari itu peserta diharapkan mampu memahami karakter dan pola
sosial dalam kenyatan masyarakat sebagai pengetahuan dasar bagi mungkinnya sebuah gerakan.
B.    Pokok Bahasan
1.    Kenyataan sosial sebagai medan gerakan PMII.
2.    Prinsip-prinsip dan model analisis sosial.
3.    membaca kenyataan sosial sebagai medan gerakan PMII.
C.    Ringkasan
Analisis sosial merupakan upaya untuk memahami kenyataan masyarakat. Terdapat beberapa
pendekatan dalam analisis sosial.
1.    Pendekatan Konservatif, dalam pendekatan ini kenyataan ditandai oleh sifat manusia dan
hukum alam. Dalam pendekatan ini cenderung menyalahkan manusia.
2.    Pendekatan Liberal, melihat kenyataan sebagai proses linear yang selalu mengarah kepada
kemajuan. Sehingga setiap masalah di pandang sebagai kegagalan individu atau masyarakat
dalam mengakses fasilitas kemajuan.
3.    Pendekatan konflik, yang melihat bahwa kenyataan di tandai oleh pertentangan kelas.
Pendekatan ini melihat bahwa masalah timbul karena adanya penindasan struktural. Pendekatan
in cenderung merekomendasikan langkah perlawanan frontal, sebagaiaman sifat teoritik
Marxian.
4.    Pendekatan relasional, memandang kenyataan sebagai jejalin variabel. Dalam menganalisis
masalah pendekatan ini memandang secara holistik berbagai keterkaitan antar variabel, sebagai
misal mentalitas sosial dan individu tidak dapat di lepas dari proses kesejarahan yang lebih luas,
baik dalam skala ruang maupun waktu. Sehingga dalam penentuan gerakan, pendekatan
relasioanl lebih dahulu menetapkan strategi bagi sebuah keberhasilan jangka panjang.

V.     STRATEGI GERAKAN


A.    Tujuan
Peserta mampu menganalisa posisi strategisnya dan peserta mampu menyusun konsep gerakan
berdasarkan analisis tajam keadaan lokal. Dengan materi ini peserta diharapkan mampu
mengaplikasikan perjuangan dengan cara yang strategis, terukur dan tersistematis.
B.    RINGKASAN
PMII merupakan organisasi mahasiswa Islam. Status sebagai mahasiswa  (beragama) Islam
mengandung energi intelektualitas dan religius yang sangat kuat. Dasar strategi pengembangan
PMII dapat dirumuskan dalam empat besaran.
1)    Mengelaborasi kekuatan intelektualitas yang berbasis pada historisitas masyarakat
Indonesia.
2)    Penghayatan dan elaborasi keislaman dalam kenyataan masyarakat indonesia.
3)    Mengarahkan gerak dan seluruh kegiatan organisasi bagi pengembangan kapasitas kader dan
bagi kepentingan masyarakat Indonesia.
4)    Mengambil kepemimpinan atau berpartisipasi aktif dalam aktifitas-aktifitas yang bersifat
publik baik di level kampus (antar mahasiswa) maupun masyarakat non kampus.

VI.    MANAGEMEN AKSI

A.    TUJUAN
         Umumnya dilatarbelakangi oleh matinya jalur penyampaian aspirasi atau buntunya metode
dialog. Dalam trias politika, aspirasi rakyat diwakili oleh anggota legislatif. Namun dalam
kondisi pemerintahan yang korup, para legislator tak dapat memainkan perannya, sehingga
rakyat langsung mengambil jalan pintas dalam bentuk aksi. Aksi juga dilakukan dalam rangka
pembentukan opini atau mencari dukungan publik. Dengan demikian isu yang digulirkan
harapannya dapat menjadi snowball. Dari isu mahasiswa menjadi isu masyarakat kebanyakan,
seperti dalam kasus aksi menuntut mundur Soeharto.
B.    POKOK PEMBAHASAN
1.    Membahas hal-hal yang hsrus disiapkan sebelum aksi (pra aksi) ini penting untuk dilakukan
agar supaya segala sesuatunya terprogram secara sistematis.
2.    Membahas hal-hal yang harus dilakukan saat aksi, karena segala sesuatunya dapat berubah
ketika sudah dilapangan, oleh karena itu hal-hal tersebut dalam tahap yang kedua ini akan akan
dibahas.
3.    Membahas segala sesuatu tentang pasca aksi, hal ini termasuk bisa dikatakan sebagai
evaluasi dari keseluruhan aksi pada saat itu

C.    RINGKASAN
     Manajemen aksi: Pengertian Aksi (demontrasi) adalah suatu model pernyataan sikap,
penyuaraan pendapat, opini, atau tuntutan yang dilakukan dengan jumlah massa tertentu dan
dengan teknik tertentu agar mendapat perhatian dari pihak yang dituju tanpa menggunakan
mekanisme konvensional (birokrasi). Demonstrasi juga bertujuan untuk menekan pembuat
keputusan untuk melakukan sesuatu.

Anda mungkin juga menyukai