Anda di halaman 1dari 4

JAWABAN SOAL UAS PENGANTAR STUDY ISLAM

Nama : Toha Hasan Anwar

NIM : 20202000213

Prodi/SMT : MPI III

Matkul : Pengantar Studi Islam

1. Urgensi Studi Islam

Seiring berkembangnya zaman agama lantas tidak hanya berfungsi sebagai


penegasan terhadap doktrin semata namun agama juga harus mampu dipelajari secara
akademik. Sebagaimana yang dijelaskan Amin Abdullah bahwa fenomena
keberagamaan manusia tidak hanya dilihat dari sudut normativitas ajaran wahyu,
meskipun fenomena ini sampai kapanpun akan menjadi ciri khas daripada agama-
agama yang ada. Tetapi juga harus mampu dilihat dari sudut historisitas pemahaman
dan interpretasi orang-orang atau kelompok terhadap norma-norma ajaran agama yang
dipeluknya serta model-model amalan dan praktek-praktek ajaran agama yang
dilakukan.[6] Usaha mempelajari agama terutama Islam dalam keyataannya bukan
hanya dilaksanakan oleh kalangan umat Islam, melainkan juga dilaksanakan oleh
orang-orang di luar kalangan umat Islam. Studi keislaman dikalangan umat Islam
sendiri tentunya sangat berbeda tujuan dan motivasinya dengan yang dilakukan oleh
orang-orang diluar kalangan umat Islam.

Urgensi studi Islam dapat dipahami dan diuraikan sebagai berikut.

a) Munculnya Perbedaan Pandangan Antara Insider dan Outsider yang


Memerlukan Jalan Tengah.

Sebelum lebih jauh membahas problem insider dan outsider maka akan
dijelaskan terlebih dahulu mengenai pengertian insider dan outsider. Insider
adalah para pengkaji agama yang berasal dari agamanya sendiri (orang dalam).
Sedangkan outsider adalah para pengkaji non Muslim yang mempelajari Islam
dan menafsirkannya dalam berbagai analisis dan pembacaan dengan
metodologi tertentu (orang luar). Problem insider dan outsider muncul pasca
jatuhnya kejayaan Islam, lalu ilmu pengetahuan pindah ke Barat. Dari sini
orang-orang Barat kemudian mulai mempelajari Islam yang pada akhirnya
muncul kajian orientalisme. Pada saat itu studi Islam di Barat didorong oleh
kebutuhan akan kekuasaan koloni untuk belajar dan memahami masyarakat
yang mereka kuasai. Sehingga studi Islam di Barat juga perlu diuji.

b) Umat Islam Saat ini Berada dalam Kondisi Problematik

Seperti yang kita ketahui, saat ini umat Islam berada dalam posisi yang
terpinggirkan dan lemah dalam berbagai aspek kehidupan, sementara di sisi
lain dunia terus berkembang dengan modernisasinya. Dalam kondisi tersebut,
umat Islam dituntut untuk melakukan gerakan pemikiran yang diharapkan
dapat menghasilkan konsep pemikiran yang cemerlang untuk mampu bersaing
dengan perkembangan globalisasi.

c) Umat Manusia dan Peradabannya Berada dalam Suasana Problematis

Pesatnya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi


modern telah membuka era baru dalam perkembangan budaya dan peradaban
umat manusia. Dalam suasana seperti ini, tentunya umat manusia
membutuhkan aturan, nilai, dan norma serta pegangan hidup yang universal
dan diakui atau diterima oleh semua bangsa, demi terciptanya kemakmuran
dan kesejahteraan hidup dan kehidupan umat manusia.

2. Di Indonesia, Islam menyebar dengan damai. Tidak seperti di Timur Tengah, Afrika
Utara dan Asia Selatan, di mana penyebaran Islam berada di bawah kekuasaan sebagai
akibat dari penaklukan Arab," kata Dr Kersten, pria yang kini mengajar di Kings
College London, Inggris dan menulis sejarah Islam di Indonesia.

Batu nisan abad ke-13 dari seorang penguasa lokal, Sultan Malik al Salih,
ditemukan di Sumatera, sering dikutip sebagai penanda sejarah ketika Islam mulai
masuk ke wilayah tersebut. Salih, yang menguasai sebuah kerajaan di pulau paling
utara Indonesia di Sumatera, itu telah masuk Islam.

3. Kasus Al Maidah 51 adalah kasus yang terkenal di Indonesia yang melibatkan


Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (atau dikenal sebagai Ahok) setelah
pidato kontroversial di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu pada September 2016 yang
dengan cepat menyebar melalui kanal YouTube Pemprov DKI dan media sosial.

Pernyataan Ahok bahwa orang Indonesia tidak boleh dibohongi oleh orang-
orang yang menggunakan Surah Al-Ma'idah ayat 51 supaya tidak memilih non-
Muslim sebagai pemimpin mereka seketika menimbulkan kontroversi luas terutama
bagi kalangan masyarakat Muslim di Indonesia. Pernyataan kontroversial ini
melatarbelakangi dua aksi protes massa besar-besaran terhadap Ahok yakni Aksi 4
November dan Aksi 2 Desember (212) 2016 untuk menuntut penahanannya atas
tuduhan menista dan menghujat Al-Qur'an. Istilah "penista agama" pun menjadi
populer sejak kasus ini menjadi viral di publik.

4. Saya meyakini bahwa sejak awal agama Islam dipromosikan sebagai agama
pembebas, membebaskan manusia dari ketertindasan dengan mewujudkan nilai-nilai
kemanusiaan dan keadilan. Apabila kita menengok ke belakang saat kondisi Arab pra-
Islam dikenal dengan zaman jahiliyah, di mana perbudakan menjadi sistem sosial saat
itu. Perdagangan manusia, pelecehan seksual, pemerkosaan, pemukulan, dan
pembunuhan adalah sesuatu yang biasa dilakukan. Begitupun nasib perempuan, ketika
lahir kedunia dikubur hidup-hidup karena membut malu keluarga, dikawinkan
sebelum menstruasi dan dicerai, diperdagangkan, dijadikan jaminan hutang dan
diwariskan bak benda. Selain itu, perempuan juga hanya sekedar alat pemuas seksual
laki-laki saja bahkan menjadi simbol kehinaan.

5. Maksud dari Moderasi Beragama, Tujuan Moderasi Beragama, Perbedaan Moderasi


Beragama dan Moderasi Agama, dan Contoh Sikap Moderasi Beragama bagi Seorang
Mahasiswa adalah. :

a) Moderasi beragama adalah cara pandang dalam beragama secara moderat yakni
memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, baik ekstrem
kanan (pemahaman agama yang sangat kaku) maupun ekstrem kiri (pemahaman
agama yang sangat liberal)

b) Tujuan moderasi beragama, tak lain untuk menghadirkan keharmonisan di dalam


kehidupan kita sebagai sesama anak bangsa,

c) moderasi beragama dipahami sebagai komitmen bersama untuk menjaga


keseimbangan yang paripurna.

Setiap warga masyarakat apapun suku, etnis, budaya, agama, dan pilihan
politiknya harus saling belajar, melatih kemampuan mengelola dan mengatasi
perbedaan diantara mereka, ungkapnya. Masih banyak masyarakat awam, bahkan
toma, toga yang tidak memahami moderasi beragama.

"Moderasi beragama, bukan moderasi agama" Agama tidak perlu dimoderasi


karena agama itu sendiri telah mengajarkan prinsip moderasi, keadilan, dan
keseimbangan.

Jadi bukan agamanya yang harus dimoderasi melainkan cara pandang dan
sikap umat beragama dalam memahami dan menjalankan agamanya yang harus
moderasi. Tidak ada agama yang mengajarkan ekstrimis, tapi tidak sedikit orang
yang memaknai dan menjalankan ajaran agamanya secara ekstrem.

d) membangun citra sebagai manusia yang kamil dan umat yang khair secara pribadi
maupun kolektif yang bersedia dan mampu mengemban amanah : amar ma’ruf
nahi munkar dengan menumbuhkan karakter, menumbuh kembangkan sikap dan
perilaku sosial,

6. Moderasi merupakan sikap memilih jalan tengah, berusaha adil dan berimbang, dan
tidak berlebih-lebihan. Dengan demikian moderasi beragama dapat dipahami sebagai
cara pandang, sikap dan perilaku selalu mengambil poros di tengah-tengah, selalu
bertindak adil, dan tidak ekstrem dalam beragama.

Anda mungkin juga menyukai