Dengan berbagai latar belakang diatas maka K.H. Ahmad Dahlan mengambil inisiatif untuk
mendirikan muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912 M (8 Dzulhijjah 1330 H) di
Yogyakarta. Secara etimologis Muhmmadiyah dapat diartikan sebagai “pengikut Muhammad
SAW”, yang terdiri dari kata ‘Muhammad’ dan ‘ya nisbiyah’. Sehingga setiap orang yang
meyakini dan menjadi pengikut Muhammad SAW adalah orang muhammadiyah tanpa
dibatasi oleh ideologi golongan, bangsa, dan organisasi. Sementara secara terminology,
muhammadiyah adalah gerakan dawah amar ma’ruf nahi munkar berasas Islam dan
bersumber Al Qur’an dan sunnah demi terwujudnya baldhatun thaibatun warobbul ghofur,
yang bersumber pada QS. Ali Imron: 104.
Masa kegelapan Islam baru berakhir dan memperlihatkan tanda-tanda kebangkitan pada awal
abad ke-19. seiring dengan lahirnya tokoh-tokoh pembaharu islam dan berbagai gerakan
islam di dunia Arab. Pertama, gerakan muncul di Mesir dengan tiga tokoh, yaitu : Jamaluddin
Al Afghani ynag berkebangsaan Afghanistan dijuluki sebagai ‘tokoh Renaisance Islam’,
Muhammad Abduh yang berkebangsan Mesir bercita-cita terwujudnya kejayaan dan
kemuliaan ummat Islam di negeri mana pun, serta Rasyid Ridho dan Muhammad Iqbal.
Walaupun sebelum mereka sudah terlebih tumbuh benih-benih kebangkitan melalui tokoh-
tokoh seperti Ibnu Taimiyah dan Abdul Wahab dengan gerakan wahabi-nya (islam murni).
Mata rantai pembaharuan Islam di dunia Arab akhirnya pun melanda nusantara
melalui pemikiran para ulama yang belajar di Arab. Gerakan pebaharuan Islam yang
berkembang di Arab mengusung cita-cita mengembalikan Islam pada jalan sesungguhnya
dengan kembali pada Al-Qur’an dan Sunnah. Sebagai solusi keterbelakangan terhadap umat
Islam. Dengan kembali kepada sumber ajaran Islam yang sesungguhnya, yaitu Al-Qur’an dan
sunnah maka umat Islam di seluruh dunia bisa keluar dari perbedaan interpretasi ajaran yang
terpolar dengan beberapa aliran teologi yang menjadi sumber perpecahan ummat Islam.
Selain pengaruh gerakan di atas, ada beberapa sebab lahirnya muhammadiyah, antara
lain :
a. Keinginan dari KH. Ahmad Dahlan untuk mendirikan organisasi yang dapat dijadikan
sebagai alat perjuangan dan da’wah untuk menegakkan ammar ma’ruf nahi munkar
yang bersumber pada Al-Qur’an, Surat Ali Imron : 104 dan surat Al-Ma’un sebagai
sumber bagi gerakan sosial-praktis untuk mewujudkan gerakan tauhid.
b. Ketidakmurnian ajaran Islam yang dipahami oleh sebagian umat Islam Indonesia, sebagai
bentuk ‘adaptasi tidak tuntas’ antara tradisi islam dan tradisi lokal nusantara awal yang
bermuatan paham animisme dan dinamisme. Sehingga dalam prakteknya umat Islam di
Indoneia memperlihatkan hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam,
terutama yang berhubungan dengan prinsip aqidah Islam yang menolak segala bentuk
kemusryikan, taqlid, bid’ah dan khurafat. Sehingga purifikasi (pemurnian) ajaran
menjadi pilihan mutlak bagi umat Islam Indonesia.
b) Sinkretisme
Pertemuan Islam dengan budaya lokal disamping telah memperkaya khasanah budaya
Islam, pada sisi lainnya telah melahirkan format-format sinkretik, percampuradukkan
antara sistem kepercayaan asli masyarakat-budaya setempat. Sebagai proses budaya,
percampuradukkan budaya ini tidak dapat dihindari, namun kadang-kadang
menimbulkan persoalan ketika percampuradukkan itu menyimpang dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan dalam tinjauan aqidah Islam. Orang Jawa misalnya, meski
secara formal mengaku sebagai muslim, namun kepercayaan terhadap agama asli
mereka yang animistis tidak berubah. Kepercayaan terhadap roh-roh halus, pemujaan
arwah nenek moyang, takut pada yang angker, kuwalat dan sebagainya menyertai
kepercayaan orang Jawa. Islam, Hindu, Budha dan animisme hadir secara bersama-
sama dalam sistem kepercayaan mereka, yang dalam aqidah Islam banyak yang tidak
dapat dipertanggung jawabkan secara Tauhid.
b. Kolonialisme Belanda
Penjajahan Belanda telah membawa pengaruh yang sangat buruk bagi perkembangan
Islam di wilayah nusantara ini, baik secara sosial, politik, ekonomi maupun
kebudayaan. Ditambah dengan praktek politik Islam Pemerintah Hindia Belanda yang
secara sadar dan terencana ingin menjinakkan kekuatan Islam, semakin menyadarkan
umat Islam untuk melakukan perlawanan. Menyikapi hal ini, KH. Ahmad Dahlan
dengan mendirikan Muhammadiyah berupaya melakukan perlawanan terhadap
kekuatan penjajahan melalui pendekatan kultural, terutama upaya meningkatkan
kualitas sumber daya manusia melalui jalur pendidikan.
Identitas / hakikat Muhammadiyah adalah gerakan islam, dakhwah amar ma’ruf nahi munkar
dan tajdid, bersumber pada Al Qur’an dan Sunnah. Asas Nabi Muhammad adalah islam
sedangkan maksud dan tujuannya adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam
dalam mencapau maksud dan tujuan serta mewujudkan misi yang ideal tersebut
muhammadiyah melakukan usaha-usaha yang bersifat pokok , yang kemudian diwujudkan
dalam amal usaha, program dan kegiatan.
Langkah-langkah dakwah dan tajdid muhammadiyah tersebut tercermin dalam kepeloporan
mendirikan sekolah islam modern pelayanan kesehatan dan kesejahteraan dengan mendirikan
sekolah islam yang modern seperti saat ini, dan kesejahrteraan dengan menddirikan PKU
( penolong kesengsaraan Umat), penyantunan anak – anak yatim piatu dan miskin melalui
gerakan Al Ma’un dan mendobrak praktik dan pemikiran islam yang statis atau beku, dengan
ijtihad. Karena dalam masyarakat umum muhammadiyah lebih dikenal sebagai gerakan
pembaharuan (tajdid) bahkan tajdid sudah melekat dalam Muhammadiyah. Karena
kepeloporan dalam pembaharuan itu maka Muhammadiyah dikenal sebagai reformisme atau
lebih ke modernisasi islam.
Gerakan muhammadiyah yang berkarakter dakwah dan tajdid tersebut dilakukan
melalui system organisasi dan bersifat ekspansi ( penyebara luasan ). Kata-kata “waltakum
minkum ummatun” dalam Al Imran 104 merupakan pemaknaan baru mengenai kepentingan
menggerakkan islam melalui organisasi atau persyarikatan. Dari perjalanan awal
muhammadiyah tersebut maka jelas sekali karakter yang kuat persyarikatan, yaitu sebagai
gerakan islam yang menjalankan dakwah dan tajdid melalui system organisasi yang selalu
dinamis dan berkemajuan. Muhammadiyah telah hadir sebagai gerakan yang berpegang teguh
pada prinsi-prinsip islam yang kokoh berdasarkan Al Quran dan sunnah.
d. Keanggotaan Muhammadiyah
KEANGGOTAAN MUHAMMADIYAH
Keanggotaan muhammadiyah secara resmi diatur dalam anggaran dasar (ad)
muhammdiyah bab IV, pasal 8, ayat 1, dimana sebagai anggota muhammadiyah
terdiri atas : anggota biasa, anggotaluar biasa, dan anggota kehormatan
1. Anggota biasa harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
A. Warga Negara Indonesia beragama islam
B. Laki-laki atau perempuan berumur 17 tahun atau sudah menikah
C. Menyetujui maksud dan tujuan muhammadiyah
D. Berisi mendukung dan melaksanakan usaha-usaha muhammadiyah
E. Mendaftarkan diri dan membayar uang pangkal
2. Anggota luar biasa adalah seorang bukan warga Negara Indonesia, beragama
islam, setuju dengan maksud dan tujuan muhammadiyah serta bersedia mendukung
amal usahanya
3. Anggota kehoormatan adalah seseorang beragama islam, berjasa terhadap
muhammadiyah dan atau karena kewibawaan dan keahlian diperlukan atau bersedia
membantu muhammadiyah. Sebagai anggota muhammadiyah mempunyai hak dan
kewajiban yang diatur secara rinci dalam anggaran rumah tangga (ART)
Muhammadiyah pasal 4
e. KEORGANISASIAN MUHAMMADIYAH
Susunan dan penetapan organisasi muhammadiyah diatur dalam AD
muhammadiyah bab V pasal 9, terdiri atas :
1. Ranting (Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah, Pasal 5)
ialah kesatuan anggota dalam satu tempat atau kawasan yang terdiri atas sekurang-
kurangnya 15 orang yang berfungsi melakukan pembinaan dan pemberdayaan
anggota
Bentuk lambang:
Arti lambang:
1. Matahari merupakan titik pusat dalam tata surya dan merupakan sumber kekuatan
semua makluk hidup yang ada di bumi. Jika matahari menjadi kekuatan cikal bakal
biologis, muhammadiyah diharapkan dapat menjadi sumber kekuatan spiritual dengan
nilai-nilai islam yang berintikan dua kalimat syahadat;
2. Dua belas sinar matahari yang memancar ke seluruh penjuru diibaratkan sebagai
tekad dan semangat warga muhammadiyah dalam memperjuangkan islam, semangat
yang pantang mundur dan pantang menyerah seperti kaum hawai (sahabat nabi isa
yang berjumlah 12);
3. Warna putih pada seluruh gambar matahari melambangkan kesucian dan keikhlasan;
4. Warna hijau yang menjadi warna dasar melambangkan kedamaian dan kesejahteraan.
g. Ortom muhammadiyah
1. Aisyiyah
2. Pemuda Muhammadiyah
3. Nasyiyatul Aisyiyah
4. Ikatan Pelajar Muhammadiyah
5. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
6. Tapak Suci Putra Muhammadiyah
7. Hizbul Wathan
Gerakan Islam dijadikan sebagai ciri perjuangan Muhammdiyah sebagai telaah terhadap
QS Ali Imron : 104 serta 17 ayat Al-Qur’an lainnya yang didalamnya tergambar dengan
jelas asal-usul ruh, jiwa, nafas, semangat muhammadiyah dalam pengabdiannya kepada
Allah SWT. Segala hal yang dilakukan oleh muhammadiyah di segala bidang di atas
adalah semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam menuju
masyarakat utama yang rahmatan lil ‘alamin.
QS. Ali Imron: 104 menjadi khittah dan sumber strategi perjuangan muhammadiyah,
yakni dakwah (menyuruh amar ma’ruf nahi munkar, dengan masyarakat sebagai objek
perjuangannya). Dan semua amal usaha muhammadiyah merupakan media bagi
gerakan dakwah Islamiyah
Sifat tajdid yang dikenakan pada gerakan muhammadiyah sebenarnya tidaklah hanya
pada sebatas pengertian upaya memurnikan ajaran Islam dari berbagai penyimpangan
ajaran Islam, tetapi juga upaya Muhammadiyah untuk melakukan berbagai
pembaharuan tata cara pelaksanaan ajaran Islam, dalam realitas sosial kemasyarakatan,
dan lain sebagainya.
Dalam hubungannya dengan salah satu ciri muhammadiyah sebagai gerakan tajdid,
maka muhammadiyah dapat dinyatakan sebagai gerakan purifikasi dan gerakan dinamisasi.