Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat kolonial Belanda menjajah bumi nusantara, Pendidikan Islam telah


tersebar luas dalam wujud “pondok pesantren”, dimana islam diajarkan di
musholla/langgar/masjid. Sistem yang digunakan seperti sistem sorogan,
bandongan, dan wetonan. Sorogan adalah sistem pendidikan dimana secara
perorangan menghadap kyai dengan membawa kitab, kyai membacakan dan
mengartikan kemudian sang santri menirukannya. Bandongan atau Wetonan
adalah sang kyai membaca, mengartikan dan menjelaskan maksud teks dari kitab
tertentu namun sang santri hanya mendengarkan penjelasan dari sang kyai.

Sistem pendidikan semasa itu hanya berorientasi pada hafalan teks


semata, sehingga tidak merangsang santri untuk berdiskusi. Cabang ilmu agama
yang diajarkan sebatas Hadits dan Mustholah Hadist, Fiqih dan Usul Fiqih, Ilmu
Tauhid, Ilmu Tasawuf, Ilmu Mantiq, Ilmu Bahasa Arab. Ini berlangsung hingga
awal abad ke-20. Sudah barang tentu di sekolah Belanda para murid tidak
diperkenalkan pendidikan Islam sehingga menjadikan cara berfikir dan tingkah
laku mereka banyak yang menyimpang dari ajaran Islam.

Melihat kenyataan ini K.H Ahmad Dahlan beserta para tokoh bertekad
untuk memperbaharui pendidikan bagi umat Islam. Pembaharuan yang dimaksud
meliputi dua segi, yaitu segi cita-cita dan segi teknik. Segi cita-cita adalah untuk
membentuk manusia muslim yang berakhlaqul karimah, alim, luas pandangan
dan paham terhadap masalah keduniaan, cakap, serta bersedia berjuang untuk
kemajuan agama Islam. Sedang dari Segi teknik adalah lebih banyak
berhubungan dengan cara-cara penyelenggaraan pendidikan modern terutama
system/model pembelajaran yang diterapkan selama pelaksanaan pendidikan.

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini yang mana rumusan masalah
ini adalah sebagai patokan dalam penyusunan makalah, rumusan masalah yang
dijadikan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1) Apa Faktor perlunya gerakan Muhammadiyah di bidang pendidikan


2) Apa Pemikiran dan praksis pendidikan muhammadiyah
3) Apa saja Tantangan pendidikan muhammadiyah
4) Apa Majelis dikdasmen dan majelis dikti

1.3 Tujuan Makalah

Adupun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut :


1) Untuk mengetahui faktor perlunya gerakan Muhammadiyah di bidang
pendidikan
2) Untuk mengetahui pemikiran dan prkasis pendidikan Muhammadiyah
3) Untuk mengetahui Tantangan pendidikan Muhammadiyah
4) Untuk mengetahui Majelis Dikdasmen dan Majelis Dikti

BAB II

PEMBAHASAN

2
2.1 Faktor perlunya Muhammadiyah di Bidang Pendidikan

Ada dua sistem pendidikan yang berkembang di Indonesia yaitu


pendidikan Barat dan Pesantren. Pendidikan Barat hanya mengajarkan ilmu-ilmu
umum dan sudah memiliki metode dan kurikulum modern. Ilmu yang di ajarkan
sama dengan yang di ajarkan di dunia Barat dan lulusannya sudah memiliki
pemikiran maju. Sedangkan pendidikan model pesantren hanya mengajarkan
ilmu-ilmu agama seperti, fiqh, hadits, ilmu kalam, tasawuf dll. Yang menjauhkan
diri dari model pendidikan barat karena di anggap kafir dan tidak sesuai dengan
Islam. Sehingga secara sistematis karena doktrin pesantren yang sangat kuat jadi
menghasilkan lulusan yang menjauhi dari perkembangan modern.

Melihat hal ini KH. Ahmad Dahlan merasa prihatin dengan kondisi sosio
pendidikan yang ada. Sehingga beliau mengabil keputusan dengan membuat
lembaga pendidikan yang memadukan dua sistem tersebut. Diharapkan lulusan
nantinya selain memiliki pengetahuan dalam bidang umum tetapi tetap didasari
dengan ilmu agama.

Adapun faktor yang melatar belakangi mengapa perlu muhammadiyah di


bidang Pendidikan :

1) Faktor Internal (dari dalam diri umat Islam sendiri)


 Sikap Beragama Umat Islam
 Tradisionalisme
Pemahaman dan praktek Islam tradisionalisme ini ditandai
dengan pengukuhan yang kuat terhadap khasanah intelektual Islam masa
lalu dan menutup kemungkinan untuk melakukan ijtihad dan
pembaharuan – pembaharuan dalam bidang agama. Paham dan praktek
agama seperti ini mempersulit agenda umat untuk dapat beradaptasi
dengan perkembangan baru yang banyak datang dari luar (barat). Tidak
jarang, kegagalan dalam melakukan adaptasi itu termanifestasikan dalam
bentuk – bentuk sikap penolakan terhadap perubahan dan kemudian

3
berapologi terhadap kebenaran tradisional yang telah menjadi
pengalaman hidup selama ini.

 Sinkretisme
Pertemuan Islam dengan budaya lokal disanping telah
memperkaya khasanah budaya Islam, pada sisi lainnya telah melahirkan
format-format sinkretik, percampuradukkan antara sistem kepercayaan
asli masyarakat-masyarakat budaya setempat. Sebagai proses budaya,
percampuradukkan budaya ini tidak dapat dihindari, namun kadang –
kadang menimbulkan persoalan ketika percampuradukkan itu
menyimpang dan tidak dapat dipertanggungjawabkan dalam tinjauan
aqidah Islam. Orang Jawa misalnya, meski secara formal mengaku
sebagai muslim, namun kepercayaan terhadap agama asli mereka yang
animistik tidak berubah. Kepercayaan terhadap roh – roh halus,
pemujaan arwah nenek moyang, takut pada yang angker, kuwalat dan
sebagainya menyertai kepercayaan orang Jawa. Islam, Hindu, Budha,
dan animisme hadir secara bersama – sama dalam sistem kepercayaan
mereka, yang dalam aqidah Islam banyak yang tidak dapat
dipertanggung jawabkan secara Tauhid.

 Kelemahan Lembaga Pendidikan Islam

Lembaga pendidikan tradisional Islam, Pesantren, merupakan


siste pendidikan Islam yang khas Indonesia. Transformasi nilai – nilai
keIslamaan ke dalam pemahaman dan kesadran umat secara institusional
sangat berhutang budi pada lembaga ini. Namun terdapat kelemahan
dalam sistem pendidikan Pesantren yang menjadi kendala untuk
mempersiapkan kader – kader umat Islam yang dapat tumbuh dan
berkembang sesuai dengan zaman. Salah satu kelemahan itu terletak
pada mmateri pelajaran yang hanya mengajarkan pelajaran agama,
seperti Bahasa Arab, Tafsir, Hadist, Ilmu Kalam, Tasawuf dan ilmu
falak. Pesantren tidak mengajarkan materi – materi pendidikan umum
seperti ilmu hitung, biologi, kimia, fisika, ekonomi dan lain sebagainya,

4
yang justru sangat diperlukan bagi umat Islam untuk memahami
perkembangan zaman dan dalam rangka menunaikan tugas sebagai
khalikfah di muka bumi. Ketiadaan lembaga pendidikan yang
mengajarkan kedua materi inilah yang menjadi salah satu latar belakang
dan sebab kenapa K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah,
yakni untuk melayani kebutuhan umat terhadap ilmu pengetahuan yang
seimbang antara ilmu agama dan ilmu duniawi.

2) Faktor Eksternal
 Kristenisasi
Faktor eksternal yang paling banyak mempengaruhi
kelahiran Muhammadiyah adalah Kristenisasi, yakni kegiatan –
kegiatan yang terprogram dan sistematis untuk mengubah agama
penduduk asli, baik yang muslim maupun bukan, menjadi
Kristen. Kristenisasi ini mendapatkan peluang bahkan didukung
sepenuhnya oleh pemerintah Kolonialisme Belanda. Misi Kristen,
baik Katholik maupun Protestan di Indonesia, memiliki dasar hukum
yang kuat dalam Konstitusi Belanda. Bahkan kegiatan – kegiatan
Kristenisasi ini didukung dan dibantu dana – dana negara
Belanda. Efektifitas penyebaran agama Kristenisasi inilah yang
terutama menggugah K.H. Ahmad Dahlan untuk membentengi umat
Islam dari pemurtadan.

 Kolonialisme Belanda
Penjajahan Belanda telah membawa pengaruh yang sangat
buruk bagi perkembangan Islam di wilayah Nusantara ini, baik
secara sosial politik, ekonomi maupun kebudayaan. Ditambah
dengan praktek politik Islam Pemerintah Hindia Belanda yang secara
sadar dan terencana ingin menjinakkan kekuatan Islam, semakin
menyadarkan umat Islam untuk melakukan perlawanan. Menyikapi
hal ini, K.H. Ahmad Dahlan dengan mendirikan Muhammadiyah
berupaya melakukan perlawanan terhadap kekuatan penjajahan

5
melalui pendekatan kultural, terutama upaya meningkatkan kualitas
sumber daya manusia melalui jalur pendidikan.

2.2 Pemikiran dan Praktis Pendidikan Muhammadiyah

Sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar,


Muhammadiyah dituntut untuk mengkomunikasikan pesan dakwahnya dengan
menanamkan khazanah pengetahuan melalui jalur pendidikan. Secara umum
dapat dipastikan bahwa ciri khas lembaga pendidikan Muhammadiyah yang
tetap dipertahankan sampai saat adalah dimasukkannya mata pelajaran Al-Islam
Kemuhammadiyahan (AIK) di semua lembaga pendidikan (formal) milik
Muhammadiyah. Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang
memelopori pendidikan Islam modern. Salah satu latar belakang berdirinya
Muhammadiyah menurut Mukti Ali ialah ketidak efektifan lembaga pendidikan
agama pada waktu penjajahan Belanda, sehingga Muhammadiyah memelopori
pembaruan dengan jalan melakukan reformasi ajaran dan pendidikan Islam. Kini
pendidikan Muhammadiyah telah berkembang pesat dengan segala
kesuksesannya, tetapi masalah dan tantangan pun tidak kalah berat. Dalam
sejumlah hal bahkan dikritik kalah bersaing dengan pendidikan lain yang
unggul. Pendidikan AIK pun dipandang kurang menyentuh subtansi yang kaya
dan mencerahkan. Kritik apapun harus diterima untuk perbaikan dan
pembaharuan. Pendidikan Muhammadiyah merupakan bagian yang terintegrasi
dengan gerakan Muhammadiyah dan telah berusia sepanjang umur
Muhammadiyah.

Secara teoritik, ada tiga alasan mengapa pendidikan AIK perlu diajarkan :

 Mempelajari AIK pada dasarnya agar menjadi bangsa Indonesia yang


beragama Islam dan mempunyai alam fikiran modern/tajdid/dinamis.
 Memperkenalkan alam fikiran tajdid, dan diharapkan peserta didik dapat
tersentuh dan sekaligus mengamalkannya, dan.
 Perlunya etika/akhlak peserta didik yang menempuh pendidikan di lembaga
pendidikan Muhammadiyah

6
2.3. Tantangan yang Dihadapi Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan

2.3.1 Masalah Kualitas Pendidikan

Perkembangan amal usaha Muhammadiyah khususnya dalam bidang


pendidikan yang sangat pesat secara kuantitatif belum diimbangi peningkatan
kualitas yang sepadan, sehingga sampai batas tertentu kurang memiliki daya
saing yang tinggi, serta kurang memberikan sumbangan yang lebih luas dan
inovatif bagi pengembangan kemajuan umat dan bangsa.

Bahwa amal usaha Muhammadiyah dalam hal kualitas mengalami dua


masalah sekaligus, yaitu, pertama, terlambatnya pertumbuhan kualitas
dibandingkan dengan penambahan jumlah yang spektakuler, sehingga dalam
beberapa hal kalah bersaing dengan pihak lain. Kedua, tidak meratanya
pengembangan mutu lembaga pendidikan. Dalam sejumlah aspek banyak
disoroti kelemahan amal usaha khususnya di bidang pendidikan yang kurang
mampu menunjukkan daya saing di tingkat nasional apalagi internasional. Amal
usaha Muhammadiyah tidak mengalami proses inovasi yang merata dan
signifikan, sehingga cenderung berjalan di tempat, kendati beberapa lainnya
mulai bangkit mengembangkan ide-ide dan metode baru dalam peningkatan
kualitas dan keberadaan amal usaha Muhammadiyah.

Kedepan diperlukan peningkatan kualitas yang lebih inovatif, sehingga


amal usaha Muhammadiyah khususnya bidang pendidikan dapat lebih unggul
serta mampu mengemban misi dakwah dan tajdid Muhammadiyah. Dewasa ini
globalisasi sudah mulai menjadi permasalahan aktual pendidikan. Permasalahan
globalisasi dalam bidang pendidikan terutama menyangkut output pendidikan.
Seperti diketahui, di era globalisasi dewasa ini telah terjadi pergeseran
paradigma tentang keunggulan suatu Negara, dari keunggulan komparatif
(comperative advantage) kepada keunggulan kompetitif (competitive
advantage).

Keunggulam komparatif bertumpu pada kekayaan sumber daya alam,


sementara keunggulan kompetitif bertumpu pada pemilikan sumber daya

7
manusia (SDM) yang berkualitas artinya dalam konteks pergeseran paradigma
keunggulan tersebut, pendidikan nasional akan menghadapi situasi kompetitif
yang sangat tinggi, karena harus berhadapan dengan kekuatan pendidikan global.
Hal ini berkaitan erat dengan kenyataan bahwa globalisasi justru melahirkan
semangat cosmopolitantisme dimana anak-anak bangsa boleh jadi akan memilih
sekolahsekolah di luar negeri sebagai tempat pendidikan mereka, terutama jika
kondisisekolah-sekolah di dalam negeri secara kompetitif under-quality
(berkualitas rendah). Inilah salah satu dari sekian tantangan yang harus dihadapi
Muhammadiyah dalam bidang pendidikan.

2.3.2 Permasalahan Profesionalisme Guru

Salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan dan proses


pembelajaran adalah pendidik atau guru. Betapapun kemajuan taknologi telah
menyediakan berbagai ragam alat bantu untuk meningkatkan efektifitas proses
pembelajaran, namun posisi guru tidak sepenuhnya dapat tergantikan. Itu artinya
guru merupakan variable penting bagi keberhasilan pendidikan. Menurut
Suyanto, “Guru memiliki peluang yang amat besar untuk mengubah kondisi
seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi seorang yang pintar dan lancar
baca tulis yang kemudian akhirnya ia bisa menjadi tokoh kebanggaan komunitas
dan bangsanya”. Tetapi segera ditambahkan: “Guru yang demikian tentu bukan
guru sembarang guru. Ia pasti memiliki profesionalisme yang tinggi, sehingga
bisa “di ditiru”.

Itu artinya pekerjaan guru tidak bisa dijadikan sekedar sebagai usaha
sambilan, atau pekerjaan sebagai moon-lighter (usaha objekan). Namun
kenyataan dilapangan menunjukkan adanya guru terlebih-lebih guru honorer,
yang tidak berasal dari pendidikan guru, dan mereka memasuki pekerjaan
sebagai guru tanpa melalui system seleksi profesi. Singkatnya di dunia
pendidikan nasional ada banyak, untuk tidak mengatakan sangat banyak, guru

8
yang tidak profesioanal. Inilah salah satu permasalahan internal yang harus
menjadi “pekerjaan rumah” bagi pendidikan Muhammadiyah masa kini.

2.3.3 Masalah kebudayaan (Alkulturasi)

Kebudayaan yaitu suatu hasil budi daya manusia baik bersifat material
maupun mental spiritual dari bangsa itu sendiri ataupun dari bangsa lain. Suatu
perkembangan kebudayaan dalam abad moderen saat ini adalah tidak dapat
terhindar dari pengaruh kebudayan bangsa lain. Kondisi demikian menyebabkan
timbulnya proses alkulturasi yaitu pertukaran dan saling berbaurnya antara
kebudayaan yang satu dengan yang lainnya. Dari sinilah terdapat tantangan bagi
pendidikan-pendidikan islam yaitu dengan adanya alkulturasi tersebut maka
akan mudah masuk pengaruh negatif bagi kebudayaan, moral dan akhlak anak.
Oleh karena itu hal ini merupakan tantangan bagi pendidikan islam untuk
memfilter budaya-budaya yang negatif yang diakibatkan oleh pengaruh budaya-
budaya barat.

2.3.4 Permasalahan Strategi Pembelajaran

Menurut Suyanto era globalisasi dewasa ini mempunyai pengaruh yang sangat
signifikan terhadap pola pembelajaran yang mampu memberdayakan para
peserta didik. Tuntutan global telah mengubah paradigma pembelajaran dari
paradigma pembelajaran tradisional ke paradigma pembelajaran baru. Suyanto
menggambarkan paradigma pembelajaran sebagai berpusat pada guru,
menggunakan media tunggal, berlangsung secara terisolasi, interaksi guru-murid
berupa pemberian informasi dan pengajaran berbasis factual atau pengetahuan.
Dewasa ini terdapat tuntutan pergeseran paradigma pembelajaran dari model
tradisional ke arah model baru, namun kenyataannya menunjukkan praktek
pembelajaran lebih banyak menerapkan strategi pembelajaran tradisional dari
pembelajaran baru. Hal ini agaknya berkaitan erat dengan rendahnya
professionalisme guru.

9
2.3.5 Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Sebagimana telah kita sadari bersama bahwa dampak positif dari pada
kemajuan teknologi sampai kini, adalah bersifat fasilitatif (memudahkan).
Teknologi menawarkan berbagai kesantaian dan ketenangan yang semangkin
beragam.

Dampak negatif dari teknologi moderen telah mulai menampakan diri di


depan mata kita, yang pada prinsipnya melemahkan daya mental-spiritual / jiwa
yang sedang tumbuh berkembang dalam berbagai bentuk penampilannya.
Pengaruh negatif dari teknologi elektronik dan informatika dapat melemahkan
fungsi-fungsi kejiwaan lainya seperti kecerdasan pikiran, ingatan, kemauan dan
perasaan (emosi) diperlemah kemampuan aktualnya dengan alat-alat
teknologielektronis dan informatika seperti Komputer, foto copy dan sebagainya.
Alat-alat diatas dalam dunia pendidikan memang memiliki dua dampak yaitu
dampak positif dan juga dampak negatif. Misalnya pada pelajaran bahasa asing
anak didik tidak lagi harus mencari terjemah kata-kata asing dari kamus, tapi
sudah bisa lewat komputer penerjemah atau hanya mengcopy lewat internet. Nah
dari sinilah nampak jelas bahwa pengaruh teknologi dan informasi memiliki
dampak positif dan negatif.

2.3.6 Tantangan era globalisasi terhadap pendidikan agama Islam di antaranya,

krisis moral.

Melalui tayangan acara-acara di media elektronik dan media massa


lainnya, yang menyuguhkan pergaulan bebas, sex bebas, konsumsi alkohol dan

10
narkotika, perselingkuhan, pornografi, kekerasan, liar dan lain-lain. Hal ini akan
berimbas pada perbuatan negatif generasi muda seperti tawuran, pemerkosaan,
hamil di luar nikah, penjambretan, pencopetan, penodongan, pembunuhan oleh
pelajar, malas belajar dan tidak punya integritas dan krisis akhlaq lainnya.

2.3.7 Dampak negatif dari era globalisasi adalah krisis kepribadian.

Diera globalisasi sekarang ini, bangsa Indonesia sedang mengalami


sebuah perubahan yang besar disegala sektor. Ini dibuktikan dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat. Dengan kemajuan teknologi
dan informasi seperti televisi, komputer, internet, media cetak dan elektronik
mengakibatkan bangsa Indonesia dapat dengan mudah mengakses informasi
baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi juga dapat menimbulkan kemerosotan norma-norma
dalam kehidupan bermasyarakat, kebobokran akhlak (perilaku), serta bentuk
penyimpangan lainnya yang kini telah merebak dalam masyarakat Indonesia
khususnya generasi muda dalam hal ini pelajar atau mahasiswa. Mereka lebih
mementingkan urusan duniawi daripada urusan akhirat.

Dari semua bentuk penyimpangan ini membutuhkan suatu upaya yang


sangat serius untuk mengatasinya. Salah satu cara mengatasinya adalah melalui
pendidikan, dalam hal ini pendidikan kemuhammadiyahan. Dengan
kemuhammadiyahan dampak-dampak buruk dari kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi bisa di minimalisir.

Jadi ini dapat disimpulkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan


teknologi yang begitu cepat telah memberikan dampak-dampak bagi kehidupan
kita, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak tersebut
menyebabkan bangsa Indonesia melakukan banyak penyimpangan. Di dalam
pendidikan, kemuhammadiyahan adalah salah satu upaya yang diperlukan.
Kemuhammadiyahan berperan aktif untuk mengelola dan memanage

11
dampakdampak buruk yang disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi menjadi minimalisir.

2.4 Majelis Dikdasmen dan Majelis Dikti

2.4.1 Majelis pendidikan dasar dan menengah

Majelis ini lahir sejak masa k..h. Ahmad dahlan semula bersama urusan
sekolah “qismu argo” yang kemudian enjadi madrasah mu’ allimin dan
mualimat muhammadiyah. Majelis ini memikirkan kemajuan sarana
pendidikan administrasi , penggedungan, manajemen kurikulum.

majelis ini juga meikirkan generasi kader yang alim dan intelek , kader
pemipin bangsa yang handal, cukup penuh iman dan takwa bertanggung jawab
berguna bagi nusa dan bangsa.

 Tugas majelis pendidikan dasar dan menengas


a. Mengadakan pendidikan untuk membentuk tenaga
pendidikan pengajaran yang berjiwa muhamadiyah.
b. Mengusahakan alat kelengkapan pengajar dan pendidikan serta alat-alat
admistrasi.
c. Membuka sekolah / madrasah asrama di tempat yang strategis
d. Mengurus dan menyelenggarakan sekolah-sekolah teladan.

 Fungsi
a. Menanamkan kesadaran akan pentingnya pendidikan.
b. Memimpin dan membantu usaha cabang di dalam bidang pendidikan.
c. Mengusahakan bantuan dan fasilitas dari pemerintah dan badan–badan
lain.

2.4.2 Majelis pendidikan tinggi

Majelis ini membimdangi segala aktivitas yang menyakut pendidikan,


pengajaran dan kebudayaan. Sejak dari sekolah taman kanak-kanak sampai
perguruan tinggi. Majelis yang memikirkan kemajuan dan perkembangan
pendidikan pada umumnya, sejak dari sarana dan prasarana, murid ,guru, dan
penggedungan, admistrasi,kurikulum dan silabus nya. Majelis ini

12
memikirkan bagai mana mendidik generasi muda agar menjadi muslim yang
berakhlak mulia dan berguna bagi agama dan negara. Serta majelis ini di
gerakkan dalam mengisi terciptanya manusian yang penuh iman dan berilmu
atau istilah populernya terciptanya manusia yang alim ilmiyah dan ilmiyah yang
alim.

 Tugas majelis pendidikan tinggi


a. Mengembangkan kualitas dan kuantitas perguruan tinggi muhammadiyah
b. Menyelenggarakan aktivits penelitian dalam konteks pengembangan
persyaritan.
c. Membina ideology muhammadiyah.
d. Mengembangkan al islam muhammadiyah
e. Melakukan penelitian dan pengembangkan di bidang pendidikan tinggi.
 Fungsi
a. Pengembangan al-islam dan kemuhamadiyahan.
b. Perencanaan, pengorganasikan, pembinaan, dan pengawasan atas
pengolahan catur dhrama perguruan tinggi.
c. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga profesianal.
d. Pengembangan kualitas dan kuantitas perguruan tinggi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Muhammadiyah


adalah salah satu gerakan dakwah Islam yang berpengaruh dalam perkembangan
pendidikan di Indonesia. Salah satu buktinya Muhammadiyah membangun
pondok pesantren dengan sistem pembelajaran yang modern. Muhammadiyah
sampai saat ini tetap konsekuen untuk mencetak elit muslim terdidik lewat jalur
pendidikan.

Tantangan yang dihadapi Muhammadiyah diantaranya adalah Masalah


Kualitas Pendidikan, Permasalahan Profesionalisme Guru, Masalah kebudayaan

13
(alkulturasi), Permasalahan Strategi Pembelajaran, Masalah Kemajuan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, Tantangan era globalisasi terhadap pendidikan
agama Islam di antaranya, krisis moral, Dampak negatif dari era globalisasi
adalah krisis kepribadian. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
begitu cepat telah memberikan dampak-dampak bagi kehidupan kita, baik itu
dampak positif maupun dampak negatif. Dampak tersebut menyebabkan bangsa
Indonesia melakukan banyak penyimpangan. Di dalam pendidikan,
kemuhammadiyahan adalah salah satu upaya yang diperlukan.
Kemuhammadiyahan berperan aktif untuk mengelola dan memanage dampak-
dampak buruk yang disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
menjadi minimalisir.

DAFTAR PUSTAKA

 http://riyowansyah.blogspot.com/2015/10/makalah-gerakan-
muhammadiyah.html
 https://www.scribd.com/doc/313839193/AIK-II-Muhammadiyah-sbg-
Gerakan-Pendidikan-FK-KELOMPOK-7-pdf
 http://anakusniati.blogspot.com/2017/03/pengertian-fungsi-tugas-dan-
tujuan.html

14
15

Anda mungkin juga menyukai