Anda di halaman 1dari 14

COVER

MAKALAH AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN (AIK)

“KARAKTERISTIK GERAKAN MUHAMMADIYAH DALAM


BIDANG PENDIDIKAN”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK VI

MIFTAHUL JANNAH (105061104722)

ALIUL ABDULLAH (105061104922)

KELAS D

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

2022
i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Alhamdulillah tercurahkan atas kehadirat Allah Swt. Subhanahu wa Ta’ala
yang telah memberikan keberkahan dan Rahmatan Lil ‘Alamiin, olehnya tugas makalah dapat
terselesaikan dengan baik. Adapun judul makalah yaitu Karakteristik Gerakan
Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan makalah ini kami susun dengan tujuan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Al-Islam Kemuhammadiyahan (AIK).
Makalah ini telah disusun dengan baik, tetapi tim penulis menyadari bahwa makalah yang
di buat ini tidak akan selesai dengan tepat waktu serta lancar, tanpa adanya suatu bimbingan,
bantuan serta dorongan dari dosen mata kuliah bapak Dr. K.H. Abbas Baco Miro, Lc.M.A.
Penulis menyadari bahwa didalam makalah ini terdapat banyak kekurangan, maka penulis
meminta kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun.
Penulis mengharapkan agar makalah ini sebagai penambah wawasan kita sebagai calon
pendidik ataupun pendidik, sehingga mampu membuat kita sebagai seorang yang berpendidikan
patut untuk diteladani oleh para peserta didik. Aamiin yaa Rabbal ‘Alamiin.
Makassar, 5 Oktober 2022

Kelompok IV fnkfnf

ii
DAFTAR ISI

COVER .......................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 4

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 5

C. Tujuan Pembelajaran ............................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 6

A. Faktor yang melatar belakangi Gerakan Muhammadiyah di bidang Pendidikan 6

B. Cita-Cita Pendidikan Muhammadiyah ................................................................. 7

C. Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah .............................................................. 11

BAB III PENUTUP..................................................................................................... 13

A. Kesimpulan......................................................................................................... 13

B. Saran ................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia sangat dipengaruhi dan diwarnai oleh nilai-

nilai agama sehingga kehidupan beragama tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bangsa

Indonesia. Sebagai negara yang berdasarkan agama, pendidikan agama tidak dapat di abaikan

dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Umat beragama beserta lembaga-lembaga


keagamaan di Indonesia merupakan potensi besar dan sebagai modal dasar dalam pembangunan

mental spiritual bangsa dan merupakan potensi nasional untuk pembangunan fisik materil bangsa

Indonesia.

Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat

hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia.

Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan berkualitas,

individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya memunculkan kehidupan sosial

yang bermoral. Pendidikan jangan hanya dipandang sebagai suatu kewajiban. Tetapi juga harus
pandai merencanakan, mengorganisir, mengemas, melaksanakan serta mengevaluasi dan

menindak lanjuti secara bersinergi dan berkesinambungan.

Hubungan pendidikan islam dengan pendidikan nasional tidak dapat dipisahkan, karena

keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Suatu sistem pendidikan nasional harus

mementingkan masalah eksistensi umat manusia pada umumnya dan eksistensi bangsa Indonesia

khususnya dalam hubungan masa lalu, masa kini dan kemungkinan perkembangan masa depan

4
5

B. Rumusan Masalah

1. Apa faktor yang melatar belakangi Gerakan Muhammadiyah di bidang pendidikan?

2. Apa saja ciri-ciri pendidikan Muhammadiyah?

3. Bagaimana bentuk-bentuk dan model pendidikan Muhammadiyah?

4. Bagaimana pemikiran dan praksis pendidikan Muhammadiyah?

5. Apa saja tantangan dan revitalisasi pendidikan Muhammadiyah?

C. Tujuan Pembelajaran

1. Untuk memahami faktor yang melatar belakangi Gerakan Muhammadiyah di bidang pendidikan

2. Untuk memahami ciri-ciri pendidikan Muhammadiyah

3. Untuk memahami bentuk-bentuk dan model pendidikan Muhammadiyah


4. Untuk memahami pemikiran dan praksis pendidikan Muhammadiyah

5. Untuk memahami tantangan dan revitalisasi pendidikan Muhammadiyah


BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor yang melatar belakangi Gerakan Muhammadiyah di bidang Pendidikan

Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang mempelopori pendidikan Islam

modern. Salah satu latar belakang berdirinya Muhammadiyah menurut Mukti Ali ialah ketidak
efektifan lembaga pendidikan agama pada waktu penjajahan Belanda, sehingga Muhammadiyah

mempelopori pembaruan dengan jalan melakukan reformasi ajaran dan pendidikan Islam. Saat

kolonial Belanda menjajah bumi nusantara. Pendidikan Islam telah tersebar luas dalam wujud
“pondok pesantren”, dimana Islam diajarkan di mushollah langgar masjid. Sistem yang digunakan

seperti sIstem sorogan, bandongan, dan wetonan. Sorogan adalah sistem pendidikan dimana secara

perorangan menghadap kyai dengan membawa kitab dan mengartikan kemudian sang santri hanya

mendengarkan penjelasan dari semasa itu hanya berorientasi pada hafalan sang kyai.

Sistem pendidikan teks semata, sehingga tidak merangsang santri untuk berdiskusi. Cabang

ilmu agama yang diajarkan sebatas Hadits dan Mustholah Hadits, Fiqh dan Ushul Fiqh, Ilmu

Tajwid, Ilmu Tasawwuf, Ilmu Manthiq, dan ilmu Bahasa Arab. Ini berlangsung hingga awal abad
ke-20. Dalam sekolah Belanda para murid tidak diperkenalkan pendidikan Islam sehingga

menjadikan cara berfikir dan tingkah laku mereka banyak yang menyimpang dari ajaran Islam.

Melihat kenyataan ini K.H Ahmad Dahlan beserta para tokoh bertekad untuk memperbaharui

pendidikan bagi umat Islam. Pembaharuan yang dimaksud meliputi dua segi, yaitu segi cita-cita

dan segi teknik. Segi cita-cita adalah untuk membentuk manusia muslim yang berakhlaqul

karimah, alim, luas pandangan dan paham terhadap masalah keduniaan, cakap, serta bersedia

berjuang untuk kemajuan agama Islam. Sedang dari Segi teknik adalah lebih banyak berhubungan

dengan cara-cara penyelenggaraan pendidikan modern Kini pendidikan Muhammadiyah telah


berkembang pesat dengan segala kesuksesannya, tetapi masalah dan tantangan pun tidak kalah

6
7

berat. Pendidikan Muhammadiyah merupakan bagian yang terintegrasi dengan gerakan

Muhammadiyah dan telah berusia sepanjang umur Muhammadiyah.

B. Cita-Cita Pendidikan Muhammadiyah

Cita-cita pendidikan yang digagas Kyai Dahlan adalah lahirnya manusia-manusia baru

yang mampu tampil sebagai "ulama-intelek" atau "intelek-ulama", yaitu seorang muslim yang

memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani. Dalam rangka

mengintegrasikan kedua sistem pendidikan tersebut, Kyai Dahlan melakukan dua tindakan

sekaligus; memberi pelajaran agama di sekolah-sekolah Belanda yang sekuler, dan mendirikan
sekolah-sekolah sendiri dimana agama dan pengetahuan umum bersama-sama diajarkan. Kedua

tindakan itu sekarang sudah menjadi fenomena umum; yang pertama sudah diakomodir negara

dan yang kedua sudah banyak dilakukan oleh yayasan pendidikan Islam lain. Namun, ide Kyai

Dahlan tentang model pendidikan integralistik yang mampu melahirkan muslim ulama-intelek

masih terus dalam proses pencarian. Sistem pendidikan integralistik inilah sebenarnya warisan

yang musti kita eksplorasi terus sesuai dengan konteks ruang dan waktu, masalah teknik

pendidikan bisa berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pendidikan atau psikologi.

Dalam kelangsungan sekolah yang ia dirikan maka atas saran murid-muridnya K' Dahlan

akhirnya mendirikan persyarikatan Muhammadiyah tahun 1912. Metode pembelajaran yang


dikembangkan Kyai Dahlan bercorak kontekstual melalui proses penyadaran. Contoh klasik

adalah ketika Kyai menjelaskan surat al-Ma'un kepada santri-santrinya secara berulang-ulang

sampai santri itu menyadari bahwa surat itu menganjurkan supaya kita memperhatikan dan

menolong orang miskin, dan harus mengamalkan isinya.

Setelah santri-santri itu mengamalkan. perintah itu baru diganti surat berikutnya. Ada

semangat yang dikembangkan oleh pendidikan Muhammadiyah, yaitu bagaimana merumuskan

sistem pendidikan ala al-Ma'un sebagaimana dipraktekkan KH Ahmad Dahlan. Dalam konteks

pencarian pendidikan integralistik yang mampu memproduksi ulama-intelek-profesional, gagasan


Abdul Mukti Ali menarik disimak. Menurutnya, sistem pendidikan dan pengajaran agama Islam
8

di Indonesia ini yang paling baik adalah sistem pendidikan yang mengikuti sistem pondok

pesantren karena di dalamnya di resapi dengan suasana keagamaan, sedangkan sistem pengajaran

mengikuti sistem madrasah sekolah, jelasnya madrasah sekolah dalam pondok pesantren adalah

bentuk sistem pengajaran dan pendidikan agama Islam yang terbaik.

Dalam semangat yang sama belakangan ini sekolah-sekolah Islam tengah berpacu menuju

peningkatan mutu pendidikan. Salah satu model pendidikan terbaru adalah full day school, sekolah

sampai sore hari, tidak terkecuali di lingkungan Muhammadiyah. Satu dekade terakhir ini virus

sekolah unggul benar-benar menjangkiti seluruh warga Muhammadiyah.


Lembaga pendidikan Muhammadiyah mulai Taman Kanak- kanak (TI) hingga Perguruan Tinggi

(PT) berpacu dan berlomba-lomba untuk Muhammadiyah benar-benar mau membangun sekolah

universitas unggul maka harus ada pembaharuan untuk merumuskan bagaimana landasan
filosofis pendidikannya sehingga meletakkan secara tegas bagaimana posisi lembaga-lembaga

pendidikan Muhammadiyah dihadapan pendidikan nasional, dan kedudukannya yang strategis

sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fungsinya sebagai wahana dakwah

Islamiyah.

Orientasi filosofis ini jelas sangat membingungkan; apa harus mengikuti arus pendidikan

Nasional yang sejauh ini kebijakannya belum menuju pada garis yang jelas karena setiap materi

musti ganti kebijakan. Kalau memang memilih pada pengembangan iptek maka harus ada
keberanian memilih arah yang berbeda dengan kebijakan pemerintah. Model pondok gontor bisa

dijadikan alternatif, dengan bahasa dan kebebasan berpikir terbukti mampu mengantarkan peserta

didik menjadi manusia-manusia yang unggul.

Filsafat pendidikan memanifestasikan. Pandangan ke depan tentang generasi yang akan

dimunculkan. Filsafat yang dianut dan diyakini oleh Muhammadiyah adalah berdasarkan agama

Islam, maka sebagai konsekuensinya logika, Muhammadiyah berusaha dan selanjutnya

melandaskan filsafat pendidikan Muhammadiyah atas prinsip-prinsip filsafat yang diyakini dan

dianutnya. Sebagai gerakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi mungkar,


9

Muhammadiyah dituntut untuk mengkomunikasikan pesan dakwahnya dengan

menanamkan khazanah pengetahuan melalui jalur pendidikan. Secara umum dapat dipastikan

bahwa ciri khas lembaga pendidikan Muhammadiyah yang tetap dipertahankan sampai saat ini

adalah dimasukkannya mata pelajaran AIK/lsmuba disemua lembaga pendidikan (formal) milik

Muhammadiyah. Hal tersebut sebagai salah satu upaya Muhammadiyah agar setiap individu

senantiasa menyadari bahwa kendatipun jumlah umat islam mayoritas (88,2%) di Indonesia

namun kualitasnya cukup memprihatinkan dibanding umat lain.

Karena beberapa fakor seperti tidak mencerminkan homogenitas dalam kualitas tetapi
heterogenitas baik dalam kualitas, intensitas maupun paham-paham dan persepsi keagamaannya.

Selain itu, rendahnya kualitas sumber umat Islam juga melatar belakangi mengapa umat Islam

tidak memiliki peran yang setaraf dengan kuantitasnya. Menjawab tantangan yang dihadapi
Muhammadiyah bahwa kualitas lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah belum setara

dengan kuantitasnya yang senantiasa mengalami perkembangan yang spektakuler,

Muhammadiyah perlu melakukan upaya pengesahan dan penghidupan kembali. Muhammadiyah

sebagai gerakan pendidikan dan gerakan pengembangan pengelolaan. Dalam aspek filosofik,

Muhammadiyah perlu merumuskan kembali ide dasar pendidikan Muhammadiyah sebagai mantra

keimanan dan ketaqwaan yang tercermin dalam religious serta akhlak manusianya. Dalam aspek

kebijakan pengembangan dan pengelolaan, dilakukan dengan penyegaran dan perubahan orientasi
yang meliputi:

a) Dari orientasi status ke orientasi kompetensi

b) Dari orientasi Input ke output

c) Dari orientasi kekinian ke orientasi masa depan

d) Dari orientasi kuantitatif ke orientasi kualitatif

e) Dari orientasi kepemimpinan individu ke orientasi sistem

f) Dari orientasi ketergantungan ke orientasi kemandirian

g) Dari orientasi fisik ke orientasi nilai


10

Disamping itu perencanaan dan pengelolaan Muhammadiyah perlu dikembangkan dengan

wawasan keunggulan dengan memacu kreativitas di segala bidang seperti iptek, kewirausahaan,

seni dan sebagainya. Sehingga dapat meningkatkan daya saing umat dan bangsa dalam percaturan

Nasional dan bangsa. Menjawab tantangan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar maupun

yang berkaitan dengan sejauh mana sekolah-sekolah Muhammadiyah mampu mengaktualisasikan

misinya sebagai sekolah Islam ditengah perubahan dan globalisasi. Sehingga diperlukan proses

belajar yang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga membawa
siswa yang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga membawa

siswa menyadari kebesaran Allah Swt. itu semua barangkali dapat digunakan sebagai prinsip moral

dan peningkatan kualitas pendidikan Muhammadiyah bagi perkembangan kualitas sumber daya
manusia.

Tantangan Muhammadiyah yang kedua dalam bidang pendidikan adalah masalah

berkurangnya profesionalisme guru. Hal ini harus segera ditemukan solusinya oleh

Muhammadiyah untuk menghindari dampak negatif terhadap kualitas peserta didik dengan terus

meningkatkan kualitas sumber daya pendidik dan terus menanamkan etos keikhlasan kepada para

pendidik dalam lembaga pendidikan Muhammadiyah. Selanjutnya, Muhammadiyah sebagai

gerakan pendidikan juga harus mampu menghadapi perubahan dan arus globalisasi yang ada
terhadap kemungkinan dampak buruk yang bisa dialami peserta didiknya.

Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat maka

budaya asing akan dengan mudahnya masuk ke dalam kebudayaan Indonesia. Dengan pandangan

Islam yang berkemajuan, sumber daya manusia yang berkualitas, kepercayaan masyarakat yang

cukup tinggi, pengalaman social yang panjang, dan modal social yang luar biasa Muhammadiyah

akan mampu menjadi kekuatan pencerahan di negeri ini. Kini dalam memasuki perjalanan abad

kedua tututannya ialah bagaimana segenap anggota terutama kader pimpinan Muhammadiyah,

memanfaatkan dan memobilisasi seluruh potensi dan system gerakannya untuk tampil menjadi
gerakan Islam modern yang unggul di segala lapangan kehidupan salah satunya adalah untuk terus
11

melakukan pengembangan dan perbaikan dalam bidang pendidikan. Transformasi di bidang

pemikiran, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan usaha-usaha lain yang bersifat unggul dan

terobosan, Muhammadiyah dituntut untuk terus berkiprah dengan inovatif. Pembaruan gelombang

kedua menjadi keniscayaan bagi Muhammadiyah dalam memasuki fase itu.

C. Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah

Sutrisno (2008: 2-3) menjelaskan bahwa dampak berkembangnya dikotomi keilmuan telah

melahirkan sistem Islam yang mandul dan tidak berdaya. Pendidikan Muhammadiyah selalu

merespon perkembangan zaman. Kesadaran akan keringnya Islamic Value dan dikotomi ilmu
dalam pendidikan menjadi sorotan Muhammadiyah. Banyaknya amal usaha dalam bidang

pendidikan menuntut pembaruan pendidikan Muhammadiyah yang lebih objektif, dalam arti

mampu menyatu dalam kehidupan sosial masyarakat. Mohammad Ali (2010:XIX) menjelaskan,

jika pada tahun 1990an madrasah mengalami modernisasi, pada kurun tersebut sekolah mengalami

gejala spiritualisasi. Modernisasi bersifat top-down, sebaliknya spiritualsisai bersifat bottom-up.

Spiritualisasi sekolah dipelopori pendidikan Muhammadiyah yang menerapkan sistem

pembaharuan dalam pendidikan.

Konsep pendidikan Muhammadiyah yang integrative-interkonektif mengajarkan keilmuan

agama dan umum sekaligus, menjadi ciri khas pendidikan Muhammadiyah. Ciri khas ini yang akan
menjadi ikon pendidikan Muhammadiyah, sekaligus menjadi oase dalam kekeringan ruh spiritual

dalam pendidikan. Dalam kurikulum ISMUBA Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah DIY

(Dikdasmen PWM DIY, 2012:II), pendidikan Muhammadiyah memiliki empat fungsi, yaitu:

pertama sebagai sarana pendidikan dan pencerdasa, kedua, pelayanan masyarakat, dakwah amar

ma’ruf nahi mungkar dan ketiga, lahan kaderisasi.

Dengan adanya fungsi-fungsi tersebut, sekolah dan madrasah Muhammadiyah di desain

dan diorientasikan untuk memberikan pelayanan dan peningkatan kualitas lulusan yang unggul

dalam kepribadian, keagamaan, keilmuan, keterampilan, berkarya seni-budaya dan berdaya saing
tinggi, baik di tingkat lokal, Nasional maupun global. Mengacu pada tujuan pendidikan
12

Muhammadiyah yaitu, pendidikan, pelayanan, dakwah, dan pengkaderan. Paradigma pendidik

dalam lembaga pendidikan Muhammadiyah harus disatukan visi-misi pendidikan Muhammadiyah

harus di internalisasikan. Paradigma itu membentuk kerangka berpikir dan kesadaran penting lain

yaitu misi pengkaderan dan dakwah yang menjadi kewajiban masing-masing pendidik di

Muhammadiyah untuk melaksanakan misi tersebut. Misi pendidikan Muhammadiyah tersebut

sekaligus menjadi solusi dan respon tentang keringnya ruh keagamaan dalam pendidikan.

Muhammadiyah memiliki ciri khas yaitu pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyan. Dua hal itu

menjadi ciri khas sekaligus solusi dalam mengisi kekeringan ruh spiritual dalam pendidikan, baik
pada pendidikan dasar dan menengah maupun pada pendidikan tinggi di Muhammadiyah. Semua

AUM pendidikan harus melaksanakan pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan sebagai

pondasinya. Sehingga empat peran dan misi pendidikan Muhammadiyah dapat berjalan seperti
yang di cita-citakan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Muhammadiyah sebagai organisasi Islam sejak awal berdiri memiliki komitmen yang

teguh dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui jalur pendidikan, hingga saat ini lembaga

pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah terus berkembang dan bertambah baik secara kuantitas

maupun kualitas, walaupun di sisi lain tidak dapat dipungkiri ada lembaga pendidikan

Muhammadiyah yang mengalami keterpurukan bahkan ada yang tutup. Hal ini merupakan
dinamika lembaga pendidikan yang dimiliki oleh Muhammadiyah.

Manajemen yang selama ini berlaku di Muhammadiyah justru membuat para perintis

lembaga pendidikan di Muhammadiyah bersemangat untuk berkompetensi secara positif,

walaupun demikian, menurut hemat penulis manajemen yang sekarang berlaku membutuhkan

evaluasi secara mendalam untuk meningkatkan mutu pendidikan Muhammadiyah secara umum.

B. Saran

Setelah makalah ini dibaca penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari seluruh pembaca agar pembuatan makalah selanjutnya akan lebih baik, dan kami

mengharapkan agar kita semua dapat memahami pembelajaran dalam makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Mulkhan, Abdul Munir. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah.Jakarta: Bumi

Aksara.1990. Amir Hamzah Wirjosukarto, 1985.

Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam, Jember:Mutiara Offset.Zubair, Achmad

Charris.2000.

Peningkatan Kualitas Pendidikan Muhammadiyah. PP Muhammadiyah: Majelis Tarjih dan

pengembangan Pemikiran Islam.

https://www.academia.edu/36730889/_Muhammadiyah_Sebagai_Gerakan_Pendidikan_PAI_A_
SMT_4_PROGRAM_STUDI_PENDIDIKAN_AGAMA_ISLAM_FAKULTAS_AGAM

A_ISLAM

14

Anda mungkin juga menyukai