DISUSUN OLEH
KELOMPOK VI
KELAS D
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Alhamdulillah tercurahkan atas kehadirat Allah Swt. Subhanahu wa Ta’ala
yang telah memberikan keberkahan dan Rahmatan Lil ‘Alamiin, olehnya tugas makalah dapat
terselesaikan dengan baik. Adapun judul makalah yaitu Karakteristik Gerakan
Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan makalah ini kami susun dengan tujuan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Al-Islam Kemuhammadiyahan (AIK).
Makalah ini telah disusun dengan baik, tetapi tim penulis menyadari bahwa makalah yang
di buat ini tidak akan selesai dengan tepat waktu serta lancar, tanpa adanya suatu bimbingan,
bantuan serta dorongan dari dosen mata kuliah bapak Dr. K.H. Abbas Baco Miro, Lc.M.A.
Penulis menyadari bahwa didalam makalah ini terdapat banyak kekurangan, maka penulis
meminta kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun.
Penulis mengharapkan agar makalah ini sebagai penambah wawasan kita sebagai calon
pendidik ataupun pendidik, sehingga mampu membuat kita sebagai seorang yang berpendidikan
patut untuk diteladani oleh para peserta didik. Aamiin yaa Rabbal ‘Alamiin.
Makassar, 5 Oktober 2022
Kelompok IV fnkfnf
ii
DAFTAR ISI
COVER .......................................................................................................................... i
A. Kesimpulan......................................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................................... 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia sangat dipengaruhi dan diwarnai oleh nilai-
nilai agama sehingga kehidupan beragama tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bangsa
Indonesia. Sebagai negara yang berdasarkan agama, pendidikan agama tidak dapat di abaikan
mental spiritual bangsa dan merupakan potensi nasional untuk pembangunan fisik materil bangsa
Indonesia.
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus
dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat
hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia.
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan berkualitas,
individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya memunculkan kehidupan sosial
yang bermoral. Pendidikan jangan hanya dipandang sebagai suatu kewajiban. Tetapi juga harus
pandai merencanakan, mengorganisir, mengemas, melaksanakan serta mengevaluasi dan
Hubungan pendidikan islam dengan pendidikan nasional tidak dapat dipisahkan, karena
keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Suatu sistem pendidikan nasional harus
mementingkan masalah eksistensi umat manusia pada umumnya dan eksistensi bangsa Indonesia
khususnya dalam hubungan masa lalu, masa kini dan kemungkinan perkembangan masa depan
4
5
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk memahami faktor yang melatar belakangi Gerakan Muhammadiyah di bidang pendidikan
PEMBAHASAN
modern. Salah satu latar belakang berdirinya Muhammadiyah menurut Mukti Ali ialah ketidak
efektifan lembaga pendidikan agama pada waktu penjajahan Belanda, sehingga Muhammadiyah
mempelopori pembaruan dengan jalan melakukan reformasi ajaran dan pendidikan Islam. Saat
kolonial Belanda menjajah bumi nusantara. Pendidikan Islam telah tersebar luas dalam wujud
“pondok pesantren”, dimana Islam diajarkan di mushollah langgar masjid. Sistem yang digunakan
seperti sIstem sorogan, bandongan, dan wetonan. Sorogan adalah sistem pendidikan dimana secara
perorangan menghadap kyai dengan membawa kitab dan mengartikan kemudian sang santri hanya
mendengarkan penjelasan dari semasa itu hanya berorientasi pada hafalan sang kyai.
Sistem pendidikan teks semata, sehingga tidak merangsang santri untuk berdiskusi. Cabang
ilmu agama yang diajarkan sebatas Hadits dan Mustholah Hadits, Fiqh dan Ushul Fiqh, Ilmu
Tajwid, Ilmu Tasawwuf, Ilmu Manthiq, dan ilmu Bahasa Arab. Ini berlangsung hingga awal abad
ke-20. Dalam sekolah Belanda para murid tidak diperkenalkan pendidikan Islam sehingga
menjadikan cara berfikir dan tingkah laku mereka banyak yang menyimpang dari ajaran Islam.
Melihat kenyataan ini K.H Ahmad Dahlan beserta para tokoh bertekad untuk memperbaharui
pendidikan bagi umat Islam. Pembaharuan yang dimaksud meliputi dua segi, yaitu segi cita-cita
dan segi teknik. Segi cita-cita adalah untuk membentuk manusia muslim yang berakhlaqul
karimah, alim, luas pandangan dan paham terhadap masalah keduniaan, cakap, serta bersedia
berjuang untuk kemajuan agama Islam. Sedang dari Segi teknik adalah lebih banyak berhubungan
6
7
Cita-cita pendidikan yang digagas Kyai Dahlan adalah lahirnya manusia-manusia baru
yang mampu tampil sebagai "ulama-intelek" atau "intelek-ulama", yaitu seorang muslim yang
memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani. Dalam rangka
mengintegrasikan kedua sistem pendidikan tersebut, Kyai Dahlan melakukan dua tindakan
sekaligus; memberi pelajaran agama di sekolah-sekolah Belanda yang sekuler, dan mendirikan
sekolah-sekolah sendiri dimana agama dan pengetahuan umum bersama-sama diajarkan. Kedua
tindakan itu sekarang sudah menjadi fenomena umum; yang pertama sudah diakomodir negara
dan yang kedua sudah banyak dilakukan oleh yayasan pendidikan Islam lain. Namun, ide Kyai
Dahlan tentang model pendidikan integralistik yang mampu melahirkan muslim ulama-intelek
masih terus dalam proses pencarian. Sistem pendidikan integralistik inilah sebenarnya warisan
yang musti kita eksplorasi terus sesuai dengan konteks ruang dan waktu, masalah teknik
pendidikan bisa berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pendidikan atau psikologi.
Dalam kelangsungan sekolah yang ia dirikan maka atas saran murid-muridnya K' Dahlan
adalah ketika Kyai menjelaskan surat al-Ma'un kepada santri-santrinya secara berulang-ulang
sampai santri itu menyadari bahwa surat itu menganjurkan supaya kita memperhatikan dan
Setelah santri-santri itu mengamalkan. perintah itu baru diganti surat berikutnya. Ada
sistem pendidikan ala al-Ma'un sebagaimana dipraktekkan KH Ahmad Dahlan. Dalam konteks
di Indonesia ini yang paling baik adalah sistem pendidikan yang mengikuti sistem pondok
pesantren karena di dalamnya di resapi dengan suasana keagamaan, sedangkan sistem pengajaran
mengikuti sistem madrasah sekolah, jelasnya madrasah sekolah dalam pondok pesantren adalah
Dalam semangat yang sama belakangan ini sekolah-sekolah Islam tengah berpacu menuju
peningkatan mutu pendidikan. Salah satu model pendidikan terbaru adalah full day school, sekolah
sampai sore hari, tidak terkecuali di lingkungan Muhammadiyah. Satu dekade terakhir ini virus
(PT) berpacu dan berlomba-lomba untuk Muhammadiyah benar-benar mau membangun sekolah
universitas unggul maka harus ada pembaharuan untuk merumuskan bagaimana landasan
filosofis pendidikannya sehingga meletakkan secara tegas bagaimana posisi lembaga-lembaga
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fungsinya sebagai wahana dakwah
Islamiyah.
Orientasi filosofis ini jelas sangat membingungkan; apa harus mengikuti arus pendidikan
Nasional yang sejauh ini kebijakannya belum menuju pada garis yang jelas karena setiap materi
musti ganti kebijakan. Kalau memang memilih pada pengembangan iptek maka harus ada
keberanian memilih arah yang berbeda dengan kebijakan pemerintah. Model pondok gontor bisa
dijadikan alternatif, dengan bahasa dan kebebasan berpikir terbukti mampu mengantarkan peserta
dimunculkan. Filsafat yang dianut dan diyakini oleh Muhammadiyah adalah berdasarkan agama
melandaskan filsafat pendidikan Muhammadiyah atas prinsip-prinsip filsafat yang diyakini dan
menanamkan khazanah pengetahuan melalui jalur pendidikan. Secara umum dapat dipastikan
bahwa ciri khas lembaga pendidikan Muhammadiyah yang tetap dipertahankan sampai saat ini
adalah dimasukkannya mata pelajaran AIK/lsmuba disemua lembaga pendidikan (formal) milik
Muhammadiyah. Hal tersebut sebagai salah satu upaya Muhammadiyah agar setiap individu
senantiasa menyadari bahwa kendatipun jumlah umat islam mayoritas (88,2%) di Indonesia
Karena beberapa fakor seperti tidak mencerminkan homogenitas dalam kualitas tetapi
heterogenitas baik dalam kualitas, intensitas maupun paham-paham dan persepsi keagamaannya.
Selain itu, rendahnya kualitas sumber umat Islam juga melatar belakangi mengapa umat Islam
tidak memiliki peran yang setaraf dengan kuantitasnya. Menjawab tantangan yang dihadapi
Muhammadiyah bahwa kualitas lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah belum setara
sebagai gerakan pendidikan dan gerakan pengembangan pengelolaan. Dalam aspek filosofik,
Muhammadiyah perlu merumuskan kembali ide dasar pendidikan Muhammadiyah sebagai mantra
keimanan dan ketaqwaan yang tercermin dalam religious serta akhlak manusianya. Dalam aspek
kebijakan pengembangan dan pengelolaan, dilakukan dengan penyegaran dan perubahan orientasi
yang meliputi:
wawasan keunggulan dengan memacu kreativitas di segala bidang seperti iptek, kewirausahaan,
seni dan sebagainya. Sehingga dapat meningkatkan daya saing umat dan bangsa dalam percaturan
Nasional dan bangsa. Menjawab tantangan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar maupun
misinya sebagai sekolah Islam ditengah perubahan dan globalisasi. Sehingga diperlukan proses
belajar yang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga membawa
siswa yang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga membawa
siswa menyadari kebesaran Allah Swt. itu semua barangkali dapat digunakan sebagai prinsip moral
dan peningkatan kualitas pendidikan Muhammadiyah bagi perkembangan kualitas sumber daya
manusia.
berkurangnya profesionalisme guru. Hal ini harus segera ditemukan solusinya oleh
Muhammadiyah untuk menghindari dampak negatif terhadap kualitas peserta didik dengan terus
meningkatkan kualitas sumber daya pendidik dan terus menanamkan etos keikhlasan kepada para
gerakan pendidikan juga harus mampu menghadapi perubahan dan arus globalisasi yang ada
terhadap kemungkinan dampak buruk yang bisa dialami peserta didiknya.
Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat maka
budaya asing akan dengan mudahnya masuk ke dalam kebudayaan Indonesia. Dengan pandangan
Islam yang berkemajuan, sumber daya manusia yang berkualitas, kepercayaan masyarakat yang
cukup tinggi, pengalaman social yang panjang, dan modal social yang luar biasa Muhammadiyah
akan mampu menjadi kekuatan pencerahan di negeri ini. Kini dalam memasuki perjalanan abad
kedua tututannya ialah bagaimana segenap anggota terutama kader pimpinan Muhammadiyah,
memanfaatkan dan memobilisasi seluruh potensi dan system gerakannya untuk tampil menjadi
gerakan Islam modern yang unggul di segala lapangan kehidupan salah satunya adalah untuk terus
11
pemikiran, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan usaha-usaha lain yang bersifat unggul dan
terobosan, Muhammadiyah dituntut untuk terus berkiprah dengan inovatif. Pembaruan gelombang
Sutrisno (2008: 2-3) menjelaskan bahwa dampak berkembangnya dikotomi keilmuan telah
melahirkan sistem Islam yang mandul dan tidak berdaya. Pendidikan Muhammadiyah selalu
merespon perkembangan zaman. Kesadaran akan keringnya Islamic Value dan dikotomi ilmu
dalam pendidikan menjadi sorotan Muhammadiyah. Banyaknya amal usaha dalam bidang
pendidikan menuntut pembaruan pendidikan Muhammadiyah yang lebih objektif, dalam arti
mampu menyatu dalam kehidupan sosial masyarakat. Mohammad Ali (2010:XIX) menjelaskan,
jika pada tahun 1990an madrasah mengalami modernisasi, pada kurun tersebut sekolah mengalami
agama dan umum sekaligus, menjadi ciri khas pendidikan Muhammadiyah. Ciri khas ini yang akan
menjadi ikon pendidikan Muhammadiyah, sekaligus menjadi oase dalam kekeringan ruh spiritual
dalam pendidikan. Dalam kurikulum ISMUBA Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah DIY
(Dikdasmen PWM DIY, 2012:II), pendidikan Muhammadiyah memiliki empat fungsi, yaitu:
pertama sebagai sarana pendidikan dan pencerdasa, kedua, pelayanan masyarakat, dakwah amar
dan diorientasikan untuk memberikan pelayanan dan peningkatan kualitas lulusan yang unggul
dalam kepribadian, keagamaan, keilmuan, keterampilan, berkarya seni-budaya dan berdaya saing
tinggi, baik di tingkat lokal, Nasional maupun global. Mengacu pada tujuan pendidikan
12
harus di internalisasikan. Paradigma itu membentuk kerangka berpikir dan kesadaran penting lain
yaitu misi pengkaderan dan dakwah yang menjadi kewajiban masing-masing pendidik di
sekaligus menjadi solusi dan respon tentang keringnya ruh keagamaan dalam pendidikan.
Muhammadiyah memiliki ciri khas yaitu pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyan. Dua hal itu
menjadi ciri khas sekaligus solusi dalam mengisi kekeringan ruh spiritual dalam pendidikan, baik
pada pendidikan dasar dan menengah maupun pada pendidikan tinggi di Muhammadiyah. Semua
pondasinya. Sehingga empat peran dan misi pendidikan Muhammadiyah dapat berjalan seperti
yang di cita-citakan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam sejak awal berdiri memiliki komitmen yang
teguh dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui jalur pendidikan, hingga saat ini lembaga
pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah terus berkembang dan bertambah baik secara kuantitas
maupun kualitas, walaupun di sisi lain tidak dapat dipungkiri ada lembaga pendidikan
Muhammadiyah yang mengalami keterpurukan bahkan ada yang tutup. Hal ini merupakan
dinamika lembaga pendidikan yang dimiliki oleh Muhammadiyah.
Manajemen yang selama ini berlaku di Muhammadiyah justru membuat para perintis
walaupun demikian, menurut hemat penulis manajemen yang sekarang berlaku membutuhkan
evaluasi secara mendalam untuk meningkatkan mutu pendidikan Muhammadiyah secara umum.
B. Saran
Setelah makalah ini dibaca penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari seluruh pembaca agar pembuatan makalah selanjutnya akan lebih baik, dan kami
mengharapkan agar kita semua dapat memahami pembelajaran dalam makalah ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
Mulkhan, Abdul Munir. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah.Jakarta: Bumi
Charris.2000.
https://www.academia.edu/36730889/_Muhammadiyah_Sebagai_Gerakan_Pendidikan_PAI_A_
SMT_4_PROGRAM_STUDI_PENDIDIKAN_AGAMA_ISLAM_FAKULTAS_AGAM
A_ISLAM
14