Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU

SLAMET TURMUDI, S.Ag., M.Pd.I

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
NUGRAHA TRIUMVERA [191320017]
WIDYA APRIYANI [191320018]
AINI LATIFAH [191320019]
CHANDRA DWI LUTHFI [191320021]

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK KAMPUS SINTANG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ushul fiqih tentang ijma dan qiyas.

Makalah ushul fiqih ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang dalil-dalil yang
disepakati oleh IJMA dan qiyas ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................2
BAB I................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
A. Latar Belakang.....................................................................................................3
B. Rumusan Masalah................................................................................................4
C. Tujuan Penuliasan Makalah...............................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
A. Faktor yang melatar belakangi gerakan Muhammadiyah dibidang
pendidikan....................................................................................................................5
B. Cita-cita pendidikan Muhammadiyah................................................................6
C. Bentuk-bentuk dan model pendidikan Muhammadiyah..................................8
D. Pemikiran dan praksis pendidikan Kemuhammadiyahan................................9
E. Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah..............................12
BAB III...........................................................................................................................14
PENUTUP.......................................................................................................................14
A. Kesimpulan.........................................................................................................14
B. Saran...................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia sangat dipengaruhi dan
diwarnai oleh nilai-nilai agama sehingga kehidupan beragama tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia. Sebagai negara yang berdasarkan
agama, pendidikan agam tidak dapat diabaikan dalam penyelenggaraan
pendidikan nasional. Umat beragama beserta lembaga-lembaga keagamaan di
Indonesia merupakan potensi besar dan sebagai modal dasar dalam
pembangunan mental spiritual bangsa dan merupakan potensi nasional untuk
pembangunan fisik materil bangsa Indonesia.
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak
yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil
suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi
(cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia.
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar
dan berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya
memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Pendidikan jangan hanya
dipandang sebagai suatu kewajiban. Tetapi juga harus pandai merencanakan,
mengorganisir, mengemas, melaksanakan serta mengevaluasi dan
menindaklanjuti secara bersinergi dan berkeseimbangan.
Hubungan pendidikan islam dengan pendidikan nasioanl tidak dapat
dipisahkan, karena keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Suatu
sistem pendidikan nasional harus mementingkan masalah eksistensi umat
manusia pada umumnya dan eksistensi bangsa Indonesia khususnya dalam
hubungan masa lalu, masa kini dan kemungkinan perkembangan masa depan.

3
B. Rumusan Masalah
1. Faktor yang melatar belakangi Gerakan Muhammadiyah di bidang
Pendidikan ?
2. Cita-cita Pendidikan Muhammadiyah?\
3. Bentuk-bentuk dan model Pendidikan Muhammmadiyah?
4. Pemikiran dan praksis Pendidikan Muhammadiyah?
5. Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah?

C. Tujuan Penuliasan Makalah


1. Untuk memahami faktor yang melatar belakangi Gerakan
Muhammadiyah di bidang Pendidikan.
2. Untuk memahami cita-cita Pendidikan Muhammadiyah.
3. Untuk memahami bentuk dan model Pendidikan Muhammadiyah.
4. Untuk memahami pemikiran dan praksis Pendidikan Muhammadiyah.
5. Untuk memahami tantangan dan revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor yang melatar belakangi gerakan Muhammadiyah dibidang


pendidikan
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang mempelopori
pendidikan Islam modern. Salah satu latar belakang berdirinya
Muhammadiyah menurut Mukti Ali ialah ketidak efektifan lembaga
pendidikan agama pada waktu penjajahan Belanda, sehingga Muhammadiyah
memelopori pembaruan dengan jalan melakukan reformasi ajaran dan
pendidikan Islam. Saat kolonial Belanda menjajah bumi nusantara. Pendidikan
Islam telah tersebar luas dalam wujud "pondok pesantren", dimana islam
diajarkan di mushollalanggarmasjid. Sistem yang digunakan seperti sistem
sorogan, bandongan, dan wetonan. Sorogan adalah sistem pendidikan climana
secara perorangan menghadap kyai dengan membawa kitab . dan mengartikan
kemudian sang santri . santri hanya mendengarkan penjelasan dari semasa itu
hanya berorientasi pada hafalan sang kyai.
Sistem pendidikan teks semata, sehingga tidak merangsang santri untuk
berdiskusi. Cabang ilmu agama yang diajarkan sebatas Hadits dan Mustholah
Hadist, Fiqih dan Usul Fiqih, Ilmu Tauhid, Ilmu Tasawuf, Ilmu Mantiq, Ilmu
Bahasa Arab. Ini berlangsung hingga awal abad ke-20.Dalam sekolah Belanda
para murid tidak diperkenalkan pendidikan Islam sehingga menjadikan cara
berfikir dan tingkah laku mereka banyak yang menyimpang dari ajaran
Islam.Melihat kenyataan ini K.H Ahmad Dahlan beserta para tokoh bertekad
untuk memperbaharui pendidikan bagi umat Islam.Pembaharuan yang
dimaksud meliputi dua segi, yaitu segi cita-cita dan segi teknik. Segi cita-cita
adalah untuk membentuk manusia muslim yang berakaqul karimah, alim, luas
pandangan dan paham terhadap masalah keduniaan, cakap, serta bersedia
berjuang untuk kemajuan agama Islam. Sedang dari Segi teknik adalah lebih
banyak berhubungan dengan cara-cara penyelenggaraan pendidikan modern

5
Kini pendidikan Muhammadiyah telah berkembang pesat dengan segala
kesuksesannya, tetapi masalah dan tantangan pun tidak kalah berat.Pendidikan
Muhammadiyah merupakan bagian yang terintegrasi dengan gerakan
Muhammadiyah dan telah berusia sepanjang umur Muhammadiyah.

B. Cita-cita pendidikan Muhammadiyah


Cita-cita pendidikan yang digagas Kyai Dahlan adalah lahirnya manusia-
manusia baru yang mampu tampil sebagai "ulama-intelek" atau "intelek-
ulama", yaitu seorang muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang
luas, kuat jasmani dan rohani. Dalam rangka mengintegrasikan kedua sistem
pendidikan tersebut, Kyai Dahlan melakukan dua tindakan sekaligus; memberi
pelajaran agama di sekolah-sekolah Belanda yang sekuler, dan mendirikan
sekolah- sekolah sendiri di mana agama dan pengetahuan umum bersama-
sama diajarkan. Kedua tindakan itu sekarang sudah menjadi fenomena umum;
yang pertama sudah diakomodir negara dan yang kedua sudah banyak
dilakukan oleh yayasan pendidikan Islam lain. Namun, ide Kyai Dahlan
tentang model pendidikan integralistik yang mampu melahirkan muslim
ulama-intelek masih terus dalam proses pencarian. Sistem pendidikan
integralistik inilah sebenarnya warisan yang musti kita eksplorasi terus sesuai
dengan konteks ruang d waktu, masalah teknik pendidikan bisa berubah sesuai
dengan perkembang ilmu pendidikan atau psikologi perkembangan.Dalam
rangka menjarr kelangsungan sekolahan yang ia dirikan maka atas saran
murid-muridnya K' Dahlan akhirnya mendirikan persyarikatan
Muhammadiyah tahun 1912. Meto pembelajaran yang dikembangkan Kyai
Dahlan bercorak kontekstual melaI proses penyadaran. Contoh klasik adalah
ketika Kyai menjelaskan surat al-Ma'i kepada santri-santrinya secara berulang-
ulang sampai santri itu menyadz bahwa surat itu menganjurkan supaya kita
memperhatikan dan menolong fal miskin, dan harus mengamalkan isinya.
Setelah santri-santri itu mengamalk. perintah itu baru diganti surat berikutnya.
Ada semangat yang me dikembangkan oleh pendidikan Muhammadiyah,
yaitu bagaima merumuskan sistem pendidikan ala al-Ma'un sebagaimana
dipraktekkan KH Ahmad Dahlan.

6
Dalam konteks pencarian pendidikan integralistik yang mampu
memproduksi ulama-intelek-profesional, gagasan Abdul Mukti Ali menarik
disimak. Menurutnya, sistem pendidikan dan pengajaran agama Islam di
Indonesia ini yang paling baik adalah sistem pendidikan yang mengikuti
sistem pondok pesantren karena di dalamnya diresapi dengan suasana
keagamaan, sedangkan sistem pengajaran mengikuti sistem madrasahsekolah,
jelasnya madrasahsekolah dalam pondok pesantren adalah bentuk sistem
pengajaran dan pendidikan agama Islam yang terbaik. Dalam semangat yang
sama belakangan ini sekolah-sekolah Islam tengah berpacu menuju
peningkatan mutu pendidikan. Salah satu model pendidikan terbaru adalah full
day schoot, sekolah sampai sore hari, tidak terkecuali di lingkungan
Muhammadiyah.Satu dekade terakhir ini virus sekolah unggul benar-benar
menjangkiti seluruh warga Muhammadiyah.Lembaga pendidikan Muhammadiyah
mulai Taman Kanak- kanak (TI() hingga Perguruan Tinggi (PT) berpacu dan
berlomba-lomba untuli
Apabila Muhammadiyah benar-benar mau membangun
sekolahuniversitas unggul maka harus ada keberaruan untuk merumuskan
bagaimana landasan filosofis pendidikannya sehingga dapat meletakkan secara
tegas bagaimana posisi lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah
dihadapan pendidikan nasional, dan kedudukannya yang strategis sebagai
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fungsinya sebagai
wahana dakwah Islamiyah. orientasi filosofis ini jelas sangat membingungkan;
apa harus mengikuti arus pendidikan nasional yang sejauh ini kebijakannya
belum menuju pada garis yang jelas karena setiap ganti menteri musti ganti
kebijakan. Kalau memang memilih pada pengembangan iptek maka harus ada
keberanian memilih arah yang berbeda dengan kebijakan pemerintah. Model
pondok gontor bisa dijadikan alternatif, dengan bahasa dan kebebasan berpikir
terbukti mampu mengantarkan peserta didik menjadi manusia-manusia yang
unggul. Filsafat pendidikan memanifestasikan .
pandangan ke depan tentang generasi yang akan dimunculkan. Filsafat
yang dianut dan diyakini oleh Muhammadiyah adalah berdasarkan agama

7
Islam, maka sebagai konsekuensinya logika, Muhammadiyah berusaha dan
selanjutnya melandaskan filsafat pendidikan Muhammadiyah atas prinsip-
prinsip filsafat yang diyakini dan dianutnya. Sebagai gerakan dakwah Islam
amar ma'ruf nahi mungkar, Muhammadiyah dituntut untuk
mengkomunikasikan pesan dakwahnya dengan menanamkan khazanah
pengetahuan melaluijalur pendidikan.Secara umum dapat dipastikan bahwa
ciri khas lembaga pendidikan Muhammadiyah yang tetap dipertahankan
sampai saat adalah dimasukkannya mata pelajaran AIK/lsmuba di semua
lembaga pendidikan (formal) milik Muhammadiyah. Hal tersebut sebagai
salah satu upaya Muhammadiyah agar setiap individu senantiasa menyadari
bahwa ia diciptakan oleh Allah semata-mata untuk berbakti kepada-
Nya.Usaha Muhammadiyah mendirikan dan menyelenggarakan sistem
pendidikan modern.

C. Bentuk-bentuk dan model pendidikan Muhammadiyah


Muhammadiyah konsekwen untuk mencetak elit muslim terdidik lewat
jalur pendidikan. Ada beberapa tipe pendidikan Muhammadiyah
1. TK AISYIYAH KAB. SINTANG
2. SD MUHAMMADIYAH KAB. SINTANG
3. SMP MUHAMMADIYAH KAB. SINTANG
4. SMA MUHAMMADIYAH KAB. SINTANG
5. SMK MUHAMMADIYAH KAB. SINTANG
6. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK/ UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PONTIANAK KAMPUS SINTANG.
7. PANTI ASUHAN AISYIYAH KAB. SINTANG, dll

Orientasi pembaharuan dibidang pendidikan menjadi proritas utama yang


ingin dicapai oleh Muhammdiyah, hal ini tergambar dari tujuan pendidikan
dalam Muhammadiyah, untuk mencetak peserta didik lulusan sekolah
Muhammadiyah, sebagai berikut:

1. Memiliki jiwa tauhid yang murni


2. Beribadah hanya kepada Allah

8
3. Berbakti kepada orang tua serta bersikap baik terhadap kerabat
4. Memiliki akhlaq yang mulia
5. Berpengetahuan luas serta memiliki kecakapan
6. Bergunaa bagi masyarakat,bangsa dan agama.

Pendidikan, menurut KH. Ahmad Dahlan, hendaknya diarahkan pada


usaha membentuk menusia muslim yang berbudi pekerti luhur, luas
pandangan dan berakhlah Usaha Muhammadiyah mendirikan dan
menyelenggarakan sistem pendidikan modern, karena Muhammadiyah yakin
bahwa Islam bisa menjadi rahmatan lil-‘alamin, menjadi petunjuk dan rahmat
bagi hidup dan kehidupan segenap manusia jika disampaikan dengan cara-cara
modern. Dasarnya adalah Allah berfirman: “Wahai jama’ah jin dan manusia,
jika kalian sanggup menembus (melintasi) pejuru langit dan bumi, maka
lintasilah. Kamu sekalian tidak akan sanggup melakukannya melainkan
dengan kekuatan (ilmu pengetahuan)”(QS. Ar-rahman/55:33).

Secara teorik, ada tiga alasan mengapa pendidikan AIK [ Al-Islam


Kemuhammadiyahan] perlu diajarkan:

1. Mempelajari AIK pada dasarnya agar menjadi bangsa Indonesia yang


beragama Islam dan mempunyai alam fikiran modern/tajdid/dinamis.
2. Memperkenalkan alam fikiran tajdid, dan diharapkan peserta didik dapat
tersentuh dan sekaligus mengamalkannya, dan.
3. Perlunya etika/akhlak peserta didik yang menempuh pendidikan di
lembaga pendidikan Muhammadiyah.

D. Pemikiran dan praksis pendidikan Kemuhammadiyahan


Hampir seluruh pemikiran K.H. Ahmad Dahlan berangkat dari
keprihatinannya terhadap situasi dan kondisi global umat Islam waktu itu yang
tenggelam dalam kejumudan (stagnasi), kebodohan, serta keterbelakangan.
Kondisi ini semakin diperparah dengan politik kolonial belanda yang sangat
merugikan bangsa Indonesia.
Pemikiran atau ide-ide K.H. Ahmad Dahlan tertuang dalam gerakan
Muhammadiyah yang ia dirikan pada tanggal 18 Nopember 1912. Organisasi

9
ini mempunyai karekter sebagai gerakan sosial keagamaan. Titik tekan
perjuangannya mula-mula adalah pemurnian ajaran Islam dan bidang
pendidikan. Muhammadiyah mempunyai pengaruh yang berakar dalam upaya
pemberantasan bid’ah, khurafat dan tahayul. Ide pembaruannya menyetuh
aqidah dan syariat, misalnya tentang uapcara kematian talqin, upacara
perkawinan, kehamilan, sunatan, menziarahi kuburan yang dikeramatkan,
memberikan makanan sesajen kepada pohon-pohon besar, jembatan, rumah
angker dan sebagainya, yang secara terminologi agama tidak dikenal dalam
Islam.
Menurut K.H. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan
umat Islam dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis
adalah melalui pendidikan. Memang, Muhammadiyah sejak tahun 1912 telah
menggarap dunia pendidikan, namun perumusan mengenai tujuan pendidikan
yang spesifik baru disusun pada 1936. Pada mulanya tujuan pendidikan ini
tampak dari ucapan K.H. Ahmad Dahlan: “ Dadiji kjai sing kemajorean, adja
kesel anggonu njambut gawe kanggo Muhammadiyah”( Jadilah manusia yang
maju, jangan pernah lelah dalam bekerja untuk Muhammadiyah).
Dahlan merasa tidak puas dengan system dan praktik pendidikan yang ada
di Indonesia saat itu, dibuktikan dengan pandangannya mengenai tujuan
pendidikan adalah untuk menciptakan manusia yang baik budi, luas
pandangan, dan bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakat. Karena itu
Dahlan merentaskan beberapa pandangannya mengenai pendidikan dalam
bentuk pendidikan model Muhammadiyah khususnya, antara lain:
1. Pendidikan Integralistik
K.H Ahmad Dahlan (1868-1923) adalah tipe man of action sehingga
sudah pada tempatnya apabila mewariskan cukup banyak amal usaha bukan
tulisan. Oleh sebab itu untuk menelusuri bagaimana orientasi filosofis
pendidikan Beliau musti lebih banyak merujuk pada bagaimana beliau
membangun sistem pendidikan. Namun naskah pidato terakhir beliau yang
berjudul Tali Pengikat Hidup menarik untuk dicermati karena menunjukkan
secara eksplisit konsen Beliau terhadap pencerahan akal suci melalui filsafat dan

10
logika. Setidaknya ada tiga kalimat kunci yang menggambarkan tingginya minat
Beliaau dalam pencerahan akal yaitu :
a Pengetahuan tertinggi adalah pengetahuan tentang kesatuan hidup
yang dapat dicapai dengan sikap kritis dan terbuka dengan
mempergunakan akal sehat dan istiqomah terhadap kebenaran akali
dengan di dasari hati yang suci
b Akal adalah kebutuhan dasar hidup manusia
c Ilmu mantiq atau logika adalah pendidikan tertinggi bagi akal
manusia yang hanya akan dicapai hanya jika manusia menyerah
kepada petunjuk Allah swt. Pribadi K.H. Ahmad Dahlan  adalah
pencari kebenaran hakiki yang menangkap apa yang tersirat dalam
tafsir Al-Manaar sehingga meskipun tidak punya latar belakang
pendidikan Barat tapi ia membuka lebar-lebar gerbang rasionalitas
melalui ajaran Islam sendiri, menyerukan ijtihad dan menolak taqlid.
2. Mengadopsi Subtansi dan Metologi Pendidikan Belanda dalam Madrasah-
madrasah Pendidikan Agama
Yaitu mengambil beberapa komponen pendidikan yang dipakai oleh
lembaga pendidikan Belanda. Dari ide ini, K.H. Ahmad Dahlan dapat menyerap
dan kemudian dengan gagasan dan prektek pendidikannya dapat menerapkan
metode pendidikan yang dianggap baru saat itu ke dalam sekolah yang
didirikannya dan madrasah-madrxxasah tradisional. Metode yang ditawarkan
adalah sintesis antara metode pendidikan modern Barat dengan tradisional. Dari
sini tampak bahwa lembaga pendidikan yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan
berbeda dengan lembaga pendidikan yang dikelola oleh masyarakat pribumi saat
ini. Sebagai contoh, K.H. Ahmad Dahlan mula-mula mendirikan SR di Kauman
dan daerah lainnya di sekitar Yogyakarta, lalu sekolah menengah yang diberi
nama al-Qism al-Arqa yang kelak menjadi bibit madrasah Mu’allimin dan
Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta. Sebagai catatan, tujuan umum lembaga
pendidikan di atas baru disadari sesudah 24 tahun Muhammadiyah berdiri, tapi
Amir Hamzah menyimpulkan bahwa tujuan umum pendidikan Muhammadiyah
menurut K.H. Ahmad Dahlan adalah:
a Baik budi, alim dalam agama

11
b Luas pandangan, alim dalam ilmu-ilmu dunia (umum)
c Bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya
3. Memberi muatan pengajaran Islam pada sekolah-sekolah umum modern
Belanda
Sekolah Muhammadiyah mempertahankan dimensi Islam yang kuat,
tetapi dilakukan dengan cara yang berbeda dengan sekolah-sekolah Islam yang
lebih awal dengan gaya pesantrennya yang kental. Dengan contoh metode dan
system pendidikan baru yang diberikannya. K.H. Ahmad Dahlan juga ingin
memodernisasi sekolah keagamaan tradisional.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan Islam, K.H. Ahmad Dahlan
mendirikan sekolah Muallimin dan Muallimat, Muballighin dan Muballighat.
Dengan demikian diharpakan lahirlah kader-kader Muslim sebagai bagian inti
program pembaharuannya yang bisa menjadi ujung tombak gerakan
Muhammadiyah dan membantu menyampaikan misi-misi dan melanjutkannya di
masa depan. K.H. Ahmad Dahlan juga bekerja keras meningkatkan moral dan
posisi kaum perempuan dalam kerangka Islam sebagai instrument yang efektif
dan bermanfaat di dalam organisasinya karena perempuan merupakan unsur
penting  berkat bantuan istri dan koleganya sehingga terbentuklah Aisyiah . di
tempat-tempat tertentu, dibukalah masjid-masjid khusus bagi kaum perempuan,
seseuatu yang jarang ditemukan di Negara-negara Islam lain bahkan hingga saat
ini. K.H. Ahmad Dahlan juga membentuk gerakan pramuka Muhammadiyah
yang diberi nama Hizbul Watan.
E. Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah
1. Tantangan Pendidikan Muhammadiyah
Tantangan yang dihadapi Muhammdiyah dalam bidang pendidkan
a Masalah Kualitas Pendidikan
b Permasalahan Profesionalisme Guru
c Masalah kebudayaan (alkulturasi)
d Permasalahan Strategi Pembelajaran
e Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
2. Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyahan
Konsep pendidikan Muhammadiyah yang integrative-interkonektif
mengajarkan keilmuan Agama dan umum sekaligus, menjadi ciri khas

12
pendidikan Muhammadiyah. Ciri khas ini yang akan menjadi icon
pendidikan Muhammadiyah, sekaligus menjadi oase dalam kekeringan ruh
spiritual dalam pendidikan. Dalam Kurikulum ISMUBA Majelis Pendidikan
Dasar dan Menengah DIY (Dikdasmen PWM DIY, 2012:II), pendidikan
Muhammadiyah memiliki empat fungsi, yaitu: pertama sebagai sarana
pendidikan dan pencerdasan, kedua, pelayanan masyarakat, dakwah amar
ma’ruf nahi munkar dan keempat, lahan kaderisasi. Dengan adanya fungsi-
fungsi tersebut, sekolah dan madrasah Muhammadiyah didesain dan
diorientasikan untuk memberikan pelayanan dan peningkatan kualitas lulusan
yang unggul dalam kepribadian, keagamaan, keilmuan, keterampilan, berkarya
seni-budaya dan berdaya saing tinggi, baik di tingkal lokal, nasional maupun
global. Mengacu pada tujuan pendidikan Muhammadiyah yaitu, pendidikan,
pelayanan, dakwah, dan perkaderan. Paradigma pendidik dalam lembaga
pendidikan Muhammadiyah harus disatukan.

13
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam sejak awal berdiri memiliki
komitmen yang teguh dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui jalur
pendidikan, hingga saat ini lembaga pendidikan yang dimiliki
Muhammadiyah terus berkembang dan bertambah baik secara kuantitas
maupun kualitas, walaupun di sisi lain tidak dapat dipungkiri ada lembaga
pendidikan Muhammadiyah yang mengalami keterpurukan bahkan ada yang
tutup, hal ini merupakan dinamika lembaga pendidikan yang dimiliki oleh
Muhammadiyah.
Manajemen yang selama ini berlaku di Muhammadiyah justru membuat
para perintis lembaga pendidikan di Muhammadiyah bersemangat untuk
berkompetisi secara positif, walaupun demikian, menurut hemat penulis
manajemen yang sekarang berlaku membutuhkan evaluasi secara mendalam
untuk peningkatan mutu pendidikan Muhammadiyah secara umum.

B. Saran
Adapun saran yang lain semoga dengan makalah ini individu atau teman-
teman mahasiswa dapat menambah wawasan tentang pembahasan materi
tentang Muhammadiyah sebagai gerakan pendidikan. Dan semoga makalah
ini berguna bagi individu atau kelompok dalam kehidupan sehari-hari dan
segala kritik dan saran tentang makalah ini kami terima dengan lapang dada.

14
DAFTAR PUSTAKA

Mulkhan, Abdul Munir. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah.


Jakarta: Bumi         Aksara.1990.

Amir Hamzah Wirjosukarto, 1985, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran


Islam, Jember: Mutiara Offset.

Zubair, Achmad Charris.2000. Peningkatan Kualitas Pendidikan


Muhammadiyah. PP Muhammadiyah: Majelis Tarjih dan pengembangan
Pemikiran Islam.

15

Anda mungkin juga menyukai