Anda di halaman 1dari 10

Gerakan Pendidikan

Muhammadiyah
Risky khalalia
Faktor-faktor yang melatarbelakangi gerakan
Muhammadiyah di bidang Pendidikan.
Salah satu latar belakang berdirinya Muhamadiyah, menurut Mukti Ali ialah ketidak
efektifan Lembaga Pendidikan agama pada waktu penjajahan Belanda, sehingga
Muhammadiyah mempelopori pembaruan dengan jalan melakukan reformasi ajaran dan
Pendidikan Islam. Dalam sekolah belanda para murid tidak diperkenalkan Pendidikan islam
sehingga menjadikan cara berfikir dan tingkah laku mereka banyak yang menyimpang dalam
ajaran islam. Melihat kenyataan ini KH. Ahmad Dahlan beserta para tokoh bertekad untuk
memperbaharui Pendidikan bagi umat islam. Meliputi dari segi, yaitu segi cita-cita dan segi
Teknik. Segi cita-cita untuk membentuk manusia muslim yang beraklaqul karima, alim, luas
pandangan dan paham terhadap masalah keduniaan, cakap, serta bersedia berjuang untuk
kemajuan agama islam. Sedang dari segi Teknik adalah lebih banyak berhubungan dengan
cara-cara pengelenggaraan Pendidikan modern.
Cita-cita Pendidikan Muhammadiyah
Cita-cita Pendidikan yang digagas oleh K.H Ahmad Dahlan adalah lahirnya
manusia-manusia baru yang mampu tampil sebagai “ulama-intelek” atau
“intelek-ulama”, yaitu seorang muslim yang memiliki keteguhan iman dan
ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani. Dalam rangka mengintegrasikan
kedua system Pendidikan tersebut, K.H. Ahmad Dahlan melakukan 2
tindakan sekaligus : memberi pelajaran agama di sekolah-sekolah belanda
yang sekuler, dan mendirikan sekolah-sekolah sendiri di mana agama dan
pengetahuan umum Bersama-sama diajarkan.
Cita-cita Pendidikan Muhammadiyah
Moto pembelajaran yang dikembangkan oleh K.H. Ahmad Dahlan bercorak
konstektual melalui proses penyadaran. Sebagai gerakan dahwah islam Amar Ma’ruf
Nahi Mungkar, Muhammadiyah dituntut untuk mengkomunikasikan pesan
dakwahnya dengan menanamkan khazanah pengetahuan melalui jalur Pendidikan.
Dapat dipastikan bahwa ciri khas Lembaga Pendidikan Muhammadiyah yang tetap
dipertahankan sampai saat ini adalah dimasukan mutu pelajaran AIK/Ismuba di
semua Lembaga Pendidikan (formal) milik Muhammadiyah. Hal tersebut sebagai
salah satu upaya Muhammadiyah agar setiap individu senantiasa menyadari bahwa Ia
diciptakan olah Allah semata-mata untuk berbakti kepada-Nya.
Bentuk dan Model Pendidikan
Muhammadiyah
Ada beberapa tipe Pendidikan Muhammadiyah :
1. Tipe Muallimin Mualimat Yogyakarta (pondok pesantren)
2. Tipe Madrasah Depag: ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah
3. Tipe sekolah Diknas : TK, SD, SMP, SMA, SMK, Universitas ST,
Politeknik Akademi.
4. Madrasah Diniyah, dan lain-lain.
Bentuk dan Model Pendidikan
Muhammadiyah
Tujuan Pendidikan dalam Muhammadiyah, untuk mencetak peserta didik lulusan sekolah
Muhammadiyah, sebagai berikut :
• Memiliki jiwa Tauhid yang murni.
• Beribadah hanya kepada Allah
• Berbakti kepada orang tua sera bersikap baik terhadap kerabat
• Memiliki akhlak yang mulia
• Berpengetahuan luas serta memiliki kecakapan
• Berguna bagi masyarakat, bangsa dan agama
Pemikiran dan Fraksis Pendidikan
Muhammadiyah
Titik perjuanganya mula-mula adalah pemurnian ajaran islam dan bidang
Pendidikan. Muhammadiyah mempunyai pengaruh yang yang berakar dalam
upaya pemberantasan bid’ah, khurafat dan tahayu. Ide pembaruan
menyentuh aqidah dan syariat, misalnya tentang upacara kematian, talqin,
upacara perkawinan, kehamilan, sunatan, menziarahi kuburan yang di
keramatkan, memberi makanan sesajen kepada pohon-pohon besar,
jembatan, rumah angker, dan sebagainya.
Pendidikan Integralistik
Dalam konteks pencarian Pendidikan integralistik yang mampu memproduksi ulama-intelek-profesional,
gagasan Abdul Mukti Ali menurutnya, system Pendidikan dan pengajaran agama islam di Indonesia ini yang
paling baik adalah system Pendidikan yang mengikuti system pondok pesantren karena di dalamnya diresapi
dengan suasana keagamaan, sedangkan system pengajaran mengikuti system madrasah/sekolah, jelasnya
madrasah/sekolah dalam pondok pesantren adalah bentuk system pengajaran dan Pendidikan agama Islam
yang terbaik. Dalam semangat yang sama, belakangan ini sekolah-sekolah Islam tengah berpacu menuju
peingkatan mutu Pendidikan. Salah satu model Pendidikan terbaru adalah full day school, sekolah sampai sore
hari, tidak terkecuali di lingkungan Muhammadiyah.
Tantangan Pendidikan Muhammadiyah
1. Masalah kualitas Pendidikan
2. Permasalahan Profesonalisme Guru
3. Masalah kebudayaan (akulturasi)
4. Masalah kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
5. Permasalahan Strategi Pembelajaran
Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah
Konsep Pendidikan Muhammadiyah yang integrative-interkonektif mengajarkan
keilmuan Agama dan umum sekaligus, menjadi ciri khas Pendidikan Muhammadiyah.
Ciri khas ini yang akan menjadi icon Pendidikan Muhammadiyah, sekaligus menjadi
oase dalam kekeringan ruh spiritual dalam Pendidikan. Pendidikan Muhammadiyah
memiliki empat fungsi yaitu : sebagai sarana Pendidikan dan kecerdasan, pelayanan
masyarakat, dakwah amar ma’ruf nahi mungkar dan lahan kaderisasi. Dengan adanya
fungsi-fungsi tersebut, sekolah dan madrasah Muhammadiyah didesain dan
diorientasikan untuk memberi pelayanan dan peningkatan kualitas lulusan yang
unggul dalam kepribadian, keagamaan, keilmuan, keterampilan, bekarya seni-budaya
dan berdaya saing tinggi, baik di tingkat local, nasional, maupun global.

Anda mungkin juga menyukai