Anda di halaman 1dari 16

KELOMPOK 1

MUHAMMADIYAH
SEBAGAI GERAKAN
PENDIDIKAN
POKOK BAHASAN
Faktor Yang Melatarbelakangi Gerakan pendidikan Muhammadiyah

Cita-Cita Pendidikan Muhammadiyah

Bentuk dan Model Pendidikan Muhammadiyah Pemikiran

dan Praktis Pendidikan Muhammadiyah Tantangan dan

Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah


FAKTOR YANG
MELATARBELAKANGI
GERAKAN PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH
Faktor yang melatarbelakangi gerakan Muhammadiyah di bidang
pendidikan adalah faktor internal dalam diri K.H. Dahlan sendiri
yang sangat prihatin dengan melihat kondisi rill yang dialami umat
Islam pada saat itu. Ada tiga penyakit kronis umat Islam pada saat
itu, yakni kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan.

Salah satu upaya dalam rangka memutuskan lingkaran syetan


tersebut adalah dengan pencerdasan. Pencerdasan hanya bisa
dilakukan dengan jalan pendidikan. Akibat ketidakcerdasan dalam
arti yang seluas-luasnya, sikap dan perilaku keberagamaan umat
Islam saat itu belum rasional.

Akibatnya keberagamaan tidak rasional tersebut menyebabkan


banyak ajaran Islam dicampuradukkan dengan takhayyul, bid’ah
dan khurafat, serta tumbuh suburnya sikap taklid. Kondisi yang
sangat memperihatinkan di atas dijawab oleh K.H. Ahmad Dahlan
dengan mendirikan sebuah sekolah sebelum mendirikan organisasi
Muhammadiyah.
Cita-Cita Pendidikan
Muhammadiyah
Berbicara masalah Cita-cita pendidikan
Muhammadiyah berarti menjelaskan Visi dan
Misi Pendidikan Muhammadiyah. Bagi
Muhammadiyah pendidikan merupakan suatu
hal yang sangat penting memiliki
kedudukan dan strategi dalam
pencapaiayang maksu sangat dan tujuan
Muhammadiyah
n d menegakka da
menjunjung
, tinggi yaitu n Islam sehingg n
terwujud
agama masyarakat a
benarnya. Menurut Muhammadiyah
Islam yan tujuan
sebenaritu
dapat dicapai dengan melaksanakan
g -
dakwah, salah satunya melalui pendidikan.

Cita-cita pendidikan Muhammadiyah adalah


terbentuknya karakter pribadi muslim
yang memiliki akhlak, kemandirian
berjiwa
individu dan
sosial.
Bentuk da n Model
Pendidikan
Muhammadiyah
Ahmad Dahlan melakukan pembaharuan dengan cara menggabungkan sistem
pendidikan Islam yakni pondok pesantren dengan pendidikan Barat yang keduanya
mempunyai kelebihan dan kekurangan sehingga baik. Dua model tersebut,
diharapkan melahirkan anak didik yang berkepribadian utuh, berakhlak mulia dan
berguna bagi masyarakat.

Kesemuanya itu tercermin dalam cita-cita pendidikan yang dikembangkan


K.H. Ahmad Dahlan, yaitu:
1.Terbentuknya manusia muslim yang baik (alim dalam ilmu-ilmu agama),
2. Luas pandangan (alim dalam ilmu-ilmu dunia/umum) bersedia berjuang untuk
kemajuan masyarakatnya.

K.H Ahmad Dahlan menerapkan sistem penggabungan tersebut dalam sekolah


dan madrasah, seperti sarana fisik, bangku, meja dan papan tulis disamping
administrasi dan organisasi yang lebih tertib sebagaimana yang diselenggarakan di
sekolah-sekolah pemerintah. Murid tidak duduk dilantai seperti kebiasaan di
pesantren.
Perbandingan penyelenggaraan pendidikan
madrasah dan pondok pesantren

Cara mengajar dan belajar: di Pondok Pesantren lama (sistem lama) masih di pakai cara belajar dengan sistem
sorogan dan weton, tetapi di pondok Muhammadiyah (sistem baru) dipergunakan sistem klasikal dengan
memakai cara-cara Barat.
Bahan pelajaran: Di pondok pesantren lama semata- mata hanya bahan pelajaran agama. Kitab karangan
pembaharu belum dipakai; di pondok Kuliah Kemuhammadiyahan Muhammadiyah,bahan pelajaran yang di
pakai tidak hanya bahan pelajaran agama, tetapi juga ilmu pengetahuan umum. Kitab-kitab agama
dipergunakan secara luas baik ulama lama maupun ulama baru.
Rencana pelajaran: di pondok pesantren lama belum memiliki rencana pelajaran yang teratur dan integral,
sedang di pondok Muhammadiyah sudah teratur dengan rencana kurikulum sehingga efisiensi belajar lebih
terjamin.
Pendidikan diluar waktu belajar: di pondok pesantren lama, pendidikan di luar waktu belajar kurang
mendapat perhatian. Di pondok Muhammadiyah pendidikan di luar waktu belajar diselenggarakan di dalam
asrama dan dipimpin secara teratur.
Pengasuhan dan guru: di pondok Pesantren lama, para pengasuh terdiri dari para guru yang berpengetahuan
agama saja, tetapi di pondok Muhammadiyah pengasuh terdiri dari para ahli agama dan guru-guru ilmu
pengetahuan umum. Di pondok Muhammadiyah yang mengasuh ilmu agama seperti KH. Hajid, KH. Ibrahim,
KH. Hanad dan KH. Ahmad Dahlan sendiri, sedangkan dalam ilmu pengetahuan umum mereka itu diantaranya
ialah R. Ng Djojosugito (sejarah), Sosrosugondo (bahasa Melayu), Darmowinto (menggambar) dan
Pringgonoto(bahasa Inggris).
Pemikiran dan
Praktis Pendidikan
Muhammadiyah
Hampir seluruh pemikiran K.H. Ahmad Dahlan berangkat dari
keprihatinannya terhadap situasi dan kondisi global umat Islam
waktu itu yang tenggelam dalam kejumudan (stagnasi),
kebodohan, serta keterbelakangan. Kondisi ini semakin
diperparah dengan politik kolonial belanda yang sangat Aktivitas pendidikan yang
merugikan bangsa Indonesia. K.H. Ahmad Dahlan:
dilakukan
1.Mengajarkan agama Islam
para siswa Kweekschool
kepada
Menurut K.H. Ahmad Dahlan, upaya strategis
merintis
serta kelompok pengajian
menyelamatkan
untuk umat Islam dari pola berpikir yang statis Kauman dan
di
menuju pada pemikiran yang dinamis adalah 2.Ahmad Dahlan
sekitarnya. Sekola
melalui pendidikan. Madrasah Ibtidaiyah h
merintis
tahun setahu Islamiya
K.H. Ahmad Dahlan juga menekankan penyempurnaan Muhammadiyah
1911, n h
pendidikan akal sebagai berikut: “Setinggi-tingginya 3.berdiri.
Metode pendidikan sebelum
pendidikan akal ialah pendidikan dengan Ilmu Mantiq ialah Dahlan menggunakan pendekatan
K.H.Ahmad
suatu ilmu yang membicarakan suatu yang cocok dengan kontekstual dan menyesuaikan
kenyataan sesuatu itu. Dan ilmu tersebut harus dipelajari. Sebab taraf berfikir peserta didik dan
tidak ada manusia yang mengetahui berbagai nama dan Jadi, pelajaran terdiri atas
praktik.
bahasa jika tidak ada yang bagian: Pertama, dua
mengajarinya, demikian orang yang mengajar (pengetahuan
Belajar dan teori). ilmu
mendapatkan
itu ilmu dari guru mereka dan seterusnya.” Belajar
Kedua, amal
mempraktekkan)
(mengerjakan,
.
Tantangan dan Revitalisasi
Pendidikan Muhammadiyah
Tantangan Pendidikan Muhammadiyah
1. Masalah Kualitas Pendidikan
Amal usaha Muhammadiyah tidak mengalami proses inovasi yang merata dan
signifikan, sehingga cenderung berjalan di tempat, kendati beberapa lainnya
mulai bangkit mengembangkan ide-ide dan metode baru dalam peningkatan
kualitas dan keberadaan amal usaha Muhammadiyah.
2. Permasalahan Profesionalisme Guru

Guru terlebih-lebih guru honorer, yang tidak berasal dari pendidikan guru, dan
mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa melalui sistem seleksi profesi.
Singkatnya di dunia pendidikan nasional ada banyak, untuk tidak mengatakan
sangat banyak, guru yang tidak profesional. Inilah salah satu permasalahan
internal yang harus menjadi “pekerjaan rumah” bagi pendidikan Muhammadiyah
masa kini.
3. Masalah Kebudayaan (akulturasi)
Dari sinilah terdapat tantangan bagi pendidikan-pendidikan islam yaitu dengan
adanya alkulturasi tersebut maka akan mudah masuk pengaruh negatif bagi
kebudayaan, moral dan akhlak anak. Oleh karena itu hal ini merupakan
tantangan bagi pendidikan islam untuk memfilter budaya- budaya yang negatif
yang diakibatkan oleh pengaruh budaya-budaya barat.
4. Permasalahan Strategi Pembelajaran

Tuntutan global telah mengubah paradigma pembelajaran


paradigma
dari pembelajaran tradisional ke
pembelajara baru. Suyanto paradigma
n sebagai berpusat pada guru, paradigma
menggambarkan
media tunggal, menggunakan
pembelajara berlangsung secara terisolasi, interaksi guru-
murid
n berupa pemberian informasi dan pengajaran berbasis
faktual atau pengetahuan.

5. Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat


telah memberikan dampak-dampak bagi kehidupan kita, baik
itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak tersebut
menyebabkan bangsa Indonesia melakukanbanyak
penyimpangan. Di pendidikan,
adalah
dalam salah satu upaya yangkemuhammadiyahan
diperlukan. Kemuhammadiyahan
berpera aktif untuk mengelola dan memanage
n buru dampak- yang disebabkan oleh
pengetahuan
dampak k dan teknologi
kemajuanmenjadi
ilmu
minimalisir.
Revitalisasi Pendidikan
Muhammadiyah

Konsep pendidikan Muhammadiya Visi- pendidikan Muhammadiyah


yan integrative
h - harus
misi di internalisasikan.
gmengajarkankeilmuanAgama
interkonektif itu membentuk
Paradigma kerangka
umum kesadaran
berfikir kritidanbahw lembag
dan sekaligus, menjadi ciri pendidikan s Muhammadiyah
pendidikanMuhammadiyah
khas .Ciri a a tida
ini yang akan menjadi hanya murni pendidikan k
khas pelayanan,
dan tetapi ada aspek penting
pendidikan
ikon Muhammadiyah, sekaligus lain yaitu misi perkaderan
menjadi oase dalam kekeringan ruh dakwah yang menjadi
spiritual dalam pendidikan. dan
masing-
kewajiban pendidik
Muhammadiyah
masing untuk
di
melaksanakan misi tersebut.
Terima kasih!

Anda mungkin juga menyukai