MUHAMMADIYAH
SEBAGAI GERAKAN
PENDIDIKAN
POKOK BAHASAN
Faktor Yang Melatarbelakangi Gerakan pendidikan Muhammadiyah
Cara mengajar dan belajar: di Pondok Pesantren lama (sistem lama) masih di pakai cara belajar dengan sistem
sorogan dan weton, tetapi di pondok Muhammadiyah (sistem baru) dipergunakan sistem klasikal dengan
memakai cara-cara Barat.
Bahan pelajaran: Di pondok pesantren lama semata- mata hanya bahan pelajaran agama. Kitab karangan
pembaharu belum dipakai; di pondok Kuliah Kemuhammadiyahan Muhammadiyah,bahan pelajaran yang di
pakai tidak hanya bahan pelajaran agama, tetapi juga ilmu pengetahuan umum. Kitab-kitab agama
dipergunakan secara luas baik ulama lama maupun ulama baru.
Rencana pelajaran: di pondok pesantren lama belum memiliki rencana pelajaran yang teratur dan integral,
sedang di pondok Muhammadiyah sudah teratur dengan rencana kurikulum sehingga efisiensi belajar lebih
terjamin.
Pendidikan diluar waktu belajar: di pondok pesantren lama, pendidikan di luar waktu belajar kurang
mendapat perhatian. Di pondok Muhammadiyah pendidikan di luar waktu belajar diselenggarakan di dalam
asrama dan dipimpin secara teratur.
Pengasuhan dan guru: di pondok Pesantren lama, para pengasuh terdiri dari para guru yang berpengetahuan
agama saja, tetapi di pondok Muhammadiyah pengasuh terdiri dari para ahli agama dan guru-guru ilmu
pengetahuan umum. Di pondok Muhammadiyah yang mengasuh ilmu agama seperti KH. Hajid, KH. Ibrahim,
KH. Hanad dan KH. Ahmad Dahlan sendiri, sedangkan dalam ilmu pengetahuan umum mereka itu diantaranya
ialah R. Ng Djojosugito (sejarah), Sosrosugondo (bahasa Melayu), Darmowinto (menggambar) dan
Pringgonoto(bahasa Inggris).
Pemikiran dan
Praktis Pendidikan
Muhammadiyah
Hampir seluruh pemikiran K.H. Ahmad Dahlan berangkat dari
keprihatinannya terhadap situasi dan kondisi global umat Islam
waktu itu yang tenggelam dalam kejumudan (stagnasi),
kebodohan, serta keterbelakangan. Kondisi ini semakin
diperparah dengan politik kolonial belanda yang sangat Aktivitas pendidikan yang
merugikan bangsa Indonesia. K.H. Ahmad Dahlan:
dilakukan
1.Mengajarkan agama Islam
para siswa Kweekschool
kepada
Menurut K.H. Ahmad Dahlan, upaya strategis
merintis
serta kelompok pengajian
menyelamatkan
untuk umat Islam dari pola berpikir yang statis Kauman dan
di
menuju pada pemikiran yang dinamis adalah 2.Ahmad Dahlan
sekitarnya. Sekola
melalui pendidikan. Madrasah Ibtidaiyah h
merintis
tahun setahu Islamiya
K.H. Ahmad Dahlan juga menekankan penyempurnaan Muhammadiyah
1911, n h
pendidikan akal sebagai berikut: “Setinggi-tingginya 3.berdiri.
Metode pendidikan sebelum
pendidikan akal ialah pendidikan dengan Ilmu Mantiq ialah Dahlan menggunakan pendekatan
K.H.Ahmad
suatu ilmu yang membicarakan suatu yang cocok dengan kontekstual dan menyesuaikan
kenyataan sesuatu itu. Dan ilmu tersebut harus dipelajari. Sebab taraf berfikir peserta didik dan
tidak ada manusia yang mengetahui berbagai nama dan Jadi, pelajaran terdiri atas
praktik.
bahasa jika tidak ada yang bagian: Pertama, dua
mengajarinya, demikian orang yang mengajar (pengetahuan
Belajar dan teori). ilmu
mendapatkan
itu ilmu dari guru mereka dan seterusnya.” Belajar
Kedua, amal
mempraktekkan)
(mengerjakan,
.
Tantangan dan Revitalisasi
Pendidikan Muhammadiyah
Tantangan Pendidikan Muhammadiyah
1. Masalah Kualitas Pendidikan
Amal usaha Muhammadiyah tidak mengalami proses inovasi yang merata dan
signifikan, sehingga cenderung berjalan di tempat, kendati beberapa lainnya
mulai bangkit mengembangkan ide-ide dan metode baru dalam peningkatan
kualitas dan keberadaan amal usaha Muhammadiyah.
2. Permasalahan Profesionalisme Guru
Guru terlebih-lebih guru honorer, yang tidak berasal dari pendidikan guru, dan
mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa melalui sistem seleksi profesi.
Singkatnya di dunia pendidikan nasional ada banyak, untuk tidak mengatakan
sangat banyak, guru yang tidak profesional. Inilah salah satu permasalahan
internal yang harus menjadi “pekerjaan rumah” bagi pendidikan Muhammadiyah
masa kini.
3. Masalah Kebudayaan (akulturasi)
Dari sinilah terdapat tantangan bagi pendidikan-pendidikan islam yaitu dengan
adanya alkulturasi tersebut maka akan mudah masuk pengaruh negatif bagi
kebudayaan, moral dan akhlak anak. Oleh karena itu hal ini merupakan
tantangan bagi pendidikan islam untuk memfilter budaya- budaya yang negatif
yang diakibatkan oleh pengaruh budaya-budaya barat.
4. Permasalahan Strategi Pembelajaran