Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH AIK

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN

Kelompok 12
Anggota : Jumriati (105401104819 )
: Mutiara (105401104119)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Membicarakan problem pendidikan AIK di Perguruan Tinggi


Muhammadiyah. Setidaknya terdapat sebuah pertanyaan : adakah AIK dikaji sebagai
objek keilmuan sebagaimana disiplin yang lain, ataukah AIK dijadikan rujukan
pandangan hidup ataupun akidah untuk mempelajari dan menjalani kehidupan?
Seharusnya kedua aspek ini diintegrasikan menjadi satu pendekatan yang utuh
sekalipun pada prakteknya banyak kendala yang harus diselesaikan. Maka dari itu
dosen AIK dituntut untuk berijtihad menemukan metode yang tepat, bagaimana cara
untuk membantu mahasiswa tumbuh menjadi sarjana yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Mempertemukan kedua tuntutan ini sangat penting mengingat setiap diskusi
dan pengajian selalu ada pertanyaan kenapa terjadi kesenjangan yang begitu lebar
antara idealitas ajaran Islam yang diyakini dengan benar, hebat dan tinggi dan disisi
lain realitas perilaku para pemeluknya yang seringkali bertentangan dengan ajaran
agamanya.Ada tida indicator orientasi pendidikan Islam yang kurang tepat, yaitu :
1. Pendidikan Agama Islam saat ini lebih berorientasi pada belajar agama, bukan
belajar beragama. Sehingga tidak aneh jika banyak orang yang memiliki
pengetahuan tentang agama namun perilakunya tidak mencerminkan ajaran
tersebut.
2. Tidak adanya pemilihan materi pendidikan agama yang tepat dan sistematis.
Sehingga banyak pengetahuan awal yang telewatkan.
3. Kurangnya penjelasan yang luas dan mendalam serta kurangnya penguasaan
semantik dan generik atas istilah kunci dan pokok ajaran agama.
Pembinaan intelektualitas dan spiritualitas Islam bagi para mahasiswa yang
terjadi diluar kampus tidak bisa dipandang sebelah mata. Banyak mahasiswa
memiliki kematangan berfikir, wawasan keislaman dan ketrampilan berorganisasi
justru dari kegiatan ekstra diluar kampus. Sebenarnya kondisi seperti ini bagi
lembaga PTM merupakan asset yang harus dipertahankan dan dibina melalui

2
perkuliahan dengan metode yang menarik minat mahasiswa, serta materi yang
terstruktur dalam kurikulum.

3
BAB I
PENDAHULUAN

Saat kolonial Belanda menjajah bumi nusantara, Pendidikan Islam telah


tersebar luas dalam wujud “pondok pesantren”, dimana islam diajarkan di
musholla/langgar/masjid. Sistem yang digunakan seperti sistem sorogan, bandongan,
dan wetonan. Sorogan adalah sistem pendidikan dimana secara perorangan
menghadap kyai dengan membawa kitab, kyai membacakan dan mengartikan
kemudian sang santri menirukannya. Bandongan atau Wetonan adalah sang kyai
membaca, mengartikan dan menjelaskan maksud teks dari kitab tertentu namun sang
santri hanya mendengarkan penjelasan dari sang kyai.
Sistem pendidikan semasa itu hanya berorientasi pada hafalan teks semata,
sehingga tidak merangsang santri untuk berdiskusi. Cabang ilmu agama yang
diajarkan sebatas Hadits dan Mustholah Hadist, Fiqih dan Usul Fiqih, Ilmu Tauhid,
Ilmu Tasawuf, Ilmu Mantiq, Ilmu Bahasa Arab. Ini berlangsung hingga awal abad ke-
20. Sudah barang tentu di sekolah Belanda para murid tidak diperkenalkan
pendidikan Islam sehingga menjadikan cara berfikir dan tingkah laku mereka banyak
yang menyimpang dari ajaran Islam.
Melihat kenyataan ini K.H Ahmad Dahlan beserta para tokoh bertekad untuk
memperbaharui pendidikan bagi umat Islam. Pembaharuan yang dimaksud meliputi
dua segi, yaitu segi cita-cita dan segi teknik. Segi cita-cita adalah untuk membentuk
manusia muslim yang berakhlaqul karimah, alim, luas pandangan dan paham
terhadap masalah keduniaan, cakap, serta bersedia berjuang untuk kemajuan agama
Islam. Sedang dari Segi teknik adalah lebih banyak berhubungan dengan cara-cara
penyelenggaraan pendidikan modern terutama system/model pembelajaran yang
diterapkan selama pelaksanaan pendidikan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Cita-cita Pendidikan Muhammadiyah


Sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar,
Muhammadiyah dituntut untuk mengkomunikasikan pesan dakwahnya
dengan menanamkan khazanah pengetahuan melalui jalur pendidikan.
Secara umum dapat dipastikan bahwa ciri khas lembaga pendidikan
Muhammadiyah yang tetap dipertahankan sampai saat adalah dimasukkannya
mata pelajaran AIK/lsmuba di semua lembaga pendidikan (formal) milik
Muhammadiyah. Hal tersebut sebagai salah satu upaya Muhammadiyah agar
setiap individu senantiasa menyadari bahwa ia diciptakan oleh Allah semata-
mata untuk berbakti kepada-Nya.
Usaha Muhammadiyah mendirikan dan menyelenggarakan sistem
pendidikan modern, karena Muhammadiyah yakin bahwa Islam bisa menjadi
rahmatan lil-‘alamin, menjadi petunjuk dan rahmat bagi hidup dan kehidupan
segenap manusia jika disampaikan dengan cara-cara modern. Dasarnya adalah
Allah berfirman: “Wahai jama’ah jin dan manusia, jika kalian sanggup
menembus (melintasi) pejuru langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu sekalian
tidak akan sanggup melakukannya melainkan dengan kekuatan (ilmu
pengetahuan)”(QS. Ar-rahman/55:33).
Muhammadiyah konsekwen untuk mencetak elit muslim terdidik
lewat jalur pendidikan. Ada beberapa tipe pendidikan Muhammadiyah:
a. Tipe Muallimin/Mualimat Yogyakarta (pondok pesantren)
b. Tipe madrasah/Depag; Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah
c. Tipe sekolah/Diknas; TK, SD, SMP, SMA/SMK, Universitas/ ST/
Politeknik/ Akademi
d. Madrasah Diniyah, dan lain-lain
Orientasi pembaharuan di bidang pendidikan menjadi prioritas utama
yang ingin dicapai oleh Muhammadiyah, hal ini tergambar dari tujuan
5
pendidikan dalam Muhammadiyah, untuk mencetak peserta didik/lulusan
sekolah Muhammadiyah, sebagai berikut:
1. Memiliki jiwa Tauhid yang murni
2. Beribadah hanya kepada Allah
3. Berbakti kepada orang tua serta bersikap baik terhadap kerabat
4. Memiliki akhlaq yang mulia
5. Berpengetahuan luas serta memiliki kecakapan, dan
6. Berguna bagi masyarakat, bangsa dan agama
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka setiap lembaga pendidikan
Muhammadiyah diwajibkan memasukkan mata pelajaran Al-Islam /
Kemuhammadiyahan (AIK) sebagai bagian integral dari kurikulum dengan
harapan dapat mempengaruhi karakter para peserta didik baik selama proses
pendidikan berlangsung terlebih setelah mereka lulus.
Secara teoritik, ada tiga alasan mengapa pendidikan AIK perlu diajarkan:
a. Mempelajari AIK pada dasarnya agar menjadi bangsa Indonesia yang
beragama Islam dan mempunyai alam fikiran modern/tajdid/dinamis.
b. Memperkenalkan alam fikiran tajdid, dan diharapkan peserta didik
dapat tersentuh dan sekaligus mengamalkannya, dan.
c. Perlunya etika/akhlak peserta didik yang menempuh pendidikan di
lembaga pendidikan Muhammadiyah
B. Pemikiran dan Praktis Pendidikan Muhammadiyah
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang memelopori
pendidikan Islam modern. Salah satu latar belakang berdirinya
Muhammadiyah menurut Mukti Ali ialah ketidak efektifan lembaga
pendidikan agama pada waktu penjajahan Belanda, sehingga Muhammadiyah
memelopori pembaruan dengan jalan melakukan reformasi ajaran dan
pendidikan Islam. Kini pendidikan Muhammadiyah telah berkembang pesat
dengan segala kesuksesannya, tetapi masalah dan tantangan pun tidak kalah
berat. Dalam sejumlah hal bahkan dikritik kalah bersaing dengan pendidikan
lain yang unggul. Pendidikan AIK pun dipandang kurang menyentuh subtansi
6
yang kaya dan mencerahkan. Kritik apapun harus diterima untuk perbaikan
dan pembaharuan.
Pendidikan Muhammadiyah merupakan bagian yang terintegrasi
dengan gerakan Muhammadiyah dan telah berusia sepanjang umur
Muhammadiyah. Jika diukur dari berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Diniyah
Islamiyah (1 Desember 1911) Pendidikan Muhammadiyah berumur lebih tua
ketimbang organisasinya (Adaby Darban,2000 : 13). Sekolah tersebut
merupakan rintisan lanjutan dari “sekolah” (kegiatan Kyai dalam menjelaskan
ajaran Islam) yang dikembangkan Kyai Dahlan secara informal dalam
pelajaran yang mengandung ilmu agama Islam dan pengetahuan umum di
beranda rumahnya. Lembaga pendidikan tersebut sejatinya sekolah
Muhammadiyah, yakni sekolah agama yang tidak diselenggarakan di surau
seperti pada umumnya kegiatan umat Islam pada waktu itu, tetapi bertempat
tinggal di dalam sebuah gedung milik ayah KH Dahlan, dengan menggunakan
meja dan papan tulis, yang mengajarkan agama dengan cara baru, juga
diajarkan ilmu-ilmu umum (Djarnawi Hadikusuma,t.t : 64).

7
BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Muhammadiyah adalah


salah satu gerakan dakwah Islam yang berpengaruh dalam perkembangan pendidikan
di Indonesia. Salah satu buktinya Muhammadiyah membangun pondok pesantren
dengan sistem pembelajaran yang modern. Muhammadiyah sampai saat ini tetap
konsekwen untuk mencetak elit muslim terdidik lewat jalur pendidikan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Amien,Saiful. 2012.AIK(Al Islam Kemuhammadiyahan).Malang:UMM Press


Mulkhan, Abdul Munir. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah. Jakarta:
Bumi Aksara.1990
Amir Hamzah Wirjosukarto, 1985, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam,
Jember:Mutiara Offset
Zubair, Achmad Charris.2000. Peningkatan Kualitas Pendidikan Muhammadiyah. PP
Muhammadiyah: Majelis Tarjih dan pengembangan Pemikiran Islam

Anda mungkin juga menyukai