Anda di halaman 1dari 7

MUHAMMADIYAH

SEBAGAI GERAKAN
PENDIDIKAN
LATAR BELAKANG

Saat kolonial Belanda menjajah bumi nusantara,


Pendidikan Islam telah tersebar luas dalam wujud
“pondok pesantren”, dimana Islam diajarkan di
musholla/langgar atau masjid. Sistem pendidikan
pondok pesantren ketika itu tidak mengenal sistem
kelas, tidak ada ujian atau pengontrolan kemajuan
santri, dan tidak ada batas waktu berapa lama santri
harus tinggal di pondok pesantren. Penekanan
pendidikan lebih berorientasi pada hafalan
terhadap teks semata, sehingga tidak merangsang
santri untuk berdiskusi. Sistem pendidikan Islam model
ini berlangsung sampai memasuki awal abad ke-20
Melihat kenyataan yang memprihatinkan tersebut
K.H Ahmad Dahlan beserta beberapa tokoh
Muhammadiyah bertekad untuk memperbaharui
pendidikan bagi umat Islam. Pembaharuan yang
dimaksud meliputi dua segi yaitu segi cita-cita dan
segi teknik. Segi cita-cita adalah untuk membentuk
manusia muslim yang berakhaqul karimah, alim
dalam beragama, luas pandangan dan paham
terhadap masalah keduniaan, cakap, serta bersedia
berjuang untuk kemjuan agama Islam dan
masyarakat.
CITA-CITA PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH
Sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar,
Muhammadiyah dituntut untuk mengkomunikasikan
pesan-pesan dakwahnya dengan cara menanamkan
khazanah pengetahuan melalui jalur pendidikan.
Secara umum dapat dipastikan bahwa ciri khas lembaga
pendidikan Muhammadiyah yang tetap dipertahankan
sampai saat ini adalah dimasukannya mata pelajaran AIK
di semua lembaga pendidikan (formal) milik
Muhammadiyah. Hal tersebut sebagai salah satu upaya
Muhammadiyah agar setiap individu senantiasa
menyadari bahwa ia diciptakan oleh Allah semata-mata
untuk berbakti kepada-Nya. Allah menyatakan: “Kami
ciptakan jin dan manusia agar mereka berbakti kepada-
Ku” (QS. Adz-Dzaariyat/57:56).
Untuk merealisasaikan ide pembaharuan dalam dunia
pendidikan, Muhammadiyah telah melakukan aktifitasnya
dalam bentuk mendirikan madrasahmadrasah dan pesantren
dengan memasukkan kurikulum pendidikan dan pengajaran
ilmu pengetahuan umum dan modern, mendirikan sekolah-
sekolah umum dengan memasukkan kurikulum keislaman dan
kemuhammadiyahan. Lembaga pendidikan yang didirikan di
atas dikelola dalam bentuk amal usaha dengan
penyelenggaranya dibentuk sebuah majelis dengan nama
Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah, secara vertikal mulai
dari Pimpinan Pusat sampai ke tingkat Pimpinan Cabang.
karekteristik lembaga pendidikan modern Muhammadiyah
adalah HIS met the Quran atau dalam istilah lain disebut
“sekolah umum plus.” Sekolah ini merupakan embrio munculnya
istilah sekolah Islam (Islamic school) modern,
Orientasi pembahuruan dibidang Pendidikan menjadi
prioritas utama yang ingin dicapai oleh Muhammadiyah ,
hal ini tergambar dari tujuan Pendidikan dalam
Muhammadiyah untuk mencetak peserta dikdik/lulusan
sekolah Muhammadiyah, sebagai berikut:
• Memiliki jiwa tauhid yang murni
• Beribadah hanya kepada Allah
• Berbakti kepada orang tua serta bersikap baik terhadap
kerabat
• Memiliki akhlaq yang mulia
• Berpengetahuan luas serta memiliki kecakapan
• Berguna bagi masyarakat, bangsa dan agama
MENURUT ARIFIN, S. (2015) MISI PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH DIRUMUSKAN SEBAGAI BERIKUT:

• Mendidik manusia memiliki kesadaran ketuhanan (spiritual makrifat).


• Membentuk manusia berkemajuan yang memiliki etos tajdid, berfikir
cerdas, alternatif dan berwawasan luas.
• Mengembangkan potensi manusia berjiwa mandiri, beretos kerja keras,
wirausaha, kompetetif dan jujur.
• Membina peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki kecakapan
hidup dan ketrampilan sosial, teknologi, informasi dan komunikasi.
• Membimbing peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki jiwa,
kemampuan menciptakan dan mengapresiasi karya seni-budaya.
• Membentuk kader persyarikatan, ummat dan bangsa yang ikhlas, peka,
peduli dan bertanggungjawab terhadap kemanusiaan dan lingkungan.
• Untuk mewujudkan hal tersebut maka setiap Lembaga Pendidikan
Muhammadiyah diwajibkan memasukkan mata pelajaran Al- Islam/
Muhammadiyah sebagai integral dari kurikulum dengan harapan dapat
mempengaruhi karakter para peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai