Anda di halaman 1dari 21

KELOMPOK 7

PERAN PROFESI WANITA KARIR


MENURUT ISLAM

• RADYTA RAHMAWATY
• RAUDYASULUSTYANTIN
• RIFQI PRADANA PUTRA

TEKNIK SIPIL 2015


PERAN PROFESI WANITA KARIR
MENURUT ISLAM
2.1 Pengertian Wanita Karir

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud,


1988), Karir berasal dari kata karier (Belanda) yang berarti
pertama, perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan,
pekerjaan dan jabatan. Kedua, pekerjaan yang memberikan
harapan untuk maju.1 Selain itu kata karir selalu
dihubungkan dengan tingkat atau jenis pekerjaan seseorang.
Wanita karir berarti wanita yang berkecimpung dalam
kegiatan profesi (usaha dan perusahaan).
Beberapa ciri wanita karir:
1. Wanita yang aktif melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai suatu
kemajuan.
2. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan itu merupakan kegiatan-kegiatan
profesional sesuai dengan bidang yang ditekuninya, baik di bidang
politik, ekonomi, pemerintahan, ilmu pengetahuan, ketentaraan, sosial,
budaya pendidikan, maupun di bidang-bidang lainnya.
3. Bidang pekerjaan yang ditekuni oleh wanita karir adalah pekerjaan yang
sesuai dengan keahliannya dan dapat mendatangkan kemajuan dalam
kehidupan, pekerjaan, atau jabatan.

Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa “ wanita karir” adalah wanita yang
menekuni sesuatu atau beberapa pekerjaan yang dilandasi oleh keahlian
tertentu yang dimilikinya untuk mencapai suatu kemajuan dalam hidup,
pekerjaan, atau jabatan.
2.2 Pendapat Dan Hukum Wanita Karir

Di era globalisasi ini wanita juga ikut andil dalam


melakukan pekerjaan di luar rumah atau disebut sebagai wanita
karir dalam membantu keuangan keluarga dan suami walaupun
bukan merupakan suatu kewajiban.

Namun hakikat kewajiban seorang wanita paling utama


adalah sebagai isteri dan seorang ibu maka paling utama menjadi
sosok pengasuh, pendidik anak-anak serta mengurus suami dan
rumah sedangkan kaum pria selaku suami memiliki kewajiban
menafkahi isteri dan anak-anaknya secara ma’ruf (baik) dari hasil
pekerjaan dan cara yang halal.
”Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara ma’ruf, Seseorang tidak
dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.”
(QS.al-Baqarah 233)

Dan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda:

” Dan mereka (para istri) mempunyai hak diberi


rizki dan pakaian (nafkah) yang diwajibkan atas kamu
sekalian (wahai para suami) ” (HR. Muslim).
Sebagaimana diketahui, dewasa ini wanita dijadikan
seperti jaring pengumpulan harta, objek perburuan kaum muda,
sarana untuk menyebarkan kerusakan dan penghancuran serta
sebagai tahapan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Tindakan dan perbuatan kaum wanita secara umum dan
profesi yang digelutinya secara khusus senantiasa menyedot
perhatian yang sangat tajam di mata masyarakat sekitar.
Kondisi kezaliman terhadap wanita dalam peradaban
modern saat ini dengan memanfaatkan wanita untuk promosi dan
iklan. Kaum wanita dipikat agar mau menjadi bintang promosi
atau model iklan berbagai produk yang sebagiannya masih
berkaitan dengan dunia perempuan dengan memamerkan
auratnya di depan publik. Di dunia perfilman , kehormatan wanita
dimanfaatkan dan diumbar abis-abisan, hingga menerjang ajaran-
ajaran agama dan nilai-nilai kemanusiaan.
Membuka lapangan kerja yang tidak sesuai dengan
karakter perempuan. Dilandasi dengan kesetaraan jender
yang dielu-elukan di dunia Barat, masyarakat di sana
menuntut perempuan untuk bekerja sebagaimmana halnya
laki-laki.
Ada beberapa faktor kondisi yang membuat wanita
tetap bekerja meskipun mereka sudah berkeluarga.
Terutama gaji atau pendapatan dari suami yang tidak
mencukupi kebutuhan hidup sehari – hari, tidak rela
meninggalkan karir yang sudah dirintis sejak masih lajang,
atau merupakan kebutuhan untuk menghilangkan kejenuhan,
dll.
Dalam hal ini islam sudah mengaturnya yang tercatat
dalam Al Quran dan Hadits tentang membolehkan atau tidaknya
wanita bekerja di luar rumah. Pada dasarnya kewajiban wanita di
dalam rumahnya dan laki-laki yang mencari nafkah untuk bekerja
di luar rumah namun islam juga tidak melarang untuk bekerja di
luar rumah dengan menyesuaikan kondisi dan tidak melanggar
syariat yang telah ditentukan islam.
Namun, kondisi terjadi saat ini tantangan terbesarnya
adalah sistem yang memaksa banyak wanita lari dari perannya
dalam kenyataannya. Peran wanita diberdayakan di bidang
ekonomi dengan cara bekerja sama halnya dengan laki-laki,
akibatnya banyak menimbulkan problem kezaliman terhadap
wanita.
Rasulullah SAW punya seorang isteri yang tidak hanya
berdiam diri serta bersembunyi di dalam kamarnya. Sebaliknya,
dia adalah seorang wanita yang aktif dalam dunia bisnis. Bahkan
sebelum beliau menikahinya, beliau pernah menjalin kerjasama
bisnis ke negeri Syam. Setelah menikahinya, tidak berarti
isterinya itu berhenti dari aktifitasnya.
Bahkan harta hasil jerih payah bisnis Khadijah RA itu
amat banyak menunjang dakwah di masa awal. Di masa itu,
belum ada sumber-sumber dana penunjang dakwah yang bisa
diandalkan. Satu-satunya adalah dari kocek seorang donatur setia
yaitu isterinya yang pebisnis kondang. Tentu tidak bisa
dibayangkan kalau sebagai pebisnis, sosok Khadijah adalah tipe
wanita rumahan yang tidak tahu dunia luar.
Hukum Berdiamnya Wanita Di Dalam Rumahnya :
Para ulama berbeda pendapat tentang
hukumberdiamnya wanita di rumahnya, ada dua pendapat
dalam hal ini.
 Pendapat pertama, wanita wajib berdiam diri di
rumahnya. Ini adalah pendapat jumhur ulama ahli tafsir.
Dalil-dalil yang dijadikan dasar pendapat ini adalah
sebagai berikut:
Pertama, Dalil Al Qur’an, Allah Subhanahu Wa Ta’ala
berfirman :
“ Dan, hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah
kamu berhias dan bertingkahlaku seperti orang-orang
jahiliyahyang dahulu… “ (QS. Al Ahzaab : 33)
Kata qarnamerupakan fi’il amr(kata kerja perintah)
dari kata qarar yang menunjukkan suatu kewajiban.
Dengan demikian, ayat tersebut menunjukkan wajibnya
seorang wanita berdiam di dalam rumahnya.
Jadi, pengertian ayat Al Quran di atas adalah
perintah kepada para wanita untuk tetap tinggal dan menetap
di rumah serta tidak keluar darinya kecuali untuk suatu
keperluan atau hal yang darurat.
 Kedua dalil akal, menurut akal sehat, seorang wanita
harus tetap berada di rumahnya, mengurusi suami dan
anak-anaknya, serta dapat berupaya mendidik mereka
berdasarkan metode yang benar.
Pendapat kedua, seorang wanita hanya dianjurkan untuk
berdiam di rumahnya. Ini pendapat sejumlah Sahabat Nabi
Shalallahu ‘alihi Wa salam, diantaranya ‘Umar dan ‘Utsman
Radhiallahu’anha. Pendapat ini diikuti al Hafizh Ibnu hajar al
‘Asqalani. Mereka berhujjah dengan dalil-dalil Al- Quran , As
Sunnah dan ijma’ Ulama. Dalil-dalil yang melandasi pendapat ini
adalah sebagai berikut.
Pertama, dalil Al Quran, yakni firman Allah Subhanahu
Wa Ta’ala:
“Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan
perbuatan keji , hendaklah ada empat orang saksi diantara
kamu (yang menyaksikannya). Kemudian apabila mereka telah
memberi persaksian, maka kurunglah mereka (wanita-wanita
itu) dalam rumah sampai
Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan kaum
Muslimin menahan para wanita yang melakukan perbuatan
keji di dalam rumahnya. Ini merupakan dalil yang
menjelaskan bahwa wanita di dalam rumahnya bukan
merupakan hukum asal, tetapi hal tersebut diperintahkan
karena adanya penyebab, yakni terjadinya perbuatan keji.
Kedua, dalil dari As Sunnah, yakni sabda Nabi
Muammad Shalallahu ‘alaihi wa salam:
“Janganlah kalian menghalangi hamba-hamba
Allah yang wanita untuk pergi ke masjid-Nya” (HR.
Bukhari)
Hadits diatas menjelaskan bahwa kaum laki-laki juga
dilarang menghalangi para wanita untuk pergi ke masjid jika
mereka hendak pergi ke sana. Karena itulah, hukum
tinggalnya wanita di dalam rumah menjadi sunnah.
Seandainya jika perintah berdiamnya wanita di rumah itu
wajib maka mereka tidak diizinkan untuk ke masjid. Sebab
sholat wanita lebih afdhol di rumah dari pada di masjid.
Tujuannya dari berdiamnya wanita di
Rumah :
 Aman dari Fitnah
Tinggalnya seorang wanita di dalam rumahnya merupakan
suatu hal yang sangat penting, demi menjaganya dari berbagai
fitnah dan gangguan-gangguan yang bisa menimpa pada dirinya
apabila keluar rumah. Ini merupakan salah satu bentuk usaha
untuk mengantisipasinya dari bahaya.
 Dapat menunaikan hak Suami sebagai Isteri
Seorang isteri wajib mentaati suaminya dan mengurus
rumahnya. Seorang isteri tidak boleh keluar dari rumah kecuali
tanpa izin dari suaminya. Namun, tidak boleh keluar rumah itu
juga jangan sampai bertentangan dengan kewajiban mengurus
rumah.
 Dapat mengurus rumah dan anak-anak
Isteri memiliki peran yang sangat penting dalam
memperbaiki penataan rumah, pemeliharaannya, juga
perlindungan terhadapnya, termasuk semua barang atau
harta yang dimiliki dan orang yang ada di dalamnya.
Aturan-aturan Bagi Wanita yang Keluar
Rumah :
 Mendapat izin dari walinya
Wali adalah kerabat seorang wanita, baik dari sisi
nasabiyah(garis keturunannya), sababiyah (karena adanya tali
pernikahan), ulul arham (kerabat jauh), orang yang diserahi
perwakilan, maupun seorang pemimpin (wali hakim).
 Berpakaian secara syar’i
Berpakaian secara syari’ bagi wanita yang telah dijelaskan
dalam QS. Annur ayat 31 dan Al Ahzaab ayat 59 dengan
menutup seluruh tubuh selain bagian yang dikecualikan, tidak
berhias secara berlebihan dan mengikuti seperti orang-orang
jahiliyah, dengan memakai pakaian Tebal (tidak transparan),
pakaian tersebut harus longgar.
 Aman dari fitnah
Jika seorang wanita keluar rumah maka harus
aman dari fitnah dengan menjaga dirinya dari gangguan
sehingga kehormatan dan kesucian wanita bisa
terlindungi ketika keluar dan hingga kembali kerumah.
 Adanya mahram ketika melakukan safar.
Menurut Bahasa, seorang disebut mahram bagi
seorang wanita apabila orang itu tidak halal menikahi wanita
tersebut. Adapun menurut istilah, mahram adalah suami dan
laki-laki yang diharamkan menikahi wanita tersenbut
selama-lamanya.
Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wa Salam:
Seorang wanita tidak boleh melakukan safar kecuali bersama
mahramnya” (HR. Bukhari).

 Jadi, dengan demikian peran wanita tidak hanya menjadi


seorang ibu dan isteri yang hanya berdiam di rumah saja tanpa
usaha dengan mengembangkan kreatifitasnya namun wanita
juga sebagai sosok yang mampu berperan di tengah masyarakat
sesuai profesi kemampuan yang dimilikinya tapi tidak
melanggar aturan syariat islam dan bukan suatu pekerjaan
haram yang membahayakan dan menimbulkan fitnah bagi
dirinya serta tidak meninggalkan peran dan kewajibannya
sebagai wanita menjadi seorang ibu atau isteri.
Kesimpulan

Kewajiban seorang wanita paling utama adalah


sebagai isteri dan seorang ibu maka paling utama
menjadi sosok pengasuh, pendidik anak-anak serta
mengurus suami dan rumah. Namun Ada beberapa
faktor kondisi yang membuat wanita menjadi wanita
karir meskipun mereka sudah berkeluarga yaitu karena
gaji atau pendapatan dari suami yang tidak mencukupi
kebutuhan hidup sehari – hari.

Anda mungkin juga menyukai