Anda di halaman 1dari 16

Makalah

Pendidikan Muhammadiyah Ditinjau dari


Perspektif Filsafat Pendidikan Islam

Dosen pengampuh : Dr. Nyong Etis., M.Fil.I.

Oleh :

Rahma Diah An Nilam (192071000012) Bilqisth


Nurul Azizah (192071000054)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO

2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji dan syukur dipersembahkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat taufik, hidayah dan
karunia-Nya, penulis dapat merampungkan penyusunan makalah filsafat pendidikan Islam
dengan judul “Praksis Pendidikan Muhammadiyah” yang diharapkan dapat memahami serta
mampu melakukan refleksi kritis terhadap praksis pendidikan Islam Muhammadiyah.

Shalawat dan salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabat nya yang telah merintis pertumbuhan dan perkembangan tradisi mencintai,
memahami, menghayati, dan mengamalkan berbagai macam ilmu sesuai dengan tuntunan Al
– Qur’an dan al-Hadis.

Pada penyusunan tugas makalah ini penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Nyong
Etis., M.Fil.I selaku dosen mata kuliah filsafat pendidikan Islam yang telah banyak
memberikan masukan,bimbingan, dan bantuan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah ini. Penulis berharap semoga tugas makalah ini dapat memberikan banyak manfaat,
tidak hanya menjadi refleksi bagi penulis tetapi untuk pembaca. mohon maaf apabila masih
ada kekurangan dalam penyusunan makalah.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Sidoarjo, Juni 2020

Penulis

2
3
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Praksis Filsafat Pendidikan Muhammadiyah

2.2 Tujuan Praksis Filsafat Pendidikan Muhammadiyah

2.3 Metode Praksis Muhammadiyah

2.4 Implementasi Praksis Filsafat Pendidikan Muhammadiyah

2.5 Tokoh – Tokoh Pembangun NU

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Daftar Pustaka

4
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan Muhammadiyah ialah pendidikan modern pertama yang dinaungi


oleh K.H Ahmad Dahlan. Pendidikan Muhammadiyah ini berjalan dengan diawali
mengenal serta mempelajari Al-Qur’an, kemudian dilanjutkan dengan mempelajari
kitab-kitab fiqih, nahwu, tafsir, dan lain-lain. Pendidikan Muhammadiyah memang
menuntut untuk lebih mengedepankan ilmu agama, yaitu agama Islam.
Tujuan dari pendidikan Muhammadiyah yang melihat dari sistem pendidikan
sejak di dirikan yaitu “membentu pribadi alim intelektual” dalam artian seorang
muslim yang seimbang akan iman dan ilmu nya, ilmu agama dan ilmu umum, pribadi
yang kuat akan rohani dan jasmani nya.
Tujuan pendidikan Muhammadiyah saat ini sah dirumuskan oleh majelis
tanwir pada intinya Pendidikan Muhammadiyah ialah membentuk pribadi muslim,
berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri dan berguna bagi masyarakat
umum.

Rumusan Masalah

• Apa pengertian praksis filsafat pendidikan Muhammadiyah


• Apa tujuan praksis filsafat pendidikan Muhammadiyah
• Apa saja metode praksis Muhammadiyah
• Bagaimana implementasi Praksis filsafat pendidikan Muhammadiyah

Tujuan

• Agar mahasiswa mengetahui pengertian praksis filsafat pendidikan Muhammadiyah


• Agar mahasiswa mengetahui tujuan praksis filsafat pendidikan Muhammadiyah
• Agar mahasiswa mengetahui apa saja metode praksis Muhammadiyah

5
• Agar mahasiswa mengetahui implementasi Praksis filsafat pendidikan
Muhammadiyah

Manfaat

 Manfaat dari penulisan makalah ini agar mahasiswa dapat mengetahui secara
mendalam tentang pendidikan muhammadiyah yang ditinjau dari perspektif filsafat
pendidikan Islam serta pembaca dapat menambah wawasan baru, bermanfaat bagi
penulis dan pembaca

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Praksis Filsafat Pendidikan Muhammadiyah

Muhammadiyah melandasi perkembangan berpegang teguh pada ajaran Islam, yaitu Al-
Qur’an dan As-Sunnah, Dalam melihat hal ini Muhammadiyah dipandang merupakan
gerakan Islam non madzhab. Dalam meninjau dan memperdalam ajaran Islam,
Muhammadiyah mengembangkan sikap tajdid dan ijtihad, serta menjauhi sikap taklid. Arti
kata “tajdid” yaitu pembaharuan, innovasi, restorasi, modernisasi. Hal ini mengartikan bahwa
bangkit nya Muhammadiyah dalam usaha memperbaharui pemahaman-pemahaman kaum
muslimin terhadap agamanya, mencerahkan hati dan pikirannya dengan cara
memperkenalkan kembali ajaran Islam yang sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Dengan ini Muhammadiyah merujuk dan meninjau anggaran dasar yaitu “menegakkan dan
menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang
sebenarbenarnya”. Oleh karena itu, Muhammadiyah meninjau dan mengembangkan hal-hal
yang menyangkut kehidupan sosial, ekonomi, dan sosial demi keberlangsungan
perkembangan Muhammadiyah yang sesuai dengan syariat Islam.

Aspek kehidupan seperti filosofis, psikologis, dan sosiologis menjadi hal penting yang perlu
diutamakan dalam membangun pendidikan yang terbaik serta dapat dijangkau oleh masyarat
luas. Karena keinginan yang kuat dan dalam rangka memperbaiki kembali ajaran agama
Islam maka tak bisa di jadikan hal yang diragukan karena aspek-aspek ini menjadi latar
belakang oleh Islam.

Filsafat yang dijadikan sebagai pedoman oleh Muhammadiyah adalah berlandaskan agama
Islam. oleh karena itu sebagai kebijakan nya, Muhammadiyah berupaya dan setelahnya
membuat kebijakan filsafat pendidikan Muhammadiyah menyesuaikan dengan prinsip-prinsip
filsafat yang dipegang teguh.

Filsafat pendidikan Islam meninjau dan mengutamakan pandangan ke depan tentang


generasi yang di munculkan. Oleh karena itu hal ini pendidikan Muhammadiyah atau filsafat
pendidikan Muhammadiyah tidak terlepas dari filsafat pendidikan Islam. Muhammadiyah
pada hakikatnya adalah prinsip-prinsip Islam yang menurut Muhammadiyah menjadi panutan
untuk menjadikan manusia muslim. Maka dari itu, sebelum mempelajari secara mendalam

7
pendidikan Muhammadiyah perlunya mencari konsep dasar dalam mempelajari pendidikan
Muhammadiyah juga perlu mencari tahu pemikiran dasar dari filsafat pendidikan Islam yang
di gagas oleh pemikiran dari filsafat pendidikan Islam.

2.2 Tujuan Praksis Pendidikan Filsafat Muhammadiyah

Tujuan pendidikan Muhammadiyah dapat dibagi menjadi dua zaman, yaitu pada era pra-
perumusan dan era perumusan formal. Pada era pra-perumusan, tujuan pendidikan memang
sudah ada namun belum dirumuskan secara eksplisit dan formal, karena tujuan persyarikatan
masih menyatu dengan tujuan pendidikan nya, dengan penjelasan yang langsung oleh K.H
Ahmad Dahlan yang berorientasi tujuan pendidikan Muhammadiyah.

Selama masa pra-perumusan ini seringkali terjadi ketidaksamaan pemikiran, sampai pada
masa menemukan titik persinggunganya dengan tujuan persyarikatan, yang dimana pada era
pra-perumusan menjadi tujuan pendidikan Muhammadiyah. Adapun tujuan tersebut telah
direvisi seperti berikut :

1. Tujuan Muhammadiyah 1921, memajukan dan menggembirakan pengajaran dan


pelajaran agama Islam di Hindia Netherland
2. Memajukan dan menggermbirakan cara kehidupan sepanjang kemauan agama Islam
kepada segala sekutunya.

Membaca serta memperdalam perumusan tujuan diatas harus berdasarkan historis dan
kontekstual. Arti dari pengajar yaitu sebagai pendidik, kaum intelektual, cendekiawan.
Sedangkan pelajaran yang memiliki arti berasal dari kata dasar pelajar yaitu peserta didik,
santri, mahasiswa. Dari pemahaman diatas yang berarti warga, pimpinan Muhammadiyah
dapat disimpulkan sebagai pengajar-pelajar yang tengah berusaha untuk keras untuk
memperdalam atau mempelajari islam dalam kondisi yang menggembirakan.

Tujuan pendidikan Muhammadiyah berdasarkan zaman nya , yaitu pada awal abad 20
yang merupakan sebuah lompatan yang besar dimana pandangan mengenai pendidikan oleh
masyarakat sudah terbuka dengan baik. Santri yang dikenal sebagai religius pendidikan
berpusat kepada pesantren dan orientasi kiblat nya yaitu di Mekkah, sedangkan golongan
sekuler menyekolahkan anak-anaknya di sekolah Belanda.

8
Tujuan pendidikan di pesantren, memang di upayakan untuk menjadi seorang ahli agama,
berbeda dengan sekolah belanda yang mengedepankan keterampilan agar dapat berguna di
zaman Modern. Dualisme sistem pendidikan ini yang dimana pada urutan nya menghasilkan
tatanan masyrakat dikotomis, terpecah belah antara golongan santri yang ahli agama dan
golongan sekuler yang ahli dalam keterampilan. Maka dari itu hadirnya Muhammadiyah
sebagai penengah dikotomi masyarakat. Muhammadiyah untuk menghadirkan ahli agama
yang intelektual.

Pada era perumusan formal yang memiliki tujuan bahwa Muhammadiyah memang
dasarnya merupakan usaha atau upaya untuk memperdalam dan mengaktualkan kembali
citacita pendidikan yang telah diupayakan dan diperjuangkan oleh K.H Ahmad Dahlan
sebagai pendiri Organisasi dimana perumusan formal masih memiliki keterkaikatan dengan
pemikiranpemikiran pendiri, bukan menjadi suatu hal yang berdiri sendiri.

Tujuan pendidikan Muhammadiyah yang dihadirkan memang seringkali mengalami


perubahan-perubahan atau modifikasi, dimana perubahan-perubahan tersebut menjadi awal
atau sebagai dasar dari membentuk pendidikan Muhammadiyah yang sesuai dengan
pemikiranpemikiran kaum muslim yang berintelektual. Oleh karena itu dapat ditinjau bahwa
tujuan pendidikan Muhammadiyah lebih dekat dengan teori pendidikan progresif namun
dikarenakan sebagai pondasinya atau sebagai pedoman adalah religius, maka corak
pendidikan Muhammadiyah adalah progresif religius.

2.3 Metode Praksis Filsafat Pendidikan Muhammadiyah

Setelah seabad berdiri, barulah pada tahun 2010 Muhammadiyah merumuskan filsafat
pendidikannya, yang dituangkan sebagai salah satu dari keputusan Muktamar Satu
Abad Muhammadiyah (Muktamar Muhammadiyah ke-46) yang diselenggarakan di

9
Yogyakarta pada tanggal 3-8 Juli 2010.22 Secara eksplisit dinyatakan bahwa Pendidikan
Muhammadiyah adalah penyiapan lingkungan yang memungkinkan seseorang tumbuh
sebagai manusia yang menyadari kehadiran Allah Swt. dan menguasai ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni (Ipteks). Ada 2 macam kesadaran yang diharapkan Muhammadiyah
melalui penyiapan lingkungan yang dimaksudkannya, yaitu :

 kesadaran spiritual pada satu sisi


 kesadaran terhadap penguasaan Ipteks pada sisi yang lain.

Dengan dua kesadaran tersebut seseorang akan mampu memenuhi kebutuhan


hidupnya secara mandiri, peduli sesama yang menderita akibat kebodohan dan kemiskinan,
senantiasa menyebarluaskan kemakmuran, mencegah kemungkaran bagi pemuliaan
kemanusiaan dalam kerangka kehidupan bersama yang ramah lingkungan dalam sebuah
bangsa dan tata pergaulan dunia yang adil, beradab dan sejahtera sebagai ibadah kepada
Allah.24 Terkait dengan integralisasi pendidikan yang diwariskan oleh Dahlan, oleh
Muhammadiyah dinyatakan bahwa pendidikan Muhammadiyah merupakan pendidikan Islam
modern yang mengintegrasikan agama dengan kehidupan dan antara iman dan kemajuan
yang holistic.

Dari rahim pendidikan Islam yang untuk itu lahir generasi Muslim terpelajar yang
kuat iman dan kepribadiannya, sekaligus mampu menghadapi dan menjawab tantangan
zaman. Dirumuskan pula bahwa Ipteks merupakan hasil pemikiran rasional secara holistik
dan komprehensif atas realitas alam semesta (ayat kauniah)dan atas wahyu

Selain itu,Ada 3 metode dalam memajukan pendidikan Muhammadiyah :

1) Sekolah menanamkan nilai agama , bahwa hanya Allah lah yang Maha Benar yang wajib
ditakuti dan tidak perlu takut kepada selain-Nya.a Jika ada kkeklruan maka harus diingatkan
pada tempatnya sekalipun itu guru ataupun orang tua.
2) Sekolah mengembangkan model pembelajaran inklusif. Dengan jumlah siswayang dibatasi
yaitu 30 siswa perkelas paling banyak dan diajar oleh 2 guru,hal tersebut dilakukan agar guru
dapat mengetahui potensi setiap muridnya sehingga dapat menumbuhkan potensi tersebut
secara optimal.
3) anak-anak memiliki semangat yang tinggi dalam mempraktekkan ajaran agama Islam, selalu
berjamaah di masjid ditanamkan dari kelas 1,bahkan ada beberapa anak yang sudah secara
rutin menjalankan shalat Tahajud. Hal ini merupakan hasil dari pendekatan praktek dalam
pembelajaran agama. Agama tidak hanya berisi tentang intelektual yang berisi konsep-

10
konsep abstrak atau menjadi hafalan di kepala,tetapi dengan mempraktekkan secara
langsung apa yang diperintahkan oleh Islam dan menghindari apa yang dilarang-Nya.

2.4.Implementasi Praksis Filsafat Pendidikan Muhammadiyah

Jika Muhammadiyah bersungguh-sungguh ingin mendirikan universitas atau sekolah yang


unggul maka diperlukan perumisan landasan filosofis pendidikannya dengan berani sehingga
posisi lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah dapat diletakkan dihadapan pendidikan
nasional secara tegas, serta kedudukannya sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang strategis,serta fungsinya sebagai tempat dakwah Islamiyah.

Kebingungan akan terjadi apabila orientasi filosofis pendidikan tidak ada; apa arus
pendidikan nasional sejauh ini kebijakannya belum ada kefelasan harus diikuti ? karena setiap
adanya pergantian menteri pasti kebijakannya akan mengalami perubahan. Jika
pengembangan iptek memang dipilih maka adanya keberanian sangat penting untuk memilih
perbedaan arah dengan peraturan pemerintah. Pondok Gontor sebagai model dapat dijadikan
alternatif, dengan kebebasan berfikir serta berbahasa dapat dibuktikan bahwa pondok Gontor
mampu mengantarkan peserta didik menjadi orang-orang yang unggul.

Apabila st ini kita dari sisi kurikulumnya ,sekolah/universitas Muhammadiyah itu sama
mirip dengan universitas ataupun sekolah negeri dengan menambahkan pelajaran serta
alIslam. Jika menengok banyaknya pelajaran, maka pertumbuhan anak akan terbebani, maka
dari itu bibit-bibit unggul sangat jarang dilahirkan oleh lembaga pendidikan. Bukankah
sekarang saatnya untuk perumusan kemuhammadiyahan serta Al-Islam kembali yang
berintegrasi dengan pelajaran umum, atau paling tidak disesuaikan dengan kebutuhan peserta
didik; seperti halnya, pengevaluasian dalam materi Al-Qur’an serta ibadah,dan praktek
langsung dan berbahasa,tidak menggunakan sistem berbasis ujian tulis seperti saat ini.

Sambil orientasi filosofis pendidikan dirumuskan,kepekaan diperlukan oleh pendidikan


Islam (Muhammadiyah) dalam memberikan semua kebutuhan baru yang timbul dari cita-cita
masyarakat dan memhami perkembangan kehidupan dengan strategi sebagai berikut:

1 Penguatan Bangunan Filosofis

Pada lapisan pertama yang berkaitan dengan bangunan filosofis, ada beberapa aspek yang
perlu dilakukan oleh pendidikan islam agar permasalahan yang dihadapi tidak saja bisa
menemukan solusinya, tetepi juga agar permasalahan tersebut justru bias berubah menjadi

11
kelebihan dan kekuatan pendidikan islam itu sendiri. Aspek-aspek dimaksud di antaranya
adalah :

 Penguatan konsep ta’lim, ta’dib dan tarbiyah.


 Penguatan hubungan manusia dengan tuhan serta manusia dengan sesama alam

2.Penguatan Praktik Pembelajaran

Pada lapisan kedua yang berkaitan dengan pembangunan praktik pembelajaran, ada
beberapa aspek yang perlu dilakukan oleh pendidikan islam di Indonesia. Aspek-aspek
dimaksud merujuk kepada kebijakan kurikulum, metode pembelajaran , hingga saran
prasarana. Pembenahan pada aspek-aspek ini dimaksudkan agar permasalahan praktik
penyelenggaraan pendidikan yang dihadapi pendidikan isalm di Indonesia tidak saja bisa
menemukan solusinya, tetapi juga agar permasalahan tersebut justru bisa berubah menjadi
kelebihan dan kekuatan pendidikan islam itu sendiri.

 Pengembangan kebijakan kurikulum yang dinamis-progresif


 Pengembangan moral dan masyarakat yang mengalami perubahan membutuhkan nila nilai
islami sebagai ketentuan standar dalam pendidikan Islam

 Dalam menghadapi norma sekuler,peserta didik memerlukan peran pendidikan Islam


sebagai dasar dalam pengembangan moral,pengendali,serta pertimbangan tingkah lakunya.

 Peserta didik mampu menjadi sumber daya insani yang berkualitas apabila mereka
menggunakan norma islami dapat menjadi pengendali kehidupan pribadi dalam menghadapi
goncangan hidup dalam era globalisasi
 Dalam rangka mewujudkan kesatuan serta persatuan umat Islam yang kokoh dengan tetap
memperhatikan lingkungan kepentingan bangsa-bangsa memerlukan nilai-niilai islami agar
dapat dijadikan sebagai pengikat hidup bersama

 Agar tidak muncul pandangan yang dikotomis diperlukan sifat ambivalensi pendidikan Islam.

2.5 Tokoh – tokoh Pendiri NU

1. KH M Hasyim Asy'ari
Kiai Hasyim atau Mbah Hasyim adalah tokoh utama dan pendiri NU pada 31 Januari
1926. Pendiri dan Pengasuh pertama Pesantren Tebuireng, Jombang tersebut
merupakan satu-satunya penyandang gelar Rais Akbar NU hingga akhir hayatnya dan
tidak pernah ada lagi hingga sekarang.

12
Ayahanda KH Abdul Wahid Hasyim ini ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada
tahun 17 November 1964 berkat jasanya yang berperan besar dalam pendidikan
melalui NU dan melawan penjajah.

Salah satu di antara jasanya untuk negara ini adalah memutuskan NU untuk
mengeluarkan Resolusi Jihad fi Sabilillah yang direkomendasikan untuk pemerintah
RI yang baru berdiri dan Jihad fi Sabilillah untuk umat Islam dengan fatwa, setiap
orang dewaasa yang berada dalam radius 90 km dari medan pertempuran melawan
penjajah wajib berperang. Keduanya diputuskan menjadi pernyataan resmi organisasi
NU pada 22 Oktober 1945. Dan tanggal tersebut kemudian dijadikan sebagai hari
santri.

2. KH Abdul Wahid Hasyim


KH Abdul Wahid Hasyim adalah putra Hadratussyekh KH Hasyim As’yari dan ayah
dari presiden keempat RI, KH Abdurrahmann Wahid. Tercatat sebagai salah seorang
anggota Badan Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
dan anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Di Pesantren Tebuireng, dirinya mempelopori masuknya ilmu pengetahuan umum ke


dunia pesantren dengan mendirikan Madrasah Nidzmiyah dengan ilmu umum 70
persen, ilmu agama 30 persen. Dan ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada
tanggal 17 November 1960.

3. KH Zainul Arifin

KH Zainul Arifin, merupakan tokoh NU asal Barus, Sumatera Utara. Keturunan raja-
raja Barus ini aktif di NU sejak muda melalui kader dakwah.

Di antara jasanya adalah pada pembentukan pasukan semi militer Hizbullah.


Kemudian menjadi panglimanya. Pernah menjadi perdana menteri Indonesia, Ketua
DPR-GR. Selain itu, juga berjasa dalam menjadi anggota badan pekerja Komite
Nasional Pusat. Pemerintah menetapkan dirinya sebagai pahlawan nasional pada 4
maret 1963.

Baca juga:  Harlah Ke-98 NU, Jokowi : Hampir Satu Abad Jadi Benteng Pembela
Pancasila

13
4. KH Zainal Musthafa

Sosok KH Zainal Musthafa merupakan tokoh NU dari Tasikmalaya, Jawa Barat dan
pernah menjadi salah seorang Wakil Rais Syuriyah.

Dirinya merupakan salah seorang kiai yang secara terang-terangan melawan para
penjajah Belanda. Ketika Belanda lengser dan diganti Jepang, tetap menolak
kehadiran mereka. Bersama para santrinya mengadakan perang dengan Jepang. Dan
atas jasanya dianugerahi sebagai pahlawan nasional pada1972.

5. KH Idham Chalid

Tercatat pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Indonesia pada Kabinet Ali
Sastroamidjojo II dan Kabinet Djuanda. Juga sebagai Ketua MPR dan Ketua DPR.

Selain sebagai politikus, adalah kiai yang pernah diamanahi sebagai Ketua Umum
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) anttara tahun 1956 hingga 1984. Hingga
saat ini ia merupakan ketua paling lama di ormas bentukan para kiai ini.

Atas jasanya, Kiai Idham ditetapkan sebagai pahlawan pada 8 November 2011.
Kemudian pada 19 Desember 2016, Pemerintah mengabadikannya di pecahan uang
kertas rupiah baru, pecahan Rp 5 ribu.

6. KH Abdul Wahab Chasbullah

Mbah Wahab atau Kiai Wahab merupakan salah seorang pendiri NU. Sebelumnya,
dikenal sebagai pendiri kelompok diskusi Tashwirul Afkar (pergolakan pemikiran),
pendiri Madrasah Nahdlatul Wathan (kebangkitan negeri), pendiri Nahdlatut Tujjar
(kebangkitan pedagang).

Sejak 1924, mengusulkan agar dibentuk perhimpunan ulama untuk melindungi


kepentingan kaum tradisionalis yang bermazhab. Usulannya terwujud dengan
mendirikan NU pada 1926 bersama kiai lain.

Kiai yang pernah menjadi Pengasuh Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang
tersebut juga salah seorang penggagas Majelis Islam A’la Indonesia atau MIAI. Juga
sebagai Rais ‘Aam PBNU.

14
Kiai yang wafat pada 29 Desember 1971 tersebut mendapatkan gelar pahlawan pada 8
November 2014.

7. KH As’ad Syamsul Arifin

KH As’ad Syamsul Arifin salah seorang kiai berperang melawan penjajah. Pengasuh
Pesantren Salafiyah Syafiiyah, Sukorejo, Banyuputih, Situbondo tersebut menjadi
pemimpin para pejuang di Situbondo, Jember maupun Bondowoso.

Di masa revolusi fisik, Kiai As'ad menjadi motor yang menggerakkan massa dalam
pertempuran melawan penjajah pada 10 November 1945. Selepas kemerdekaan
merupakan penggerak ekonomi-sosial masyarakat dengan menyerap aspirasi dari
warga kemudian mendorong pemerintah daerah, menteri, maupun presiden guna
mewujudkan pembangunan yang merata.

Kiai As'ad juga berperan menjelaskan kedudukan Pancasila tidak akan mengganggu
nilai-nilai keislaman. Atas jasa-jasanya, mendapat anugerah pahlawan pada 9
November 2016.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mengetengahkan filsafat pendidikan Muhammadiyah tidak bisa dilepaskan dari ide dan
gagasan K.H. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah, sebagai man of action, yang
telah bekerja keras membangun Muhammadiyah dan menempatkan pendidikan sebagai
primadona amaliyahnya. Melalui pendidikan inilah Ahmad Dahlan mencetuskan gagasan
pembaharuannya yang menyerukan ijtihad, menolak taklid dan kembali kepada Alquran
dan Sunnah, melalui upaya pengintegrasian tuntunan akal dan hati nurani yang berujung
pada pengintegrasian ilmu pengetahuan agama dan pengetahuan umum yang saling menyapa
dan saling menguatkan dalam rangka penguatan iman dan kemajuan peradaban, melalui
lembaga-lembaga pendidikan yang dibangunnya.

Bercermin pada ide dan gagasan itulah Muhammadiyah kemudian merumuskan


filsafat pendidikannya yang menekankan bahwa pendidikan merupakan penyiapan
lingkungan yang memungkinkan seseorang tumbuh sebagai manusia yang menyadari
kehadiran Allah Swt. dan menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Pada
gilirannya peserta didik dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri, peduli
sesama yang menderita akibat kebodohan dan kemiskinan, senantiasa menyebarluaskan
kemakmuran, mencegah kemungkaran bagi pemuliaan kemanusiaan dalam kerangka
kehidupan bersama yang ramah lingkungan dalam sebuah bangsa dan tata pergaulan dunia
yang adil, beradab dan sejahtera sebagai ibadah kepada Allah Swt.

16

Anda mungkin juga menyukai