Anda di halaman 1dari 13

MINI RISET

MUHAMMADIYAH DAN PENDIDIKAN DI NUSANTARA


NAMA DOSEN : KHAIRUL AZMI, S.HI, M.A
DISUSUN OLEH :

PUTRI SOFIA (2206200196)


IHKA MAQHFIRATI (2206200643)
DITA AMALIA AFRIANTO (2206200275)
UMMI AISYAH WULANDARI (2206200328)
AZRA NAZIFA (2206200214)
FARAH DIBA (2206200064)
AIDIL SYAHPUTRA (2206200291)
HARIS SAQIBY ALHAZ (2206200175)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A 2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Muhammadiyah saat ini menjadi organisasi yang berpengaruh dalam dunia pendidikan.
Walaupun awalnya didirikan oleh kelompok Islam, namun Muhammadiyah mampu
berkembang dengan baik seiring kemajuan zaman sehingga mudah diterima oleh seluruh
elemen masyarakat Indonesia. Banyak hal yang mendorong kemajuan organisasi ini
seperti halnya visi-misi , konsep pendidikan, tujuan, maupun kuriukulum yang saling
berkesinambu- ngan sehingga Muhammadiyah dapat berproses dengan baik dalam
masyarakat. K.H. Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadaiyah sangat berharap
pembaharuan yang ia bawakan dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan memberikan
pencerahan mental kepada bangsa ini. Indonesia merupakan negara yang mempunyai
sejarah pendidikan yang beragam. Hal ini dikarenakan banyak organisasi-organisasi yang
juga mencantumkan pendidikan sebagai sarana pergerakan maupun komitmen. Dari
sekian banyak organisasi tersebut dapat kita ketahui Muhammadiyah adalah salah satu
organisasi yang sampai saat ini masih menunjukkan eksistensinya, dan bahkan
berkembang dengan sangat pesat seiring perkembangan zaman. Muhammadiyah adalah
sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Arti kata Muhammadiyah sendiri adalah
pengikut Muhammad atau dikenal sebagai orang – orang yang menjadi pengikut Nabi
Muhammad SAW.
Pendidikan merupakan suatu proses yang berkesinambungan guna menumbuh
kembangkan peserta didik kearah kesempurnaan berdasarkan fitrahnya. Maka dari itu,
pendidikan yang dilaksanakan harus seimbang dalam mempelajari ilmu pengetahuan
umum dan ilmu agama sehingga ilmu pengetahuan yang dipelajari selaras dengan kaidah
– kaidah agama. Latar belakang dilakukannya penelitian ini adalah adanya kenyataan di
lapangan yang menunjukkan diantara sekian banyak sekolah- sekolah yang didirikan baik
oleh pemerintah maupun swasta pada dasarnya lebih menekankan pada tatanan
pengetahuan dan keterlampiran semata dan cenderung mengesampingan pengetahuan
agama (islam) adalah dalam artian pendidikan keagamaan hanya dijadikan sebagai
pelengkap kurikulum saja. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
kepustakaan dengan menggunakan metode historis dengan harapan agar peneliti dapat
mengkaji perkembangan pendidikan Muhammadiyah dari masa awal berdirinya hingga
sekarang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan beberapa menelaah dan
mengesploitasi buku-buku, dokumen –dokumen, internet dan sumber-sumber lain yang
relefan. Hasil penelitian ini diantaranya menyimpulkan bahwa menurut Muhammadiyah
pendidikan adalah suatu keniscayaan (harus ada) dan Muhammadiyah juga berannggapan
bahwa pendidikan yang harus dilaksanakan adalah pendidikan yang holistic yakni
memadukan atau menyeimbangkan antara pengetahuan ke islaman dengan pengetahuan
umum sehingga menghasilkan manusia yang cerdas dalam keilmuan dan memiliki
karakter (barakhlak manusia) maka dari itu Muhammadiyah menyelenggarakan
pendidikan yang lebih modern yang sesuai dengan tuntutan zaman.
Di kalangan masyarakat Indonesia Muhammadiyah memiliki peran yang penting dalam
menyusun dan mengimplementasikan ide-ide dalam pembaharuan Islam khususnya
bidang pendidikan dan sosial keagamaan. Muhammadiyah bisa disebut sebagai
trendsetter dan diibaratkan lokomotif penarik gerbong gerakan progresif Islam di
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari luasnya cakupan progresif Selain dalam bidang
pendidikan dengan sekolahnya, Muhammadiyah juga mempelopori atas berdirinya
berabagi amal usaha yang meliputi panti asuhan, panti jompo, rumah sakit, Baitul Maal
dan Tanwil, dan lain-lain yang merupakan ciri utama gerakan masyarakat modern. Hal ini
menjadi sesuati yang penting dan menarik untuk melakukan penelitian lebih dalam terkait
gerakan pembaharuan yang memiliki ribuan amal usaha baik dalam bidang pendidikan
maupun sosial keagamaan, khususnya gerakan progresif pembaharuan Muhammadiyah.
Muhammadiyah memiliki area of concern sebagai eksperimen pendidikan Islam dan
gerakan sosial modern abad 20 yang pada yang kemudian mengalami perkembangan
yang sangat pesat dengan melahirkan beragai kemajuan di berbagai bidang kehidupan
baik pendidikan, sosial, ekonomi, budaya, politok dan lain-lain. Untuk mengetahui
bagaimana gerakan progresif pembaharuan pendidikan dan sosial keagamaan
Muhammadiyah, maka tulisan ini dirasa sangat signifikan. Kajian tentang gerakan
Muhammadiyah sebagai pebaharuan pendidikan dan sosial keagamaan tentunya telah
dibahas oleh peneliti sebelumnya tetapi memiliki fokus yang berbeda.
Pergerakan Muhammadiyah ini dimulai dari pergerakan personal dilakukan dengan
memberikan arahan dan pengajaran secara pribadi serta pergerakan nyata yang
dibuktikan dengan membangun lembaga-lembaga pendidikan Islam yang sangat beragam
dan berjenjang dimulai dari Taman Kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi. Lembaga
pendidikan Muhammadiyah diperkirakan akan terus bertambah, karena sesuai prioritas
pengembangan kualitas dan misi pendidikan Muhammadiyah di seluruh jenjang melalui
perencanaan strategi yang dapat mencapai tujuan pendidikan sebagaimana cita-cita
pendiri Muhammadiyah dan sekaligus menjadi ciri khas pendidikan Islam dan Institusi
pendidikan dan kebudayaan Islam. Muhammadiyah adalah organisasi yang berasaskan
Islam, maksud dan tujuan Muhammadiyah yang paling esensi adalah untuk menyebarkan
agama Islam baik melalui jalur pendidikan maupun kegiatan sosial lainnya. Selain itu
Muhammadiyah bertujuan untuk meluruskan keyakinan yang menyimpan dalam
masyarakat serta menghapus perbuatan yang dianggap oleh Muhammadiyah sebagai
bid’ah.
Muhammadiyah sebagai organisasi yang bergerak di bidang pendidikan, dakwah dan
kemasyarakatan dengan pola dasar perjuangannya dakwah, amal ma'ruf nahi mungkar
sebagai salah satu pemahaman firman Allah dalam Q.S. Ali Imran ayat 104.
Muhammadiyah se-Indonesia mengembangkan amal dan usaha tidak terkecuali di Kota
Sorong. Setiap anggota Muhammadiyah punya kewajiban perihatiin dengan
lingkungannya, terutama di bidang pendidikan. Hal inilah yang dapat dilihat di Kota
Sorong, Muhammadiyah membangun lembaga pendidikan dari hasil solidaritas para
anggota-nya. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam kajian ini, akan meneliti bagaimana
dakwah organisasi ini dalam menjawab tantangan zaman, menata organisasinya dengan
berbagai dinamika internal dan eksternal yang semakin tinggi, terkadang
mempertahankan jauh lebih sulit daripada membangun diawal. Dengan semangat beramal
ma’ruf nahi mungkar, apakah Muhammadiyah masih eksis dengan 5 selogan ini dalam
dakwah, pendidikan dan penyantung.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pendidikan dalam Muhammadiyah?
2. Bagaimana gerakan Muhammadiyah progresif dalam pembaharuan pendidikan Islam?
3. Bagaimana peran Muhammadiyah dalam membangun generasi muda?

3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana terbentuk nya peran Muhammadiyah dalam bidang
pendidikan
2. Agar kita dapat mengerti bagaimana perkembangan pendidikan Indonesia dalam
organisasi Muhammadiyah

4. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan untuk membuat mini tiset ini ialah metode penelitian
deskritif dikarenakan bersumber dari jurnal Perkembangan Kemuhammadiyahan dalam
bidang pendidikan dan kesehatan yang dimana menjadi dalah satu sumber dalam
pembuatan mini riset ini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka ini berisi tentang kajian terdahulu tentang bagaimana peran
Muhammadiyah dalam bidang pendidikan.
Kerangka Teori
Kerangka teori adalah fakta fakta ilmiah yang bersifat teoritis yang dijadikan peneliti
sebagai landasan berpijak dalam melakukan analisis terhadap objek penelitian. Pada
penelitian ini, objek penelitian adalah Peran Muhammadiyah Dalam Memajukan Bangsa
Dari Bidang Pendidikan, yaitu Kerangka teori ini akan menjelaskan Visi dan misi
pendidikan Muhammadiyah mengandung makna bahwa pendidikan di lingkungan
Muhammadiyah dalam pengembangan sumber daya manusia mengantisipasi berbagai
tantangan ke depan, yang tidak dapat memerlukan titik tumpu pengembangan yang
strategis. Konteks ini, dua titik tumpu utama yang dijadikan andalan proses antisipasi,
yaitu upaya penguatan iman dan takwa kepada Allah Swt., penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Di kalangan masyarakat Indonesia Muhammadiyah memiliki peran yang penting dalam
menyusun dan mengimplementasikan ide-ide dalam pembaharuan Islam khususnya
bidang pendidikan dan sosial keagamaan. Muhammadiyah bisa disebut sebagai
trendsetter dan diibaratkan lokomotif penarik gerbong gerakan progresif Islam di
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari luasnya cakupan progresif Selain dalam bidang
pendidikan dengan sekolahnya, Muhammadiyah juga mempelopori atas berdirinya
berabagi amal usaha yang meliputi panti asuhan, panti jompo, rumah sakit, Baitul Maal
dan Tanwil, dan lain-lain yang merupakan ciri utama gerakan masyarakat modern.
Muhammadiyah saat ini menjadi organisasi yang berpengaruh dalam dunia pendidikan.
Walaupun awalnya didirikan oleh kelompok Islam, namun Muhammadiyah mampu
berkembang dengan baik seiring kemajuan zaman sehingga mudah diterima oleh seluruh
elemen masyarakat Indonesia. Banyak hal yang mendorong kemajuan organisasi ini
seperti halnya visi-misi , konsep pendidikan, tujuan, maupun kuriukulum yang saling
berkesinambu- ngan sehingga Muhammadiyah dapat berproses dengan baik dalam
masyarakat. K.H. Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadaiyah sangat berharap
pembaharuan yang ia bawakan dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan memberikan
pencerahan mental kepada bangsa ini.
A. Konsep Pendidikan Muhammadiyah
Pendidikan Muhammadiyah sebagai amal shalih profesional telah dilaksanakan oleh K.H.
Ahmad Dahlan dan para founding fathers pendidikan Muhammadiyah. Perkembangan
pendidikan Muhammadiyah mampu melaksananakan konsep amal shalih profesional ini.
Didirikannya pendidikan Muhammadiyah dilandasi oleh motivasi teologis bahwa
manusia akan mampu mencapai derajat keimanan dan ketaqwaan yang sempurna apabila
mereka memiliki kedalaman ilmu pengetahuan. Secara sangat luas Alquran menjelaskan
perbedaan antara mereka yang berilmu dengan mereka yang bodoh, yang mendapatkan
petunjuk dengan yang tersesat. Manusia akan memiliki martabat yang tinggi apabila
mereka memiliki kedalaman iman dan keluasan ilmu pengetahuan (Q.S. Al-Mujadalah:
11). Ketaqwaan yang sejari hanya akan diraih oleh mereka yang berilmu pengetahuan
(Q.S. Fathir: 28; Q.S. AzZumar: 9).
Motivasi teologis inilah yang mendorong K.H. Ahmad Dahlan menyelenggarakan
pendidikan di emperan rumahnya dan memberikan pelajaran agama ekstra kurikuler di
OSVIA dan Kweekschool. Tindakan K.H. Ahmad Dahlan menyelenggarakan pendidikan
agama ini merupakan salah satu bentuk amal shalih. Arifin (1987) dalam Gagasan
Pembaharuan Muhammadiyah menjelaskan, sebagai akibat dari penjajahan Belanda,
umat Islam –dan bangsa Indonesia pada umumnya mengalami dua masalah pendidikan
yang sangat akut. Berangkat dari realitas tersebut, K.H. Ahmad Dahlan mendirikan
pendidikan Muhammadiyah yang didalamnya diajarkan pelajaran agama dan umum.
Model pendidikan Muhammadiyah ini merupakan perpaduan antara sistem sekolah
model Belanda dan pesantren. Dengan model ini, pendidikan Muhammadiyah diharapkan
mampu menghasilkan "ulama-intelektual" atau "intelektualulama"; generasi yang "utuh"
bukan generasi yang mengalami "splitpersonality". Agama, dalam pandangan K.H.
Ahmad Dahlan, harus sejalan dan saling mendukung dengan ilmu pengetahuan.
Pendidikan Muhammadiyah saat ini, secara kuantitatif dan kualitatif, pendidikan
Muhammadiyah saat ini jauh lebih baik dibandingkan dengan pendidikan
Muhammadiyah jaman K.H. Ahmad Dahlan. Tetapi, jika diletakkan dalam kerangka
pembaharuannya dan amal shalih yang melandasi aktivitasnya, nampaknya pendidikan
Muhammadiyah saat ini mengalami banyak kekurangan. Kekurangan tersebut dapat
disebabkan oleh melemahnya kibrah para pengelola pendidikan, terlalu beratnya
tantangan yang dihadapi atau kompleksitas persoalan yang harus dipecahkan. Sebaliknya
Muhammadiyah pun mendirikan sekolah umum model pemerintah seperti Kweekschool
(sekolah guru) tetapi tidak netral agama.
Dengan predikatnya sebagai pembaharu, Muhammadiyah menyusun kurikulum
pengajaran di sekolah-sekolahnya mendekati rencana pelajaran sekolahsekolah
pemerintah. Pada pusat-pusat pendidikan Muhammadiyah disiplindisiplin sekuler (ilmu
umum) diajarkan, walaupun ia mendasarkan sekolahnya pada masalah-masalah agama.
Tampaknya dalam kurikulum, pemisahan antara dua macam disiplin ilmu itu dinyatakan
dengan tegas. Muhammadiyah sebagai sebuah persyarikatan telah merumuskan visi
dan misiyang sudah jelas, sehingga dapat melahirkan gerakkan yang terarah dan
mencapai tujuan serta sasaran yang diinginkan secara bersama. Sebagai sebuah gerakan,
dalam perjalanannya Muhammadiyah melaksanakan usaha dan kegiatannya dalam
berbagai bidang kehidupan masyarakat di Indonesia.
Pembaruan di bidang pemikiran adalah pengembangan wawasan pemikiran (visi) dalam
melaksanakan (implementasi) ajaran berkaitan muamalah duniawiyah yang diizinkan
syara atau modernisasi pengelolaan dunia sesuai dengan ajaran Islam, seperti pengelolaan
negara dan aspek-aspek yang berkaitan dengan kehidupan di bidang ekonomi, politik,
sosial, budaya, dan pertahanan keamanan, sehingga terwujud masyarakat utama, adil, dan
makmur yang diridhai Allah Swt. Sedangkan misi utama gerakan Muhammadiyah adalah
menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam pengertian menatalaksanakan
ajaran Islam melalui dakwah Islam amar ma'ruf nahi munkar di berbagai bidang kegiatan.
Sekalipun Muhammadiyah menganggap sekolah perlu menyelenggarakan pendidikan
informal dan nonformal, selain pendidikan formal sebagai tugas utamanya, tetapi
Muhammadiyah tetap menghendaki rumah tangga terus menyelenggarakan pendidikan
informal dan masyarakat tetap menyelenggarakan pendidikan informal dan nonformal.
Hal itu dapat diketahui karena adanya pandangan Muhammadiyah yang mementingkan
pembiasaan yang baik di rumah tangga. Informasi ini memperkuat konstantasi yang
mengatakan bahwa Muhammadiyah mementingkan pendidikan di rumah tangga
(informal) dan pendidikan di dalam masyarakat (informal dan nonformal). Dengan
demikian, jelaslah bahwa bagi Muhammadiyah jenis pendidikan itu terbagi atas tiga
macam, yakni:
(1) Pendidikan informal yang diselenggarakan di rumah tangga, masyarakat, dan
di sekolah;
(2) Pendidikan nonformal yang diselenggarakan di masyarakat dan di sekolah;
dan
(3)Pendidikan formal yang diselenggarakan di sekolah.

B. Muhammadiyah dalam Pembaharuan Pendidikan Islam


Gerakan pembaharuan pendidikan yang dibawa oleh Muhammadiyah melalui
KH. Ahmad Dahlan lahir menjelang akhir abad kesembilan belas. Menurut Karel A.
Steenbrink dalam terjemahan Suryan A. Jamrah, Gerakan ini lahir karena pada masa
penjajahan Belanda telah melaksanakan sistem pendidikan yang liberal di Indonesia.
Pada awalnya sistem pendidikan liberal ini hanya diusulkan untuk masyarakat tertentu,
namun sekitar tahun 1870 atau pertengahan abad kedua puluh, sistem sekolah dengan
pendidikan liberal mulai diterapkan pada lingkup yang luas masyarakat, termasuk umat
Islam. Selain sistem pendidikan liberal yang dibawa colonial Belanda pada saat itu juga
terdapat sistem pendidikan Islam yang lazim, misalnya sistem pendidikan pondok
pesantren. Kedua sistem pendidikan diatas memiliki banyak perbedaan utama, dalam
strategi, tetapi juga dalam hal program dan tujuan pendidikan. Dalam pengalaman
hidup Islam siswa sekolah atau biasa disebut santri diperbolehkan untuk memilih
bidang studi dan pengajar yang ideal.
Dalam memahami kemungkinan perubahan instruktif progresif, Muhammadiyah
telah melakukan latihan melalui mendirikan madrasah dan pondok pesantren
(boarding school) dengan memasukkan kurikulum sains umum dan modern serta
menyusun sistem pendidikan umum dengan memasukkan kurikulum agama,
membangun sekolah yang didanai pemerintah dengan memasukkan kurikulum yang
berbasik keislaman dan pendidikan kemuhammadiyahan. Lembaga pendidikan yang
dibentuk di atas dijalankan sebagai amal usaha Muhammadiyah yang dikeola
penyelenggaraannya oleh majelis pendidikan dasar dan menengah (Dikdasmen), yang
disusun secara vertikal dari tingkat Pusat hingga tingkat Pengurus Cabang.
Dalam perkembangan gerakan pendidikan islam Muhammadiyah, ada dua jenis
modernisasi instruktif yang dilancarkan Muhammadiyah.
Pertama, merangkul sistem institusional instruktif arus utama Belanda. Perbedaannya
terletak pada perluasan mata pelajaran Islam (met the Al-Qur'an) dengan materi yang
sesuai dengan spirit reformisme Islam. Kemudian sekolah ini berkembang menjadi SMA
Muhammadiyah, dll.
Kedua, modernisasi sistem pengajaran Islam dari kerangka pembelajarannya di yayasan
madrasah/pesantren. Madrasah Muallimin dan Muallimat serta Muhammadiyah boarding
school sebagai contoh bentuk modernisasi madrasah oleh Muhammadiyah. Gerakan
pembaharuan pendidikan Muhammadiyah menarik untuk ditelaah karena merupakan
model pembaharuan pendidikan Islam, khususnya gagasan sekolah negeri selain Islam
dan Muhammadiyah menjadi alasan berkembangnya sekolah.
Sekolah Islam dewasa ini di wilayah metropolitan. Sekolah-sekolah Islam yang
berkembang menjelang akhir abad kedua puluh sebagian besar adalah lembaga
pendidikan yang luas dengan mata pelajaran tambahan pendidkan Islam. Selanjutnya
cenderung dikatakan bahwa gagasan yang dilontarkan Muhammadiyah menjadi acuan
bagi kebangkitan sekolah-sekolah berbasis Islam masa kini. Sebagai contoh, sekolah
AlAzhar di Jakarta dan beberapa sekolah berbasis Islam seperti SDIT dan lai-lain pada
dasarnya diprakarsai oleh kelompok-kelompok islam moderat. Dapat dikatakan bahwa
perkembangan pembaharuan pendidikan Islam model Muhammadiyah telah membuka
sebuah trend baru bagi pendidikan Islam di Indonesia. Selain membuat model baru
pendidikan Islam yang lain dan mengubah lembaga pendidikan Islam, Muhammadiyah
juga telah melakukan pendekatan dengan memasukkan kurikulum agama di sekolah-
sekolah pemerintah.
Di sistem pendidikan pondok pesantren tidaktidak mengenal sisten kelas, tidak ada
penilaian untuk mengontrol kemajuan siswa, dan tidak ada batasan waktu berapa
lama siswa harus tinggal di pondok pesantren. Sistem pendidikan lebih
mengutamakan hafalan, tidak mendorong siswa untuk maju dalam
berfikir melalui diskusi-diskusi. Bagian-bagian ilmu yang diajarkan dibatasi pada
ilmuilmu agama yang saklek dan yang diidentikkan dengannya, hadits, musthalah
hadits, fiqh, ushul fiqh, tauhid, tasawuf, mantiq, kosmologi, ilmu bahasa Arab,
termasuk nahwu, sharaf, balaghah, dan lain-lain. Melihat dua faktor riil di atas, KH.
Ahmad Dahlan berusaha mengubahsistem pendidikan dengan menggabungkan dua
sistem pengajaran yang telah ada. Upaya tersebut dimulai dengan mengidentifikasi
masalah-masalah yang dipandang oleh umat Islam yang harus diselesaikan melalui
pendidikan. Kemudian jawaban-jawaban yang tepat dicari dan dihubungkan dengan
orang-orang terdekat melalui kegiatan pengajian. Setelah dianggap efektif. kemudian
membentuk sebuah diskusi untuk “Pergerakan Muhammadiyah” yang seharusnya.
Abuddin Nata (2001:259) mengatakan bahwa KH. Ahmad Dahlan dengan
pergerakan Muhammadiyahnya menerapkan strategi induktif, logis, naqliah dan tanya
jawab dalam melakukan interaksi sekolahnya. Strategi ini tidak sama dengan wetonan
atau bandongan dan sorogan yang diterapkan di lembaga-lembaga tradisional seperti
pesantren yang ketat saat itu. sejak awal KH. Ahmad Dahlan bekerja sama dengan
membangun sekolah dan melakukan kajian keislaman. Pada tahun 1918 didirikan
sekolah lain yang disebut al-Qim al-Arqa, setelah dua tahun dari sekolah ini didirikan
sekolah Muhammadiyah di Kauman. Pada tahun 1923 Muhammadiyah telah berhasil
mendirikan 8 macam sekolah dengan 1019 murid, dan terdiri dari 73 tenaga pendidik.
Di usianya yang masih muda, Muhammadiyah masih tergolong pembaharu dalam
berdakwah. Salah satu ruang dakwah yang sangat dirasakan oleh daerah adalah bagian
dari Muhammadiyah dalam mendidik masyarakat Indonesia melaluidunia pendidikan.

C. Muhammadiyah dalam Membangun Generasi Muda


Muhammadiyah adalah membantu orang menata pengalaman masa lampau yang
dimilikinya dengan cara baru,misalnya melalui konsultasi,latihan kepekaan, dan beberapa
jenis latihan manajemen, yang membantu individu untuk dapat lebih memanfaatkan apa
yang sudah diketahuinya, tetapi kurang disadari, Ada proses belajar yang dirancang untuk
memberikan pengetahuan baru, keterampilan baru, yakni mendorong individu meraih
lebih jauh dari apa yang diketahuinya, apa yang menjadi kebutuhannya.Perencanaan
adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan
dilakukan pada waktu yang akan datang. Disebut sistematis karena perencanaan itu
dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip tertentu di dalam proses pengambilan
keputusan, penggunaan pengetahuan dan teknik/pendekatan secara ilmiah, serta tindakan
atau kegiatan yang terorganisasi. Perencanaan dilakukan untuk menyusun rangkaian
kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.Tujuan tersebut dapat
mencakup tujuan umum (goals) dan tujuan khusus (objectives) suatu
kegiatan/program.Dalam menyusun rencana sebaiknya mempertimbangkan sumber-
sumber yang tersedia atau dapat disediakan.Sumber-sumber itu meliputi sumber manusia
dan sumber non-manusia.Sumber manusia mencakup antara lain , fasilitator, tutor,
peserta,.Sumber non-manusia meliputi fasilitas, alat-alat, waktu, biaya, lingkungan sosial
budaya, lingkungan fisik, dan sebagainya. Dengan adanya perencanaan tersebut diatas
peneliti menagmati bahwa tujuan dari kegiatan pelatihan adalah menjadi salah satu factor
determin dalam kegiatan pelatihan, dan tujuan adalah salah atu harapan pencapaian hasil
dari sebuah kegiatan, berkaitan dengan hal ini Surya (2004: 14) mengemukakan
bahwa :Individu mempunyai kebutuhan dan melihatnya sebagai tujuan yang ingin
dicapai, kesiapan (readiness) individu untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan,
memahami segala situasi yang ada di lingkungan individu dan mempunyai hubungan
dengan aktivitas individu dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuannya,
menafsirkan berbagai aspek yang terdapat dalam situasi, adanya respon individu untuk
melakukan aktivitas dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, individu akan
memperoleh umpan balik dari apa yang telah dilakukannya.
Pembinaan generasi muda melalui pelatihan pendidikan karakter, hal ini penting
dilakukan mengingat sumber daya pemuda yang dibutuhkan dalam membangun bangsa
Indonesia sangat dibutuhkan di era globalisasi paling tidak memilki generasi muda yang
berkarakter kebangsaan sesuai yang diungkapkan oleh Muhammad Fadilah ( 2011 : 43 )
diantaranya:

1) Religius yaitu sikap dan prlilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
2) Jujur yaitu prilaku yang dilaksanakan pada upaya menjadikan dirinya menjadi
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3) Toleransi yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4) Disiplin yaitu tindakan yang menunjukan prilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
5) Kerja keras yaitu prilaku yang menunjukan upaya sungguh – sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas dengan sebaik-baiknya.
6) Kreatif yaitu berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
hasil baru dari sesuatu yang telah dimilki.
7) Mandiri yaitu sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelseikan tugas – tugasnya.
8) Demokrasi yaitu cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9) Rasa ingin tahu yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya dilihat
dan didengar.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
1) K.H. Ahmad Dahlan mendirikan pendidikan Muhammadiyah yang didalamnya
diajarkan pelajaran agama dan umum. Model pendidikan Muhammadiyah ini merupakan
perpaduan antara sistem sekolah model Belanda dan pesantren. Dengan model ini,
pendidikan Muhammadiyah diharapkan mampu menghasilkan "ulama-intelektual" atau
"intelektual- ulama"; generasi yang "utuh" bukan generasi yang mengalami "split-
personality". Agama, dalam pandangan K.H. Ahmad Dahlan, harus sejalan dan saling
mendukung dengan ilmu pengetahuan.
2) Kelahiran Muhammadiyah sebagai gerakan progresif Islam didorong oleh adanya
kesadaran sosial serta tanggungjawab yang terabaikan saat itu. Muhammadiyah memiliki
garis perjuangan yang sejalan dengan ide-ide modernisasi Islam di dunia. Purifikasi, yaitu
kembali kepada al-Qur`an dan asSunnah, kritik terhadap taqlid untuk membuka kembali
pintu ijtihad, modernisasi pendidikan, dan aktivisme sosial sebagai agenda-agenda utama
gerakan progresif Muhammadiyah. . Dalam gerakan pembaharuan pendidikan
Muhammadiyah, terdapat dua bentuk modernisasi pendidikan yang telah dilakukan
Muhammadiyah. yaitu, dengan mengadopsi sistem kelembagaan pendidikan sekuler yang
dilakukan Belanda. Kedua, modernisasi sistem pendidikan Islam yang ada didalam
madrasah atau pesantren.
3) Muhammadiyah berperan membangkit sebagai kekuatan terdepan di dalam merespon
dan menyikapi dinamika zaman. Untuk mewujudkan itu semua Muhammadiyah berperan
membina generasi muda menjadikan pemuda-pemuda yang tangguh dan siap menghadapi
segala tantangan di era globalisasi ini, dengan berbagai program-programnya terutama
dalam pengkaderan membina generasi muda agar memilki karakter bangsa yang original
Indonesia dan ketimuran yang menjunjung tinggi ajaran Islam. Berdasarkan uraian diatas
maka dapat dirumuskan apakah peranan Muhammadiyah dalam membina generasi muda
dapat membentuk karakter generasi muda
SARAN
1. Kami berharap pada makalah ini para pembaca dapat mengerti dan
memahami bagaimana konsep pendidikan dalam Muhammadiyah, yang dimana peran
Muhammadiyah dalam memajukan pendidikan sangat berpenagruh sehingga banyak
dirikan sekolah – sekolah dan perguruan tinggi yang berbasis Muhammadiyah
2. Kami berharap pada makalah ini para pembaca dapat memahami dan
mengetahui maksud dan tujuan Muhammadiyah membangun gerakan progresif dalam
pembaharuan pendidikan Islam
3. Kami berharap para pembaca dapat mengetahui dan mengerti bagaimana
peran Muhammadiyah dalam bidang pendidikan terutama untuk membangun karakter
anak bangsa yang unggul, cerdas, dan religius. Dengan menanamkan nilai-nilai islami
dalam menuntut agar tercipta nya karakter generasi muda yang berakhlak mulia.
DAFTAR PUSTAKA

Rusydi, Rajiah. "Peran Muhammadiyah (Konsep pendidikan, usaha-usaha di bidang pendidikan,


dan tokoh)." TARBAWI: Jurnal Pendidikan Agama Islam 1.2 (2016): 139-148.
Rohayati, N. (2013). Peranan Muhammadiyah Dalam Membina Generasi Muda Melalui
Pendidikan Karakter Di Sukajadi Kota Bandung. Empowerment: Jurnal Ilmiah Program Studi
Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), 116-125.
Al Aydrus, Nurlaila, Adhriansyah A. Lasawali, and Abdul Rahman. "Peran Muhammadiyah
dalam Upaya Pengembangan Pendidikan Islam di Indonesia." Iqra: Jurnal Ilmu Kependidikan
Dan Keislaman 17.1 (2022): 17-25.
Khasanah, L. N., & Zuhdi, N. (2016). Peran Muhammadiyah dalam Pengembangan Pendidikan
Islam di Masyarakat (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Marsudi, M. S., & Zayadi, Z. (2021). Gerakan Progresif Muhammadiyah Dalam Pembaharuan
Pendidikan Islam Dan Sosial Keagamaan Di Indonesia. Mawa Izh Jurnal Dakwah Dan
Pengembangan Sosial Kemanusiaan, 12(2), 160-179.
TAHANG, Herman; WEKKE, Ismail Suardi; FATIMAH, Fatimah. Dakwah Muhammadiyah
Melalui Lembaga Pendidikan. 2019.

Anda mungkin juga menyukai