Anda di halaman 1dari 34

Dakwah Muhammadiyah Melalui Lembaga Pendidikan

Herman Tahang, Ismail Suardi Wekke, Fatimah Fatimah

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sorong

A. Latar Belakang Masalah

Wacana tentang Muhammadiyah, seakan perlu menghadirkan sosok K.H.Ahmad Dahlan


sebagai tokoh sentral pembaharu pendidikan, sosial dan keagamaan. Muhammadiyah sebagai
salah satu organisasi keagamaan terbesar di Indonesia memegang peranan penting dalam
sejarah perjalanan bangsa Indonesia sejak pra kemerdekaan hingga mengantarkan bangsa ini
memproklamasikan kemerdekaannya sampai saat sekarang. Peran tersebut tidak terlepas dari
maksud dan tujuan pendirian Muhammadiyah dalam rangka menegakkan dan menjunjung
tinggi agama Islam semata-mata demi terwujudnya Tzul Islam wal Mushimin kejayaan Islam
sebagai realita dan kemuliaan hidup umat Islam.

Muhammadiyah tersebar diseluruh Indonesia tidak terlepas dari itu Organisasi


Muhammadiyah ini hadir Kota Sorong pada tahun 1990-an. Kedatangan Muhammadiyah di
Kota Sorong memberikan angin segar bagi kalangan para imigran awalnya ormas ini datang
hanya dengan tujuan dakwah dan memperluas jaringan pengkaderan, namun melihat kondisi
masyarakat di Kota Sorong masih sangat terbelakang baik dalam masalah kehidupan maupun
Syafiq A Mughni Makalah Seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah Ke-46, Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara, 2000

pendidikan sehingga organisasi Muhammadiyah ini tergerak untuk membantu


mengembangkan kualitas masyarakat Papua khususnya masyarakat imigran yang berdomisili
di Kota Sorong.

Pergerakan Muhammadiyah ini dimulai dari pergerakan personal dilakukan dengan


memberikan arahan dan pengajaran secara pribadi serta pergerakan nyata yang dibuktikan
dengan membangun lembaga-lembaga pendidikan Islam yang sangat beragam dan berjenjang
dimulai dari Taman Kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi. Lembaga pendidikan
Muhammadiyah diperkirakan akan terus bertambah, karena sesuai prioritas pengembangan
kualitas dan misi pendidikan Muhammadiyah di seluruh jenjang melalui perencanaan strategi
yang dapat mencapai tujuan pendidikan sebagaimana cita-cita pendiri Muhammadiyah dan
sekaligus menjadi cin khas pendidikan Islam dan Institusi pendidikan dan kebudayaan Islam.

Muhammadiyah adalah organisasi yang berasaskan Islam, maksud dan tujuan


Muhammadiyah yang paling esensi adalah untuk menyebarkan agama Islam baik melalui
jalur pendidikan maupun kegiatan sosial lainnya. Selain itu Muhammadiyah bertujuan untuk
meluruskan keyakinan yang menyimpan dalam masyarakat serta menghapus perbuatan yang
dianggap oleh Muhammadiyah sebagai bid'ah Ada dua faktor yang mendorong lahirnya
Muhammadiyah yaitu pendidikan sehingga organisasi Muhammadiyah ini tergerak untuk
membantu mengembangkan kualitas masyarakat Papua khususnya masyarakat imigran yang
berdomisili di Kota Sorong.

Pergerakan Muhammadiyah ini dimulai dari pergerakan personal dilakukan dengan


memberikan arahan dan pengajaran secara pribadi serta pergerakan nyata yang dibuktikan
dengan membangun lembaga-lembaga pendidikan Islam yang sangat beragam dan berjenjang
dimulai dari Taman Kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi. Lembaga pendidikan
Muhammadiyah diperkirakan akan terus bertambah, karena sesuai prioritas pengembangan
kualitas dan misi pendidikan Muhammadiyah di seluruh jenjang melalui perencanaan strategi
yang dapat mencapai tujuan pendidikan sebagaimana cita-cita pendiri Muhammadiyah dan
sekaligus menjadi ciri khas pendidikan Islam dan Institusi pendidikan dan kebudayaan Islam.

Muhammadiyah adalah organisasi yang berasaskan Islam, maksud dan Tujuan


Muhammadiyah yang paling esensi adalah untuk menyebarkan agama Islam baik melalui
jalur pendidikan maupun kegiatan sosial lainnya. Selam itu Muhammadiyah bertujuan untuk
meluruskan keyakinan yang menyimpan dalam masyarakat serta menghapus perbuatan yang
dianggap oleh Muhammadiyah sebagai bid'ah Ada dua faktor yang mendorong lahirnya
Muhammadiyah yatu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern ialah keadaan yang
terdapat dikalangan umat Islam sendiri, yakni tersebut antara lain: praktek kehidupan

* Sitt Amanati Pendidikan Kemuhammadiyahan. (Cet I Yogyakarta: Deldasman PW

Muhammadiyah, 2010), à 21-35

beragama yang sudah dianggap menyimpan dari ajaran agama yang sebenamye menurut
Alquran dan Sunnah Rasul.
Keadaan sosial ekonomi sebagian umat Islam sangat rendah, sebagai akibat dari kolonialisme
Belanda. Tidak terdapat suatu organisasi Islam yang kuat yang dapat memperjuangkan nasib
umat Islam. Sistem pendidikan pondok yang ada tidak mendukung kemajuan umat yang
diharapkan sesuai dengan tuntutan zaman. Sedangkan faktor-faktor ekstern antara lain; sifat
kolonialisme Belanda yang tidak memperhatikan kepentingan rakyat Indonesia yang
sepenuhnya mendapat bantuan dan pemerintah Belanda. Muhammadiyah adalah organisasi
yang lahir sebagai organisasi Islam pembaharu dan dapat mengantisipasi berbagai persoalan
yang dihadapi umat Islam Indonesia sekitar abad ke-19 dan awal abad ke-20.

Muhammadiyah merupakan konsekuensi logis munculnya pertanyaan sederhana seorang


muslim kepada din dan masyarakatnya tentang bagaimana memahami dan mengamalkan
kebenaran Islam agar hal-hal yang telah dialami sebagai pesan global Islam "Rahmatan lil
Alamin" atau kesejahteraan bagi seluruh alam dapat diwujudkan dalam kehidupan obyektif
umat manusia. Dan hal tersebut, maka kelahiran Muhammadiyah merupakan bagian dari
daya kreatif umat Islam Indonesia. Olehnya itu, maka sejarah perkembangan Muhammadiyah
adalah bagian dinamika dan dinamisme daya kreatif intelek manusia muslim dari berbagai
persoalan hidupnya dengan norma ajaran Islam.

Abdal Munir Mulkhan. Pemiran Kya Haji Ahmad Dahlan Muhammadiyah dalam

Perspektif Perababan Sosial (Cet. 1. Jakarta Bums Altare 1990), h. 1

Perkembangan Muhammadiyah sebagai organisasi gerakan Islam, gerakan dakwah dan


gerakan tajdid menyesuaikan perpaduan historis antara dimensi normatif (wahyu) dengan
dunia obyektif berupa daya kreatif manusia. Perpaduan tersebut telah mendorong dinamika
sejarah yang selalu berkembang dan berubah. Pemahaman Kyai H. Ahmad Dahlan terhadap
wahyu, khususnya ayat 40 dalam surat Ali Imran dan realitas pemahaman ajaran Islam
masyarakat telah mendorong Kyai Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah. Avat 40
dalam surah tersebut ini mengandung makna agar ada organisasi yang mengkhususkan diri
dalam gerakan dakwah amar ma'ruf nahi mungkar untuk membebaskan manusia dari
kebodohan, kesengsaraan dan kemelaratan.

Muhammadiyah sebagai organisasi yang bergerak di bidang pendidikan, dakwah dan


kemasyarakatan dengan pola dasar perjuangannya dakwah, amal ma'ruf nahi mungkar
sebagai salah satu pemahaman firman Allah dalam Q.S. Ali Imran ayat 104. Muhammadiyah
se-Indonesia mengembangkan amal dan usaha tidak terkecuali di Kota Sorong. Setiap
anggota Muhammadiyah punya kewajiban Muhammadiyah sebagai organisasi yang bergerak
di bidang pendidikan, dakwah dan kemasyarakatan dengan pola dasar perjuangannya
dakwah, amal maruf nahi mungkar sebagai salah satu pemahaman firman Allah dalam Q.S.
All Imran ayat 104. Muhammadiyah se-Indonesia mengembangkan amal dan usaha tidak
terkecuali di Kota Sorong. Setiap anggota Muhammadiyah punya kewajiban perihatin dengan
lingkungannya, terutama di bidang pendidikan. Hal inilah yang dapat dilihat di Kota Sorong,
Muhammadiyah membangun lembaga pendidikan dari hasil solidaritas para anggota-nya.

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam kajian ini, akan meneliti bagaimana dakwah organisasi
ini dalam menjawab tantangan zaman, menata organisasinya dengan berbagai dinamika
internal dan eksternal yang semakin tinggi, terkadang mempertahankan jauh lebih sulit
daripada membangun diawal. Dengan semangat beramal ma'ruf nahi mungkar, apakah
Muhammadiyah masih eksis dengan

selogan ini dalam dakwah, pendidikan dan penyantung. Skripsi ini akan membahas "Dakwah
Muhammadiyah Melalui Lembaga Pendidikan" dalam konteks yang lebih mikro yakni di
Kota Sorong.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan yang diangkat adalah "Bagaimana
Dakwah Muhammadiyah Melalui Lembaga Pendidikan di Kota Sorong". Adapun untuk
menjawab rumusan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa masalah

1. Bagaimana wujud dakwah Muhammadiyah di bidang pendidikan di Kota

Sorong?
2. Bagaimana strategi dakwah Muhammadiyah melalui lembaga pendidikan di Kota Sorong?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan melakukan penelitian ini adalah 1.
Menguraikan wujud dakwah Muhammadiyah di bidang pendidikan di

Kota Sorong. 2. Mengidentifikasi strategi dakwah Muhammadiyah melalui lembaga

pendidikan di Kota Sorong.


D. Manfaat

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan akan mendukung teart yang telah ada, dapat
bermanfaat dalam menambah ilmu pengetahuan bagi pengembangan intelektual dan
memperkaya kajian di bidang dakwah, khususnya mengenal dakwah Muhammadiyah dalam
mengaplikasikan amal dan usaha Muhammadiyah.

Secara praktist, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmiah yang berarti dalam
kajian dakwah Muhammadiyah dan dapat pula digunakan sebagai tambahan informasi bagi
pihak instansi pemerintah dan swasta akademisi, serta masyarakat pada umunya dan
khususnya Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Sorong, yang tertank dengan masalah ini,
untuk melakukan penelitian atau pengembangan yang lebih baik di masa mendatang.

E. Pengertian Judul
E. Pengertian Judul

Dakwah secara bahasa merupakan sebuah kata bahasa arab dalam bentuk masdar. Kata
dakwah berasal dari kata da 'a, yad'u, da watan yang berarti seruan panggilan, undangan atau
doa. Menurut Abdul Aziz, secara etimologi kata dakwah berarti memanggil, menyeruh,
menegaskan atau membela sesuatu dan memohon meminta atau doa. Artinya proses
penyampaian pesan-pesan tertentu berupa ajakan, seruan, undangan untuk mengikuti pesan
tersebut atau dengan tujuan untuk mendorong seseorang supaya melakukan cita-cita tertentu.
Oleh

*Wahyu Ilahi dan Hefni Harjani, Sejarah Dakwah (Jakarta Kencana, 2010) h 1-3

karena itu, dalam kegiatannya ada proses mengajak, maka yang mengajak disebut

da'i dan orang yang diajak disebut madu.


Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan
akahirat yang dindhoi Allah. Nabi Muhammad Saw. mencontohkan dakwah kepada umatnya
dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan. Di mulai dari istrinya, keluarganya
dan teman-teman karibnya hingga raja-raja yang berkuasa pada saat itu. Beberapa pengertian
dakwah menurut para ahli, sebagai berikut:
a Menurut M. Nasir, dakwah adalah usaha-usaha menyeruh dan

menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat tentang konsepsi Islam tentang
pandangan dan tujuan hidup di dunia. b. Menurut epositi, secara semantik dakwah berarti
memanggil, mempersiapkan memohon, propaganda dan menyebarkan.

c. Menurut Al Mafudz, dakwah adalah mendorong (memotivast)

manusia untuk melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk serta

memerintahkan mereka berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan

mungkar agar memperoleh kebaikan dunia akhirat.

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa, dakwah adalah sebuah proses
untuk menyeruh, mengajak bisa juga diartikan dengan mengingatkan dan menyebarluaskan
ajaran Islam kepada seluruh umat manusia demi keselamatan di dunia dan akhirat. Dalam
konteks penelitian ini, dakwah

20121 1

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Cet II Jakarta Raja Grafiado Persada

Wahyu Ilahi. Komunikan Dakwah (Cat, Bandung Remaja Rosdakarya, 2008), h. 16

yang dimaksud adalah mengajak umat manusia untuk menuntut ilmu secara

formal.
Muhammadiyah adalah berasal dari bahasa Arab yang berarti “Muhanumad" adalah nama
rasul terakhir Muhammad Saw,, kata "iyahı" berarti pengikut, jadi Muhammadiyah adalah
pengikut Nabi Muhammad Saw. atau umat Islam yang mengikuti, mencintai dan
menghidupkan sunnah, serta melangsungkan usaha dakwah Islam a 'mar ma'ruf nahi munkar.
Muhammadiyah juga diartikan sebagai sebuah organisasi gerakan dakwah amar makruf nahi
mungkar dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dakwah dan pendidikan. Berdasarkan
pengertian tersebut, maka dapatlah di pahami bahwa Muhammadiyah adalah organisasi yang
berusaha untuk memurnikan ajaran agama Islam dan meningkatkan mutu dakwah Islamiyah

Lembaga pendidikan adalah badan usaha yang bergerak dan bertanggung jawab atas
terselenggaranya pendidikan terhadap anak didik. Menurut Enung K Rukiyati dan Fenti
Himawati lembaga pendidikan adalah wadah atau tempat berlangsungnya proses pendidikan
yang bersamaan dengan proses pembudayaan. Lembaga Pendidikan juga merupakan tempat
berlangsungnya proses pendidikan yang meliputi pendidikan keluarga sekolah
danmasyarakat. Lembaga pendidikan adalah tempat berlangsungya pendidikan, khususnya
pada tiga lingkungan utama pendidikan itu keluarga, sekolah dan masyarakat. Jadi lembaga
Pendidikan adalah tempat berlangsungnya proses pendidikan

Secara sederhana dan umum, pendidikan bermakna sebagai usaha untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi bawaan, baik jasmani

maupun rohani, sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat." Pendidikan juga
diartikan sebagai usaha untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat dan kebudayaan. Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan
oleh orang atau kelompok agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup yang lebih
tinggi dalam arti mental. Jadi, pendidikan yang dimaksud adalah usaha sadar dan terencana
untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat dalam
masyarakat.

F. Kerangka Teori

Dakwah menurut Islam adalah mengajak manusia secara kebijakan kepada jalan yang benar
sesuai dengan perintah Allah untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan
akhirat. Dakwah adalah kewajiban bagi kaum muslimin untuk melaksanakannya, karena
dakwah merupakan nafas dan sumber gerakan Islam. Dakwah adalah kewajiban bagi kaum
muslimin untuk melaksanakannya, karena dakwah merupakan nafas dan sumber gerakan
Islam. Dengan dakwah, ajaran Islam dapat tersebut, secara merata dalam masyarakat, yang
dimulai pada masa Rasulullah Saw. dilanjutkan kepada para sahabat, selanjutnya kepada
generasi sesudahnya sampai kita sekarang,
Oleh karena itu, dalam kegiatan ada proses mengajak, maka orang mengajak disebut dai dan
orang yang diajak disebut da'i. Ada tiga macam dakwah, yaitu dakwah bil lisan yaitu dakwah
yang dilaksanakan melalui lisan

*Fuad Than Dasar-dasar Kependidikan (Jakarta. Funeka Cipta, 2004), h. 1-2 Hasballah
Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Cet1: Jakarta Raja Grafiado Persada 1999), Diyas Ismail
Filsafat Dakwah (Rekayasa Membangun Agama dan Peradahan Islam), (Cet. Jakarta:
Kencana 2011) h 28.

10

yang dilakukan antara lain dengan ceramah-ceramah, khutbah, diskusi, nasihat dan lain-lain.
Dakwah bil hal yaitu dakwah dengan perbuatan nyata dimana aktifitas dakwah dilakukan
dengan melalui keteladanan dan tindakan amal nyata. Dakwah bil qalam yaitu dakwah
melalui tulisan yang dilakukan dengan keahlian menulis di surat kabar, majalah, buku
maupun internet.

Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang melaksanakan dakwah ma'ruf nahi mungkar dan
tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya. Pada tahun 19631 Muhammadiyah hadir di Kota Sorong dengan
pendirian amal usaha, terutama amal usaha di bidang pendidikan. Muhammadiyah adalah
sebuah gerakan Islam alat untuk mencapai maksud dan tujuan dakwah Islam, organisasi yang
berdiri berdasarkan Alquran dan Sunnah Rasul." Organisasi Muhammadiyah adalah
Persyarikatan yang merupakan gerakan Islam. Maksudya adalah dakwah amar ma'ruf nahi
mungkar yang ditujukan kepada dua bidang perseorangan dan masyarakat.
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau tuntutan agama
Islam dalam usaha membina dan membentuk pridabi muslimyang bertakwa kepada Allah
Swt. Pendidikan Islam merupakan salah satu disiplin timu ke Islaman yang membahas objek-
objek di seputar kependidikan. Pemahaman hakikat pendidikan Islam sebenamya tercermin
didalam sejarah dan

Barelani altripsi Altintas Muhammadiya Dalam Dakwah Bil Hel Di Kota Sorong,

Perspelar Gerahan Pendidikan Dan Sosial (Cet.II, Sorong STAIN Sorong Press 2013) h. 103

M Margono Poespe Suwarzo, Gerakan Muhammadiyah (Cet IV. Yogyakarta


Persatuan Offiset. 1995), h. 17

Sadarno Shabron. Studi Kemuhammadiyahan (Cet VII Surakarta, LFID, 2008) 90.

Beni Ahmad Sahani, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung Pustaka Setia, 2008), 12

11

falsafah Islam sendiri, sebab setiap proses pendidikan tidak terlepas dari objek objek ke
Islam. Pendidikan Islam adalah proses mengubah tingka laku individu pada kehidupan
pribadi, masyarakat, dan sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan
sebagai prosesi di antara profesi-prosesi asasi dalam masyarakat. "

Pendidikan bukan sekedar mengisi bejana dengan air, tetapi pendidikan adalah meyalakan api
dalam kegelapan. Kehidupan tanpa pendidikan seperti halnya agama tanpa buku. Di
Indonesia kesadaran akan pentingnya pendidikan dan keilmuan masyarakat diawali salah
satunya adalah oleh Muhammadiyah yang kini gerak dalam Imtasannya yang mencapai
sampai satu abad.
G. Penelitian Terdahulu.

Nurjannah "Eksistensi Muhammadiyah Dalam Menyebarkan Agama Islam Di Desa Masolle


Bunn Sarong Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang" Pokok pembahasannya tentang
mencegah kemusyirkan (animisme) dan memberikan pemahaman bahwa pendidikan bukan
hanya orang-orang yang berdarah baru atau para kaum bangsawan.

Barulazi, "Aktivitas Muhammadiyah Dalam Dakwah Bil Hal Di Kota Sorong: Perspektif
Gerakan Pendidikan Dan Soria!" Pokok masalahnya tentang dakwah bil-hal Muhammadiyah
perspektif pendidikan dan sosial. Gerakan pendidikan dan sostal Muhammadiyah salah satu
bentuk amal usaha yang dikembangkan oleh organisasi Muhammadiyah termasuk
Muhammadiyah Kota Sorong

13

Syarifah Kilwarany, "Peran Organisasi Muhammadiyah Dalam Pendidikan Islam Di Kota


Sorong". Pokok pembahasanya tentang peran dan apaya-upaya Organisasi Muhammadiyah
dalam mengembangkan kualitas pendidikan Islam di Kota Sorong. Lembaga pendidikan
Muhammadiyah Kota Sorong mampu menjaring pelajar untuk masuk di Sekolah maupun di
Perguruan Tinggi Muhammadiyah, serta banyak alumini dari lembaga pendidikan
Muhammadiyah yang turut berperang dalam membantu mengembangkan pendidikan di Kota
Sorong.
Mahfudlah Fajrie," Strategi Dakwah Muhammadiyah di Kabupaten Demak Periode 2006-
2011 (Studi Analisis Strategi dan Metode Dakwah)". Strategi dakwah Pimpinan
Muhammadiyah di Kabupaten Demak penode 2006 2011 yaitu strategi dakwah dengan
mengedepankan ajaran Islam sesuat dengan syari'at, membentuk lembaga bimbingan manasik
haji, membangun budaya dialog dan pembinaan generasi muda dan Strategi dakwah
Muhammadiyah melalui budaya (kultural) membuat pandangan dan dakwah melalui
pemberdayaan umat di bidang pendidikan, ekonomi, sosial dan kesehatan.

Abd. Fattah Wibisono, "Model dan Strategi Dakwah Muhammadiyah dalam Pembinaan
Ummat di Tengah Dinamika Masyarakat Saat Ini". Pokok pembahasannya adalah
Muhammadiyah melakukan revitalisasi keluarga.. Keluarga berdasarkan pandukan dalam
Pedoman Hidup Blami Muhammadiyah difungsikan sebagai media sosialisasi nilai-nilai
ajaran Islam, kadensasi pelansung dan penyempurna gerakan dakwah, media pemberian
keteladanan dan

14

pembiasaan amal Islami dan kehidupan Islami dalam bentuk pergaulan saling mengasihi,
menghormati, saling menghargai, dan menyayangi.

Muhammadiyah mengoptimalisasi mesin persyarikatan dalam bentuk pemberdayaan ranting


dan amal usaha secara maksimal sebagai media dakwah. Pimpinan persyarikatan dan
pimpinan amal usaha baik bidang pendidikan, kesehatan dan sosial secara aktif dan sungguh-
sungguh berkerja sama mengefektifkan gerakan dakwah di ranting dan amal usaha.
Kedahsyatan pengaruh media elektronik dan teknologi informasi dalam membentuk pola
pikir dan prilaku masyarakat, merupakan keniscayaan dakwah Muhammadiyah
memanfaatkan media elektronik dan teknologi informasi sebagai media dakwah. Dari uraian
diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tersebut secara umum mengambarkan strategi
dakwah Muhammadiyah diterapkan di masyarakat secara umum dan seacra khusus
dilingkungan Muhammadiyah sendiri. Secara khusus telah dibahas tentang aktivitas dakwah
bil-hal Muhammadiyah di bidang pendidikan dan sosial di Kota Sorong dan peran organisasi
Muhammadiyah dalam pendidikan Islam di Kota Sorong, Penelitian itu, belum ada yang
membahas secara pesifik dakwah Muhammadiyah di lembaga pendidikan.

Muhammadiyah Kota Sorong memulai gerakan amal usaha di bidang pendidikan. Bukti nyata
amal usaha Muhammadiyah Kota Sorong yaitu telah mendirikan lembaga pendidikan yang
berjumlah 9 perguruan Muhammadiyah mulai dari Taman Kanak-Kanak hingga Peguruan
Tinggi. Lembaga pendidikan Muhammadiyah selain untuk mencerdaskan anak-anak bangsa
juga didesain seabagi wahana medan dakwah Islam dan untuk mencetak kader-kader

15

Muhammadiyah. Hal inilah Muhammadiyah memerlukan strategi dakwah di

lembaga pendidikan Muhammadiyah.

Strategi dan metode dakwah Muhammadiyah yang diterapkan di masyarakat akan berbeda
strategi dakwah Muhammadiyah di lembaga pendidikan. menurut pengamatan penulis,
dengan latar belakang kondisi sosial Kota Sorong terutama di lembaga pendidikan, maka
perlu adanya strategi, manajemen dan pengelolaan dakwah Muhammadiyah dengan baik,
agar dakwahnya berhasil dan pesan yang ingin disampaikan dapat diterima oleh siswa,
mahasiswa dan masyarakat secara umum.

Secara komprehensif penulis merasa belum adanya penelitian mengenal strategi dakwah
Muhammadiyah di lembaga pendidikan. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap dakwah Muhammadiyah di lembaga pendidikan
Muhammadiyah. Karena Muhammadiyah melakukan strategi dakwah di lembaga pendidikan
Muhammadiyah dengan menerapkan pendidikan Kemuhammadiyahan dan pengkaderan
melalui wadah organisasi badan otonom Muhamamdiyah.

Kesemua penelitian itu tidak ada menyinggung tentang dakwah Muhamamdiyah di Perguruan
Tinggi Muhamamdiyah. Di Perguruan Tinggi Muhammadiyah (Universitas Muhammadiyah
Sorong) mahasiswa banyak dari kalangan non Islam, maka Muhammadiyah melakukan
strategi dakwah dengan seluruh mahasiswa tetap di wajibkan mengkuti mata kuliah
pendidikan

16

kemuhammadiyahan. Hal inilah perbedaan sangat menarik dari penelitian sebelumnya.

H. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini terdiri dari lima bab, dan setiap bab terdiri dari beberapa sub bab,
yaitu

Bab pertama merupakan pendahuluan meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian manfaat penelitian, pengertian judul, kerangka teon, penelitian terdahulu dan
sistemanka pembahasan. Bab dua tinjauan pustaka meliputi strategi dakwah, organisasi
Muhammadiyah dan lembaga pendidikan. Bab tiga membahas tentang metodologi meliputi
pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik
analisis data.
kemuhammadiyahan. Hal inilah perbedaan sangat menarik dari penelitian

sebelumnya.

H. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini terdiri dari lima bab, dan setiap hab terdiri dari beberape sub bab,

Bab pertama merupakan pendahuluan meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, pengertian judul, kerangka teon, penelitian terdahulu dan
sistematika pembahasan. Bab dua tinjauan pustaka meliputi strategi dakwah, organisasi
Muhammadiyah dan lembaga pendidikan. Bab tiga membahas tentang metodologi meliputi
pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik
analisis data.

Bab empat adalah hasil penelitia berisi tentang profil lembaga, wujud dakwah
Muhammadiyah dibidang pendidikan, strategi dakwah Muhammadiyah melalui lembaga
pendidikan dan implikasi penelitian dakwah Muhammadiyah melalui lembaga pendidikan.
Bab lima merupakan bab penutup meliputi kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Asyumi. Pedoman Hidup Islam Warga Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara


Muhammadiyah. 2003. Ali Hasniyatı Gani. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Quantum
Teaching, 2008. Amin, Samsul Munir. Rekontraksi Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta
Amzah. 2008. Arif, Arifuddin. Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kultura, 2008.
Arifin, Anwar. Dakwah Kontemporer (Sebuah Studi Komunikasi). Yogyakarta Graha Ilmu.
2011
17

Sorong Perspeksnif Gerakan Pendidikan Dan Sosial" Sorong STAIN Sorong Press, 2013.
Daradjat, Zakiyah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara 1992. Departemen Agama
RI. Al-Qur'an dan Terjemahannya. Bandung: J-ART. 2005,

Barulazi skripsi Aktivitas Muhammadiya Dalam Dakwah Bul Hal Di Kota Departemen
Pendidikan Nastoani, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta Pusat Bahasa. 2008. Hambali,
Hamdan. Ideologi dan Strategi Muhammadiyah. Yogyakarta Suara Muhammadiyah. 2010.
Ilaht, Wahyu. Komunikasi Dakwah. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2008.

Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.1999. Ibnu Salmi,
dkk. Studi Muhammadiyah (Kajian Historis, Ideologi, dan Organisastoris), Surakarta: LPID.
2009. Ihsan, Fuad Ihsan. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2004.

dan Harjant, Hefni, Sejarah Dakwah. Jakarta: Kencana. 2010. Ismail, Ilyas. Filsafat Dakwah
(Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam). Jakarta: Kencana. 2011. Mughni,
Syafiq A. Makalah Seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah ke-46. di

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, 2009.


Ihsan, Fuad Ihsan. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2004.

Ilahi, Wahyu. Komunikasi Dakwah. Bandung. Remaja Rosdakarya. 2008.

dan Harjani, Hefni. Sejarah Dakwah. Jakarta: Kencana, 2010, Ismail, Ilyas. Filsafat Dakwah
(Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban

Islam). Jakarta: Kencana. 2011.

Mughni, Syafiq A. Makalah Seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah ke-46, di Universitas


Muhammadiyah Sumatera Utara. 2009.
Majib. Abdul Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta Kencana. 2006. Mulkhan Abdul Munir.
Pemikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan, Muhammadiyah dalam Perspektif Perubahan Sosial.
Jakarta: Bumi Aksara, 1990.

Mujahid, Abu. Sejarah Muhammadiyah; Gerakan Tajdid di Indonesia. Bandung Toobagus


Publishing, 2013.

Nashir, Haedar, Manhaj Gerakan Muhammadiyah Ideologi. Khittah, dan

Langkah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah. 2013.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

Muhammadiyah. Yogyakarta; Pecetakan Persatuan. 2005.

Saebani, Ben Ahmad. Ilmu Pendidikan Islam, Bandung, Pustaka Setia, 2009. Saputra,
Wahidin. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2012. Safir Muhammad
Pengembangan Kurikulum Materi Pendidikan Islam Yogyakarta: Ardana Media. 2010.

Shabron, Sudarno. Studi Kemuhammadiyahan. Surakarta: LPID. 2008.

Suwamo, M. Margono Poespa. Gerakan Muhammadiyah. Yogyakarta, persatuan Offiset.


1995. Umar, Bukhari. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah, 2010.

Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Departemen Agama, 2004.


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Sejarah & Latar belakang gerakan tajdid


Dua faktor yang melandasi atau yang menjadi latar belakang berdirinya Muhammadiyah
yaitu faktor internal dan eksternal. Yang dimaksud dengan faktor internal adalah faktor yang
berkaitan dengan kondisi keagamaan kaum muslimin di Indonesia sendiri yang karena
berbagai sebab telah menyimpang dari ajaran Islam yang benar. Faktor eksternal adalah
faktor yang berkaitan dengan: (a) politik Islam Belanda terhadap kaum muslimin di
Indonesia, dan (b) pengaruh ide dan gerakan pembaharuan Islam dari Timur Tengah sebagai
langkah perbaikan diusahakan untuk memahami kembali Islam, dan selanjutnya berbuat
sesuai dengan apa yang mereka anggap sebagai standard Islam yang benar. Mist utama yang
dibawa oleh Muhammadiyah adalah pembaharuan (tajdid) pemahaman agama. Adapun yang
dimaksudkan dengan pembaharuan oleh Muhammadiyah salah yang seperti yang
dikemukakan M. Djindar Tamimy: Maksud dari kata-kata "tajdid" (bahasa Arab) yang
artinya "pembaharuan" adalah mengenai dua segi, ialah dipandang dari pada/menurut
sasarannya:
Pertama berarti pembaharuan dalam arti mengembalikan kepada keasliannya/kemurniannya,
ialah bila tajdid itu sasarannya mengenai soal-soal prinsip perjuangan yang sifatnya tetap
tidak berubah-ubah.
Kedua : berarti pembaharuan dalam arti modernisasi, ialah bila tajdid itu sasarannya
mengenai masalah seperti: metode, sistem, teknik, strategi, taktik perjuangan, dan lain-lain
yang sebangsa itu, yang sifatnya berubah-ubah, disesuaikan dengan situasi dan kondisi ruang
dan waktu. Tajdid dalam kedua artinya, itu sesungguhnya merupakan watak daripada ajaran
Islam itu sendiri dalam perjuangannya.
Dapat disimpulkan bahwa pembaharuan itu tidaklah selamanya berarti memodernkan. akan
tetapi juga memurnikan, membersihkan yang bukan ajaran, rakan Muhammadiyah adalah
gerakan purifikasi (pemurnian) dan modernisasi (pembaharuan) atau dalam bahasa arab
"tajdid" keduanya memiliki perbedaan yang cukup mendasar. Pada mulanya, Muhammadiyah
dikenal dengan gerakan purifikasi, yaitu kembali kepada semangat dan ajaran Islam yang
mumi dan membebaskan umat Islam dari Tahayul, Bid'ah dan Khurafat. Cita-cita dan
gerakan pembaharuan yang dipelopori Muhammadiyah sendiri sebenamya menghadapi
konteks kehidupan keagamaan yang bercorak ganda, sinkretik dan tradisional. Sebagai
sebuah gerakan sosial keagamaan, Muhammadiyah mempunyai ciri khusus dengan yang lain,
tetapi ciri tersebut dibuat bukan atas dasar teoritik belaka, melainkan berpijak pada proses
yang sesuai dengan lingkungan dan budaya masyarakat. Meskipun Muhammadiyah
melakukan purifikasi keagaaman, namun Muhammadiyah dalam waktu yang bersamaan
sangat menyadari ketergantungan pada lingkungan sosial-budaya di tempat Muhammadiyah
berada.
Muhammadiyah tercermin dari 2 hal yaitu: 1) bentuk keteladanan seorang pemimpin yang
simpatik, 2) pemikiran pembaharuan Islam yang disebarluaskan oleh Muhammadiyah dalam
bentuk amal nyata dengan tindakan yang moderat. Dalam Muhammadiyah, purifikasi adalah
gerakan pembaharuan untuk memurnikan agama darisyrk yang pada dasarnya merupakan
rasionalisasi yang berhubungan dengan ide mengenai transformasi sosial dari masyarakat
agraris ke masyarakat industrial, atau masyarakat tradisional ke masyarakat modern,
Muhammadiyah tampak sekali dengan sadar melakukan berbagai upaya pembaharuan demi
mencapai cita-cita transformasi sosialnya. Perlu digaris bawahi terlebih dahulu di sini bahwa
program purifikasi adalah ciri yang cukup menonjol dari Persyarikatan Muhammadiyah
generasi awal, dan hingga sampai saat sekarang ini. Namun harus disadari pula bahwa
program purifikasi memang lebih terfokus pada aspek aqidah. Pemberantasan TBC
(Takhayul, Bid'ah dan Churafat) merupakan respon konkrit Muhammadiyah terhadap Budaya
setempat yang dianggap menyimpang dari aturan aqidah islamiyah. Bahwa sesuatu yang
berbau mistik harus dijauhkan dari sikap umat Islam keseharian dengan cara mengubah
sesuatu yang berasal dari sufisme menjadi akhlak. Gerakan purifikasi Muhammadiyah
sampai saat ini masih melakukan penguatan dan penyadaran terhadap pola kehidupan
manusia.

BAB II PEMBAHASAN
2.1. PENEGERTIAN TAJDID
Muhammadiyah adalah gerakan keagamaan yang bertujuan menegakkan agama Islam
ditengah-tengah masyarakat, sehingga terwujud masyarakat Islam sebenar-benarnya. Islam
sebagai agama terakhir, tidaklah memisahkan masalah rohani dan persoalan dunia, tetapi
mencakup kedua segi ini. Sehingga Islam yang memancar ke dalam berbagai aspek
kehidupan tetaplah merupakan satu kesatuan suatu keutuhan Pembaharuan Islam sebagai satu
kesatuan inilah yang ditampilkan Muhammadiyah itu sendiri. Sehingga dalam perkembangan
sekarang ini Muhammadiyah menampakkan diri sebagai pengembangan dari pemikiran
perluasan gerakan-gerakan yang dilahirkan oleh KH. Ahmad Dahlan sebagai karya amal
shalch.
Usaha pembaharuan Muhammadiyah secara ringkas dapat dibagi ke dalam tiga bidang
garapan, yaitu bidang keagamaan, pendidikan, dan kemasyarakatan pengembangan tajddid.
1. Bidang keagamaan
Pembaharuan dalam bidang keagamaan ialah penemuan kembali ajaran atau prinsip dasar
yang berlaku abadi, yang karena waktu, lingkungan situasi dan kondisi, mungkin
menyebabkan dasar-dasar tersebut kurang jelas tampak dan tertutup oleh kebiasaan dan
pemikiran tambahan lain.
Di atas telah disebutkan bahwa yang dimaksud pembaharuan dalam bidang keagamaan
adalah memurnikan kembali dan mengembalikan kepada keasliannya. Oleh karena itu dalam
pelaksanaan agama baik menyangkut aqidah (keimanan) ataupun ritual (ibadah) haruslah
sesuai dengan aslinya, yaitu sebagaimana diperintahkan oleh Allah dalam Al-Quran dan
dituntunkan oleh Nabi Muhammad SAW, lewat sunah-sunahnya.
Dalam masalah aqidah Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang murni,
bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid'ah dan khufarat tanpa mengabaikan prinsip prinsip
toleransi menurut ajaran Islam, sedang dalam ibadah Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya
ibadah tersebut sebagaimana yang dituntunkan Rasulullah SAW tanpa tambahan dan
nambahan dari monneis dan perubahan dari manusia.
Dengan kembali kepada ajaran dasar ini yang populernya disebut pada Al-Qur'an dan Hadits,
Muhammadiyah berusaha menghilangkan segala macam tambahan yang datang kemudian
dalam agama. Memang di Indonesia keadaan ini terasa sekali, bahwa keadaan keagamaan
yang nampak adalah serapan dari berbagai unsur kebudayaan yang ada.
Di antara praktek-praktek dan kebiasaan yang bukan berasal dari agama Islam antara lain:
pemujaan arwah nenek moyang, benda-benda keramat, berbagai macam upacara dan
selamatan, seperti pada waktu-waktu tertentu pada waktu hamil, pada waktu puput pusar,
khitanan, pernikahan, dan kematian. Upacara dan do'a yang diadakan pada hari ke-3, ke-5.
ke-40, ke-100, ke-1000 setelah meninggal. Peristiwa penting yang berssfat sosial yang
berhubungan dengan kepercayaan seperti kenduri/ slametan pada bulan Sya'ban dan Ruwah
Berziarah ke makam orang-orang suci dan minta dido'akan. Begitu pula orang sering kali
meminta nasehat dan bantuannya kepada petugas agama di desa (seperti modin, rois, kaum)
dalam hal-hal yang berhubungan dengan takhayul, misal untuk menolak pengaruh penyakit,
yang untuk itu biasanya mereka diberi/dibacakan do'a-do'a dalam bahasa Arab, yang di antara
do'a tersebut tidak jarang bagian-bagian yang berbau Agama Hindu atau animisme dari
zaman kuno, dan sebagainya.
Terhadap tradisi dan kepercayaan di atas banyak orang Islam yang menganggap bahwa hal
tersebut termasuk amalan-amalan keagamaan, atau setidak-tidaknya hal tersebut tidak
bertentangan. Terhadap tradisi, adat kebiasaan dan berbagai macam kepercayaan di atas
banyak kaum muslimin yang melakukannya tanpa reserve, bahkan mereka menganggap
bahwa hal di atas termasuk keharusan menurut agama.
Untuk itu Muhammadiyah berusaha meluruskan kembali dengan memberantas segala bentuk
bid'ah dan khurafat sepeti bentuk di atas. Usaha Muhammadiyah untuk memurnikan
keyakinan umat Islam Indonesia, ialah Muhammadiyah telah mengenalkan penelaahan
kembali dan pengubahan drastis, jika diperlukan, menuju penafsiran yang benar terhadap Al
Qur'an dan Al-Hadits. Usaha pemurnian tersebut antara lain dapat disebut:
1. Penentuan arah kiblat yang tepat dalam bersembahyang sebagai kebalikan dari kebiasaan
sebelumnya, yang menghadap tepat ke arah Barat.
2. Penggunaan perhitungan astronomi dalam menentukan permulaan dan akhir bulan puasa
(hisab), sebagai kebalikan dari pengamatan perjalanan bulan oleh petugas agama.
3. Menyelenggarakan sembahyang bersama di lapangan terbuka pada hari raya Islam, Idul
Fitri dan Idul Adha, sebagai ganti dari sembahyang serupa dalam jumlah jama'ah yang lebih
kecil, yang diselengarakan di Masjid. Hal ini dilakukan dengan tujuan laian agar para wanita
yang sedang agar dapat bisa bergabung bersama (walaupun tidak ikut sholat) karena hal ini
tidak mungkin dapat dilakukan apabila di dalam Masjid.
4. Pengumpulan dan pembagian zakat fitrah dan korban pada hari raya tersebut di atas, olch
panitia khusus, mewakili masyarakat Islam setempat, yang dapat dibandingkan sebelumnya
dengan memberikan hak istimewa dalam persoalan ini pada pegawai atau petugas agama
(penghulu, naib, kaum. modin, dan sebagainya).
5. Penyampaian khutbah dalam bahasa daerah, sebagai ganti dari penyampaian khutbah
dalam bahasa Arab.
6. Penyederhanaan upacara dan ibadah dalam upacara kelahiran, khitanan, perkawinan dan
pemakaman, dengan menghilangkan hal-hal yang bersifat politheistis darinya.
7. Penyerderhanaan makam, yang semula dihiasi secara berlebihan. Dari Jabir Radhiyallaahu
'anhu-, dimana dia berkata: "Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam- telah melarang
menembok kuburan, duduk di atasnya, dan membuat bangunan di atasnyal", (Hadits Riwayat
Muslim, Ahmad, An-Nasa'i dan Abu Dawud).
8. Menghilangkan kebiasaan berziarah ke makam orang-orang suci (wali).
Membersihkan anggapan adanya berkah yang bersifat ghaib, yang dimiliki oleh para kyai
ulama tertentu, dan pengaruh ekstrim dari pemujaan terhadap mereka.
10. Penggunaan kerudung untuk wanita, dan pemisahan laki-laki dengan perempuan dalam
pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan..
Dalam rangka usaha tersebut, tidak sedikit rintangan yang dialami Beberapa tafsir
Muhammadiyah tentang Al-Qur'an dan Al-Hadits menimbulkan debat theologis di antara
ulama. Tetapi kemudian, beberapa hal yang dipelopori oleh Muhammadiyah menjadi umum
di kalangan umat Islam di Indonesia.
Untuk membahas, apakah adat istiadat/tradisi serta kepercayaan berlaku di masyarakat itu
sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadits atau tidak, dalam Muhammadiyah dibicarakan oleh suatu
lembaga yang bernama "Lajnah Tarjih". Tarjih ini adalah merupakan realisasi dari prinsip,
bahwa pintu ijtihad tetap terbukaa.
Majlis Tarjih didirikan atas dasar keputusan kongres Muhammadiyah ke- XVI pada tahun
1927, atas usul dari K.H. Mas Mansyur. Fungsi dari majlis ini adalah mengeluarkan fatwa
atau memastikan hukum tentang masalah-masalah tertentu. Masalah itu tidak perlu semata-
mata terletak pada bidang agama dalam arti sempit, tetapi mungkin juga terletak pada
masalah yang dalam arti biasa tidak terletak dalam bidang agama, tetapi pendapat apapun
juga haruslah dengan sendirinya didasarkan atas syari'ah, yaitu Qur'an dan Hadits, yang
dalam proses pengambilan hukumnya didasarkan pada ilmu ushul figh. Majlis ini berusaha
untuk mengembalikan suatu persoalan kepada sumbernya, yaitu Al-Qur'an dan Al-Hadits,
baik masalah itu semula sudah ada hukumnya dan berjalan di masyarakat tetapi masih
dipertikaikan di kalangan umat Islam, ataupun yang merupakan masalah-masalah baru, yang
sejak semula memang belum ada ketentuan hukumnya, seperti masalah keluarga berencana,
bayi tabung, bank dan lain-lain.
2. Bidang Pendidikan
Dalam kegiatan pendidikan dan kesejahteraan sosial, Muhammadiyah mempelopori dan
menyelenggarakan sejumlah pembaharuan dan inovasi yang lebih nyata. Bagi
Muhammadiyah, yang berusaha keras menyebarluaskan Islam lebih luas dan lebih dalam,
pendidikan mempunyai arti penting, karena melalui inilah pemahaman tentang Islam dapat
diwariskan dan ditanamkan dari generasi ke generasi pembaharuan pendidikan ini meliputi
dua segi, yaitu segi cita-cita dan segi teknik pengajaran. Dari segi cita-cita, yang dimaksud
K.H. Ahmad Dahlan ialah ingin membentuk manusia muslim yang baik budi, alim dalam
agama, luas dalam pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, dan bersedia berjuang
untuk kemajuan masyarakatnya.
Adapun teknik, adalah lebih banyak berhubungan dengan cara-cara penyelenggaraan
pengajaran gagasan pendidikan Muhammadiyah adalah untuk mendidik sejumlah banyak
orang awam dan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Dalam usaha merealisasi gagasan
tersebut, Muhammadiyah sejak masa kepemimpinan Ahmad Dahlan, telah berusaha keras
untuk mengawinkan antara dua sistim pendidikan, pesantren (pendidikan agama pedesaan di
bawah tuntunan kyai/ulama) dan sekolah model barat, dengan menghilangkan kelemahan dari
keduanya. Menurut Muhammadiyah, pendidikan pesantren tradisional membutuhkan waktu
terlalu banyak bagi santri untuk menyelesaikannya, juga kurang adanya sistim kelas atau
penjenjangan. Pesantren biasanya hanya terbatas pada sejumlah kecil mata pelajaran tertentu,
sehingga santri harus memasuki dan tinggal di beberapa pesantren agar sempurna ilmunya.
Pesantren tradisional tidak cukup membekali santrinya dalam memecahkan masalah masalah
keduniawian, karena lembaga-lembaga tersebut tidak mengajarkan pelajaran pelajaran
sekuler. Di pihak lain, pendidikan model Barat hanya mengajarkan ketrampilan praktis,
pengetahuan dan ilmu umum, tetapi tidak mengajarkan ketrampilan akhlak, budi pekerti,
dengan bersandar kepada ajaran Islam Muhammadiyah merasa perlu menggabungkan
keduanya pendidikan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akherat. Atau dengan kata
lain, bahwa dengan sistim pendidikannya itu, Muhammadiyah ingin membentuk ulama
intelek dan atau intelek yang ulama.

Dengan mengambil unsur-unsurnya yang baik dari sistim pendidikan Barat dan sistim
pendidikan tradisional, Muhammadiyah berhasil membangun sistim pendidikan sendiri.
seperti sekolah model Barat, tetapi dimasuki pelajaran agama di dalamnya, sekolah dengan
menyertakan pelajaran sekuler, bermacam-macam sekolah kejuruan dan lain-lain.
Sedang dalam cara penyelenggaraannya, proses belajar mengajar itu tidak lagi dilaksanakan
di masjid atau langgar, tetapi di gedung khusus, yang di lengkapi dengan meja, kursi dan
papan tulis, tidak lagi duduk di lantai.
Selain pembaharuan dalam lembaga pendidikan formal, Muhammadiyah pun telah
memperbaharui bentuk pendidikan tradisional non formal, yaitu pengajian. Semula pengajian
di lakukan di mana orang tua atau guru privat mengajar anak-anak kecil membaca Al-Qur'an
dan beribadah. Oleh Muhammadiyah diperluas dan pengajian disistematiskan ke dalam
bentuk pendidikan agama non formal, di mana pesertanya lebih banyak juga isi pengajian
diserahkan pada masalah-masalah kehidupan sehari-hari umat Islam.
Begitu pula Muhammadiyah dalam usaha pembaharuan ini telah berhasil mewujudkan bidang
bimbingan dan penyuluhan agama dalam masalah-masalah yang diperlukan dan mungkin
bersifat pribadi, seperti Muhammadiyah telah memelopori mendirikan Badan Penyuluhan
Perkawinan di kota-kota besar. Dengan menyelenggarakan pengajian dan nasihat yang
bersifat pribadi tersebut, dapat ditunjukkan bahwa Islam menyangkut seluruh aspek
kehidupan manusia.
3. Bidang Kemasyarakatan.
Di bidang sosial dan kemasyarakatan, maka usaha yang dirintis oleh Muhammadiyah adalah
didirikannya rumah sakit poliklinik, rumah yatim piatu, yang dikelola melalui lembaga-
lembaga dan bukan secara individual sebagaimana dilakukan orang pada umumnya di dalam
memelihara anak yatim piatu. Badan atau lembaga pendidikan sosial di dalam
Muhammadiyah juga ikut menangani masalah-masalah keagamaan yang ada kaitannya
dengan bidang sosial, seperti prosedur penerimaan dan pembagian zakat ditangani
sepenuhnya oleh P.K.U., yang sekaligus berwenang sebagai badan 'amil.
Usaha pemaharuan dalam bidang sosial kemasyarakatan ditandai dengan didirikannya
Pertolongan Kesengsaraan Oemoem (PKO) pada tahun 1923, Ide di balik pembangunan
dalam bidang ini karena banyak di antara orang Islam yang mengalami kesengsaraan, dan hal
ini merupakan kesempatan bagi kaum muslimin untuk saling tolong-menolong.
Perhatian pada kesengsaraan umum dan kewajiban menolong sesama muslim, tidak hanya
sekedar karena rasa cinta kasih pada sesama, tetapi juga ada tuntunan agama yang jelas untuk
beramar ma'ruf. Sebagai perwujudan sosial dari semangat beragama Hal ini merupakan
gerakan sosial dengan ilham keagamaan. Contohnya ialah pengamalan firman Tuhan dalam
Surat Al-Ma'un (terjemahannya)
‫ذين لم‬UU‫اهون ال‬UU‫التهم س‬UU‫لين ص‬UU‫ل للمص‬UU‫كين فوي‬UU‫ام المس‬UU‫ وال يحض على طع‬U‫ة‬U‫ذي ين اليتيم‬UU‫ذلك ال‬UU‫التين ف‬UU‫اريت الذي يكتب ب‬
‫يراعون ويمنعون‬
"Tahukah engkau orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak
yatim, dan tiada menganjurkan menyantuni orang miskin, Celakalah orang-orang yang shalat,
yaitu lalai dari shalatnya, orang-orang yang riya" dan tiada mau menolong dengan barang
barang yang berguna."
Ajaran ini direalisasikan oleh Muhammadiyah melalui pendirian rumah yatim, klinik, rumah
sakit dan juga melalui pembaharuan cara mengumpulkan dan mendistribusikan zakat.
Dapatlah disimpulkan, bahwa pembaharuan sosial kemasyarakatan yang dilakukan
Muhammadiyah, merupakan salah satu wujud dari ketaatan beragama, dalam dimensi
sosialnya, atau dimaksudkan untuk mencapai tujuan keagamaan.
BAB III
Kesimpulan

Muhammadiyah Lahir oleh Proses Panjang, paduan semangat dan perickan permenungan
yang tak Cuma dimiliki oleh seseorang jika kemudian Muhammadiyah menjadi moderenis itu
bukan sebuah kebetulan dan isengnya para Pimpinan yang mengkonsepkan hal tesebut.
Modernitas Muhammadiyah lahir sebagai respon atas sejarah dan bukan sebuah spontanitas
Ketika rakyat tenggelam dalam kemiskinan dan kebodohan semasa colonial, Muhammadiyah
lahir dengan banyak respon pendidikan modern dan mengmbangkan spirit penolong
kesengsaraan Umum (PKO), ketika masyrakat terlena delam tradisional dan
mencampuradukan ajaran agama, Muhammadiyah memberikan wacana dan spirit baru yaitu
tajdid dan Purifikasi.
Kini sudah sekita abad sejak Muhammadiyah lahir dari tangan Kh.Ahmad Dahlan, sebagai
gerkan tajdid dan purifikasi berbuah manis, sudah banyak perubahan dan pembaharuan
diberbagai aspek dan bidang-bidang yang menjadi focus perbunhan Muhammadiyah, yakni
aspek tajdid dalam bidang agama, pendidkan dan bidang sosial kemasyarakatan, walaupun
masih ada atau belum secara total berhasil namun pencapain ini patut diapresiasi dan terus
digencarkan dan dikembangkan.
Daftar Pustaka

Hasan, Nurdin, dkk. Al Islam Kemuhammadiyahan III: kemuahammadiyahan. Umm Press


2012 Malang.
Arifin, MT. Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah dalam Pendidikan Dunia. Jakarta. 1987
Sumber web TIDAK BOLEH MENEMBOK KUBURAN 19 Juni 2013. Oleh AJARAN
ISLAM YANG HAO! MEMPELAJARI AJARAN ISLAM LEBIH DALAM DAN SESUAI
DOGMA Wikipedia,arti tajdid secara harafiah: id Wikipedia.org/tajdid Sumber web
Pengertian dan Urgensi Muhammadiyah Sehagat Gerakan Tajdid dan Purifikasi, ditulis pada
6 november 2014
MAKALAH DAKWAH MUHAMMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Berdasarkan fakta historis, Islam disebarluaskan secara evolutif melalui gerakan dakwah. Hal
ini dilakukan oleh baginda Rasulullah, para sahabat, tabi'in tabi tabi'in dan para mujahid
dakwah sesudahnya. Menurut Prof.Dr Syeikh Muhammad Said Ramadhan al-Buti
periodesasi dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. dapat dibagi menjadi empat
Pertama, Nabi kita Muhammad Saw setelah diangkat menjadi rasul Allah secara definitif,
beliau melakukan gerakan dakwah Islam secara diam-diam atau rahasia. Pola dakwah yang
sedemikian rupa ditujukan kepada pihak keluarga sendiri, termasuk kepada sahabat-
sahabatnya terdekat. Materi dakwah yang. disampaikan adalah tentang aqidah atau
ketauhidan dan gerakan dakwah secara individual ini berlangsung selama tiga tahun. Kedua.
dakwah yang dilakukan oleh baginda Rasul Saw dengan terbuka dan secara lisan. Pola
dakwah dalam bentuk ini dilakukan sampai Nabi Muhammad Saw hijrah ke Madinah. Ketiga,
dakwah secara terbuka dengan memerangi orang-orang yang memusuhi beliau dan para
sahabatnya. Hal ini berlangsung sampai terwujudnya perjanjian Hudaibiah pada tahun ke
enam hijrah. Keempat, dakwah secara terbuka dengan memerangi setiap orang yang
menghalang-halangi dakwah Islam, sekaligus memerangi orang orang musyrik dan kafir yang
tidak mau masuk Islam. Pola dakwah yang keempat ini berlangsung sampai Nabi Muhammad
Saw wafat pada tahun 11 H.
Menurut Ibn Kasir dalam bukunya al-Bidayah wa an-Nihayah dakwah yang dilakukannya
kepada Abu Bakar Siddik bentuknya adalah dakwah fardiah. Berdasrkan riwayat Aisyah ra
bahwa pada suatu ketika Abu Bakar bertemu dengan Nabi Muhammad Saw dia berkata;
wahai Abul Qasim (panggilan akrab Nabi Muhammad), saya mendapatkan informasi dari
para kaummu bahwa mereka menjelek-jelekkan kamu dan orang-orang tuamu. Nabi
Muhamamd Saw berkata, sesungguhnya saya adalah Rasul Allah dan mengajakmu untuk
beriman kepada Allah. Setela itu Abu Bakar masuk Islam dan setelah itu Nabi Muhammad
Saw meninggikannya seraya merasa sangat bergembira dengan Islamnya Abu Bakar sebagai
teman dekatnya pada masa jahiliyah.
Dalam menyampaikan dakwahnya, Rasulullah Saw menggunakan metode yang bervariasi,
Kadang-kadang Rasulullah Saw menggunakan metode dakwah personal dan secara diam-
diam, karena kondisi waktu itu belum memungkinkan untuk melakukan dakwah dengan cara
terbuka. Metode dakwah bilhikmah walmau'izatul hasanah seperti yang dinyatakan dalam
Alqur'an surat an-Nahal ayat 125 beliau laksanakan dengan baik.
Esensi metode dakwah bilhikmah walmauzizatil hasanah adalah memilih cara yang relevan
dengan kondisi objektif sekaligus memberikan pengajaran yang dapat diterima oleh nalar
atau pemikiran rasional dari para audien. Di kala umat Islam jumlahnya masih sedikit kurang
lebih tiga puluh orang dan mereka termasuk orang yang miskin, tidak berpendidikan, maka
Nabi Muhammad Saw melakukan dakwah dengan melalui jalur pendidikan. Sebagai
lokasinya adalah rumah al-Arqam bin Abu Arqam yang berada di bukit Shafa dekat masjidil
Haram.
Dalam mengajarkan Alqur'an, Nabi Muhammad Saw terlebih dahulu mengajarkan beberapa
ayat lalu dijelaskan maksudnya. Setelah para sahabat memahami dan mengamalkan isinya
barulah beliau menambah pelajaran dengan ayat ayat lainnya. Abdullah bin Mas'ud sendiri
menuturkan bahwa apabila para sahabat telah mempelajari sepuluh ayat Alquran, mereka
tidak akan pindah ke ayat-ayat lain sebelum mengetahui benar maksud ayat tersebut serta
mengamalkan isi kandungannya.
Kadang-kadang Nabi Muhammad Saw dalam berdakwah menggunakan metode diskusi atau
mujadalah seperti yang diinformasikan oleh Allah dalam surat an-Nahal ayat 125. Berkaitan
dengan hal ini, Nabi Muhammad Saw setelah tinggal di Madinah semenjak tahun 5 Hijriah
banyak menghadapi tamu-tamu secara berombongan baik. yang muslim maupun non muslim.
Bagi yang muslim ingin memperdalam ajaran Islam dengan jalan diskusi dan bagi yang non
muslim ingin mengetahui tentang ajaran Islam. Menurut ahli sejarah Ibn Sa'ad jumlah
rombongan tamu yang pernah datang kepada Nabi Muhammad Saw tidak kurang dari tujuh
puluh satu rombongan diawali dengan robongan tamu dari kabilah Muzainah pada bulan
Rajab tahun 5 Hijriah.
Dalam makalah ini akan dipaparkan gambaran secara global tentang kondisi objektif umat
Islam dalam aspek Aqidah, akhlak, Ibadah dan muamalah dunyawiyah dan bagaimana
strategi dakwah yang harus dilakukan. Penerapan dakwah di lapangan dengan kondisi
objektif yang berbeda-beda harus tetap menjadi pertimbangan bagi semua juru dakwah agar
dapat mencapai hasil yang maksimal. Metode dakwah yang telah dilakukan oleh baginda
Rasulullah Saw tentunya dapat dipilih mana yang relevan dengan kondisi objektif yang ada.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
BAB II PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Dakwah
Secara etimologis, dakwah berarti seruan, ajakan atau jeritan. Perkataan seperti da autu fulaan
bermakna bertenak atau memanggil fulan. Secara terminologis, para ulama berbeda pendapat
dalam merumuskannya. Menurut Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah pengertian dakwah adalah
mengajak seseorang agar beriman kepada Allah dan kepada apa yang dibawa oleh para
Rasul-Nya dengan cara membenarkan apa yang mereka beritakan dan mengikuti apa yang
mereka perintah.
Menurut Syeikh Ali Mahfud pengertian dakwah adalah memotivasi manusia untuk
melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk dan menyuruh mereka berbuat maruf dan
mencegah dari perbuatan mungkar, agar mereka dapat mencapai kebahagian dunia hidup di
dunia dan akhirat. Menurut Fathi Yakan pengertian dakwah adalah penghancuran dan
pembinaan. Penghancuran di sini maksudnya adalah menghancurkan jahiliyah dengan segala
bentuknya, baik jahiliyah pola fikir, moral, maupun jahiliyah perundang-undangan dan
hukum. Adapaun maksud pembinaan adalah membina masyarakat Islam dengan landasan
keislaman, baik dalam wujud dan kandungannya, dalam bentuk dan isinya, dalam
perundangan-undangan dan cara cara hidup, maupun dalam segi persepsi keyakinan terhadap
alam, manusia dan kehidupan. Dapat disimpulkan bahwa esensi dakwah adalah mengajak
orang lain untuk mengikuti perintah Allah dan Rasul-nya seraya menjauhi segala larangan-
larangan yang telah digariskan, dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat. Dengan ungkapan yang singkat hakekat dakwah adalah melakukan amar ma'ruf dan
nahi mungkar berdasarkan titah Allah dan Rasul-Nya dengan tujuan untuk mencapai
kebahagian hidup dunia dan akhirat.
2. Metode Dakwah
Untuk mengajak orang lain agar dia tertarik melakukan amar ma'ruf nahi mungkar sesuai
dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya, diperlukan metode dakwah. Dalam kaitan ini Allah
Swt berfirman dalam surat an-Nahal ayat 125 sebagai berikut: Artinya: Serulah (manusia)
kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui siapa
yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.
Berdasarkan ketentuan ayat di atas, maka metode dakwah menurut konsep Alquran ada tiga:
dengan hikmah, mau'izatil hasanah dan mujadalah yang baik. Berkaitan dengan hal ini,
Syeikh Zamahsyari dalam tafsimya menegaskan bahwa pengertian serulah kepada jalan
Tuhanmu adalah ajaklah umat manusia untuk memeluk agama Islam. Dengan hikmah
maksudnya adalah dengan mengemukakan dalil-dalil atau argumentasi yang jelas dan benar
sehingga dapat menghilangkan keragu-raguan. Selanjutnya pengertian dengan pengajaran
yang baik adalah dengan cara memberikan nasehat-nasehat dan memberikan penjelasan
tentang berbagai manfaat kepada seseorang tentang syariat Islam. Adapun pengertian
berdebat dengan cara yang baik adalah berdiskusi dengan cara yang lemah lembut, penuh
kasih sayang. tidak kasar dan tidak pula dengan cara mmencela
Berdasarkan metode dakwah yang digariskan oleh Alqur'an, maka Rasulullah Saw dalam
menyampaikan dakwahnya tetap berpedoman kepada konsep Alqur'an dimaksud.
Penyampaian dakwah dengan hikmah atau dengan argumentasi rasional selalu diaplikasikan
oleh Rasulullah Saw. Misalnya, di waktu Rasulullah Saw sedang dikelilingi oleh para
sahabatnya, datanglah seorang pemuda untuk meminta supaya dirinya diberi izin berzina.
Pada waktu itu, sahabat lain hampir mengusimya karena dipandang tidak berlaku sopan
kepada Rasulullah Saw. Rasulullah Saw justerul memanggil pemuda tersebut lalu bertanya,
apakah kamu suka jika ibumu dizinal orang ?. Dia menjawab dengan spontan tidak, demi
Allah saya tidak suka dan semua orang juga tidak suka kalau ibunya dizinai orang. Lalu
Rasulullah Saw bertanya lagi, apakah kamu suka jika kamu memunyai anak gadis lalu dia
dizinal orang ? Dia menjawab tidak.
demi Allah saya tidak suka dan semua orang pasti tidak suka jika anak gadisnya dizinai
orang. Kemudian, Rasulullah Saw bertanya lagi bagaimana jika adik wanitanya atau bibinya
dizinai orang ? Dia menjawab tidak, dan pasti orang lain tidak suka jika adik kandung
perempuannya dan juga bibinya dizinai orang. Pemuda tersebut lalu didoakan oleh Rasulullah
Saw agar diampuni dosa-dosanya, disucikan hatinya dan dijaga kehormatannya. Akhirnya
pemuda yang datang tadi tidak pernah berfikir untuk berbuat zina sama sekali.
Dalam menerapkan metode dakwah al-Mau'izatil hasanah Rasulullah Saw selalu memberikan
nasihat kepada para Sahabat dengan sangat hati-hati dan secara berkala. Hal ini dilakukan
karena jika nasehat sering diulang-ulang akan dapat memberi kebosanan orang lain. Akan
tetapi jika nasehat-nasehat tersebut diberikan sesuai dengan kondisi objektifnya, ia akan dapat
memberikan kesadaran yang mendalam.. Namun demikian, kadang-kadang Rasulullah Saw
marah dalam memberikan nasehat jika dipandang perlu. Dalam kaitan ini Rasulullah Saw
pernah marah kepada Muaz bin Jabal karena dia terlalu lama salat berjamaah mengimami
sahabat lainnya dan juga pernah marah kepada Usamah bin Zaid karena dia membunuh salah
seorang musuh yang sudah masuk Islam, di kala umat orang belum memahami agama Islam,
cara penyampaian dakwahnya harus dilakukan dengan secara berangsur-angsur. Dalam kaitan
ini Rasulullah Saw pernah berpesan kepada Mu'az bin Jabal bahwa aspek yang paling utama
disampaikan adalah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika mereka telah mengimani
keduanya, beritahukanlah bahwa mereka wajib mengerjakan salat lima waktu sehari
semalam. Setelah mereka melaksanakannya, beritahulah bahwa mereka wajib membayar
zakat yang diambil dari orang-orang kaya dan diberikan kepada orang orang miskin.
Dengan cara bertahap dalam menyampaikan berbagai kewajiban hal itu dapat diterima oleh
masyarakat karena mereka menerima ketentuan-ketentuan tersebut tidak sekaligus. Sebagai
contoh dari penerapan metode dakwah dengan mujadalah billati hiya ahsan Rasulullah Saw
pemah berdiskusi dengan para sahabat tentang orang yang bangkrut atau muflis. Rasulullah
Saw bertanya kepada para sahabat tahukah kamu siapakah orang yang bangkrut itu ?, lalu
para sahabat menjawab bahwa orang yang bangkrut adalah orang yang tidak punya harta
benda. Kemudian, Rasulullah Saw menjawab orang yang bangkrut di antara kamu adalah
orang yang datang pada hari kiamat nanti dengan membawa amal-amal salatnya, puasa dan
zakat. Akan tetapi ia pernah mencaci orang ini, menuduh berzina orang itumerampas orang
ini, membunuh orang itu dan memukul orang ini. Fahala kebajikan orang tersebut akan
diberikan kepada orang yang pernah dizaliminya. Jika fahala kebajikannya sudah habis,
sementara kesalahan-kesalahannya belum tertebus semua, maka dosa-dosa orang yang
teraniaya tadi ditimpakan kepadanya, lalu dia dilemparkan ke dalam api neraka.
Dalam kaitan cara Rasulullah Saw melakukan dakwah dengan cara lemah lembut dan penuh
keabraban adalah peristiwa seorang Arab Badui yang turut berjamaah bersama Rasulullah
Saw. Pada waktu itu ada di antara sahabat yang bersin lalu Arab Badui tadi mengucapkan
yarhamukallah. Sahabat tadi kemudian melihat kearah Arab Badui tersebut dengan maksud
supaya ia diam. Akan tetapi Arab Badui tadi berteriak dan mengatakan celaka kau, mengapa
kau memandangku sedemikian rupa. Selesai salat Rasulullah Saw tersenyum kepadanya dan
memanggilnya serta mengajarinya. Setelah itu Arab Badui tadi berdoa" Allahumma irhamni
wa Muhammad wala tarham ma'ana ahadan Mendengar hal itu Rasulullah Saw tersenyum
mendengarnya, lalu berkata kamu telah mempersempit sesuatu yang luas. Artinya kamu telah
mempersempit rahmat Allah yang begitu luas meliputi semua orang mukmin. Kemudian
Arab Badui tadi berkata; ayah dan ibuku jadi tebusannya aku tidak. pemah melihat orang
yang penuh dengan kasih sayang selain daripanya. Demi Allah dia (Rasulullah Saw) tidak
pernah memukul dan mencaci aku, tidak pula memaksaku. Dia hanya mengatakan kepadaku
bahwa salat itu tidak layak dicampuri dengan perkataan manusia sedikitpun.
3. Kondisi Umat Islam Dewasa ini
a. Aspek Aqidah
Aqidah dalam Islam merupakan sesuatu yang sangat fundamental. Berdasarkan fakta historis
Rasulullah Saw membina umat dengan aqidah Islam temyata memakan waktu yang cukup
lama, kurang lebih 13 tahun. Masyarakat Arab di waktu itu penuh dengan berbagai
kemusyrikan, mereka menyembah patung, atau benda-benda lain yang dipandangnya sebagai
Tuhan atau mempunyal mana (kekuatan ghaib) Islam mengajarkan ketauhidan mumi yakni
mengesakan Allah dengan segala sifat-sifat dan kesempumaanya.
siapakah orang yang bangkrut itu ?, lalu para sahabat menjawab bahwa orang yang bangkrut
adalah orang yang tidak punya harta benda. Kemudian, Rasulullah Saw menjawab orang
yang bangkrut di antara kamu adalah orang yang datang pada hari kiamat nanti dengan
membawa amal-amal salatnya, puasa dan zakat. Akan tetapi ia pernah mencaci orang ini,
menuduh berzina orang itumerampas orang ini, membunuh orang itu dan memukul orang ini.
Fahala kebajikan orang tersebut akan diberikan kepada orang yang pernah dizaliminya. Jika
fahala kebajikannya sudah habis, sementara kesalahan-kesalahannya belum tertebus semua,
maka dosa-dosa orang yang teraniaya tadi ditimpakan kepadanya, lalu dia dilemparkan ke
dalam api neraka.
Dalam kaitan cara Rasulullah Saw melakukan dakwah dengan cara lemah lembut dan penuh
keabraban adalah peristiwa seorang Arab Badui yang turut berjamaah bersama Rasulullah
Saw. Pada waktu itu ada di antara sahabat yang bersin lalu Arab Badui tadi mengucapkan
yarhamukallah. Sahabat tadi kemudian melihat kearah Arab Badui tersebut dengan maksud
supaya ia diam. Akan tetapi Arab Badui tadi berteriak dan mengatakan celaka kau, mengapa
kau memandangku sedemikian rupa. Selesai salat Rasulullah Saw tersenyum kepadanya dan
memanggilnya serta mengajarinya. Setelah itu Arab Badui tadi berdoa" Allahumma irhamni
wa Muhammad wala tarham ma'ana ahadan Mendengar hal itu Rasulullah Saw tersenyum
mendengarnya, lalu berkata kamu telah mempersempit sesuatu yang luas. Artinya kamu telah
mempersempit rahmat Allah yang begitu luas meliputi semua orang mukmin. Kemudian
Arab Badui tadi berkata; ayah dan ibuku jadi tebusannya aku tidak. pemah melihat orang
yang penuh dengan kasih sayang selain daripanya. Demi Allah dia (Rasulullah Saw) tidak
pernah memukul dan mencaci aku, tidak pula memaksaku. Dia hanya mengatakan kepadaku
bahwa salat itu tidak layak dicampuri dengan perkataan manusia sedikitpun.
3. Kondisi Umat Islam Dewasa ini
a. Aspek Aqidah
Aqidah dalam Islam merupakan sesuatu yang sangat fundamental. Berdasarkan fakta historis
Rasulullah Saw membina umat dengan aqidah Islam temyata memakan waktu yang cukup
lama, kurang lebih 13 tahun. Masyarakat Arab di waktu itu penuh dengan berbagai
kemusyrikan, mereka menyembah patung, atau benda-benda lain yang dipandangnya sebagai
Tuhan atau mempunyal mana (kekuatan ghaib) Islam mengajarkan ketauhidan mumi yakni
mengesakan Allah dengan segala sifat-sifat dan kesempumaanya.
Aqidah atau ketauhidan umat islam Indonesia saat ini tampaknya masih bercampur aduk
dengan kepercayaan lain seperti Hindu dan Budha bahkan ada yang berbau animisme.
Masyarakat muslim Indonesia sebagiannya masih belum dapat meninggalkan tradisi upacara-
upacara seperti jamu laut, dengan keyakinan agar roh roh halus tidak menggangu mereka
dalam mencari rezeki, tetapi justeru memperlancar jalannya rezeki mereka. Pada waktu
mendirikan bangunan masih juga disertai dengan sesajen, mengikat pohon pisang dan
perlengkapannya, setiap tiang dilapisi kain merah dan lain-lain. Pada waktu mau panen masih
memakai upacara tertentu dengan menyebut mbok Sri dan sebagainya. Sewaktu mencukur
bayi tidak boleh dihabisi seluruhnya rambut yang ada dikepalanya dan harus ditinggalkan
sedikit bagian depannya untuk menangkal gangguan makhluk halus atau setan. Selain itu,
anak-anak sering dipakaikan azimat baik dileher, di tangan maupun ditempat lainnya, agar
anak tetap sehat dan jauh dari kemasukan setan.
Kasus yang cukup menghebohkan adalah apa yang terjadi pada dukun cilik Ponari di Jawa
Timur yang diyakini dapat menyembuhkan penyakit dengan batunya. yang didapat ketika
tersambar petir. Masyarakat masih sangat bahwa yang menyembuhkannya adalah si Ponari
dan batunya bukan karena Allah. Selain daripada itu, masih banyak yang mengkhawatirkan
lagi seperti iklan-iklan televisi yang mengajak. untuk berbuat syirik seperti meramal nasib
dengan cara ketik REG spasi tanggal dan han lahir, bintang, dan lain kirim sms ke 9090 atau
nomor lainnya yang sudah ditentukan. Sementara itu tayangan-tayangan di layar kaca juga
banyak sinetron yang berbau mistik, tahyul dan khurafat. Film-film horor dengan praktek
perdukunan masih banyak menghiasi hampir semua TV yang ada. Ini merupakan indikasi
bahwa aqidah umat Islam di Indonesia masih cukup lemah karena bercampur aduk dengan
kepercayaan agama lain.
b. Aspek Akhlaq
Rasulullah Saw selama periode Makkiyah selain membina umat dengan Aqidah Islam juga
membina aspek akhlak atau moral. Bahkan dalam hadis yang cukup populer diriwayatkan
oleh Imam Baihaqiy Rasulullah Saw mengatakan yang artinya "sesungguhnya saya diutus
oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak mulia". Pada waktu Aisyah Ra ditanayakan oleh
para sahabat tentang bagaimana akhlak Rasulullah, dia menjawab akhlaknya adalah Alqur'an.
Dengan demikian, akhlak dalam Islam tetap bersumber kepada Alqur'an dan as-Sunnah.
Akhlak menurut Islam tidak saja mengatur bagaimana prilaku yang humanis kepada sesama
umat manusia, akan tetapi juga mengatur prilaku yang humanis kepada alam sekitar dan
bahkan kepada Allah sendiri.
Di era globalisasi dewasa ini akhlak umat Islam sudah banyak yang terkontaminasi dengan
budaya barat skular. Memakai pakaian yang menutup aurat seperti memakai jilbab bagi
wanita muslim sudah dianggap tidak relevan dengan era globalisasi. Menghindari minuman
keras dan sejenisnya dipandang kolot dan tidak sesuai dengan tuntutan kondisi saat ini. Para
artis yang memamerkan auratnya dan gaya ngebor tidak lagi dipandang sebagai suatu hal
yang tahu, tetapi justeru dipandang sebagai kreatifitas seni budaya. Pergaulan bebas antara
laki-laki dan perempuan sudah dipandang sebagai tren baru bagi masyarakat yang berbudaya.
Jika terjadi kehamilan sebelum nikah dianggap sebagai hal yang wajar. Terlebih-lebih lagi
pada saat ini sudah ada selaput dara buatan buatan Cina yang harganya terjangkau karena
sekitar Rp 700.000. Dapat dipasang sendiri oleh perempuan yang sudah hilang virginitasnya,
baik dengan sebab hubungan kelamin di luar nikah maupun dengan sebab lainnya. Menurut
hasil survey yang dilakukan sebuah lembaga pada tahun 2008 yang lalu, diperoleh data
sekitar 63% remaja Indonesia mengaku sudah melakukan hubungan seks bebas. (berzina)
sebelum nikah. Ini berarti bila ada 10 orang gadis maka 6 orang di antaranya sudah tidak
perawan lagi. Data-data tersebut merupakan bukti nyata bahwa masyarakat kita sudah
terpengaruh dengan kehidupan gaya barat yang bebas, sebab bagi mereka prilaku atau moral
yang perlu dipertahankan adalah moral yang rasional berkembang sesuai dengan tuntutan
zamannya. Hubungan seksual secara bebas adalah prilaku yang dapat diterima di era
globalisasi, sebab hal itu sudah diterima oleh masyarakat modem menurut barat skular.
C. Ibadah
Menurut Islam, umat manusia harus senantiasa melakukan hubungan vertikal dengan Allah
sebagai Prima Causa (hablum minallah) dan juga harus menjalin. hubungan sesamanya
dengan baik (hablum minannas). Kedua-duanya merupakan sesuatu yang penting dan
strategis dalam mewujudkan harmonisasi kehidupan di dunia dan akhirat Ibadah menurut
Islam dibagi dua yaitu ibadah mahdah (ibadah yang ada tuntunannya secara rinci dijelakan
oleh as-sunnah seperti salat, puasa, zakat, dan haji) dan ghairu mahdah (ibadah yang
tuntunannya tidak dijelaskan secara detail oleh as sunnah atau segala aktivitas dengan disertai
dengan niat karena Allah). Tampaknya, pelaksaan ibadah mahdah di kalangan umat Islam
masih banyak perlu pembenahan yang sesuai dengan sunnah Rasul, akan tetapi suatu hal
yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana umat Islam secara keseluruhan dapat
melaksanakan ibadah mahdah tersebut. Diyakini pelaksanaan ibadah puasa ramadan dalam
setiap tahunnya mayoritas umat Islam mengerjakannya. Faktor pendorongnya paling tidak
ada dual yaitu; ibadah tahunan dan penghapusan dosa-dosa yang telah lalu. Dalam
pelaksanaan ibadah salat, tampaknya masih banyak umat Islam tidak melaksanakannya. Hal
ini dapat diamati sewaktu dalam musafir dengan bus jarak jauh yang pada waktu salat subuh
di antara 40 penompang yang melaksanakan salat subuh hanya sekitar sepuluh orang.
Pelaksanaan zakat, tampaknya juga masih banyak umat Islam yang sudah mampu tetapi tidak
mengeluarkan zakatnya dengan sempurna kalaupun saat ini sudah ada undang-undang
tentang zakat dan sudah cukup banyak lembaga pengumpul zakat.
d. Muamalah dunyawiyah
Muamalah dunyawiyah mempunyai cakupan yang begitu luas, karena meliputi hubungan
antar sesama manusia dan lainnya. Dalam aspek pengelolaan ekonomi yang merupakan salah
satu aspek muamalah dunyawiyah tampaknya umat Islam Indonesia masih terkontaminasi
dengan paradigma ekonomi sekular. Mereka masih berpegang teguh pada prinsip ekonomi
Adham Smitt yang menyatakan dengan modal sekecil kecilnya harus mendapat untung yang
sebesar-besamya. Transaksi barang yang jelas jelas diharamkan oleh Islam tetap dilakukan
oleh umat Islam sendiri. Kasus narkoba.
miras, perjudian dengan segala bentuknya, ekstasi trafiking dan lainnya masih banyak
melibatkan umat Islam. Terlepas dari persoalan pengangguran dan kemiskinan umat Islam,
tampaknya prilaku muamalah dunyawiyah umat Islam masih tetap menjadi agenda besar
khususnya bagi Muhammadiyah sesuai dengan tujuan untuk mewujudkan masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya.
Perkawinan yang juga merupakan salah satu aspek muamalah dunyawiyah perlu dilakukan
pembenahan sedemikian rupa, sehingga diharapkan kelak dapat mewujudkan tatanan rumah
tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Salah satu yang harus dicegah dalam kaitan ini
adalah kawin beda agama atau yang populer dengan istilah kawin cacatan sipil. Dalam
Kompilasi Hukum Islam sudah dutegaskan dalam pasal 40 dan 44 bahwa laki-laki dan
perempuan muslim tidak boleh kawin dengan non muslim. Persoalan kualitas pendidikan
yang juga merupakan salah satu faktor penting dalam mewujudkan tatanan kehidupan islami
masih menjadi kerja besar terutama di kalangan umat Islam. Pendidikan seharusnya dapat
menghasilkan lulusan yang berkualitas baik terkait dengan kecerdasan intelektual maupun
kecerdasan emosional. Dari hasil penelitian para pakar psikologi sesungguhnya kecerdasan
emosional menempati 80 % dari keberhasil hidup dibanding dengan kecerdasan
intelektual.Orang yang inteletualnya cerdas tetapi emosionalnya tidak cerdas hanya: akan
membuat malapetaka dalam segala aspek kehidupan. Dalam rangka tercapainya kecerdasan
emosional ajaran Islam jelas memiliki andil yang sangat besar. Dengan demikian, pendidikan
agama mutlak diberikan dan tentunya harus dengan metode yang aktual sehingga dapat
difahami dan diaplikasikan oleh semua peserta didik dalam semua tingkatan pendidikan.
Sebagaimana ditegaskan dalam Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah
(MKCH). Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma'ruf nahi munkar.
Sebagai gerakan dakwah, maka yang utama bagi Muhammadiyah adalah bagaimana pesan-
pesan dakwah dapat sampai dan diterima oleh masyarakat. Cerita mengenai almarhum Pak
AR menemui Mendagri Amir Mahmud di awal Orde Baru, menunjukkan bahwa bagi
Muhammadiyah, menyampaikan pesan dakwah adalah hal utama.
Di awal Order Baru dulu ada kebijakan dari Mendagri Amir Mahmud yang melarang
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Muhammadiyah menjadi pengurus Muhammadiyah. Pak AR
melakukan silaturrahim ke Mendagri Amir Mahmud untuk menegoisasikan kemungkinan
pemberian kelonggaran. Paling tidak, dalam wilayah tertentu yang kehadiran PNS untuk
mengurus Muhammadiyah, amat diperlukan. Mendagri ternyata tetap pada pendiriannya;
melarang PNS menjadi pimpinant Muhammadiyah. Pak AR kemudian meminta Mendagri
untuk mengijinkan PNS dan warga Muhammadiyah membuat pengajian di kantor. Mendagri
mengijinkan permintaan Pak AR tersebut. Sejak itu, tumbuh subur pengajian di kantor-kantor
hingga sekarang. Sepenggal kisah tersebut menunjukkan bahwa komitmen Muhammadiyah
terhadap aktitivitas dakwah cukup tinggi. Bagi Muhammadiyah, yang penting adalah
bagaimana pesan dakwah itu bisa sampai kepada ummat Islam. Betapapun ada kesulitan dan
kekurangan di sana sini.
4. Tajdid Dakwah Muhammadiyah awal abad 20
Persyarikatan yang didirikan oleh KH.A Dahlan pada tanggal 8 Dzu al-Hijjah 1330 H.,
bertepatan dengan tanggal 18 Nopember 1912 M. di Yogyakarta ini menurut Kuntowijoyo,
mendatangkan perubahan terutama pada dua bidang: pemikiran Islam dan kelembagaan.
Dalam bidang pemikiran Islam, Muhammadiyah memudahkan pemahaman pemikiran Islam
dari sumber utamanya; al-Qur'an dan al-Sunnah serta berupaya membersihkan Islam dari
segala unsur bid'ah, khurafat dan tahayul. Di bidang kelembagaan. Muhammadiyah
memperkenalkan pengorganisasian suatu aktivitas secara permanen seumpama rumah sakit,
kegiatan dakwah secara umum dan Majlis Tarjih; sebuah lembaga yang meghimpun ulama-
ulama dan para ilmuan dari berbagai disiplin ilmu untuk bermusyawarah bersama, meneliti,
membanding dan memilih pendapat yang dianggap lebih benar dan lebih dekat dengan al-
Qur'an dan al-Sunnah dan kelembagaan kegiatan (Kunto wijoyo, "Perlu Mengembangkan
Masyarakat, dalam Salam, no. 20, tahun IV, edisi 20-26 Jumadi al-Awal 1410 Hijrah, h. 4.
Lihat Sahlan Rosyidi. Kemuhammadiyahan Untuk Perguruan Tinggi Muhammadiyah II.
Solo, Mutiara, 1984, h. 34).
Pelembagaan kegiatan yang dilakukan oleh Muhammadiyah, apalagi mempunyai cakupan
bertaraf nasional, tergolong baru di jamannya. Waktu itu, semua kegiatan yang dilakukan
oleh umat Islam Indonesia bersifat lokal dan tidak terlembagakan dant cenderung terpusat
pada figur tertentu. Ketika figur itu mengalami uzur tetap karena usia tua atau wafat, kegiatan
yang telah dirintisnya tidak jarang mengalami kemunduran dan kemandekan. Pasang surut
kegiatan umat Islam, dengan demikian, tergantung pada keberadaan individu. Bila
penerusnya telah tersiapkan dengan baik, maka aktivitas dakwah yang telah dinntis itu akan
mengalami peningkatan dan kemajuan. Sebaliknya, bila generasi penerus tidak tersiapkan,
rintisan tersebut akan teggelam bersama dengan tenggelamnya sang figur pendiri.
Sejak kelahiran Muhammadiyah, konsep dakwah mengalamai perluasan makna dan cakupan.
Dakwah tidak lagi sebatas dan identik dengan berceramah. Aktivitas yang terkait dengan
penyelenggaraan rumah sakit, pendidikan, panti sosial dan tentu saja aktivitas
penyelenggaraan pengajian dan pengkajian serta berceramah adalah dakwah., Semua
aktivitas yang dilakukan oleh Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam yag
sebenar-benarnya, adalah dakwah. Aktivitas dakwah kemudian dilembagakan dan diorganisir
secara permanen oleh Muhammadiyah.
Setelah berjalan satu abad, pelembagaan dakwah yang dirintis dan diperkenalkan oleh
Muhammadiyah sudah menjadi milik umat Islam secara umum. Semua kegiatan dan aktivitas
dakwah umat Islam telah terlembagakan dengan baik. Pelembagaan kegiatan dakwah yang di
masa lalu masih terasa asing, sekarang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari aktivitas
dakwah umat Islam. 5. Tantangan dan Peluang Dakwah Ada beberapa tangtangan dan
sekaligus peluang dalam aktivitas dakwah kedepan. Pertama, problema kehidupan
masyarakat semakin komplek. Kompleksitas kehidupan itu terkait dengan perubahan sosial
politik, terutama pasca reformasi. Perubahan alam pikiran yang cenderung pragmatis,
materialistik, hedonis dan Individalistik. Priblema lain terkait dengan penetrasi budaya asing,
multikulturalisme dan globalisasi informasi.
Kehidupan umat Islam yang semula lebih berorientasi pada idealisme bergeser menjadi
cenderung berorientasi pada nilai guna dan manfaat individual semata.
Idealitas sering terabaikan, digantikan dengan kecenderungan pragmatisme kehidupan yang
berorientasi pada pemuasan dan perolehan serta kesenangan terhadap hal-hal yang bersifat
materi. Muncul pula kecenderungan pemikiran dan gerakan yang semakin radikal baik yang
berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri. Yang berasal dari dalam
negeri misalnya NII (palsu) yang gentayangan di sekolah dan kampus untuk melakukan
rekrutmen anggota. Para anggota itu didoktrin mengenai pentingnya menebus dosa bila ingin
masuk sorga dengan memebrikan uang sebanyak banyaknya kepada organisasi NII,
betapapun dengan cara menipu atau mencuri baik harta orang tua maupun milik orang lain.
Pemikiran dan gerakan radikal yang berasal dari luar negeri dan berkembang di Indonesia
sekurang-kurangnya ada 7 kelompok. Mereka itu adalah: Pertama, gerakan salafi yang
mengusung faham neo-wahabi yang mendapatkan dukungan dari Saudi Arabia untuk
dikembangkan kepada umat Islam di berbagai negara, termasuk Indonesia, Kedua, gerakan
jihadi. Gerakan ini dimotori terutama oleh mantan pejuang Afghanistan ketika melawan Uni
Sovyet Ketiga, al-Ikhwan al-Muslimun. Gerakan yang didirikan oleh Hasan Al-Banna di
Mesir ini meski berusaha mewujudkan sistem khilafah, tapi mentoleransi kehadiran nation-
state asalkan bentuknya negara Islam. Dalam) bentuk partai, kelompok ini terwadahi dalam
Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Keempat, Hizbut Tahrir. Gerakan yang didirikan oleh
Taqiyuddin an-Nabhani ini ingin membangkitkan kembali sistem khilafah dan berusaha
menerapkan seluruh sistem Islam secara kaffah tanpa ada kompromi dengan sistem-sistem di
luar Islam. Karena itu, gerakan ini menolak kerhadiran nation-state. Kelima, Syi'ah. Gerakan
yang kurang memulyakan Abu Bakar, Umar, Ustman, Abu Hurairah ini mempunyai basis di
Iran, Irak, Bahrain dan Libanon. Di Indonesia, penyebaran Syi'ah dilakukan oleh dua jalur
negara dan swasta. Jalur resmi negara dilakukan di antaranya dengan mendidirikan Iran
Comer di kampus-kampus. Jalur swasta dilakukan melalui organisasi swasta yang terhimpun
dalam wadah Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI). Keenam, Jama'ah Tabligh
Gerakan yang para elitnya memusuhi tokoh-tokoh da'wah seumpama Muhammad ibn Abd
Wahhab di Najd. Abu Ala al-Maududi di Pakistan dan Sayyid Quthb (tokoh al-Ikhwan al-
Muslimun) di Mesir ini, didirikan di India oleh Maulana Ilyas Khan Dhalvi. Ketujuh,
Ahmadiyah, Gerakan yang didirikan Ahmad Mirza Ghulam Ahmad di India ini, berpusat di
Inggris dan dapat sokongan penuh dari Inggris dan Amerika.
Tantangan lain adalah semakin berperan para juru da'wah kontemporer dan cenderung
menggeser peran da'wah NU, Muhammadiyah, Persis dan ormas lain serta semakin
berperannya media elektronik dan teknologi informasi lainnya dalam membentuk pola pikir
dan prilaku masyarakat. Kedahsyatan pengaruh media elektronik dan teknologi informasi lain
seumpama facebook, bolgger dan lainnya, dapat dilihat dari keberhasilan facebookers
melawan apa yang disebut 'kriminalisasi KPK. Bukti lain dari kedahsyatan tersebut akibat
pemberitaan media asing seumpama majalah The Economist (London), koran The Asian wall
Street Journal, The New York Time dan Asia Times tentang skandal-skandal di Indonesia
sepanjang Nopember 2009, relatif efektif dalam menghasilkan delegitimasi terhadap Presiden
SBY (Azyumardi Azra, Republika, 3 Desember 2009).
Dalam kehidupan aqidah umat juga ditemukan semakin hidup suburnya takhayyul dan
khurafat. Fenomena dukun cilik "mbah" Ponari yang dikunjungi oleh puluhan ribu manusia
untuk dimintai berkah, menunjukkan masih (atau malah bertambah) kuatnya takhayyul dan
khurafat itu. Iklan reg mama Loren, Jiko Bodo dan lain-lain yang secara bebas di media
elektronik juga memberikan petunjuk masih kuatnya takhayyul dan khurafat tersebut.
Pola kehidupan ibadah umat Islam juga masih belum sepenuhnya sejalan dengan tuntunan
Nabi saw. Penyalahgunakan aktivitas doa umpamanya baik untuk kepentingan poliitis
maupun bisnis dengan mudah dapat dijumpai. Aktivitas politik yang melakukan doa bersama
dari penganut berbagai agama merupakan hal yang biasa dijumpai di negeri ini. Doa secara
bergiliran dipimpin oleh berbagai tokoh agama. Tidak disadari, bahwa ketika mengaminkan
doa, yang bersangkutan sesungguhnya sedang meminta sesuatu kepada tuhan orang yang
meminmin doa tersebut. Kalau yang diaminkan doa non muslim, maka yang mengaminkan
itu sesungguhnya tengah meminta kepada tuhan dia.
Dalam berbagai aktivitas training spiritual, juga dijumpai penyalahgunaan tersebut. Salah
satu contoh ada suatu lembaga yang bergerak secara khusus. menangani training spiritual,
melakukan aktivitas sebagai layaknya ibadah haji lengkap dengan berbagai tahapan haji. Di
tempat itu ada ka'bah, jamarat dan sebagainya.
6. Orientasi Dakwah Ke Depan
Ke depan, aktivitas dakwah diorientasikan kepada; pertama, kemandirian umat. Umat
dibebaskan dari ketergantungan kepada selain Allah. Umat dibebaskan dan berbagai
kepercayaan selain Allah seumpama percaya kepada dukun, tukan ramal, berhala politik dan
tuhan-tuhan palsu lain yang secara potensial dapat menyesatkan dan memperdayai umat.
Orientasi kemadirian yang merupakan misi profetik para Rasul, bermodal utama tauhidullah
(pengesaan Allah). Misi kenabiah Nabi Ibrahim As dan Nabi Muhammad Saw., umpamanya,
adalah merupakan upaya membebaskan masyarakatnya dari ketergantungan hidup kepada
selain Allah. Dengan tauhidullah pula, masyarakat diserukan untuk tidak percaya kepada para
dukun, tukang ramal, berhala politik, dan tuhan-tuhan palsu lainnya yang menyesatkan dan
memperdayai. Jadi, tauhidullah harus ditindaklanjuti dengan tauhid al-ibadah (unifikasi
ibadah) dan tauhid al-ummah (penyatuan umat) menuju pembentukan khaira ummah (umat
terbaik) yang selalu tampil membela dan melayani kepentingan umat manusia. Kedua,
aktivitas dakwah diorientasikan kepada terwujudnya visi Muhammadiyah; terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenar-benamya. Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya adalah
suatu komunitas atau masyarakat yang hidup teratur, mempunyai tujuan dan aturan main
berkelompok untuk mewujudkan suatu tujuan dan memiliki berbagal keutamaan dan
keunggulan.
Karakteristik keutamaan dan keunggulannya itu terdapat pada sifat-sifat dan aktivitas yang
dimiliki. Yakni, umat yang melakukan aktivitas mengajak kepada kebaikan dengan cara
melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar. Selama umat Islam melakukan aktivitas tersebut,
predikat sebagai umat terbaik dan unggulan masih akan. melekat padanya. Karena itu, umat
Islam harus selalu melakukan dan mengembangkan aktivitas tersebut.
Secara garis besar, masyarakat Islam yang dicita-citakan oleh Muhammadiyah mempunyai
beberapa karekteristik sebagai berikut.
1. saling mengingatkan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan keseharian umat.
2. peduli dan saling memberdayakan (jasad dan bunyan).
3. mempunyai sikap welas asih, tidak keras kepala, pemaaf, mempunyai dan
mengembangkan tradisi syura dalam menyelesaikan berbagai masalah dan melibatkan Allah
dalam segala aktivitas dengan keyakinan Allah akan memberikan yang terbaik dan
termaslahat QS. 3:159 dan 191).
4, berjiwa izzah (pede) terhadap siapaun, termasuk yang tidak seaqidah dan mengaitkan
segala aktivitasnya dalam kerangka perwujudan mencari ridha dan ekepresi cinta kepada
Allah dan rasul-Nya (OS. 5: 54),
5. berpaham keagamaan moderat dan dapat memberikan teladan, tidak ke kiri dan tidak pula
ke kanan; tidak kaku dan tidak pula permisif dalam menjalankan syariah (QS. 2: 143 dan
QS.1: 6-7). Semangat keberagmaannya adalah kepasrahan dan siap diatur oleh Islam (2: 128).
6. dalam memahami agama juga mencerminkan pandangan tengah; ada integrasi antara
tekstualitas, kontekstualitas dan historisitas, dan
7. pandangannya terhadap kehidupan dunia mencerminkan sikap tengahan. Kehidupn dunia
sebagaimana dalam QS. 27: 77, dipahami bersifat integratif, Kebahagiaan hidup di akhirat
hanya dapat diwujudkan dengan fasilitas yang ditawarkan oleh kehidupan di dunia. Dunia
tempat menanam dan akhirat tempat segala yang ditanam di dunia dipanen. Tidak ada sikap
tenggelam dalam kenikmatan materi dengan mengabaikan kehidupan spiritual. Sebaliknya,
tidak ada sikap hanya tenggelam dalam kehidupan spiritual dengan mengabaikan kehidupan
dunia.
7. Model dan Strategi Dakwah
Untuk kepentingan dakwah ke depan, di samping secara terus menerus mengoptimalkan
aktivitas yang sudah ada, beberapa pilihan dapat dilakukan Muhammadiyah untuk
menyampaikan pesan-pesan dakwah. Pertama, melakukan revitalisasi keluarga. Al-Qur'an
surat al-Hasyr (66) ayat 7 menegaskan keharusan memelihara dan menjaga diri dan keluarga.
Artinya, perintah untuk melakukan revitalisasi dakwah secara terus menerus dan
berkelanjutan dari diri dan keluarga.
Keluarga, sebagimana dipandukan dalam Pedoman Hidup Islami Muhammadiyah,
difungsikan sebagai a. media sosialisasi nilai-nilai ajaran Islam b. kaderisasi; sebagai
pelansung dan penyempuma gerakan da'wah, c. sebagai media pemberian keteladanan dan
pembiasaan amal Islami, dan d. media penciptaan suasa dan kehidupan islami dalam bentuk
membangun pergaulan yang saling mengasihi, menyayangi, saling menghargai
danmenghormati, memelihara persamaan hak dan kewajiban. Kedua, optimalisasi mesin
persyarikatan dalam bentuk pemberdayaan ranting dan amal usaha secara maksimal sebagai
media dakwah. Pimpinan persyarikatan dan pimpinan amal usaha baik bidang pendidikan,
kesehatan dan sosial. secara aktif dan sungguh-sungguh berkerja sama mengefektifkan
gerakan dakwah di ranting dan amal usaha, Diprogramkan secara sistemik, amal usaha,
terutama yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial untuk menjadikan peserta didiknya
sebagai kader-kader Islam yang dipersiapkan untuk mewujudkan masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya. Ketiga, sebagai telah diungkapkan di atas tentang kedahsyatan pengaruh
media elektronik dan teknologi informasi dalam membentuk pola pikir dan prilaku
masyarakat, merupakan keniscayaan dakwah Muhammadiyah memanfaatkan media
elektronik dan teknologi informasi. Saatnya Muhammadiyah mulai berdakwah melalui dunia
maya sumpama lewat facebook, bolgger dan sebangsanya. Dalam pemanfaatan media
elektronik, mungkin Muhammadiyah dapat mengambil bagian dalam mengisi acara tertentu
di televisi lokal yang pada masa mendatang akan banyak dikembangkan. Keempat,
menjadikan maal sebagai obyek dakwah. Munculnya maal baru sesungguhnya memberikan
peluang untuk berdakwah, sekurang-kurangnya untuk membantu pengunjung maal
melaksanakan shalat jum'at Bagi Muhammadiyah, ini merupakan lahan dakwah yang relatif
strategis. Di antara jama'ah, ada berasalah dari kalangan menengah atas. Dan mereka dapat
dikembangkan jaringan di kalangan masyarakat menengah atas yang belakangan banyak
dikuasai oleh kelompok lain. Keenam, melakukan sinergi dengan berbagai majlis dan
lembaga di lingkungan. Muhammadiyah. Sebenamya Muhammadiyah mempunyai obyek
dakwah yang tidak. pernah kering. Mereka datang ke Muhammadiyah, baik ketika sakit yang
ditampung oleh balai pengobatan Muhammadiyah, atau sekolah dan perguruan tinggi
Muhammadiyah. Selama ini, mereka belum secara maksimal dijadikan sebagai obyek
dakwah betapapun Muhammadiyah telah menegaskan semua amal usaha yang dimiliki
adalah media dakwah Muhammadiyah. Sinergi dengan berbagai majlis dan lembaga. dapat
membantu terselenggaranya aktivitas dakwah secara maksimal.
BAB III PENUTUP
Dalam menjalankan gerakan dakwah Muhammadiyah masih mempunyai tugas yang cukup
berat terutama dalam melakukan purifikasi dalam masalah aqidah dan ibadah. Namun
demikian, mujahid dakwah Muhammadiyah diharapkan tetap mempunyai optimisme dan
harus senantiasa melakukan revitalisasi gerakan dengan maksimal. Moralitas profetik atau
kenabian merupakan sesuatu yang wajib dipertahankan dengan segala upaya ang ada, agar
dapat mewujudkan tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Aktualisasi ritual
religius (ibadah mahdah) dan sosial religius (ghairu mahdah) harus dilakukan dengan
pendekatan dakwah yang penuh dengan kasih sayang tidak dengan cara mendikriditkan dan
bersikap kasar seperti yang telah dicontohkan oleh K.H. Ahmad Dahlan sebagai sosok
Muhammadiyah yang utuh dan komprehensif. Dinamisasi dalam aspek sosial religius harus
senantiasa dilakukan dengan tetap berorientasi kepada nilai-nilai religius yang ada dalam
Alquran dan as-Sunnah. Metode dakwah yang harus dilakukan di tengah tengah masyarakat
saat ini, harus tetap mengacu kepada ketentuan Allah salam surat An-Nahal ayat 125 dan
mempergunakan sain dan teknologi komunikasi demi tercapainya keberhasilan dakwah
Muhammadiyah.
DAFTAR PUSTAKA

http://tarihbms.wordpress.com/2007/08/23/strategi-dakwah-muhammadiyah!
http://nbasis.wordpress.com/2010/12/22/strategi-dakwah-muhammadiyah-masa-lalu-kini
dan-masa-depan-dalam-prespektif-kebudayaan/

Anda mungkin juga menyukai