Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG

Persyarikatan Muhammadiyah yang melintasi perjalanan usia satu abad senantiasa bersinggungan
dan memiliki kaitan dengan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh umat manusia saat ini,
baik dalam lingkup nasional maupun global, termasuk di dalamnya dinamika kehidupan umat Islam.
Posisi Muhammadiyah dalam dinamika dan permasalahan kehidupan nasional, global, dan dunia Islam
sebagaimana digambarkan di atas dibingkai dan ditandai dengan lima peran yang secara umum
menggambarkan misi Persyarikatan

Peran global tersebut merupakan keniscayaan karena di satu pihak Muhammadiyah merupakan
bagian dari dunia global, di pihak lain perkembangan dunia di tingkat global tersebut masih ditandai oleh
berbagai persoalan dan krisis yang mengancam kelangsungan hidup umat manusia dan peradabannya
karena keserakahan negara-negara maju yang melakukan eksploitasi di banyak aspek kehidupan.  

Sejarah menunjukkan bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan Islam alam rentang usia satu abad
telah berkhiprah optimal untuk memajukan kehidupan umat Islam dan bangsa Indonesia, yang memberi
makna bagi kehidupan umat manusia pada umumnya. Muhammadiyah telah berjuang melalui gerakan
dakwah dan tajdid dalam usaha pembinaan kehidupan beragama sejalan dengan Al-Quran dan Sunnah
Nabi serta melakukan usaha-usaha pembaruan kemasyarakatan melalui pendidikan, pelayanan kesehatan,
pelayanan sosial, pemberdayaan masyarakat, peran politik kebangsaan, dan sebagainya, yang merupakan
perwujudan untuk membentuk masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dan menghadirkan Islam sebagai
rahmat bagi semesta alam.
BAB II

PEMBAHASAN

MUHAMADIYAH SEBELUM JADI ORGANISASI

Satu lembaga pendidikan islam yang bercorak modern adalah lembaga islam Muhammadiyah.
Lembaga ini didirikan oleh Ahmad Dahlan dengan tujuan mencerdaskan umat islam melalui pendidikan.
Sejak dari awal pendirian, Muhammadiyah telah menempatkan pendidikan sebagai salah satu media
untuk mencapai tujuan organisasi ini yakni untuk menyerukan pentingnya kembali pada Al Qur’an dan
Sunnah sebagai usaha mengatasi perbuatan menyimpang dalam kehidupan beragama umat islam di
Indonesia yang melakukan praktik takhayul, bid’ah, dan kurafat dengan tidak mendasarkan dirinya pada
madzhab atau pemikiran tertentu. Lewat pendidikan, Muhammadiyah mampu mencerdaskan umat islam
dan bangsa Indonesia.

Dari semua tujuan berdirinya Muhammadiyah tentu ada beberapa permasalahan yang
bermunculan. baik dari dalam tubuh Muhammadiyah itu sendiri maupun dari faktor luar Muhammadiyah,
yang mana permasalahan tersebut juga dapat mempengaruhi perkembangan Muhammadiyah sebagai
suatu organisasi dan juga badan usaha. Berdasarkan beberapa permasalahan yang bergejolak di
Muhammadiyah tersebut, adalah suatu bahasan yang menarik untuk dibahas secara mendalam.

a.Sejarah Berdirinya Muhammadiyah

Pada awal abad ke 20 M dikalangan muslim Indonesia terpelajar mulai muncul kesadaran baru
untuk mengatasi kondisi pendidikan islam di Indonesia yang mengalami keterbelakangan akibat tidak
mampu bersaing dengan lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial Belanda,
yang mencetak tenaga kerja terampil tetapi mengabaikan pendidikan moral peserta didik. Oleh karena itu,
mereka mengupayakan mendirikan lembaga pendidikan islam yang bercorak modern.Salah satu lembaga
pendidikan islam yang bercorak modern adalah lembaga islam Muhammadiyah.

Lembaga ini didirikan oleh Ahmad Dahlan dengan tujuan mencerdaskan umat islam melalui
pendidikan. Karena Ahmad Dahlan termasuk anggota organisasi Budi Utomo maka sebelum mendirikan
lembaga pendidikan islam Muhammadiyah, beliau meminta restu kepada Budi Utomo. Setelah itu, beliau
membuka sekolah agama di rumahnya dengan nama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiah.
Awal lembaga pendidikan islam ini berdiri hanya memiliki delapan orang murid. Karena penyampaian
materi dari Ahmad Dahlan yang menarik, setiap bulan muridnya bertambah tiga orang. Melihat kemajuan
pendidikan lembaga tersebut maka Budi Utomo memberikan bantuan berupa pengajar dan mulai saat itu
ridak hanya ilmu agama tetapi ilmu pengetahuan pun diajarkan. Lembaga ini diresmikan tanggal 1
Desember 1911.

Melihat perkembangan lembaga pendidikan islam Muhammadiyah yang sangat baik, banyak
yang menyarankan agar Ahmad Dahlan mendirikan suatu organisasi yang kelak akan menjadi penerus
setelah Ahmad Dahlan tiada.

Setelah direnungkan dan mendapatkan orang-orang yang siap membantu, maka pada tanggal 18
Dzulhijah 1331 H atau 18 Desember 1912 M didirikanlah oraganisasi yang bernama Muhammadiyah oleh
Ahmad Dahlan.

Dalam usaha mendapatkan pengakuan kepala pemerintah sebagai badan hukum, pada tanggal 20
Desember 1912, Muhammadiyah dibantu oleh Budi Utomo mengajukan surat permohonan kepada
Gubernur Jenderal Hindia Belanda agar Muhammadiyah diberi izin resmi dan diakui sebagai suatu badan
hukum. Untuk itu Gubernur Jenderal mengirimkan surat permintaan pertimbangan kepada Direktur Van
Justitie, Adviseur Voor Inlandsche Zaken,

Residen Yogyakarta dan Sri Sultan Hamengku Buwono VI.


Setelah melalui proses yang cukup lama, akhirnya pemerintah Hindia Belanda mengakui Muhammadiyah
sebagai badan hukum yang tertua dalam Gouvernement Besluit tanggal 22 Agustus 1914, Nomor 81,
beserta lampiran statutennya dan berlaku mulai 22/23 Januari 1915.
b. Visi, Misi, Dan Tujuan Muhammadiyah

Sejak dari awal pendirian, Muhammadiyah telah menempatkan pendidikan sebagai salah satu
media untuk mencapai tujuan organisasi ini. Lewat pendidikan, Muhammadiyah mampu mencerdaskan
umat islam dan bangsa Indonesia. Dalam rangka berperan aktif dalam dunia pendidikan, Muhammadiyah
telah memutuskan visi, misi, dan tujuan pendidikan

1.Visi dan misi Muhammadiyah

Pendidikan menempati posisi strategis dalam rangka mencerdaskan umat islam bangsa Indonesia.
Untuk itu, agar maksud dan tujuan tersebut tercapai maka harus memiliki visi dan misi.
Visi pendidikan Muhammadiyah adalah pengembangan intelektual peserta didik pada setiap jenis dan
jenjang pendidikan yang dikelola oleh organisasi Muhammadiyah. Sedangkan misi pendidikan
Muhammadiyah adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam melalui dakwah islam amar
ma’ruf nahi munkar di semua aspek kehidupan.
2.Tujuan Muhammadiyah

Setiap tujuan pendidikan Muhammadiyah selalu berhubungan dengan pandangan hidup yang
dianut Muhammadiyah. Tujuan umum pendidikan Muhammadiyah secara resmi baru dirumuskan pada
tahun 1936 saat kongres Muhammadiyah di Betawi.

Dalam kongres tersebut tujuan Muhammadiyah dirumuskan sebagai berikut:

• mengiringi anak-anak Indonesia menjadi orang islam yang berkobar-kobar semangatnya.


• badannya sehat, tegap bekerja.

• hidup tangannya mencari rezeki sendiri, sehingga kesemuanya itu memberi faedah yang besar dan
berharga hingga bagi badannya dan juga masyarakat hidup bersama.
Sebenarnya tujuan pendidikan Muhammadiyah sudah ada bersama dengan lahirnya pergerakan
Muhammadiyah. Amir Hamzah mengungkapkan bahwa pendidikan Muhammadiyah menurut Ahmad
Dahlan antara lain:

• baik budi, alim dalam agama.

• luas pandangan, alim dalam ilmu-ilmu dunia.

• bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya.

Dalam konferensi di Pekajangan, Pekalongan tanggal 21-25 Juli 1955 rumusan tersebut diubah
menjadi:

 “ membentuk manusia muslim, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri dan berguna bagi
masyarakat”. tujuan umum pendidikan Muhammadiyah tersebut dijabarkan ke dalam tujuan institusional

sesuai dengan jenis dan tingkat sekolah tertentu.

Kemudian tujuan pendidikan Muhammadiyah dioperasionalkan oleh Majelis Dikdasmen Muhammadiyah


dengan menuangkannya dalam lima kualitas out-put Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah,
yakni:

1.Kualitas keislaman

Sebagai institusi pendidikan diharapkan menjadi lembaga yang mencetak kader, sekolah/
madrasah/ pesantren Muhammadiyah haruslah menegaskan diri dalam menghasilkan peserta didik yang
mengejawantahkan nilai-nilai islam.
2.Kualitas keIndonesiaan

Rasa kebangsaan tumbuh jika setiap warga negara mematuhi hukum dan mengedepankan pelaksanaan
kewajiban sebelum menuntut hak.

3.Kualitas keilmuan

Kualitas keilmuan adalah tingkat kemampuan peserta didik menyerap pengetahuan yang diajarkan.
4.Kualitas kebahasaan

Kualitas kebahasaan adalah memiliki keterampilan dasar berbahasa asing khususnya bahasa Arab dan
bahasa Inggris.

5.Kualitas keterampilan

kualitas keterampilan merupakan kemampuan dalam mengoperasikan teknologi, khususnya teknologi


informasi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Muhammadiyah telah
mengakomodasikan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik anak didik. Di dalam pedoman Guru
Muhammadiyah disebutkan bahwa tujuan pendidikan pada setiap tingkat pendidikan harus mencakup:

• bidang pengetahuan

• bidang nilai dan sikap

• bidang keterampilan

Semuanya terangkum dalam kualitas out-put Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah.

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG BERDIRINYA MUHAMMADIYAH

A.     Sekilas Tentang Pendiri Muhammadiyah

Muhammadiyah didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H atau
bertepatan dengan tanggal 18 November 1912. Beliau lahir pada tahun 1868 disebuah pemukiman
disekitar Masjid Besar Yogyakarta yang bernama Kampung Kauman dengan nama aslinya yaitu
Muhammad Darwisy.

Muhammad Darwisy merupakan salah satu anak dari KH. Abu Bakar, seorang ulama dan Khatib
terkemuka di Mesjid Besar Kesultanan Yogyakarta. Berdasarkan silsilah, Beliau masih termasuk dalam
garis keturunan yang kedua belas dari Sunan Maulana Malik Ibrahim, seorang Wali Besar dan terkemuka
diantara Wali Songo, yang merupakan pelopor pertama dalam penyebaran dan pengembangan Agama
Islam di Tanah Jawa (Kutojo dan Safwan, 1991).

Dimasa kecilnya, Muhammad Darwis mengenyam pendidikan dalam lingkungan keagamaan


disebuah Pesantren yang mengajarinya tentang pengetahuan agama Islam dan Bahasa Arab. Diusianya
yang masih relatif muda, yaitu pada umurnya yang ke-15, beliau menunaikan Rukun Islam yang ke lima
yaitu Ibadah Haji pada tahun 1883. Selanjutnya disana Beliau Menetap dan memperdalam pengetahuan
tentang Ilmu Agama Islam di Makkah dalam kurun waktu kurang lebih selama 5 tahun. Selama belajar
ilmu agama disana, Beliau kerap kali berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharuan didalam
dunia Islam saat itu. Tokoh-tokoh Islam seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibn
Taimiyah rupanya mempunyai dampak yang sangat besar pada diri pribadi Muhammad Darwisy.
Seketika itu jiwa dan pemikirannya dipenuhi oleh semangat pembaharuan yang kelak dikemudian hari
menampilkan corak keagamaan yang sama, yaitu melalui Muhammadiyah.

Sekembalinya dari Makkah, yaitu pada usia 20 tahun (1888), Beliau berganti nama menjadi Ahmad
Dahlan. Sepulangnya dari Makkah ini, Beliau diangkat menjadi khatib amin dilingkungan Kesultanan
Yogyakarta.

  Berbekal dari pemikiran-pemikiran yang didapat selama mendalami ajaran agama Islam di
Makkah, Beliau merasa bertanggung jawab untuk dapat membangunkan, menggerakkan dan memajukan
umat Islam di Indonesia. Ahmad Dahlan sadar bahwa keinginannya itu tidaklah mungkin dilaksanakan
seorang diri, melainkan harus dilaksanakan oleh sekumpulan orang yang diatur sedemikian rupa dalam
wadah organisasi.

Pendirian Muhammadiyah itu sendiri pada awalnya mendapatkan kecaman-kecaman dari


berbagai pihak, baik yang datangnya dari keluarga sendiri maupun dari masyarakat sekitarnya. Berbagai
fitnahan ditujukan kepadanya. Pada saat itu Beliau dituduh  hendak mendirikan suatu agama baru yang
menyalahi ajaran-ajaran agama Islam yang telah ada. Namum demikian, segala rintangan-rintangan
tersebut dapat dihadapinya dengan sabar. Keteguhan hati untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan
pembaharuan Islam di tanah air bisa mengatasi segala rintangan tersebut.

B.     Arti Kemuhammadiyahan

Muhammadiyah sudah dikenal luas sejak beberapa puluh tahun yang lalu oleh masyarakat Internasional,
khususnya oleh masyarakat Islam. Nama Muhammadiyah sudah sangat akrab ditelinga masyarakat pada
umumnya.

Adapun arti nama Muhammadiyah dapat dilihat dari dua segi, yaitu :
1.Arti Bahasa atau Estimologis

Muhammadiyah berasal dari bahasa Arab “Muhammad” yaitu nama Nabi atau Rasul Allah SWT
yang terakhir. Kemudian mendapatkan “ya nisbiyah” yang artinya menjeniskan. Jadi Muhammadiyah
berarti umatnya Nabi Muhammad SAW atau pengikut Nabi Muhammad SAW. Yaitu semua orang yang
meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul Allah SWT yang terakhir. Dengan
demikian siapapun yang beragama Islam maka dia adalah orang Muhammadiyah, tanpa dilihat atau
dibatasi oleh perbedaan organisasi, golongan, bangsa, geografis, etnis, dsb.

2.Arti Istilah atau Terminologis

Muhammadiyah adalah gerakan Islam. Dakwah Amar Makruf Nahi Mungkar berasaskan Islam
dan bersumber Al-Quran dan Sunah/Hadist. Didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah
1330 H, bertepatan tanggal 18 November 1912 M dikota Yogyakarta. Gerakan ini diberi nama
Muhammadiyah dengan maksud untuk berta’faul (berpengharapan baik) dapat mencontoh dan
menteladani jejak perjuangan Nabi Muhammad SAW, sehingga umat

Muhammadiyah merasa bangga dan terhormat dengan agama yang dianutnya dan tidak merasa
malu kepada siapapun. Dalam rangka menegakkan dan menjujung tinggi agama Islam semata-mata demi
terwujudnya Izzul Islam wal Muslimin, kejayaan Islam sebagai idealitas dan kemuliaan hidup umat Islam
sebagai realitas.

PERKEMBANGAN ISLAM MUTAKHIR LAHIR DI INDONESIA  

Perkembangan organisasi gerakan Islam di Indonesia tumbuh dan berkembang sejak dari negeri
ini belum mencapai kemerdekaan secara fisik sampai pada masa reformasi sekarang ini.
Perkembangannya, bahkan, kian pesat dengan dilakukannya tajdid (pembaharuan) di masing-masing
gerakan Islam tersebut. Salah satu organisasi gerakan Islam itu adalah Muhammadiyah. Muhammadiyah
adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Bahkan merupakan gerakan kemanusiaan
terbesar di dunia di luar gerakan kemanusiaan yang dilaksanakan oleh gereja, sebagaimana disinyalir oleh
seorang James L. Peacock . Di sebahagian negara di dunia, Muhammadiyah memiliki kantor cabang
internasional (PCIM) seperti PCIM Kairo-Mesir, PCIM Republik Islam Iran, PCIM Khartoum–Sudan,
PCIM Belanda, PCIM Jerman, PCIM Inggris, PCIM Libya, PCIM Kuala Lumpur, PCIM Perancis, PCIM
Amerika Serikat, dan PCIM Jepang. PCIM-PCIM tersebut didirikan dengan berdasarkan pada SK PP
Muhammadiyah . Di tanah air, Muhammadiyah tidak hanya berada di kota-kota besar, tapi telah
merambah sampai ke tingkat kecamatan di seluruh Indonesia, dari mulai tingkat pusat sampai ke tingkat
ranting.
Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, yang berarti bahwa Warga
Muhammadiyah menjadikan segala bentuk tindakan, pemikiran dan prilakunya didasarkan pada sosok
seorang Rasulullah, Nabi Muhammad SAW

Nabi dijadikannya model (uswah al hasanah), yang sebenarnya tidak hanya bagi warga
Muhammadiyah tetapi juga seluruh umat Islam bahkan bagi warga non-muslim—kaum yang tidak
mempercayainya sebagai rasul—sekalipun.

Muhammadiyah sebagai gerakan Islam memiliki cita-cita ideal yang dengan sungguh-sungguh
ingin diraih, yaitu mewujudkan “masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”. Dengan cita-cita yang ingin
diwujudkan itu,

Muhammadiyah memiliki arah yang jelas dalam gerakannya, sebagaimana dikemukakan oleh
DR. Haedar Nashir dalam makalah Muhammadiyah dan Pembentukan Masyarakat Islam (Bagian I,
2008).
Organisasi Islam Muhammadiyah tumbuh makin dewasa bersama organisasi Islam besar lainnya sekelas
Nahdlatul Ulama (NU), merambah ke segala bentuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
tetap mengedepankan kepentingan umat dari segi sosial-budaya, ekonomi, kesehatan dan pendidikan.
Namun demikian, Muhammadiyah tetap selalu melakukan tajdid dalam aspek ruh al Islam (jiwa
keislamannya).

Organisasi Islam Muhammadiyah yang kini lebih dikenal dengan sebutan Persyarikatan
Muhammadiyah, didirikan oleh Muhammad Darwis—yang kemudian dikenal dengan nama K.H. Ahmad
Dahlan—di Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H / 18 Nopember 1912. Beliau adalah
pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan
ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat
mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya
berdasarkan Qur`an dan Hadist.

Pada masa kepemimpinan KH. Ahmad Dahlan (1912-1922), daerah pengaruh Muhammadiyah
masih terbatas di karesidenan Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan. Selain Yogya,
cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut pada tahun 1922. Pada tahun 1925,

Abdul Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke Sumatera Barat dengan membuka cabang di
Sungai Batang, Agam.

Dalam tempo yang relatif singkat, arus gelombang Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh
Sumatera Barat, dan dari daerah inilah kemudian Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatera,
Sulawesi, dan Kalimantan. Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar keseluruh Indonesia.

KH A Dahlan memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga tahun 1922 dimana saat itu
masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat tahunan. Pada rapat tahun ke 11, Pemimpin
Muhammadiyah dipegang oleh KH Ibrahim yang kemudian memegang Muhammadiyah hingga tahun
1934. Rapat Tahunan itu sendiri kemudian berubah menjadi Konggres Tahunan pada tahun 1926 yang di
kemudian hari berubah menjadi Muktamar tiga tahunan dan seperti saat ini MenjadiMuktamar5tahunan.
Di samping itu, Muhammadiyah juga mendirikan organisasi untuk kaum perempuan dengan Nama
'Aisyiyah yang disitulah Istri KH. A. Dahlan, yakani Nyi Walidah Ahmad Dahlan berperan serta aktif dan
sempat juga menjadi pemimpinnya.

Daftar Pimpinan Muhammadiyah Indonesia sejak berdirinya sampai sekarang, yang dapat penulis susun
adalah:
• KH Ahmad Dahlan 1912-1922

• KH Ibrahim 1923-1934

• KH Hisyam 1935 – 1936

KH Mas Mansur 1937 – 1941

• Ki Bagus Hadikusuma 1942 – 1953

• Buya AR Sutan Mansur 1956

• H.M. Yunus Anis 1959

• KH. Ahmad Badawi 1962 – 1965

• KH. Faqih Usman 1968

• KH. AR Fachruddin 1971 – 1985

• KHA. Azhar Basyir, M.A. 1990

• Prof. Dr. H. M. Amien Rais 1995

• Prof. Dr. H.A. Syafii Ma'arif 1998 – 2005

• Prof. Dr. HM Din Syamsuddin 2005 – 2010


BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Maksud dan tujuan Muhammadiyah, sebagaimana disebutkan dalam Bab III Pasal 6, ialah
menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya.

Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang menjadi tujuan atau cita-cita perjuangan
Muhammadiyah itu dinyatakan dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, “masyarakat yang
sejahtera, aman, damai, makmur, dan bahagia yang diwujudkan di atas dasar keadilan, kejujuran,
persaudaraan, dan gotong-royong bertolong-tolongan dengan bersendikan hukum Allah yang sebenar-
benarnya, lepas dari pengaruh syaithan dan hawa nafsu.” Dan di dalam Kepribadian Muhammadiyah
digambarkan secara singkat bahwa masyarakat Islam yang sebenar-benarnya ialah suatu masyarakat di
mana kesejahteraan, kebaikan, dan kebahagiaan luas merata”.

B.SARAN

Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam yang menjalani ajaran Allah SWT dan meneladani sunnah
Rasul-Nya hendaknya kita semua sebagai umat Islam wajib untuk melaksanakan kewajiban dan menjauhi
segala larangan-Nya. Sebab, para pendahulu kita telah berjuang untuk kemajuan agama Islam walaupun
pada saat itu pula Islam mengalami kemunduran dan pada akhirnya Islam mengalami kebangkitan.
DAFTAR PUSTAKA

https://doku.pub/documents/makalah-aik-iii-3peran-kebangsaan-muhammadiyah-di-indonesiakelompok-
9-1-o0m93744zjqd

https://www.coursehero.com/file/79169683/Makalah-peran-Muhammadiyah-terhadap-bangsadocx/

https://idnurfiantitowalufib.blogspot.com/2015/05/makalah-aik-perkembangan-muhammadiyah.html

Anda mungkin juga menyukai