Anda di halaman 1dari 85

SEJARAH BERDIRINYA ORGANISASI OTONOM MUHAMMADIYAH

OLEH :LAZISMU JAKARTA TIMUR


LAZISMU JAKARTA TIMUR menerima dan menyalurkan Zakat, Infaq dan Shodaqoh anda melalui rekening 3060009552 Bank Muamalat

SEJARAH BERDIRINYA MUHAMMADIYAH


Salah satu lembaga pendidikan islam yang bercorak modern adalah lembaga islam Muhammadiyah. Lembaga ini didirikan oleh Ahmad Dahlan dengan tujuan mencerdaskan umat islam melalui pendidikan. Sejak dari awal pendirian, Muhammadiyah telah menempatkan pendidikan sebagai salah satu media untuk mencapai tujuan organisasi ini yakni untuk menyerukan pentingnya kembali pada Al Quran dan Sunnah sebagai usaha mengatasi perbuatan menyimpang dalam kehidupan beragama umat islam di Indonesia yang melakukan praktik takhayul, bidah, dan kurafat dengan tidak mendasarkan dirinya pada madzhab atau pemikiran tertentu. Lewat pendidikan, Muhammadiyah mampu mencerdaskan umat islam dan bangsa Indonesia. Dari semua tujuan berdirinya Muhammadiyah tentu ada beberapa permasalahan yang bermunculan. baik dari dalam tubuh Muhammadiyah itu sendiri maupun dari faktor luar Muhammadiyah, yang mana permasalahan tersebut juga dapat mempengaruhi perkembangan Muhammadiyah sebagai suatu organisasi dan juga badan usaha. Berdasarkan beberapa permasalahan yang bergejolak di Muhammadiyah tersebut, adalah suatu bahasan yang menarik untuk dibahas secara mendalam. A. SEJARAH BERDIRINYA MUHAMMADIYAH Pada awal abad ke 20 M dikalangan muslim Indonesia terpelajar mulai muncul kesadaran baru untuk mengatasi kondisi pendidikan islam di Indonesia yang mengalami keterbelakangan akibat tidak mampu bersaing dengan lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial Belanda, yang mencetak tenaga kerja terampil tetapi mengabaikan pendidikan moral peserta didik. Oleh karena itu, mereka

mengupayakan mendirikan lembaga pendidikan islam yang bercorak modern.

Salah satu lembaga pendidikan islam yang bercorak modern adalah lembaga islam Muhammadiyah. Lembaga ini didirikan oleh Ahmad Dahlan dengan tujuan mencerdaskan umat islam melalui pendidikan. Karena Ahmad Dahlan termasuk anggota organisasi Budi Utomo maka sebelum mendirikan lembaga pendidikan islam Muhammadiyah, beliau meminta restu kepada Budi Utomo. Setelah itu, beliau membuka sekolah agama di rumahnya dengan nama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiah. Awal lembaga pendidikan islam ini berdiri hanya memiliki delapan orang murid. Karena penyampaian materi dari Ahmad Dahlan yang menarik, setiap bulan muridnya bertambah tiga orang. Melihat kemajuan pendidikan lembaga tersebut maka Budi Utomo memberikan bantuan berupa pengajar dan mulai saat itu ridak hanya ilmu agama tetapi ilmu pengetahuan pun diajarkan. Lembaga ini diresmikan tanggal 1 Desember 1911. Melihat perkembangan lembaga pendidikan islam Muhammadiyah yang sangat baik, banyak yang menyarankan agar Ahmad Dahlan mendirikan suatu organisasi yang kelak akan menjadi penerus setelah Ahmad Dahlan tiada. Setelah direnungkan dan mendapatkan orang-orang yang siap membantu, maka pada tanggal 18 Dzulhijah 1331 H atau 18 Desember 1912 M didirikanlah oraganisasi yang bernama Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan.

Dalam usaha mendapatkan pengakuan kepala pemerintah sebagai badan hukum, pada tanggal 20 Desember 1912, Muhammadiyah dibantu oleh Budi Utomo mengajukan surat permohonan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda agar Muhammadiyah diberi izin resmi dan diakui sebagai suatu badan hukum. Untuk itu Gubernur Jenderal mengirimkan surat permintaan pertimbangan kepada Direktur Van Justitie, Adviseur Voor Inlandsche Zaken, Residen Yogyakarta dan Sri Sultan Hamengku Buwono VI. Setelah melalui proses yang cukup lama, akhirnya pemerintah Hindia Belanda mengakui Muhammadiyah sebagai badan hukum yang tertua dalam Gouvernement Besluit tanggal 22 Agustus 1914, Nomor 81, beserta lampiran statutennya dan berlaku mulai 22/23 Januari 1915. B. VISI,MISI,DANTUJUANMUHAMMADIYAH Sejak dari awal pendirian, Muhammadiyah telah menempatkan pendidikan sebagai salah satu media untuk mencapai tujuan organisasi ini. Lewat pendidikan, Muhammadiyah mampu mencerdaskan umat islam dan bangsa Indonesia. Dalam rangka berperan aktif dalam dunia pendidikan, Muhammadiyah telah memutuskan visi, misi, dan tujuan pendidikan.

1.Visi dan misi Muhammadiyah Pendidikan menempati posisi strategis dalam rangka mencerdaskan umat islam bangsa Indonesia. Untuk itu, agar maksud dan tujuan tersebut tercapai maka harus memiliki visi dan misi. Visi pendidikan Muhammadiyah adalah pengembangan intelektual peserta didik pada setiap jenis dan jenjang pendidikan yang dikelola oleh organisasi Muhammadiyah. Sedangkan misi pendidikan Muhammadiyah adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam melalui dakwah islam amar maruf nahi munkar di semua aspek kehidupan. 2.Tujuan Muhammadiyah Setiap tujuan pendidikan Muhammadiyah selalu berhubungan dengan pandangan hidup yang dianut Muhammadiyah. Tujuan umum pendidikan Muhammadiyah secara resmi baru dirumuskan pada tahun 1936 saat kongres Muhammadiyah di Betawi. Dalam kongres tersebut tujuan Muhammadiyah dirumuskan sebagai berikut: mengiringi anak-anak Indonesia menjadi orang islam yang

berkobar-kobar semangatnya. badannya sehat, tegap bekerja.hidup tangannya mencari rezeki sendiri, sehingga kesemuanya itu memberi faedah yang besar dan berharga hingga bagi badannya dan juga masyarakat hidup bersama. Sebenarnya tujuan pendidikan Muhammadiyah sudah ada bersama dengan lahirnya pergerakan Muhammadiyah. Amir Hamzah mengungkapkan bahwa pendidikan Muhammadiyah menurut Ahmad Dahlan antara lain: baik budi, alim dalam agama. luas pandangan, alim dalam ilmu-ilmu dunia. bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya. Dalam konferensi di Pekajangan, Pekalongan tanggal 21-25 Juli 1955 rumusan tersebut diubah menjadi: membentuk manusia muslim, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri dan berguna bagi masyarakat. tujuan umum pendidikan Muhammadiyah tersebut dijabarkan ke dalam tujuan institusional sesuai dengan jenis dan tingkat sekolah tertentu. Kemudian tujuan pendidikan Muhammadiyah dioperasionalkan oleh Majelis Dikdasmen Muhammadiyah dengan menuangkannya dalam lima kualitas out-put Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah, yakni: 1.Kualitas keislaman Sebagai institusi pendidikan diharapkan menjadi lembaga yang mencetak kader, sekolah/ madrasah/ pesantren Muhammadiyah haruslah menegaskan diri dalam menghasilkan peserta didik yang mengejawantahkan nilai-nilai islam. 2.Kualitas keIndonesiaan Rasa kebangsaan tumbuh jika setiap warga negara mematuhi hukum dan mengedepankan pelaksanaan kewajiban sebelum menuntut hak. 3.Kualitas keilmuan

Kualitas keilmuan adalah tingkat kemampuan peserta didik menyerap pengetahuan yang diajarkan. 4.Kualitas kebahasaan Kualitas kebahasaan adalah memiliki keterampilan dasar berbahasa asing khususnya bahasa Arab dan bahasa Inggris. 5.Kualitas keterampilan kualitas keterampilan merupakan kemampuan dalam mengoperasikan teknologi, khususnya teknologi informasi. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Muhammadiyah telah mengakomodasikan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik anak didik. Di dalam pedoman Guru Muhammadiyah disebutkan bahwa tujuan pendidikan pada setiap tingkat pendidikan harus mencakup: bidang pengetahuan bidang nilai dan sikap bidang keterampilan Semuanya terangkum dalam kualitas out-put Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah. C. PRINSIP-PRINSIP PENYELENGGARAKAN PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH Peenyelenggarakan Muhammadiyah tidak terlepas dari pembaharuan pemikiran islam di Indonesia yang bersifat organisatoris. Alasan berdirinya Muhammadiyah didasari oleh kerisauan Ahmad Dahlan terhadap kehidupan keagamaan umat islam Indonesia yang banyak menyimpang dari tradisi islam. Muhammadiyah didirikan untuk menyerukan pentingnya kembali pada Al Quran dan Sunnah sebagai usaha mengatasi perbuatan menyimpang dalam kehidupan beragama umat islam di Indonesia yang melakukan praktik takhayul, bidah, dan kurafat dengan tidak mendasarkan dirinya pada madzhab atau pemikiran tertentu. Dari latar belakang yang demikian,

membuat Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah dan didalamnya didirikan Lembaga Pendidikan yang disesuaikan dengan sistem pendidikan Islam agar tidak terisolasi. Adapun Muhammadiyah didirikan dengan prinsip-prinsip keislaman. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: 1.Prinsip berdasarkan Al Quran dan Sunnah Maksud dan tujuan didirikan Muhammadiyah sebagai gerakan reformasi keagamaan tidak terlepas dari pandangan Muhammadiyah tentang kedudukan dan fungsi Al Quran dan As Sunnah, akal dan tata kehidupan sosial. Upaya Muhammadiyah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam yang bersumber pada Al quan, As Sunnah, akal dan realitas kehidupan sosial, utamanya dibidang pendidikan, maka Muhammadiyah merumuskan tujuan pendidikannya, yang dikenal dengan Perumusan Pakajangan sebagai berikut : tujuan pendidikan pengajaran Muhammadiyah ialah membentuk manusia Muslim, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri dan berguna bagi masyarakat. (M.Yunan Yusuf, 2000:11) 2.Prinsip Amar Maruf Nahi Munkar Dalam konteks prinsip amar maruf nahi munkar sebagai salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan Muhammadiyah dapat dimaknai bahwa suruhan untuk berbuat baik serta mencegah perbuatan jahat merupakan salah satu esensi pendidikan islam. Dengan menjadikan amar maruf nahi munkar sebagai salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan Muhammadiyah berarti penyelenggaraannya berupaya mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang taat kepada ajaran agama islam dan menjadi muslim seutuhnya yang sadar akan lingkungan baik dalam hubungannya dengan Alloh sebagai pemberi hidup maupun hubungan dengan sesamanya dan lngkungan alam sekitarnya. 3.Prinsip integrasi ilmu pengetahuan

Pergerakan Muhammadiyah di bidang pendidikan mengalami transformasi dari waktu ke waktu seiring dengan tuntutan perkembangan zaman tanpa kehilangan identitasnya. Hal ini terjadi karena Muhammadiyah sebagai persyarikatan memiliki sifat terbuka terhadap dunia di luar lingkungannya yang menjadikanlembaga pendidikannya selalu respon terhadap setiap perkembangan. Dalam hal ini Muhammadiyah memiliki sistem pendidikan sendiri yang berbeda dengan sistem pendidikan islam pada umumnya, yakni dengan menganut sistem pendidikan yang berpola sekolah negeri yang menggabungkan antara identitas keMuhammadiyahan berdasarkan pada Alquran dan Sunnah Nabi SAW. Dengan pendidikan umum yang berorientasi pada science, maka itulah ciri khas sistem pendidikan Muhammadiyah. 4.Prinsip keberpihakan pada kaum dhuafa Keberpihakan Muhammadiyah kepada kaum dhuafa dapat diartikan bahwa pendidikan Muhammadiyah menganut prinsip emansipator. Artinya, pendidikan yang diselenggarakan Muhammadiyah berupa memberikan pemerataan kesempatan untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu yang di dalamnya terdapat dua hal pokok. Pertama, ekualitas, berarti bahwa setiap orang mempunyai peluang yang sama untuk memperoleh pendidikan tanpa membedakan jenis kelamin, status sosial ekonomi, agama, dan sejenisnya. Oleh karena itu, pendidikan harus untuk semua orang. Kedua, aksebilitas, maksudnya setiap orang tanpa memandang asal-usulnya mempunyai akses yang sama terhadap pendidikan pada semua jenis, jenjang, dan jalur pendidikan. 5.Prinsip semangat pengabdian Semangat pengabdian Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah dan amar maruf nahi munkar berazazkan islam yang bersumber kepada Alquran dan As Sunnah ditunjukannya melalui usaha-usaha penjabaran maksud dan tujuan organisasi.

Salah satu pengabdian Muhammadiyah kepada masyarakat dan bangsa sejak didirikan pada tahun 1912 oleh Ahmad Dahlan adalah ingin menggembirakan orang dalam mengamalkan ajaran islam yang membuahkan kesejukan dan kegembiraan bukan kegelisahan.Hal ini menunjukan bahwa sejak awal berdirinya organisasi Muhammadiyah telah diinternalisasikan agar para kader Muhammadiyah mau bekerja keras melanjutkan perjuangan untuk membesarkan organisasi ini dengan baik. 6.Prinsip tajdid Tajdid Muhammadiyah dibidang pendidikan lebih dititikberatkan pada upaya meningkatkan kualitas proses pendidikan dan membangun sistem pendidikan yang integratif.Prinsip tajdid pendidikan Muhammadiyah diantarnya, setiap warga negaramempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu (pasal 5 ayat 1) dan setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar (pasal 6 ayat 1). 7.Prinsip demokrasi Dalam menegakkan nilai-nilai demokrasi Muhammadiyah lebih cenderung pada upaya pemberdayaan masyarakat melalui sektor pendidikan serta sosial keagamaan dan ekonomi. Muhammadiyah beorientasi menanamkan kesadaran dan membekali pengetahuan pada peserta didik mengenai hak dan kewajiban serta peran warga negara dalam masyarakat demokratis. D. PERMASALAHAN MUHAMMADIYAH Muhammadiyah merupakan organisasi terkaya kedua di dunia setelah Vatikan Katolik. Hal ini tidaklah mengherankan jika Muhammadiyah lebih menekankan pada amal daripada banyak berdebat atau berkonsep ria. karena itulah Muhammadiyah memiliki banyak badan usaha seperti sekolah. Sekolah yang didirikan Muhammadiyah banyak menerima kritik dari

masyaraka. Permasalahan lembaga pendidikan Muhammadiyah antara lain: Masalah kualitas yang rendah dan mahalnya biaya pendidikan. Pengembangan kualitas guru Seperti yang diketahui bahwa kondisi guru di setiap sekolah pada umumnya dan termasuk juga di sekolah Muhammadiyah jauh dari sikap profesionalisme. Menurut Willian Castetter, pengembangan dapat dipahami bahwa upaya individu untuk menumbuhkan dirinya sendiri supaya mengembangkan tugas kewajibannya, terutama dalam pendidik yang belum mempunyai standar in servis education, seperti pendidik yang belum memenuhi persyaratan baik dari segi penguasaan bahan, ketrampilan, maupun metodologi dalam melaksanakan tugasnya. Sementara dalam pandangan Edwin B. Flippo pengembangan dapat memberikan dampak positif baik kepada dirinya sendiri maupun kepada institusi. Jadi kesimpulan yang dapat diambil dari dua pendapat diatas bahwa pengembangan merupakan tuntutan yang harus dijalankan supaya menambah keluasan dan kefektifan dalam menjalankan tugasnya. Alasan pokok terhadap pengembangan profesionalisme yaitu guru merupakan personel yang bertanggungjawab dalam memberikan sumbangan pada pertumbuhan dan pengembangan ilmu, mengembangkan kemampuan belajar siswa, serta melaksanakan kegiatan administrasi sekolah. karena sekarang banyak orang tua yang menitipkan sebagian tanggung jawabnya kepada guru. untuk itulah seorang guru harus senantiasa mengimprove diri secara terus menerus melalui pengembangan profesionalitas guru. Adapun pengembangan profesionalitas guru dapat diarahkan sebagai berikut: 1.Pembenahan Kompetensi Guru Kompetensi Guru merupakan salah satu ukuran yang ditetapkan bagi seorang guru dalam menguasai seperangkat kemampuan

agar layak menduduki salahsatu jabatan sebagai seorang guru, sesuai bidang tugas dan jenjang pendidikannya. Jabatan guru adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang guru yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu serta bersifat mandiri. Untuk dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan baik seyogyanya seorang guru selalu meningkatkan profesionalitas melalui penguasaan kompetensikompetensi yang secara nyata untuk meringankan pekerjaannya. Kompetensi-kompetensi penting jabatan guru tersebut adalah: kompetensi bidang substansi atau bidang studi, kompetensi bidang pembelajaran, kompetensi bidang pendidikan nilai dan bimbingan serta kompetensi bidang hubungan dan pengabdian masyarakat. Semua itu bertujuan untuk peningkatan kualitas guru. 2.Memperluas Jaringan Profesi Guru Jaringan profesi guru adalah kesadaran guru terhadap pembentukan kelompok profesi untuk meningkatan hubungan kerjasama dalam rangka saling memberi dan menukar informasi. Dengan terbentuknya jaringan profesi guru, menurut Mujtahid, maka guru bisa berusaha untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: Pertama, memahami tuntutan standar profesi yang ada, Kedua mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan, Ketiga, membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas. Keempat, mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen, Kelima, mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan dalam kemampuannya mengelola pembelajaran. Sumber : Pendidikan sejarahReviewer: Ivan Sujatmoko - Item Reviewed: Sejarah Muhammadiyah

SEJARAH BERDIRINYA HIZBUL

WATHAN
DETIK-DETIK LAHIRNYA HW
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (disingkat HW) adalah salah satu organisasi otonom (ortom) di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah. Ortom Muhammadiyah lainnya adalah: 'Aisyiyah, Nasyiatul 'Aisyiyah (NA), Pemuda Muhammadiyah (PM), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Tapak Suci Putera Muhammadiyah, dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). Pada suatu hari ( Ahad ) KHA Dahlan memanggil bebrapa guru Muhammadiyah : Bp Somodirdjo (Manteri Guru Standard-school Suronaton) Bp. Sjarbini dari sekolah Muhammadiyah Bausasran dan seorang lagi dari Sekolah Muhammadiyah Kota Gede. Beliau berkata kira-kira demikian : Saya tadi di Solo pulang dari Tabligh, sampai di muka Pura Mangkunegaran di alun-alun melihat anak banyak berbaris, setengah sedang bermain-main semuanya berpakaian seragam. Baik Sekali! Apa itu? Bp. Somodirjo menjelaskan bahwa itu adalah Pandu Mangkunegaran yang namanya JPO (Javaanche Padvinders Organistie) ialah suatu gerakan pendidikan anak-anak di luar sekolah dan rumah. Mendengar keterangan tersebut KHA dahlan menyambut Alangkah baiknya kalau anak-anak keluarga Muhammadiyah juga dididik semacam itu untuk leladi (melayani) menghamba kepada Allah. Selanjutnya beliau mengharap kepada para guru untuk dapat menyontoh gerakan pendididkan itu. Bp. Somodirjo dan Bp. Sarbini memelopori mengadakan persiapan-

persiapan akan mengadakan gerakan pendidikan untuk anakanak di luar sekolah dan rumah. Mula-mula yang akan digerakkan para guru sendiri terlebih dahulu. Pendaftaran di mulai dan latihanpun diadakan di SD Muhammadiyah Suronatan tiap Ahad sore. Latihan meliputi baris berbaris, bermamin tambur dan olah raga, kemudian tambah PPPK dan Kerohanian. Bp. Syarbini sorang pemuda yang pernah mendapat pendidikan kemiliteran melatih baris berbaris. Banyak pemuda tertarik sehingga pengikut latihan semakin banyak. Akhirnya di adakan penggolongan peserta, yakni golongan dewasa dan anak-anak. PADVINDER MUHAMMADIYAH Tahun 1918 adalah saat gerakan HIZBUL WATHAN melangkah yang pertama dengan nama PADVINDER MUHAMMADIYAH. Nama Padvinder Muhammadiyah semakin popular. Untuk pengawasan Gerakan Padvinder Muhammadiyah ini diserahkan kepada Muhammadiyah Bagian sekolahan oleh Muhammadiyah Bagian Sekolahan dibentuklah pengurus Padvinder Muhammadiyah sbb : Ketua : H. MuchtarWK Ketua : H. Hadjid Sekretaris : Somodirdjo Keuangan : Abdul Hamid Organisasi : Siradj Dahlan Komando : Syarbini dan Damiri. Nama HIZBUL WATHAN sendiri berasal dari nama kesatuan tentara Mesir yang sedang berperang membela tanah airnya. Dengan kata sepakat nama HIZBUL WATHAN dipakai mengganti

nama Pdvinder Muhammadiyah tahun 1920.HW berasaskan Islam. HW didirikan untuk menyiapkan dan membina anak, remaja, dan pemuda yang memiliki aqidah, mental dan fisik, berilmu dan berteknologi serta berakhlak karimah dengan tujuan terwujudnya pribadi muslim yang sebenar-benarnya dan siap menjadi kader persyarikatan, umat, dan bangsa. Kepanduan HW dalam perjalanan sejarahnya telah menjadi wadah pendidikan bagi generasi muda muhammadiyah yang berhasil, sekaligus menjadi sarana da'wah yang ampuh. Banyak anak- anak muda yang tertarik memasuki kepanduan Hizbul Wathan. Mereka merasakan banyak mendapatkan manfaat dan keuntungan menjadi pandu Hizbul Wathan. Tidak sedikit pemuda- pemuda anggota pandu Hizbut Wathan menjadi orang yang percaya diri dan memiliki keperibadian yang baik (memiliki akhlak utama, luhur budi pekertinya, beriman serta bertaqwa kepada Allah) serta menjadi warga masyarakat yang berguna.Kepanduan Hizbut Wathan melahirkan orang- orang yang kemudian tidak hanya menjadi tokoh Muhammadiyah, tetapi juga menjadi tokoh nasional, seperti Soedirman (Panglima Besar TNI/Bapak TNI), Soedirman Bojonegoro (Mantan Pangdam Brawijaya), Syarbini (Mantan Pangdam Diponogoro/Menteri Veteran), M. Amien Rais (Ketua MPR), Soeharto (mantan Presiden RI II), Daryadmo (Mantan Ketua MPR), Feisal Tanjung (mantan Menko Polkam), Hari Sabarno (Wakil Ketua MPR), dan lain-lain. Pertumbuhan Muhammadiyah di masa awal tidak dapat dilepaskan dari peranan HW yang selalu menjadi pelopor dalam setiap perintisan berdirinya Cabang dan Ranting Muhammadiyah. Sebelum Muhammadiyah berdiri di suatu daerah, biasanya lebih dahulu telah berdiri HW. Oleh karena itu, dari HW ini kemudian lahir pemimpin, da'i, dan mubaligh yang ulet, percaya diri, dan disiplin, serta mereka menjadi penggerak Muhammadiyah. Hizbut Wathan diakui sebagai wadah untuk mendidik generasi muda menjadi generasi muda yang disiplin, jujur, berani,mandiri, dan terampil dan berjiwa

perwira sebagaimana ditanamkan datam kesadaran setiap anggota Hizbut Wathan metalui perjanjian Hizbul Wathan dan Undang-undang Hizbul Wathan. Perjalanan Hizbut Wathan terpotong oleh rasionalisasi yang dilakukan pemerintah pada tahun 1960 bahwa seluruh organisasi kepanduan harus melebur ke dalam pramuka. Dengan demikian, perjalanan sejarah pandu Hizbul Wathan menjadi terhenti. Geliat untuk bangkit kembali muncul setelah datangnya gelombang reformasi, yaitu keinginan untuk metahirkan kembali gerakan kepanduan Hizbul Wathan. Pada Sidang Tanwir Muhammadiyah di Bandung pada tahun 2000 akhirnya diputuskan bahwa gerakan kepanduan Hizbut Wathan dilahirkan kembali sebagai organisasi otonom di lingkungan Muhammadiyah. Sifat Hizbul Wathan HW adalah sistem pendidikan untuk anak, remaja, dan pemuda di luar lingkungan keluarga dan sekolah
bersifat nasional, artinya ruang lingkup usaha HW meliputi

seluruh wilayah Negara Kesatuan Repulik Indonesia.


bersifat terbuka, artinya keanggotaan HW terbuka

untuk seluruh lapisan masyarakat, tanpa membedakan gender, usia, profesi, atau latar belakang pendidikan. Penggolongan keanggotaan HW menurut usia hanyalah untuk membedakan status sebagai peserta didik atau anggota dewasa (pembina)
bersifat sukarela, artinya dasar seseorang menjadi

anggota HW adalah suka dan rela, tanpa paksaan atau tekanan orang lain.
tidak berorientasi pada partai politik, artinya

secara organisatoris HW tidak berafiliasi kepada salah satu partai politik dan HW tidak melakukan aktivitas politik praktis. Induk organisasi HW adalah Persyarikatan

Muhammadiyah. Identitas HW 1. HW adalah kepanduan islami, artinya pendidikan kepanduan yang dilakukan oleh HW adalah untuk menanamkan aqidah Islam dan membentuk peserta didik berakhlak mulia. HW adalah organisasi otonom Muhammadiyah yang tugas utamanya mendidik anak, remaja, dan pemuda dengan sistem kepanduan

2.

Ciri Khas HW 1. Ciri khas HW adalah Prinsip Dasar Kepanduan dan Metode Kepanduan, yang harus diterapkan dalam setiap kegiatan. Pelaksanaannya disesuaikan kepentingan, kebutuhan, situasi, kondisi masyarakat, serta kepentingan Persyarikatan Muhammadiyah. 2. Prinsip Dasar Kepanduan adalah
pengamalan akidah Islamiyah; pembentukan dan pembinaan akhlak mulia pengamalan kode kehormatan pandu. 3. Metode pemberdayaan anak didik lewat sistem beregu; kegiatan dilakukan di alam terbuka; pendidikan dengan metode yang menarik, penggunaan sistem kenaikan tingkat dan tanda sistem satuan dan kegiatan terpisah antara pandu

menurut ajaran Islam; Kepanduan

menyenangkan, dan menantang; kecakapan; putera dan pandu puteri. Kode kehormatan Kode

kehormatan merupakan janji, semangat, dan akhlak Pandu HW baik dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat. Kode kehormatan Pandu HW terdiri dari: Janji Pandu HW
diucapkan secara sukarela oleh calon anggota ketika dilantik

menjadi anggota dan merupakan komitmen awal untuk melibatkan diri dalam menetapi dan menepati janji tersebut. Pengucapan janji selalu diawali dengan basmalah disambung dua kalimat syahadat berikut artinya. Undang-undang Pandu HW
merupakan ketentuan moral untuk dijadikan kebiasaan diri

dalam bersikap dan berperilaku sebagai warga masyarakat yang berakhlak mulia. Kode Kehormatan Pandu HW diucapkan saat pelantikan anggota, pelatihan, dan kegiatan lain yang diatur dalam Buku Peraturan Dasar. Kode Kehormatan bagi Pandu Athfal Janji AthfalMengingat harga perkataan saya, maka saya berjanji dengan sungguh-sungguh: Satu, setia mengerjakan kewajiban saya terhadap Allah.Dua, selalu menurut Undang-undang Athfal dan setiap hari berbuat kebajikan. Undang-Undang Athfal Satu, Athfal itu selalu setia dan berbakti pada ayah dan bunda. Dua, Athfal itu selalu berani dan teguh hati. Kode Kehormatan bagi Pandu Pengenal, Pandu Penghela, dan Penuntun Janji Pandu HW

Mengingat harga perkataan saya, maka saya berjanji dengan sungguh-sungguh: Satu, setia mengerjakan kewajiban saya terhadap Allah, Undang-Undang, dan Tanah Air. Dua, menolong siapa saja semampu saya.Tiga, setia menepati Undang-undang Pandu HW. Undang-undang Pandu HW Undang-undang Pandu HWSatu,Pandu Hizbul Wathan itu selamanya dapat dipercaya. Dua,Pandu Hizbul Wathan itu setiawan.Tiga,Pandu Hizbul Wathan itu siap menolong dan wajib berjasa. Empat,Pandu Hizbul Wathan itu suka perdamaian persaudaraan. Lima,Pandu Hizbul Wathan itu mengerti adat sopan santun dan perwira. Enam,Pandu Hizbul Wathan itu menyayangi semua makhluk. Tujuh,Pandu Hizbul Wathan itu melaksanakan perintah tanpa membantah. Delapan,Pandu Hizbul Wathan itu sabar dan pemaaf. Sembilan,Pandu Hizbul Wathan itu teliti dan hemat. Sepuluh,Pandu Hizbul Wathan itu suci hati, pikiran, perkataan, dan perbuatan PRINSIP DASAR ORGANISASI Kepanduan Hizbul Wathan adalah organisasi otonom Persyarikatan Muhammadiyah yang bergerak dalam bidang pendidikan kepanduan putra maupun putri, merupakan gerakan Islam dan dakwah amar makruf nahi munkar, berakidah Islam dan bersumberkan Al-Qur'an dan As- Sunnah. Organisasi ini didirikan dengan tujuan untuk mewujudkan masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah dengan jalan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam lewat jalur pendidikan kepanduan. Pencapaian maksud dan tujuan HW dilakukan dengan upayaupaya sebagai berikut:

1.Melalui jalur kepanduan ingin meningkatkan pendidikan angkatan muda putra ataupun putri menurut ajaran Islam. 2.Mendidik angkatan muda putra dan putri agar menjadi manusia muslim yang berakhlak mulia, berbudi luhur sehat jasmani dan rohani. 3.Mendidik angkatan muda putra dan putrid menjadi generasi yang taat beragama, berorganisasi, cerdas dan trampil. 4.Mendidik generasi muda putra dan putri gemar beramal, amar makruf nahi munkar dan berlomba dalam kebajikan. 5. Meningkatkan dan memajukan pendidikan dan pengajaran, kebudayaan serta memperluas ilmu pengetahuan sesuai dengan ajaran agama Islam. 6.Membentuk karakter dan kepribadian sehingga diharapkan menjadi kader pimpinan dan pelangsung amal usaha Muhammadiyah. 7. Memantapkan persatuan dan kesatuan serta penanaman rasa demokrasi serta ukhuwah sehingga berguna bagi agama, nusa dan bangsa. 8.Melaksanakan kegiatan lain yang sesuai dengan tujuan organisasi. STRUKTUR ORGANISASI HlZBUL WATHAN Susunan organisasi Hizbut Wathan dibuat secara berjenjang dari tingkat Kwartir Pusat, Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah/Kota, dan Kwartir Cabang. Kwartir Pusat adalah kesatuan wilayah-wilayah dalam ruang lingkup nasional. Kwartir Wilayah adalah kesatuan kwartir- kwartir daerah dalam satu propinsi. Kwartir Daerah/Kota adalah kesatuan kesatuan kwartir- kwartir Cabang dalam satu daerah/kota. Sedangkan Kwartir Cabang adatah kesatuan golongan-golongan (tempat pelatihan).

Sumber : Situs Muhammadiyah, Wikipedia, Muhammadiyah Selayar

SEJARAH BERDIRINYA TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH


MELACAK JEJAK SEJARAH
TRADISI PENCAK SILAT sudah berurat-berakar dikalangan masyarakat Indonesia sejak lama. Sebagaimana seni beladiri di negara-negara lain, pencak sitat yang merupakan seni beladiri khas Indonesia memiliki ciri khas tersendiri yang dikembangkan untuk mewujudkan identitas. Demikian pula bahwa seni beladiri pencak silat di Indonesia juga beragam dan memiliki ciri khas masing-masing. Tapak Suci sebagai salah satu varian seni beladiri pencak silat juga memiliki ciri khas yang bias menunjukkan identitas yang kuat. Ciri khas tersebut dikembangkan metalui proses panjang dalam akar sejarah yang dilatuinya. Berawal dari aturan pencak sitat Banjaran di Pesantren Binorong Banjarnegara pada tahun 1872, aturan ini kemudian berkembang menjadi perguruan seni bela diri di Kauman Yogyakarta karena perpindahan guru (pendekarnya), yaitu KH. Busyro Syuhada, akibat gerakan perlawanan bersenjata yang dilakukannya sehingga ia menjadi sasaran penangkapan yang dilakukan rezim colonial Belanda. Di Kauman inilah pendekar KH. Busyro Syuhada

mendapatkan murid-murid yang tangguh dan sanggup mewarisi keahliannya dalam seni pencak silat. Perguruan seni pencak sitat ini didirikan pada tahun 1925 dan diberi nama Perguruan cik auman yang dipimpin langsung oleh Pendekar M.A Wahib dan Pendekar A. Dimyati, yaitu dua orang murid yang tangguh dari KH. Busyro Syuhada. Perguruan ini memiliki andasan agama dan kebangsaan yang kuat. Perguruan ini menegaskan seluruh pengikutnya untuk bebas dari syirik (menyekutukan Tuhan) dan mengabdikan perguruan untuk perjuangan agama dan bangsa. Perguruan Cikauman banyak melahirkan pendekar-pendekar muda yang akhirnya mengembangkan cabang perguruan untuk memperluas jangkauan yang lebih luas dengan nama Perguruan Seranoman pada tahun 1930. Perkembangan kedua perguruan ini semakin hari semakin pesat dengan pertambahan murid yang cukup banyak. Murid-murid dari perguruan ini kemudian banyak menjadi anggota Laskar Angkatan Perang Sabil (APS) untuk melawan penjajah, dan banyak yang gugur dalam perlawanan bersenjata. Lahirnya pendekar-pendekar muda basil didikan perguruan Cikaumandan Seranoman memungkinkan untuk mendirikan perguruanperguruan baru, yang di antaranya ialah Perguruan Kasegu pada tahun 1951. Atas desakan murid-murid dari Perguruan Kasegu inilah inisiatif untuk menggabungkan semua perguruan sitat yang sealiran dimulai. Pada tahun 1963, desakan itu semakin kuat, namun mendapatkan tentangan dari para ulama Kauman

dan para pendekar tua yang merasa terlangkahi. Dengan pendekatan yang intensif dan dengan pertimbangan bahwa harus ada kekuatan fisik yang dimiliki ummat Islam menghadapi kekuatan komunis yang melakukan provokasi terhadap ummat Islam, maka gagasan untuk menyatukan kembali kekuatankekuatan perguruan yang terserak ke datam satu kekuatan perguruandimulai.Seluruhperangkat organisasional dipersiapkan, dan akhirnya disepakati untuk menggabungkan kembali kekuatan-kekuatan perguruan yang terserak ke datam satu kekuatan perguruan, yaitu mendirikan Perguruan Tapak Suci pada tanggal 31 Juli 1960 yang merupakan keberlanjutan sejarah dari perguruan-perguruan sebelumnya. Pada perkembangan selanjutnya, Perguruan Tapak Suci yang berkedudukan di Yogyakarta akhirnya berkembang di Yogyakarta dan daerah- daerah lainnya. Setelah meletusnya pemberontakan G30 S/PKI, pada tahun 1966 diselenggarakan Konferensi Nasional I Tapak Suci yang dihadiri oleh para utusan Perguruan Tapak Suci yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Pada saat itulah berhasil dirumuskan pemantapan organisasi secara nasional, dan Perguruan Tapak Suci dikem-bangkan lagi namanya menjadi Gerakan dan Lembaga Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Dan pada Sidang Tanwir Muhammadiyah tahun 1967, Tapak Suci Putera Muhammadiyah ditetapkan menjadi organisasi otonom di lingkungan Muhammadiyah, karena Tapak Suci Putera Muhammadiyah juga mampu dijadikan wadah pengkaderan Muhammadiyah. PRINSIP DASAR ORGANISASI Tapak Suci Putera Muhammadiyah adalah organisasi otonom di lingkungan Muhammadiyah yang beraqidah Islam, bersumber pada Al-Qur'an dan As-sunnah, berjiwa persaudaraan, dan merupakan perkumputan dan perguruan seni bela diri. Maksud dan tujuan Tapak Suci adatah sebagaiberikut:

1.Mendidik serta membina ketangkasan dan ketrampilan pencak sitat sebagai seni beladiri Indonesia. 2.Memelihara kemurnian pencak sitat sebagai seni beladiri Indonesia yang sesuai dan tidak menyimpang dari ajaran Islam sebagai budaya bangsa yang luhur dan bermoral. 3.Mendidik dan membina anggota untuk menjadi kader Muhammadiyah. 4.Melalui seni beladiri menggembirakan dan mengamalkan dakwah amar ma'ruf nahi munkar dalam usaha mempertinggi ketahanan Nasional. Pencapaian maksud dan tujuan Tapak Suci tersebut dilakukan dengan upaya-upaya berikut: 1. Memperteguh iman, menggembirakan dan memperkuat ibadah serta mempertinggi akhlaq yang mulia sesuai dengan ajaran Islam. 2. Menyelenggarakan pembinaan dan pendidikan untuk melahirkan Kader Muhammadiyah. 3. Menyelenggarakan pembinaan seni Beladiri Indonesia. 4. Mengadakan penggalian dan penelitian limu Seni Beladiri untuk meningkatkan dan mengembangkan kemajuan Seni Beladiri Indonesia. 5.Aktif datam lebaga olahraga dan seni baik yang diadakan oleh Pemerintah maupun swasta yang tidak menyimpang dari maksud dan tujuan Tapak Suci. 6. Menggembirakan penyelenggaraan dakwah amar ma'ruf nahi mungkar sesuai dengan proporsi seni beladiri. 7. Menyelenggarakan pertandingan dan tomba serta pertemuanuntuk memperluas pengalaman dan persaudaraan. 8. Menyelenggarakan usaha lain yang dapat mewujudkan

tercapainya meksud dan tujuan. STRUKTUR ORGANISASI TAPAK SUCI Susunan organisasi Tapak Suci dibuat secara berjenjang dari tingkat Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, dan Pimpinan Cabang. Pimpinan Pusat Tapak Suci adatah pimpinan tertinggi yang melaksanakan kepemimpinan dan bertanggung jawab keluar dan ke dalam. Pimpinan Wilayah Tapak Suci berkedudukan di ibu kota propinsi/daerah tingkat I, bertindak sebagai Pimpinan Wilayah sekaligus Komisaris Pimpinan Pusat yang melaksanakan koordinasi administrasi dan operasional daerah. Pimpinan Daerah Tapak Suci berkedudukan di setiap kabupaten/kota administrasi sebagai pelaksana administrasi dan bertindak secara operasional. Untuk melancarkan tugas operasional, Pimpinan Daerah dapat mendirikan cabang Tapak Suci di daerahnya. Pimpinan Pusat juga dapat membentuk Perwakilan Wilayah di luar negeri sebagai pelaksana administrasi dan bertindak secara operasional. Keanggotaan Tapak Suci terdiri dari siswa, anggota penuh, dan anggota kehormatan. Yang dapat diterima menjadi Siswa Tapak Suci adalah anak-anak, remaja, dewasa putra-putri beragama Islam yang menyetujui anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Tapak Suci serta telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Anggota Penuh Tapak Suci terdiri dari Kader, Pendekar dan Pimpinan Tapak Suci yang telah memenuhi persyaratan keanggotaan yang diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga. Sedangkan anggota kehormatan Tapak Suci adalah orang yang karena jabatannya, kedudukannya dan atau keahliannya telah diangkat oleh Pimpinan Pusat Tapak Suci dengan surat ketetapan. CARIS-GARIS BESAR PROGRAM TAPAK SUCI Secara garis besar, program-program yang dilaksanakan oleh Tapak Suci Putera Muhammadiyah ialah sebagai berikut:

1. Bidang Kependekaran dan Keilmuan a. Mengadakan Diktat Kepemimpinan Pendekar untuk meningkatkan kulaitas, disiplin dan pemahaman nilai-nilai Tapak Suci sebagai Organisasi Kader Muhammadiyah yang sebenar- benarnya dibawah bimbingan Majetis Pendidikan Kader. b.Membakukan dan membukukan Pendekar Tapak Suci. c. Menyusun materi pendidikan dan pelatihan Tapak Suci d. Menyusun dan membakukan keilmuan TapakSuci yang Islami dibawah bimbingan Majetis Tarjih, untuk kurikulum pendidikan kader yang terdiri dari:- Pencak silat Olahraga Kesehatan;- Pencak Silat Olahraga Prestasi- Pencaksilat Seni Prestasi- Pencak Silat Beladirie. Menyusun materi dan pembakuan kurikulum pendidikan AIK. f.Memasyarakatkan peraturan untuk peraturan pertandingan Pencak Silat Olah Raga dan Peraturan Perlombaan Pencak Silat Seni. 2. Bidang Pembinaan Organisasi dan Kader a. Meningkatkan kualitas dan disiplin serta pemahaman dan penghayatan anggota akan nilai- nilai Tapak Suci sebagai Organisasi Kader Muhammadiyah dan meneliti dengan lebih selektif penerimaan anggota dengan memperhatikan itikat baik serta kemampuan memenuhi kewajiban terhadap organisasi berupa amal nyata. b. Tertib administrasi keanggotaan Muhammadiyah dengan mendaftar kepada PP Muhammadiyah untuk mendapatkan Kartu Tanda Anggota Muhammadiyah. c. Tertib administrasi keanggotaan Tapak Suci bagi siswa dengan mendaftar kepada Pimpinan Daerah Tapak Suci untuk mendapatkan kartu tanda siswa Tapak Suci d.Tertib

administrasi bagi Kader dan Pendekar dengan mendaftar kepada PP Tapak Suci untuk mendapatkan Kartu Tanda Anggota Tapak Suci e.Untuk ketegasan identitas diwajibkan kepada anggta dan pimpinan mencantumkan NBTS dan NBM dalam semua bentuk kegitan administrasi. f.Mengintensifkan penyelenggaraan pembinaan, pengkajian dan penataran kemuhammadiyahan, ketapaksucian datam usaha membina anggota kemampuan sebagai pemikir dan pelaku gerakan. g. Meningkatkan fungsi organisasi sebagai factor pengembangan, dinamika dan kaderisasi yang mendapat tempat pengembangan yang terarah dan terencana oleh pimpinan persyarikatan. h. Meningkatkan hubungan antar organisai ortonom, meningkatkan hubungan dialogis dan demokratis antara ortom dengan pimpinan persyarikatan. i. Menentukan dan melaksanakan tindakan admisistrasi terhadap anggota yang tidak memenuhi tanggungjawab dan kewajiban, terutama terhadap anggota yang merugikan nama baik serta perjuangan Tapak Suci. 3. Bidang Pembinaan Prestasi a. Menerapkan hasil pembakuan dalam hal : -Peraturan pedoman Pencak Silat Olahraga. -Peraturan oerlombaan Pencak Silat b. Melaksanakan kejuaraan-kejuaraan antar-Perguruan Tinggi metalui: - Kejuaraan Nasional Pencak Silat Olah-ragadan seni Tingkat Dewasa - Kejuaraan Nasional Pencak Silat Olah-ragadan Seni unuk

Tingkat Remaja. c. Melaksanakan Kejuaraan-Kejuaraan antarperguruan Tinggi metalui, kejuaraan PencakSilat Olahraga dan Seni Antar Perguruan Tinggi d. Menjadikan even-even IPSI untuk mendata danmengukur Prestasi Tapak Suci tingkat Cabang,Daerah, Nasional maupun Internasional. 4. Bidang Pengembangan Organisasi a. Menertibkan pendaftaran utang pimpinan Daerah dan Pimpinan Wilayah Tapak Suci Putera Muhammadiyah dari seluruh Indonesia, dengan ketentuan personit Pimpinan adalah Anggaran Tapak Suci aktif dan Anggaran Muhammadiyah. b. Memantapkan dan meningkatkan potensi cabang sebagai tempat pembinaan anggota untuk membimbing kehidupan jama'ah dan pelaksanaan dakwah jama'ah dalam lingkungan. c. Memantapkan dan meningkatkan potensi Daerah sebagai wadah dan pendayagunaan organisasi dalam penyelenggaraan amal usaha Tapak Suci serta meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan anggota datam metaksanakan kewajuban terhadap organisasi. d. Berpartisipasi aktif dan ikut mengembangkan alternatif kegiatan bagi mahasiswa di lingkungan kampus terutama dalam upaya pengembangan kader intelektual muslim, mendudukan keberadaan perguruan Tapak Suci di lingkungan perguruan Tinggi dan Pondok Pesantren setingkat unit Perguruan Tapak Suci dengan peraturan khusus. Mendudukkan perguruan Tapak Suci di Perguruan Tinggi dan Pondok Pesantren Muhammadiyah sebagai unit dan keberadaan di bawah kondisi Pimpinan Wilayah dan operasionalnya di bawah koordinasi pimpinan Daerah. e. Untuk mengembangkan perguruan Tapak Suci Putera

Muhammadiyah ke luar negeri secara aktif dan terencana. f. Mempublikasikan secara luas keberadaan dan kegiatan Tapak Suci.g. Menerbitkan kembali majalah FORUM dalam Kalender Tapak Suci.h. Mendirikan Perpustakaan Tapak Suci untuk menyimpan benda-benda bersejarah, dll. 5. Bidang Pembinaan dan Pendidikan a.Pendidikan dan pelatihan Siswa Tapak Suci dengan mematuhi peraturan pendidikan untuk setiap kali pendidikan dan latihan. -1 (satu) jam untuk pendidikan Al-Islam dan ke-Muhammadiyahan-2 (dua) jam untuk latihan Pencak Silatb. Mengoperasiolkan tuntutan Pembinaan dan Pendidikan LKPTS.c. Mengoperasionalkan kurikulum Pendidikan Kader Tapak Suci yang terdiri dari, - Pencak Silat Olahraga Kesehatan Untuk Kader Muda. - Pencak Silat Olahraga Prestasi untuk Kader Madya. - Pencak Silat Seni untuk Kader Kepala - Pencak Silat Beladiri untuk Kader Utama. - Mengoperasionalkan Tuntutan Pembinaan khusus Al-Islam & Kemuhammadiyahan untuk Siswa dan Kader. d. Mengintensifkan Pendidikan&Latihan Tapak Suci - Sekolahsekolah Muhammadiyah- Perguruan Tinggi- Pondok Pesantren e. Memberikan kesempatan dan mencari kesempatan untuk menjalin pendidikan dan latihan Tapak Suci untuk: - Pimpinan Muhammadiyah semua tingkat pimpinan- Pimpinan tingkat ortom Muhammadiyah semua tingkat Pimpinan Pimpinan amal usah Muhammadiyah 6. Bidang Penelitian dan Pengkajiana. Menggalakkan Penelitian dan Pengkajian terhadap kegiatan Oganisasib.

Mengintensifkan pengkajian tentang perkembangan keilmuan pencak sitat Tapak Suci. c.Menyelenggarakan forum-forum ilmiah secara rutin dengan mengundang para ahti, terutama dari keluarga Muhammadiyah. d. Menghimpun laporan dari semua tingkat Pimpinan Tapak Suci Putera Muhammadiyah. 7. Bidang Pendayaan Sumberdayaa. Mengintensifkan pengumpulan dana dari,- luran Siswa- Infaq anggotaAdministrasi Ujian Siswa dan Anggota- SWO dari semua tingkat pimpinan- Dana pembinaan dari persyarikatanb.Menghimpun dana dari Umat yang berupa,-Zakat, Infaq.- Sumbangan yang tidak mengikatc.Berusaha untuk:-Membentuk badan usaha yang menguntungkan.-Membentuk koperasi Anggota untuk semua tingkat pimpinan -Menyediakan tempatdan mengelola tempat-tempat pembinaan - Memupuk kerja sama dalam bidang pengembangan usaha disemua tingkat.d. Mendayagunakan keberadaan Anggota Tapak Suci untuk menunjang kegiatan organisasi. e. Mendayagunakan Pencak Silat sebagai sarana dakwah amar ma'ruf nahi munkar. Sumber : Muhammadiyah

SEJARAH BERDIRINYA IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH (IPM)


SEJARAH IPM
Latar belakang berdirinya IPM tidak terlepas dari latar belakang berdirniya Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah Islam Amal

Maruf Nahi Munkar dan sebagai kensekuensi dari banyaknya sekolah yang merupakan amal usaha Muhammadiyah untuk membina dan mendidik kader. Menengok sejarah IPM-IRM membuah semangat perjuangan serasa tumbuh kembali. Betapa tidak, perjuangan yang telah dirasakan oleh para pendahulu IPM begitu sangat luar biasa, pergelutan dengan keadaan intern dan politik menorehkan hasil yang sangat memuaskan. Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) merupakan metamorfosis dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) yang berdiri tahun 1961. Interpretasi sejarah bisa jadi berbeda-beda dalam memandang perubahan nama dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah ke Ikatan Remaja Muhammadiyah. Namun, proses sejarah organisasi ini memang tidak sederhana.Latar belakang berdirinya IPM tidak terlepas kaitannya dengan latar belakang berdirinya Muham-madiyah sebagai gerakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi mungkar yang ingin melakukan pemurnian terhadap pengamalan ajaran Islam, sekaligus sebagai salah satu konsekuensi dari banyaknya sekolah yang merupakan amal usaha Muhammadiyah untuk membina dan mendidik kader.

Oleh karena itulah dirasakan perlu hadirnya Ikatan Pelajar Muhammadiyah sebagai organisasi para pelajar yang terpanggil kepada misi Muhammadiyah dan ingin tampil sebagai pelopor, pelangsung penyempurna perjuangan Muhammadiyah.Jika dilacak jauh ke belakang, sebenarnya upaya para pelajar

Muhammadiyah untuk mendirikan organisasi pelajar Muhammadiyah sudah dimulai jauh sebelum Ikatan Pelajar Muhammadiyah berdiri pada tahun 1961. Pada tahun 1919 didirikan Siswo Projo yang merupakan organisasi persatuan pelajar Muham- madiyah di Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta. Pada tahun 1926, di Malang dan Surakarta berdiri GKPM (Gabungan Keluarga Pelajar Muham-madiyah). Selanjutnya pada tahun 1933 berdiri Hizbul Wathan yang di dalamnya berkumpul pelajar-pelajar Muhammadiyah.Setelah tahun 1947, berdirinya kantongkantong pelajar Muhammadiyah untuk beraktivitas mulai mendapatkan resistensi dari berbagai pihak, termasuk dari Muhammadiyah sendiri. Pada tahun 1950, di Sulawesi (di daerah Wajo) didirikan Ikatan Pelajar Muhammadiyah, namun akhirnya dibubarkan oleh pimpinan Muhammadiyah setempat. Pada tahun 1954, di Yogyakarta berdiri GKPM yang berumur 2 bulan karena dibubarkan oleh Muhammadiyah. Selanjutnya pada tahun 1956 GKPM kembali didirikan di Yogyakarta, tetapi dibubarkan juga oleh Muhammadiyah (yaitu Majelis Pendidikan dan Pengajaran Muhammadiyah). Setelah GKPM dibubarkan, pada tahun 1956 didirikan Uni SMA Muhammadiyah yang kemudian merencanakan akan mengadakan musyawarah se-Jawa Tengah. Akan tetapi, upaya ini mendapat tantangan dari Muhammadiyah, bahkan para aktifisnya diancam akan dikeluarkan dari sekolah Muhammadiyah bila tetap akan meneruskan rencananya. Pada tahun 1957 juga berdiri IPSM (Ikatan Pelajar Sekolah Muhammadiyah) di Surakarta, yang juga mendapatkan resistensi dari Muhammadiyah sendiri. Resistensi dari berbagai pihak, termasuk Muhammadiyah, terhadap upaya mendirikan wadah atau organisasi bagi pelajar Muhammadiyah sebenarnya merupakan refleksi sejarah dan politik di Indonesia yang terjadi pada awal gagasan ini digulirkan. Jika merentang sejarah yang lebih luas, berdirinya IPM tidak terlepas kaitannya dengan sebuah background politik ummat Islam secara

keseluruhan. Ketika Partai Islam MASYUMI berdiri, organisasi-organisasi Islam di Indonesia merapatkan sebuah barisan dengan membuat sebuah deklarasi (yang kemudian terkenal dengan Deklarasi Panca Cita) yang berisikan tentang satu kesatuan ummat Islam bahwa :Ummat Islam bersatu dalam satu partai Islam, yaitu Masyumi; Satu gerakan mahasiswa Islam, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI); Satu gerakan pemuda Islam, yaitu Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII); Satu gerakan pelajar Islam, yaitu Pelajar Islam Indonesia(PII);Satu Kepanduan Islam, yaitu Pandu Islam (PI). Kesepakatan bulat organisasi-organisasi Islam ini tidak dapat bertahan lama, karena pada tahun 1948 PSII keluar dari Masyumi yang kemudian diikuti oleh NU pada tahun 1952. Sedangkan Muhammadiyah tetap bertahan di dalam Masyumi sampai Masyumi membubarkan diri pada tahun 1959. Bertahannya Muhammadiyah dalam Masyumi akhirnya menjadi mainstream yang kuat bahwa deklarasi Panca Cita hendaknya ditegakkan demi kesatuan ummat Islam Indonesia. Di samping itu, resistensi dari Muhammadiyah terhadap gagasan IPM juga disebabkan adanya anggapan yang merasa cukup dengan adanya kantong-kantong angkatan muda Muhammadiyah, seperti Pemuda Muhammadiyah dan Nasyi'atul Aisyiyah, yang cukup bisa mengakomodasikan kepentingan para pelajar Muhammadiyah. Dengan kegigihan dan kemantapan para aktifis pelajar Muhammadiyah pada waktu itu untuk membentuk organisasi kader Muhammadiyah di kalangan pelajar akhirnya mulai mendapat titik-titik terang dan mulai menunjukan keberhasilanya, yaitu ketika pada tahun 1958 Konferensi Pemuda Muhammadiyah Daerah di Garut berusaha melindungi aktifitas para pelajar Muhammadiyah di bawah pengawasan Pemuda Muham-madiyah.

Mulai saat itulah upaya pendirian organisasi pelajar Muhammdiyah dilakukan dengan serius, intensif, dan sistematis. Pembicaraan-pembicaraan mengenai perlunya berdiri organisai pelajar Muhammadiyah banyak dilakukan oleh Pimpinan Pusat Pemuda Muham-madiyah dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dengan keputusan konferensi Pemuda Muham- madiyah di Garut tersebut akhirnya diperkuat pada Muktamar Pemuda Muhammadiyah ke II yang berlangsung pada tanggal 24-28 Juli 1960 di Yogyakarta, yaitu dengan memutuskan untuk membentuk Ikatan Pelajar Muhammadiyah (Keputusan II/No. 4). Keputusan tersebut di antaranya ialah sebagai berikut : Muktamar Pemuda Muhammadiyah meminta kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Pendi-dikan dan Pengajaran supaya memberi kesempatan dan menyerahkan kompetensi pemben-tukan IPM kepada PP Pemuda Muhammadiyah.Muktamar Pemuda Muhammadiyah mengamanatkan kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk menyusun konsepsi Ikatan Pelajar Muham-madiyah (IPM) dari pembahasan-pembahasan muktamar tersebut, dan untuk segera dilaksanakan setelah mencapai kesepakatan pendapat dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Pendi-dikan dan Pengajaran. Kata sepakat akhirnya dapat tercapai antara Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Pendidikan dan Pengajaran tentang organisasi pelajar Muhammadiyah. Kesepakatan tersebut dicapai pada tanggal 15 Juni 1961 yang ditandatangani bersama antara Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Pendidikan dan Pengajaran. Rencana pendirian IPM tersebut dimatangkan lagi dalam Konferensi Pemuda Muhammadiyah di Surakarta tanggal 18-20 Juli 1961, dan secara nasional melalui forum tersebut IPM dapat berdiri. Tanggal 18 Juli 1961 ditetapkan sebagai hari kelahiran Ikatan Pelajar Muhammadiyah.Perkembangan IPM akhirnya bisa memperluas

jaringan sehingga bisa menjangkau seluruh sekolah Muhammadiyah yang ada di Indonesia. Setelah ada kesepakatan antara PP Pemuda Muhammadiyah dan PP Muhammadiyah Majelis Pendidikan dan Pengajaran pada tangggal 15 Juni 1961 ditandatanganilah peraturan bersama tentang organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Pimpinan IPM (tingkat ranting) didirikan di setiap sekolah Muhammadiyah. Berdirinya Pimpinan IPM di sekolah-sekolah Muhammadiyah ini akhirnya menimbulkan kontradiksi. Dengan kebijakan pemerintah Orde Baru dalam UU Keormasan, bahwa satu-satunya organisasi siswa di sekolahsekolah yang ada di Indonesia hanyalah Organisasi Siswa Intra-Sekolah (OSIS). Sementara di sekolah-sekolah Muhammadiyah juga terdapat organisasi pelajar Muhammadiyah, yaitu IPM. Dengan demikian, ada dualisme organisasi pelajar di sekolah- sekolah Muhammadiyah. Bahkan pada Konferensi Pimpinan Wilayah IPM tahun 1992 di Yogyakarta, Menteri Pemuda dan Olahraga saat itu (Akbar Tanjung) secara khusus dan implisit menyampaikan kebijakan pemerintah kepada IPM, agar IPM melakukan penyesuaian dengan kebijakan pemerintah.Dalam situasi kontraproduktif tersebut, akhirnya Pimpinan Pusat IPM membentuk team eksistensi yang bertugas secara khusus menyelesaikan permasalahan ini. Setelah dilakukan pengkajian yang intensif, team eksistensi ini merekomendasikan perubahan nama dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah ke Ikatan Remaja Muhammadiyah. Perubahan ini bisa jadi merupakan sebuah peristiwa yang tragis dalam sejarah organisasi, karena perubahannya mengandung unsur-unsur kooptasi dari pemerintah. Bahkan ada yang menganggap bahwa IPM tidak memiliki jiwa heroisme sebagaimana yang dimiliki oleh PII yang tetap tidak mau menga-kui Pancasila sebagai satu-satunya asas organisasinya.Namun sesungguhnya perubahan nama tersebut

merupakan blessing in disguise (rahmat tersembunyi). Perubahan nama dari IPM ke IRM sebenarnya semakin memperluas jaringan dan jangkauan organisasi ini yang tidak hanya menjangkau pelajar, tetapi juga basis remaja yang lain, seperti santri, anak jalanan, dan lain-lain. Keputusan pergantian nama ini tertuang dalam Surat Keputusan Pimpinan Pusat IPM Nomor VI/PP.IPM/1992, yang selanjutnya disahkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada tanggal 18 Nopember 1992 melalui Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 53/SK- PP/IV.B/1.b/1992 tentang pergantian nama Ikatan Pelajar Muhammadiyah menjadi Ikatan Remaja Muhammadiyah. Dengan demikian, secara resmi perubahan IPM menjadi IRM adalah sejak tanggal 18 Nopember 1992. Keputusan nama oleh PP IRM ini tertuang dalam SK PP IPM yang selanjutnya disahkan oleh PP Muhammadiyah tanggal 18 November 1992 M. IRM adalah nama lain dari IPM yang memiliki filosofi gerakan yang tidak berbeda dengan IPM. Hanya saja IRM memiliki jangkauan yang lebih luas yakni remaja. IRM dengan garapan yang luas tersebut mempunyai tantangan yang berat karena tanggung jawab moral yang semakin besar. Gerakan IRM senantiasa dituntut untuk dapat menjawab persoalan-persoalan keremajaan yang semakin kompleks di tengah dinamika masyarakat yang selalu mengalami perubahan. Pada perkembangan selanjutnya, setelah runtuhnya rezim Orde Baru dengan mundurnya Soeharto sebagai presiden RI kedua, gejolak untuk mengembalikan nama dari IRM menjadi IPM kembali hidup pada Muktamar XII di Jakarta tahun 2000. Pada setiap permusyawaratan muktamar sekanjutnya pun, dialektika pengembalian nama terus bergulir seperti bola liar tanpa titik terang. Barulah titik terang itu sedikit demi sedikit muncul pada Muktamar XV IRM di Medan tahun 2006. Pada Muktamar kali ini dibentuk Tim Eksistensi IRM guna mengkaji basis massa IRM yang nantinya

akan berakibat pada kemungkinan perubahan nama. Di tengah-tengah periode ini pula, PP Muhammadiyah mendukung adanya keputusan perubahan nama itu dengan mengeluarkan SK nomenklatur tentang perubahan nama dari Ikatan Remaja Muhammadiyah menjadi Ikatan Pelajar Muhammadiyah atas dasar rekomendasi Tanwir Muhammadiyah di Yogyakarta tahun 2007. Walaupun ada SK nomenklatur, di internal IRM masih saja mengalami gejolak antara pro dan kontra terhadap keputusan tersebut. Kemudian, Pimpinan Pusat IRM mengadakan konsolidasi internal dengan seluruh Pimpinan Wilayah IRM Se-Indonesia di Jakarta, Juli 2007, untuk membicarakan tentang SK nomenklatur. Pada kesempatan itu, hadir PP Muhammadiyah untuk menjelaskan perihal SK tersebut. Pada akhir sidang, setelah melalui proses dialektika yang cukup panjang, forum memutuskan bahwa IRM akan berganti nama menjadi IPM, tetapi perubahan nama itu secara resmi terjadi pada Muktamar XVI IRM 2008 di Solo. Konsolidasi gerakan diperkuat lagi pada Konferensi Pimpinan Wilayah (Konpiwil) IRM di Makassar, 26-29 Januari 2008 untuk menata konstitusi baru IPM. Maka dari itu, nama IPM disyahkan secara resmi pada tanggal 28 Oktober 2008 di Solo. Atas dasar sejarah di atas, dirumuskan nilai-nilai dasar Ikatan Pelajar Muhammadiyah sebagai berikut: Nilai Keislaman (Menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam). Islam yang dimaksud adalah agama rahmatan lil alamin yang membawa kebenaran, keadilan, kesejahteraan, dan ketentraman bagi seluruh umat manusia yang bersumber dari Al- Quran dan as-Sunnah. Artinya, Islam yang dihadirkan oleh IPM adalah Islam yang sesuai dengan konteks zaman yang selalu berubah-ubah dari satu masa ke masa selanjutnya. Nilai Keilmuan (Terbentuknya pelajar muslim yang berilmu). Nilai ini menunjukkan bahwa IPM memiliki perhatian serius terhadap ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan kita

akan mengetahui dunia secara luas, tidak hanya sebagian saja. Karena dari waktu ke waktu, ilmu pengetahuan akan terus berkembang dan berubah. IPM berkeyakinan, ilmu pengetahuan adalah jendela dunia. Nilai Kekaderan (Terbentuknya pelajar muslim yang militan dan berakhlak mulia). Sebagai organisasi kader, nilai ini menjadi konsekuensi tersendiri bahwa IPM sebagai anak panah Muhammadiyah untuk mewujudkan kader yang memiliki militansi dalam berjuang. Tetapi militansi itu ditopang dengan nilai-nilai budi pekerti yang mulia. Nilai Kemandirian (Terbentuknya pelajar muslim yang terampil). Nilai ini ingin mewujudkan kader-kader IPM yang memiliki jiwa yang independen dan memiliki ketrampilan pada bidang tertentu (skill) sebagai bentuk kemandirian personal dan gerakan tanpa tergantung pada pihak lain. Nilai Kemasyarakatan (Terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya/ the real islamic society). Nilai kemasyarakatan dalam gerakan IPM berangkat dari kesadaran IPM untuk selalu berpihak kepada cita-cita penguatan masyarakat sipil. Menjadi suatu keniscayaan jika IPM sebagai salah satu ortom Muhammadiyah menyempurnakan tujuan Muhammadiyah di kalangan pelajar. Janji Pelajar MuhammadiyahRodhitubillahi robba wabil islami diena, wabimuhammadin nabiyya warasula Kami pelajar Muhammadiyah berjanji: Berjuang menegakkan ajaran IslamHormat terhadap orang tua dan guru Bersungguhsungguh dalam menuntut ilmu Bekerja keras, mandiri, dan berprestasiRela berkorban dan menolong sesamaSiap menjadi kader Muhammadiyah dan bangsa Sumber : pemudiy.co.cc/2010/04/sejarah-ipm-ikatan-pelajarmuhammadiyah Muhammadiyah Movement

SEJARAH BERDIRINYA NASYIATUL AISYIYAH (NA)


Melacak Jejak Sejarah
BERDIRINYA NASYlATUL AISYlYAH juga tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan rentang sejarah Muhammadiyah sendiri yang sangat memperhatikan keberlangsungan kader penerus perjuangan. Muhammadiyah dalam membangun ummat memerlukan kader-kader yang tangguh yang akan meneruskan estafet perjuangan dari para pendahulu di lingkungan Muhammadiyah. Gagasan mendirikan NA sebenarnya bermula dari ide Somodirdjo, seorang guru Standart School Muhammadiyah. Dalam usahanya untuk memajukan Muhammadiyah, ia menekankan bahwa perjuangan Muhammadiyah akan sangat terdorong dengan adanya peningkatan mutu ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada para muridnya, baik dalam bidang spiritual, intelektual, maupun jasmaninya.

Gagasan Somodirdjo ini digulirkan datam bentuk menambah pelajaran praktek kepada para muridnya, dan diwadahi dalam kegiatan bersama. Dengan bantuan Hadjid, seorang kepala guru agama di Standart School Muhammadiyah, maka pada tahun 1919 Somodirdjo berhasil mendirikan erkumputan yang anggotanya terdiri dari para remaja putra-putri siswa Standart School muhammadiyah. Perkumputan tersebut diberi nama Siswa Praja (SP). Tujuan dibentuknya Siswa Praja adatah menanamkan rasa persatuan, memperbaiki akhlak, dan memperdalam agama. Pada awalnya, SP mempunyai ranting-ranting di sekolah Muhammadiyah yang ada, yaitu di Suronatan, Karangkajen, Bausasran, dan Kotagede. Seminggu sekali anggota SP Pusat memberi tuntunan ke ranting-ranting. Setelah lima bulan berjalan, diadakan pemisahan antara anggota laki-laki dan perempuan dalam SP. Kegiatan SP Wanita dipusatkan di rumah Haji Irsyad (sekarang Musholla Aisyiyah Kauman). Kegiatan SP Wanita adatah pengajian, berpidato, jama'ah subuh, membunyikan kentongan untuk membangunkan umat Islam Kauman agar menjalankan kewajibannya yaitu shalat shubuh, mengadakan peringatan hari-hari besar Islam, dan kegiatan keputrian. Perkembangan SP cukup pesat. Kegiatan- kegiatan yang dilakukannya mulai segmented dan terklasifikasi dengan baik. Kegiatan Thalabus Sa'adah diselenggerakan untuk anak-anak di atas umur 15 tahun. Aktivitas Tajmilut Akhlak diadakan untuk anak-anak berumur 10-15 tahun. Dirasatul Bannat diselenggarakan dalam bentuk pengajian sesudah Maghrib bagi anak-anak kecil. Jam'iatul Athfal dilaksanakan seminggu dua kali untuk anak- anak yang berumut 7-10 tahun. Sementara itu juga diselenggarakan tamasya ke luar kota setiap satu butan sekali. Kegiatan SP Wanita merupakan terobosan yang inovatif dalam metakukan emansipasi wanita di tengah kultur masyarakat feodal saat itu. Kultur patriarkhis saat itu benar-benar

mendomestifikasi wanita dalam kegiatan-kegiatan rumah tangga. Para orang tua seringkali melarang anak perempuannya keluar rumah untuk aktifitas-aktifitas yang emansipatif. Namun dengan munculnya SP Wanita, kultur patriarkhis dan feodal tersebut bisa didobrak. Hadirnya SP Wanita sangat dirasakan manfaatnya, karena SP Wanita membekali wanita dan putriputri Muhammadiyah dengan berbagai pengetahuan dan ketrampilan. Pada tahun 1923, SP Wanita mulai diintegrasikan menjadi urusan Aisyiyah. Perkembangan selanjutnya, yaitu pada tahun 1924, SP Wanita telah mampu mendirikan Bustanut Athfal, yakni suatu gerakan untuk membina anak taki-laki dan perempuan yang berumur 4-5 tahun. Pelajaran pokok yang diberikan adalah dasar-dasar keislaman pada anak-anak. SP Wanita juga menerbitkan buku nyanyian berbahasa Jawa dengan nama Pujian Siswa Praja. Pada tahun 1926, kegiatan SP Wanita sudah menjangkau cabang-cabang di luar Yogyakarta. Pada tahun 1929, Konggres Muhammadiyah yang ke-18 memutuskan bahwa semua cabang Muhammadiyah diharuskan mendirikan SP Wanita dengan sebutan Aisyiyah Urusan Siswa Praja. Pada tahun 1931 dalam Konggres Muhammadiyah ke-20 di Yogyakarta diputuskan semua nama gerakan dalam Muhammadiyah harus memakai bahasa Arab atau bahasa Indonesia, karena cabang-cabang Muhammadiyah di luar Jawa sudah banyak yang didirikan (saat itu Muhammadiyah telah mempunyai cabang kurang lebih 400 buah). Dengan adanya keputusan itu, maka nama Siswa Praja Wanita diganti menjadi Nasyi'atul Aisyiyah (NA) yang masih di bawah koordinasi Aisyiyah. Tahun 1935 NA melaksanakan kegiatan yang semakin agresif menurut ukuran saat itu. Mereka mengadakan shalat Jum'at bersama-sama, mengadakan tabligh ke berbagai daerah, dan kursusadministrasi. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan aktifitas yang tidak wajar dilaksanakan oleh wanita pada saat

itu. Pada Konggres Muhammadiyah ke-26 1938 di Yogyakarta diputuskan bahwa Simbol Padi menjadi simbol NA, yang sekaligus juga menetapkan nyanyian Simbol Padi sebagai Mars NA. Perkembangan NA semakin pesat pada 1939 dengan diselenggarakannya Taman Aisyiyah yang mengakomodasikan potensi, minat, dan bakat putri-putri NA untuk dikembangkan. Selain itu, Taman Aisyiyah juga menghimpun lagu-lagu yang dikarang oleh komponis-komponis Muhammadiyah dan dibukukan dengan diberi nama Kumandang Nasyi'ah. Pada masa sekitar revolusi, percaturan politik dunia yang mempengaruhi Indonesia membawa akibat yang besar atas kehidupan masyarakat. Organisasi NA mengalami kemacetan. NA hampir tidak terdengar lagi perannya di tengah-tengah masyarakat. Baru setelah situasi mengijinkan, tahun 1950, Muhammadiyah mengadakan Muktamar untuk mendinamisasikan gerak dan langkahnya. Muktamar tersebut memutuskan bahwa Aisyiyah ditingkatkan menjadi otonom. NA dijadikan bagian yang diistimewakan dalam Aisyiyah, sehingga terbentuk Pimpinan Aisyiyah seksi NA di seluruh level pimpinan Aisyiyah. Dengan demikian, hat ini berarti NA berhak mengadakan konferensi tersendiri. Pada Muktamar Muhammadiyah di Palembang tahun 1957, dari Muktamar Aisyiyah disampaikan sebuah prasaran untuk mengaktifkan anggota NA yang pokok isinya mengharapkan kepada Aisyiyah untuk memberi hak otonom kepada NA. Prasaran tersebut disampaikan oleh Baroroh. Selanjutnya pada Muktamar Muhammadiyah di Jakarta pada tahun 1962, NA diberi kesempatan untuk mengadakan musyawarah tersendiri. Kesempatan ini dipergunakan sebaik-baiknya oleh NA dengan menghasilkan rencana kerja yang tersistematis sebagai sebuah organisasi. Pada Sidang Tanwir Muhammadiyah tahun 1963 diputuskan status otonom untuk NA. Di bawah kepemimpinan Majetis

Bimbingan Pemuda, NA yang saat itu diketuai oleh Siti Karimah mulai mengadakan persiapan-persiapan untuk mengadakan musyawarahnya yang pertama di Bandung. Dengan didahului mengadakan konferensi di Solo, maka berhasillah NA dengan munasnya pada tahun 1965 bersama-sama dengan Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah di Bandung. Dalam Munas yang pertama kali, tampaklah wajah-wajah baru dari 33 daerah dan 166 cabang dengan penuh semangat, akhirnya dengan secara organisatoris NA berhasil mendapatkan status yang baru sebagai organisasi otonom Muhammadiyah. Prinsip Gerakan NasyiatulAisyiyah, sering juga disebut Nasyiah, adatah organisasi otonom dan kader Muhammadiyah yang merupakan gerakan putri Islam yang bergerak di bidang keagamaan, kemasyarakatan dan keputrian. Tujuan organisasi ini ialah membentuk pribadi putri Islam yang berarti bagi agama, keluarga dan bangsa menuju terwujudnya masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridhai oleh Allah. Pencapaian tujuan tersebut dilakukan dengan upaya-upaya sebagai berikut: 1.Menanamkan Al-Islam yang bersumber pada Al-Quran dan Hadis sesuai dengan jiwa Muhammadiyah kepada anggota-anggotanya sebagai dasar pendidikan putri dan sebagai pedoman berjuang. 2.Mendidik anggota-anggotanya agar memiliki kepribadian putri Islam. 3.Mendidik anggota-anggotanya untuk mengembangkan ketrampilan dan keaktifannya sebagai seorang putri serta mengamalkannya sesuai dengan tuntunan Islam. 4.Mendidik dan membina kader-kader pimpinan untuk kepentingan agama, organisasi dan masyarakat. 5.Mendidik anggota-anggotanya untuk menjadi mubalighat motivator yang baik.

6. Meningkatkan fungsi Nasyiah sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah/Aisyiyah. 7.Membina ukhuwah Islamiyah.8.Usaha-usaha lain yang sesuai dengan tujuan organisasi. Jaringan Struktural NA Susunan organisasi NA dibuat secara berjenjang dari tingkat Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, dan tingkat Ranting. Pimpinan Pusat adalah kesatuan wilayah- wilayah dalam ruang lingkup nasional PimpinanWilayah adalah kesatuan daerah-daerah dalam tingkat propinsi atau daerah tingkat I. Pimpinan Daerah adalah kesatuan cabang-cabang dalam tingkat kabupaten/kota. Sedangkan Pimpinan Cabang adalah kesatuan ranting-ranting dalam satu kecamatan. Pimpinan Ranting adalah kesatuan anggota-anggota dalam satu sekolah, desa/ kelurahan atau tempat lainnya. Saat ini, Nasyiatul Aisyiyah telah menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Cita-cita Nasyiah 2020 Nasyiatul Aisyiyah periode 2004-2008 mencanangkan cita-cita NA2020. Pada tahun 2020 diharapkan NasyiatulAisyiyah mampu mewujudkan: 1.Kualifikasi kader bangsa dan kader umat yang berpikir terbuka, memiliki etos kerja yang tinggi, istigomah, dan komitmen yang tinggi terhadap perjuangan dan dakwah Islam amar makruf nahi munkar. 2. Organisasi Nasyiah menjadi organisasi yang profesional, berkembang secara kuantitas sesuai dengan pengembangan dan pemekaran wilayah Indonesia serta memiliki pengaruh terhadap dunia nasional maupun internasional. 3. Berbagai sumber pembelajaran untuk keluarga (family learning centre), antara lain berupa lembaga yang memberikan

perlindungan dan pendampingan terhadap permasalahan anakdan perempuan. Isu-isu Strategis NA 1.Sistem dan pengelolaan organisasi yang efektif dan responsif terhadap situasi lingkungan keluarga, masyarakat, negara dan internasional. 2. Jaringan struktur Nasyiatul Aisyiyah sampaitingkat cabang dan ranting yang kuat. 3. Ideologi jender dan responsif jender perspektif NasyiatulAisyiyah 4. Kuantitas dan kualitas kader Nasyiah yang memiliki komitmen dan serta kemampuan berorganisasi. 5. Pengembangan fundrising demi kemandirianorganisasi. 6. Pendampingan anak dan perempuan putus sekolah, perempuan miskin baik secara ekonomi, ketrampilan maupun spiritual, dengan berbasis lokalitas. 7. Keterlibatan Nasyiatul Aisyiyah datam upaya resolusi konflik berbasis SARA. 8. Media bagi syiar Nasyiatul Aisyiyah9. Penyiapan kader Nasyiah untuk peran pengambilan kebijakan publik. PROGRAM NASYlATUL AISYlYAH ARAH DAN KEBlJAKAN BIDANG PROGRAM Kebijakan NA (2008-2012) diarahkan pada: "Pemantapan dan pengembangan sistem organisasi yang efektif dan peningkatan capacity building kader Nasyiah dalam menggerakkan aksi-aksi pendampingan terhadap permasalahan perempuan dan anak." Sebagai tolak ukur bahwa arah periode ini tepat sasaran, maka disusunlah beberapa indikator capaian tahapan sebagai berikut: - Terbentuknya kader Nasyiatul Aisyiyah yang memiliki ketrampilan utama (core skill) dan kemampuan (capability) sebagai agen peru bahan datam berdakwah dan bermasyarakat.

- Terwujudnya sistem organisasi yang efektif dan sustainable dari aspek manajemen dan administrasi, kepemimpinan, pendanaan, komunikasi, serta pengelolaan program dan evaluasinya. - Menguatnya peran advokasi non-litigasi Nasyiah metalui gerakan aksi pemberdayaanperempuan dan anak. Kebijakan ini diterjemahkan dalam bidang-bidang garap program Nasyiah. Bidang program merupakan bidang garapan/gerak program- program Nasyiatul Aisyiyah yang mengacu pada AD/ART pasal 2, bahwa Nasyiatul Aisyiyah adalah organisasi otonom dan kader Muhammadiyah, merupakan gerakan putri Islam, yang bergerak di bidang keperempuanan, kemasyarakatan, dan keagamaan. Karenanya bidang garap NA adalah bidang keorganisasian, bidang keislaman, bidang kaderisasi, dan bidang kemasyarakatan. Tujuan dan strategi tiap-tiap bidang tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bidang keorganisasianTujuan: a. Terciptanya efektifitas sistem organisasi, media komunikasi dan informasi dalam rangka menguatan eksistensi dan jaringan Nasyiah secara internal maupun eksternal. b. Meningkatnya kinerja pimpinan serta aktifitas anggota Nasyiatul Aisyiyah sebagai gerakan perempuan dan dakwah Islam amar makruf nahi munkar. Strategi sistem organisasi, media komunikasi dan informasi yang efektif: a.Meningkatkan efektivitas koordinasi dan komunikasi di setiap tingkat pimpinan dalam melaksanakan program organisasi. b. Mengoptimalkan media informasi agar dapat menjadi sarana publikasi dan komunikasi baik untuk kepentingan internal maupun eksternal. c. Mengembangkan jalinan kerjasama dan fundrising Nasyiatul

Aisyiyah dengan lembaga lain di dalam dan luar negeri. d. Meningkatkan efektifitas pelaksanaan mekanisme dan kebijakan organisasi e. Menguatkan jaringan struktur intern NasyiatulAisyiyah. Strategi kinerja pimpinan: a. Meneguhkan komitmen pimpinan dalam berdakwah Islam metalui Nasyiatul Aisyiyah b. Meningkatkan ketrampilan pimpinan dalam mengelola program sehingga terwujud kelompok kerja yang kokoh, profesional berlandaskan nilai-nilai Islam, c. Memperluas akses bagi anggota NA untuk meningkatkan pengetahuannya metatui program kerja sama dengan pihak lain. 2. Bidang Kaderisasi Tujuan: Terwujudnya kader Nasyiah yang dapat menghimpun, mengembangkan, dan mendayagunakan potensi untuk aktif dalam menggerakkan masyarakat berdasar nilai-nilai Islam. Strategi: a. Menjadikan Sistem Perkaderan Nasyiatul Aisyiyah sebagai pedoman pendidikan kader dalam mentranformasikan nilai-nilai ideologis gerakan. b. Mengintensifkan pembinaan potensi kader bagi keberlanjutan gerak organisasi. c. Meningkatkan peran kepeloporan dan kepemimpinan kader di dalam membantu memecahkan permasalahan masyarakat. 3. Bidang Keislaman Tujuan: Ditransformasikan dan dilaksanakannya nilai-nilai Islam dalam

pemikiran, sikap, dan perilaku di dalam kehidupan pribadi, masyarakat berbangsa, dan bernegara. Strategi: a. Memantapkan ideologi Muhammadiyah para anggota Nasyiatul Aisyiyah agarmempunyai kematangan beragama dalam berfikir, berorganisasi dan berperilaku. b. Mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam mensikapi berbagai persoalan yang dihadapi ummat, khususnya masalah keluarga, perempuan dan anak-anak c. Meningkatkan kemampuan berdakwah anggota NA dalam rangka syiar Islam. 4. Bidang KemasyarakatanTujuan: a.Peningkatan gerak Nasyiah dalam mela kukan pendampingan terhadap persoalan perempuan dan anak, utamanya dalam aspek ekonomi, sosial, dan pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. b. Pengembangan kepedulian NasyiatulAisyiyah dalam politik, budaya, kesehatan, dan lingkungan. Strategi pendampingan ekonomi, sosial, dan pendidikan: a. Meningkatkan ketrampilan para anggota Nasyiah dalam membantu menyelesaikan masalah- masalah ekonomi, sosial, dan pendidikan, yang dihadapi perempuan. b. Meningkatkan efektifitas peran NasyiatulAisyiyah dalam pengambilan kebijakanpublik yang sensitif jender. c. Memberdayakan potensi ekonomi masyarakat lokal.d. Meningkatkan sensitivitas jender di lingkungan NasyiatulAisyiyah. e. Membangun NA sebagai gerakan belajar bagi perempuan, anak, dan keluarga khususnya pada sektor pendidikan non formal.

Strategi pengembangan kepedulian terhadap masalah politik, kesehatan dan lingkungan: a. Mengembangkan peran anggota Nasyiah dalam upaya-upaya resolusi konflik yang ditimbulkan oleh proses demokratisasi, integrasi sosial, budaya dan agama di tingkatannya masingmasing. b. Meningkatkan kepedulian anggota Nasyiatul Aisyiyah terhadap isu kesehatan reproduksi dalam keluarga. c. Membangun kesadaran anggota Nasyiatul Aisyiyah terhadap kelestarian lingkungan hidup. Sumber : www.nasyiah.or.id

SEJARAH BERDIRINYA AISYIYAH


SEJARAH BERDIRINYA AISYIYAH
Kata Aisyiyah berasal dari bahasa arab , dari kata aisyah & mendapat imbuhan yah. Sebutan Aisyah disini adl nama isteri Nabi Muhammad saw, yaitu siti Aisyah binti Abu Bakar AshShidiq. Kata yah dalam bahasa arab disini adalah yah nisbah yang artinya membangsakan. Jadi Aisyiyah berarti pengikut Siti Aisyah r.a. yang berusaha mencontoh dan meneladani caracara hidup Siti Aisyah r.a. Adapun secara terminologi / istilah , Aisyiyah adalah suatau organisasi wanita dalam muhammadiyah yang mempunyai maksud dan tujuan sebagaimana maksud dan tujuan muhammadiyah. AKAR BERDIRINYAAisyiyah tidak bisa dilepas kan kaitannya dari akar sejarah. Spirit berdirinya Muhammadiyah telah mengilhami berdirinya hampir seluruh organisasi otonom

yangada di uhammadiyah, termasuk Aisytyah. Sejakmendirikan Muhammadiyah, Kiai Dahlan sangatmemperhatikan embinaan terhadap wanita. Anak-anak perempuan yang potensial dibina dan dididikmenjadi

pemimpin, erta dipersiapkan untuk menjadi pengurus dalam organisasi wanita dalam Muhammadiyah. Di antara ereka yang dididik Kiai Dahlan ialah Siti Bariyah, Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti- Busyro (putri beliau endiri), Siti Dawingah, dan Siti Badilah Zuber. Anak-anak perempuan itu (meskipun usianya baru ekitar 15 tahun) sudah diajak memikirkan soal-soal kemasyarakatan. Sebelum Aisyiyah secara kongkret erbentuk, sifat gerakan pembinaan wanita itu baru merupakan kelompok anak-anak perempuan yang enang berkumpul, kemudian diberi bimbingan oleh KHA Dahlan dan Nyai Ahmad Dahlan dengan elajaran agama. Kelompok anak- anak ini belum merupakan suatu organisasi, tetapi kelompok anak-a nak ang diberi pengajian. Pendidikan dan pembinaan terhadap wanita yang usianya sudah tua pun ilakukan juga oleh Kiai Dahlan dan istrinya (Nyai Dahlan). Ajaran agama Islam tidak memperkenankan engabaikan wanita. Mengingat pentingnya peranan wanita yang harus mendapatkan tempat yang layak, Kyai Dahlan bersama-

sama KHA. Dahlan mendirikan kelompok pengajian wanita yang anggotanya terdiri para gadis-gadis dan orang-orang wanita yang sudah tua.Dalam perkembangannya, kelompok pengajian wanita itu diberi nama Sapa Tresna. Sapa Tresna belum merupakan organisasi, hanya suatu gerakan pengajian saja. Oleh karena itu,untuk memberikan suatu nama yang kongkrit menjadi suatu perkumpulan, K.H. Mokhtarmengadakan pertemuan dengan KHA. Dahlan yang juga dihadiri oleh H. Fakhrudin dan Ki Bagus Hadikusumo serta pengurus Muhammadiyah lainnya di rumah Nyai Ahmad Dahlan. Awalnya iusulkan nama Fatimah, untuk orga- nisasi perkumpulan kaum wanita Muhammadiyah itu, tetapi nama itu tidak diterima oleh rapat. Haji Fakhrudin kemudian mengusulkan nama Aisyiyah yang kemudian iterima oleh rapat tersebut. Nama Aisyiyah dipandang lebih tepat bagi gerakan wanita ini karena didasari pertimbangan bahwa perjuanganwanita yang akan digulirkan ini diharapkan dapat meniru perjuangan Aisyah, isteri Nabi Muhammad, yang selalu membantu Rasulullah dalam berdakwah. peresmian Aisyiyah dilaksanakan bersamaan peringatan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad pada tanggal 27 rajab 1335 H, bertepatan 19 Mei 1917 M. Peringatan Isra' Mi'raj tersebut merupakan peringatan yang diadakan Muhammadiyah untuk pertama kalinya. Selanjutnya, K.H. Mukhtar memberi bimbingan administrasi dan organisasi, sedang untuk bimbingan jiwa keagamaannya dibimbing langsung oleh KHA. Dahlan. Pesan Kiyai Dahlan setelah kepengurusan Aisyiyah secara resmi terbentuk ialah sebagai berikut: 1. Dengan keikhlasan hati menunaikan tugasnya sebagai wanita Islam sesuai dengan bakat dan percakapannya, tidak menghendaki sanjung puji dan tidak mundur selangkah karena dicela.2. Penuh keinsyafan, bahwa beramal itu harus berilmu.3. Jangan mengadakan alasan yang tidak dianggap sah oleh Tuhan Allah hanya untuk menghindari suatu tugas yang

diserahkan. 4. Membulatkan tekad untuk membela kesucian agama Islam. 5. Menjaga persaudaraan dan kesatuan kawan sekerja dan peperjuangan Pada tahun 1919, dua tahun setelah berdiri, Aisyiyah merintis pendidikan dini untuk anak-anak dengan nama Frobel, yang merupakan Taman Kanan-Kanak pertama kali yang didirikan oleh bangsa Indonesia. Selanjutnya Taman kanak-kanak ini diseragamkan namanya menjadi TK Aisyiyah Bustanul Athfal yang saat ini telah mencapai 5.865 TK di seluruh Indonesia. Gerakan pemberantasan kebodohan yang menjadi salah satu pilar perjuangan Aisyiyah dicanangkan dengan mengadakan pemberantasanbuta huruf pertama kali, baik buta huruf arab maupun latin pada tahun 1923. Dalam kegiatan ini para peserta yang terdiri dari para gadis dan ibu- ibu rumah tangga belajar bersama dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan peningkatan partisipasi perempuan dalam dunia publik. Selain itu, pada tahun 1926, Aisyiyah mulai menerbitkan majalah organisasi yang diberi nama Suara Aisyiyah, yang awal berdirinya menggunakan Bahasa Jawa. Melalui majalah bulanan inilah Aisyiyah antara lain mengkomunikasikan semua program dan kegiatannya termasuk konsolidasi internal organisasi. Dalam hal pergerakan kebangsaan, Aisyiyah juga termasuk organisasi yang turut memprakarsai dan membidani terbentuknya organisasi wanita pada tahun 1928. Dalam hat ini, Aisyiyah bersama dengan organisasi wanita lain bangkit berjuang untuk membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan dan kebodohan. Badan federasi ini diberi nama Kongres Perempuan Indonesia yang sekarang menjadi KOWANI (Kongres Wanita Indonesia). Lewat federasi ini berbagai usaha dan bentuk perjuangan bangsa dapat dilakukan secara terpadu. Aisyiyah berkembang semakin pesat dan menemukan bentuknya sebagai organisasi wanita modern. Aisyiyah mengembangkan

berbagai program untuk pembinaan dan pendidikan wanita. Diantara aktivitas Aisyiyah ialah Siswa Praja Wanita bertugas membina dan mengembangkan puteri- puteri di luar sekolah sebagai kader Aisyiyah. Pada Kongres Muhammadiyah ke-20 tahun 1931 Siswa Praja Wanita diubah menjadi Nasyi'atul Aisyiyah (NA). Di samping itu, Aisyiyah juga mendirikan Urusan Madrasah bertugas mengurusi sekolah/ madrasah khusus puteri, Urusan Tabligh yang mengurusi penyiaran agama lewat pengajian, kursus dan asrama, serta Urusan Wal'asri yang mengusahakan beasiswa untuk siswa yang kurang mampu. Selain itu, Aisyiyah pada tahun 1935 juga mendirikan Urusan Adz-Dzakirat yang bertugas mencari dana untuk membangun Gedung 'Aisyiyah dan modal mendirikan koperasi. Perkembangan Aisyiyah selanjutnya pada tahun 1939 mengalami titik kemajuan yang sangat pesat. Aisyiyah menambah Urusan Pertolongan (PKU) yang bertugas menolong kesengsaraan umum. Oleh karena sekolah-sekolah putri yang didirikan sudah semakin banyak, maka Urusan Pengajaran pun didirikan di Aisyiyah. Di samping itu, Aisyiyah juga mendirikan Biro Konsultasi Keluarga. Demikianlah, Aisyiyah menjadi gerakan wanita Islam yang mendobrak kebekuan feodalisme dan ketidaksetaraan gender dalam masyarakat pada masa itu, serta sekaligus melakukan advokasi pemberdayaan kaum perempuan. Perkembangan Mutakhir Amal Usaha Aisyiyah Menjelang seabad gerakannya, Aisyiyah saat ini telah memiliki 33 Pimpinan Wilayah Aisyiyah (setingkat Propinsi), 370 Pimpinan Daerah Aisyiyah (setingkat kabupaten), 2.332 Pimpinan Cabang Aisyiyah (setingkat Kecamatan) dan 6.924 Pimpinan Ranting Aisyiyah (setingkat Kelurahan). Selain itu, Aisyiyah juga memiliki amal usaha yang bergerak di berbagai bidang, yaitu: pendidikan, kesehatan, kesejahteraan

sosial, ekonomi dan pemberdayaan masyarakat. Amal usaha Aisyiyah bidang pendidikan saat ini berjumlah 4.560, terdiri dari Kelompok Bermain, Taman Pengasuhan Anak, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Pendidikan Tinggi. Sedangkan amal usaha bidang Kesehatan berupa Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Badan Kesehatan Ibu dan Anak, Balai Pengobatan dan Posyandu secara keseluruhan berjumlah 280 yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sebagai gerakan yang peduti terhadap kesejahteraan sosial masyarakat, Aisyiyah hingga kini memiliki 459 amal usaha seperti Rumah Singgah Anak Jalanan, Panti Asuhan, lembaga Dana Santunan Sosial, tim Pangrukti Jenazah dan Posyandu. Aisyiyah berpendirian bahwa harkat martabat perempuan Indonesia tidak akan meningkat tanpa peningkatan kemampuan ekonominya. Oleh karena itu, Aisyiyah mengembangkan berbagai amal usaha pemberdayaan ekonomi ini datam bentuk koperasi (termasuk koperasi simpan pinjam), Baitul Mal wa Tamwil, toko/kios, Bina Usaha Ekonomi Keluarga Aisyiyah (BUEKA), home industri, kursus ketrampilan dan arisan. Jumlah amal usaha di bidang ini mencapai 503 buah. Aisyiyah juga mengembangkan beragam kegiatan berbasis pemberdayaan masyarakat khususnya dalam bidang peningkatan kesadaran kehidupan bermasyarakat. Hingga saat ini amal usaha yang mencakup pengajian, Qoryah Thayyibah, Kelompok Bimbingan Haji (KBIH), badan zakat infaq dan shodaqoh serta musholla berjumlah 3.785. Identitas, Visi dan Misi Identitas Aisyiyah, organisasi perempuan Persyarikatan Muhammadiyah, merupakan gerakan Islam dan dakwah amar makruf nahi mungkar, yang berazaskan Islam serta bersumber pada AlQuran dan Assunnah. Visi ideal

Tegaknya agama Islam dan terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Visi Pengembangan Tercapainya usaha-usaba Aisyiyah yang mengarah pada penguatan dan pengembangan dakwah amar makruf nahi mungkar secara lebih berkualitas menuju masyarakat madani, yakni masyarakat Islam yang sebenarbenarnya. MisiMisi Aisyiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program dan kegiatan meliputi: 1. Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan pengamalan serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan. 2. Meningkatkan harkat dan martabat kaum wanita sesuai dengan ajaran Islam. 3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengkaian terhadap ajaran Islam. 4. Memperteguh iman, memperkuat dan menggembirakan ibadah, serta mempertinggi akhlak. 5. Meningkatkan semangat ibadah, jihad zakat, infaq, shodaqoh, wakaf, hibah, serta membangun dan memelihara tempat ibadah, dan amal usaha yang lain. 6. Membina AMM Puteri untuk menjadi pelopor, pelangsung, dan penyempurna gerakan Aisyiyah. 7. Meningkatkan pendidikan, mengembangkan kebudayaan, mempertuas ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menggairahkan penelitian. 8. Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang berkualitas. 9. Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan dalam bidang-

bidang sosial, kesejahteraan masyarakat, kesehatan, dan lingkungan hidup 10. Meningkatkan dan mengupayakan penegakan hukum, keadilan, dan kebenaran serta memupuk semangat kesatuan dan persatuan bangsa. 11. Meningkatkan komunikasi,ukhuwah, kerjasama di berbagai bidang dan kalangan masyarakat dalam dan luar negeri. 12. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan organisasi. Jaringan Kerjasama Sejak berdiri, Aisyiyah telah menjalin kerjasama dengan berbagai pihak baik di dalam maupun di uar negeri. Pada masa pergerakan nasional, kerjasama lebih ditujukan untuk menjalin semangat persatuan untuk perjuangan melepaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan. Pada tahun 1928, Aisyiyah menjadi salah satu pelopor berdirinya badan federasi organisasi wanita Indonesia yang sekarang dikenal dengan nama Kongres Wanita indonesia (KOWANI) Beberapa lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah pernah menjadi mitra kerja Aisyiyah datam rangka kepentingan sosial bersama, antara lain: Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Peningkatan Peranan Wanita untuk Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS), Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS), Yayasan Sayab Ibu, Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOlWI) dan Majetis Ulama Indonesia (MUI). Selain itu, Aisyiyah juga melakukan kerjasama dengan lembaga dari luar negeri dalam rangka kesejahteraan sosial, program kemanusiaan, sosialisasi, kampanye, seminar, workshop, melengkapi prasarana amal usaha, dan lain-lain. Diantara lembaga dari luar negeri yang pernah bekerjasama dengan Aisyiyah adalah: Oversea Education Fund (OEF), Mobil Oil, The

Pathfinder Fund, UNICEF, UNESCO,WHO, John Hopkins University, USAID, AUSAID, NOVIB, The New Century Foundation, The Asia Foundation, Regional Islamicof South East Asia Pasific, World Conference of Religion and Peace, UNFPA, UNDP, World Bank, Partnership for Governance Reform in Indonesia, beberapa kedutaan besar negara sahabat, dan laintain. Program Pemberdayaan Ekonomi Sebagai organisasi perempuan yang bergerak datam bidang keagamaan dan kemasyarakatan, Aisyiyah diharapkan mampu menunjukkan komitmen dan kiprahnya untuk memajukan kehidupan masyarakat khususnya dalam pengentasan kemiskinan dan ketenagakerjaan. Dengan visi "Tertatanya kemampuan organisasi dan jaringan aktivitas pemberdayaan ekonomi keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat", Majetis Ekonomi Aisyiyah bergerak memberdayakan ekonomi rakyat kecil dan menengah serta mengembangkan ekonomi kerakyatan. Beberapa program pemberdayaan itu antara lain: mengembangkan Bina Usaha Ekonomi Keluarga Aisyiyah (BUEKA) dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Saat ini Aisyiyah memiliki dan membina Badan Usaha Ekonomi sebanyak 1426 buah di Wilayah, koperasi, pertanian, industri rumah tangga, pedagang kecil/toko dan pembinaan ekonomi keluarga. Kesehatan Dengan misi sebagai penggerak terwujudnya masyarakat dan lingkungan hidup yang sehat, Aisyiyah mengembangkan pusat kegiatan pelayanan dan peningkatan mutu kesehatan masyarakat serta pelestarian lingkungan hidup metalui pendidikan. Saat ini Aisyiyah telah mengelola dan mengembangkan 10 RSKIA (Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak), 29 Klinik Bersalin, 232 BKIA/yandu, dan 35 Balai Pengobatan

yang tersebar di seluruh Indonesia. Beberapa program kesehatan yang dikembangkan antara lain: peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yang terjangkau di seluruh Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Balai Pengobatan, Balai Kesehatan Ibu dan Anak yang dikelota oleh Aisyiyah serta menjadikan unit-unit kegiatan tersebut sebagai agent of development yang tidak hanya sebagai tempat mengobati orang sakit, tetapi mampu berperan secara optimal dalam mengobati lingkungan masyarakat. Aisyiyah metalui Majetis Kesehatan dan Lingkungan Hidup juga metakukan kampanye peningkatan kesadaran masyarakat dan penanggulangan penyakit berbahaya dan menular, penanggulangan HIV/AIDS dan NAPZA, bahaya merokok dan minuman keras, dengan menggunakan berbagi pendekatan dan bekerjasama dengan berbagi pihak, meningkatkan pendidikan dan perlindungan kesehatan reproduksi perempuan, menyelenggarakan pilot project sistem pelayanan terpadu antara lembagakesehatan, dakwah sosial dan terapi psikologi Islami. Pendidikan Sejalan dengan pengembangan pendidikan yang menjadi salah satu pilar utama gerakan Aisyah metalui Majetis Pendidikan Dasar dan Menengah serta Majetis Pendidikan Tinggi, Aisyyah mengembangkan visi pendidikan yang berakhlak mulia untuk umat dan bangsa. Dengan tujuan memajukan pendidikan (formal, non formal dan informal) serta mencerdaskan kehidupan bangsa hingga terwujud manusia muslim yang bertakwa, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, cinta tanah air dan berguna bagi masyarakat serta diridhai Allah SWT, berbagai program dikembangkan untuk menangani masalah pendidikan. Saat ini Aisyiyah telah dan tengah melakukan pengeloaan dan pembinaan terhadap: 86 Kelompok Bermain/Pendidikan Anak

Usia Dini, 5.865 Taman Kanak-Kanak, 380 Madrasah Diniyah, 668 TPA/TPQ, 2.920 IGABA, 399 IGA, 10 Sekolah Luar Biasa, 14 Sekolah Dasar, 5 SLTP, 10 Madrasah Tsanawiyah, 8 SMU, 2 SMKK, 2 Madrasah Aliyah, 5 Pesantren Putri, serta 28 pendidikan luar sekolah. Aisyiyah jugadipercaya oleh Pemerintah untuk menyelenggarakan ratusan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di seluruh Indonesia. Untuk pendidikan tinggi, Aisyiyah memiliki 3 Perguruan Tinggi, 2 STIKES, 3 AKBID serta 2 AKPER di seluruh Indonesia. Selain itu, Aisyiyah juga memperhatikan masalah kaderisasi dan pengembangan sumber daya kader di lingkungan Angkatan Muda Muhammadiyah Putri secara integratif dan professional yang mengarah pada penguatan dan pengembangan dakwah amar makruf nahi mungkar menuju masyarakat madani. PROGRAM MAJELIS MAJELIS TABLIGH (tabligh@aisyiyah.or.id) Untuk merealisasikan prinsip dan tujuan dakwahnya, Aisyiyah memiliki berbagai kegiatan dakwah yang dilaksanakan oleh Majetis Tabligh. Majetis ini bergerak dalam urusan kajian Islam kontekstual, dakwah dan pengamalan Islam. Dengan visi untuk menjadi organisasi dakwah yang mampu memberi pencerahan kehidupan keagamaan untuk mencapai masyarakat madani, Majelis Tabligh mengembangkan gerakan-gerakan Dakwah Islam dalam seluruh aspek kehidupan, menguatkan kesadaran keagamaan masyarakat, mengembangkan materi, strategi dan media dakwah, serta meningkatkan kualitas mubalighat. Beberapa program dan kegiatan yang telah dan sedang ditindaklanjuti oleh majetis ini antara lain: 1.Pembinaan kelompok pengajian, saat ini berjumlah sebanyak 12.149 di seluruh Indonesia. 2.Membina sebanyak 10.329 mubalighat di seluruh Indonesia.3. Mengembangkan desa

binaan sebanyak 285 di beberapa daerah tertentu di Indonesia. 4.Sosialisasi program pembinaan Keluarga Sakinah di Wilayah/ Daerah/ Cabang/ Ranting. 5. Menindaklanjuti dan mengembangkan program Qoryah Thoyyibah yakni pengembangan semacam desa percontohan islami dengan mengoptimalkan semua potensi dan sektor baik agama, pendidikan, kesehatan, ekonomi,maupun hubungan sosial Sebagai pelaksanaan awalnya Aisyiyah telah mengadakan proyek uji coba Qoryah Thoyyibah di dusun Mertosanan Wetan, Potorono, Banguntapan, Bantul, DIY sejak 1989. 6. Merevitalisasi Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ). 7. Meningkatkan usaha pencegahan sejak dini bahaya miras, napza, demoralisasi, seks bebas, kriminalitas dan bentuk penyakit sosial lainnya. 8. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengajian. 9. Menerbitkan buku-buku yang diperuntukkan bagi umum maupun kalangan sendiri untuk melengkapi kegiatan dakwah, dan lain-tain. MAJELIS KESEJAHTERAAN SOSIAL (kessos@aisyiyah.or.id) Pemahaman tentang kesejahteraan sosial yang diperjuangkan Aisyiyah adalah terciptanya suatu kondisi ideal dari tata kehidupan masyarakat yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghaffur, yaitu suatukehidupan bahagia sejahtera penuh limpahan rahmat dan nikmat Allah SWT. di dunia dan akhirat. Dengan demikian tercipta suatu titik keseimbangan antara aspek jasmaniah dan rohaniah ataupun aspek material dan spiritual. Sejak berdirinya, kegiatan kesejahteraan sosialAisyiyah telah dimulai dalam bentuk membantu kaum miskin dan anak yatim. Dalam perkembangan saat ini, program kesejahteraan

sosialAisyiyah tersistem ke dalam unit-unit kegiatan sosial antara lain: 1. Kepedulian dan usaha-usaha pelayanan danpenyantunan bagi kelompok masyarakat dhuafa/miskin 2. Pengembangan dan pemberdayaan lembaga-tembaga sosial yang dikelola oleh Aisyiyah seperti panti asuhan, panti jompo, balai latihan, rumah singgah, dan lain-lain. 3. Peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin di perkotaan dan pedesaan.4. Pelayanan korban dan penanggulangan bencana/musibah.5. Advokasi publik yang menyangkut masalah- masalah sosial di berbagai lapisan masyarakat. 6. Mengembangkan pola pencegahan dan pemberian bantuan terhadap korban trafficking dan kekerasan terhadap perempuan dan anak, dan lain-tain. MAJELIS KESEHATAN DAN LINGKUNGAN HIDUP (kesling@aisyiyah.or.id) Sebagai organisasi sosial, masalah kesehatan dan lingkungan hidup telah menempati posisi yangsangat serius dalam gerakan Aisyiyah. Dengan misisebagai penggerak terwujudnya masyarakat danlingkungan hidup yang sehat, Aisyiyah kemudianmengembangkan pusat kegiatan pelayanan dan peningkatan mutu kesehatan masyarakat serta pelestarian lingkungan hidup metalui pendidikan. Program-program yang dikembangkan antara lain: 1. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yang terjangkau di seluruh Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Balai Pengobatan, Balai Kesehatan Ibu dan Anak Aisyiyah serta menjadikan unitunit kegiatan tersebut sebagai agent of development, tidak hanya sebagai tempat mengobati orang sakit, tetapi mampu berperan optimal dalam mengobati lingkungan masyarakat.

2. Melakukan kampanye peningkatan keadaran masyarakat dan penanggulangan penyakit berbahaya dan menular. 3.Penanggulangan HIV/AIDS dan NAPZA, bahayamerokok dan minuman keras, metalui berbagai pendekatan dan bekerjasama dengan berbagai pihak. 4.Meningkatkan pendidikan dan perlindungan kesehatan reproduksi perempuan 5. Menyelenggarakan pilot project system pelayanan terpadu antara lembaga kesehatan, dakwah sosial dan terapi psikologi Islami. 6.Melakukan kampanye sadar lingkungan dan pentingnya pelestarian lingkungan hidup bagi kehidupan manusia metalui pendidikan. Saat ini Aisyiyah telah mengelola dan mengembangkan sekurang-kurangnya 10 RSKIA (Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak), 29 Klinik Bersalin, 232 BKIA/yandu, dan 35 Balai Pengobatan yang tersebar di seluruh Indonesia. MAJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH (dikdasmen@aisyiyah.or.id) Sejalan dengan pengembangan pendidikan yang menjadi salah satu pilar utama gerakan Aisyiyah, majetis ini mengembangkan visi pendidikan Aisyiyah yang berakhlak mulia untuk umat dan bangsa. Dengan tujuan memajukan pendidikan (formal, non formal dan informal) serta mencerdaskan kehidupan bangsa hingga terwujud manusia muslim yang bertakwa, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri,cinta tanah air dan berguna bagi masyarakat serta diridhai Allah SWT, Majetis ini mengembangkan dan menangani masalah pendidikan dari usia pra TK sampai Sekolah Menengah Umum dan keguruan. Saat ini majelis ini telah dan tengah melakukan pengeloaan dan pembinaan sebanyak: 86 Kelompok Bermain/ Pendidikan Anak Usia Dini, 5865 Taman Kanak-Kanak, 380 Madrasah Diniyah, 668

TPA/TPQ, 2.920 IGABA, 399 IGA, 10 Sekolah Luar Biasa, 14 Sekolah Dasar, 5 SLTP, 10 Madrasah Tsanawiyah, 8SMU, 2 SMKK, 2 Madrasah Aliyah, 5 Pesantren Putri, serta 28 pendidikan Luar Sekolah. Saat ini Aisyiyahjuga dipercaya oleh Pemerintah untukmenyelenggarakan ratusan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di seluruh Indonesia. MAJELIS EKONOMI (ekonomi@aisyiyah.or.id) Sebagai organisasi perempuan yang bergerakdalam bidang keagamaan dan kemasyarakatan, Aisyiyah diharapkan mampu menunjukkan komitmen dan kiprahnya untuk memajukankehidupan masyarakat khususnya dalampengentasan kemiskinan dan ketenagakerjaan. Dengan visi "tertatanya kemampuan organisasi dan jaringan aktivitas pemberdayaan ekonomi keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat", majetis ekonomi bergerak di bidang pemberdayaan ekonomi rakyat kecil dan menengah serta pengembangan-pengembangan ekonomikerakyatan. Beberapa program majetis ekonomi antara lain: 1. Mengembangkan Bina Usaha Ekonomi Keluarga Aisyiyah (BUEKA) dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Saat ini Aisyiyah memiliki dan membina Badan Usaha Ekonomi sebanyak 1426 buah di wilayah,Daerah dan Cabang yang berupa badan usaha koperasi, pertanian, industri rumah tangga, pedagang kecil/took dan pembinaan ekonomi keluarga. 2. Menumbuhkan dan mengembangkan koperasi serta Lembaga Keuangan Mikro yang berbadan hokum 3. Meningkatkan partisipasi 'Aisyiyah dalam pembelaan dan penguatan termasuk advokasi terhadap Tenaga Kerja Indonesia, khususnya Tenaga Kerja Wanita. 4. Membangun jaringan dengan berbagai pihak dalam rangka

mengembangkan ekonomi umat 5. Melakukan advokasi dan perlindungan konsumen, dan lain-tain. MAJELIS PENDIDIKAN KADER (Kontak email: mpk@aisyiyah.or.id) Majetis ini menangani masalah kaderisasi dan pengembangan sumber daya kader di lingkungan Angkatan Muda Muhammadiyah Putri secara integratif dan professional yang mengarah pada penguatan dan pengembangan dakwah amar makruf nahi mungkar menuju masyarakat madani. Programprogram yang dikembangkan oleh majelis ini antara lain: 1. Mengembangkan system pengkaderan yang mampu menghasilkan kader yang berkualitas. Saat ini Majetis Pembinaan Kader membina 617 instruktur, 1419 kader serta 108 kajian. 2. Peningkatan kualitas pembinaan kader baik dalam bentuk kursus, pelatihan, sekolah- sekolah formal, maupun studi lanjut. 3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas kader ulama perempuan, serta kader 'lintas ilmu dan profesi' untuk penguatan gerakan Aisyiyah, dan lain-lain. MAJELIS PENDIDIKAN TINGGI (dikti@aisyiyah.or.id) Sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan serta pendidikan Aisyiyah khususnya, majetis ini bertugas untuk membina, mengkoordinasikan Perguruan Tinggi Aisyiyah di seluruh Indonesia, serta memberikan bahan pertimbangan guna menentukan kebijakan yang berkaitan dengan bidang pendidikan tinggi Aisyiyah. Dengan visi "terbentuknya masyarakat muslim yang memiliki keilmuan, keislaman dan keorganisasian dakwah Muhammadiyah-Aisyiyah", majetis ini mengembangkan program-

program antara lain: 1. Kajian isu-isu aktual pendidikan serta penelitan positioning PTA di masyarakat. 2. Penyusunan data base, renstra, serta Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk PTA. 3. Peningkatan kualitas pendidikan serta sinergi dan kerjasama dengan berbagi pihak, dan lain-Lain. Saat ini Majetis Pendidikan Tinggi Aisyiyah membawahi 3 Perguruan Tinggi, 2 STIKES, 3 AKBID serta 2 AKPER di seluruh Indonesia. LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN (lppa@aisyiyah.or.id) Lembaga ini bertujuan untuk meningkatkan kajian tentang masalah atau isu-isu yang berkembang, baik mengenai organisasi maupun masalah sosial yang terkait dengan sikap perempuan dan organisasi, seperti kekerasan terhadap perempuan, kekerasan terhadap anak dan perdagangan anak, peran politik perempuan, diskriminasi gender, dan lain-lain. Sebagai institusi yang bergerak dalam penelitian dan pengembangan yang mendinamisasi gerakan dakwah Aisyiyah, LPPA diharapkan mampu menyediakan dukungan data dan informasi metalui kegiatan pengkajian, penelitian dan kegiatan pengembangan lainnya untuk mendukung pengambilan keputusan dan kebijakan organisasi dalam mencapai visi dan tujuan Aisyiyah. Program kerja LPPA dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yakni: 1. Divisi pengkajian dan penelitian: melakukan pengkajian dan penelitian tentang keperempuanan, keagamaan, sosial, dan organisasi dan isu-isu aktual yang terkait dengan usaha Aisyiyah

untuk 2. Divisi Basis Data: membentuk pusat data dan informasi untuk mendukung dinamika gerakan, baik internal maupun eksternal. 3. Divisi /slamic Civil Society (ICS): terkait dengan kegiatan pengembangan khususnya penguatan ICS melalui pendidikan kewarganegaraan seperti meningkatkan kesadaran,wawasan dan partisipasi warga Aisyiyah khususnya dalam dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara menuju kehidupan yang demokratis serta berbagai kegiatan peneingkatan kapasitas lainnya. LEMBAGA KEBUDAYAAN (lk@aisyiyah.or.id) Lembaga ini terbentuk dalam rangka merespon perubahan budaya yang berkembang dengan cepat akibat adanya perkembangan teknologi dan informasi yang demikian pesat. Selain untuk menjaga agar transformasi kebudayaan tersebut tetap berada datam garis ajaran Islam, lembaga ini bertujuan untuk menggali dan memasyarakatkan kreatifitas budaya sebagai bagian dari gerakan dakwah sehingga bisa terwujud masyrakat Islam serta budaya islami yang sebenar-benarnya. Program lembaga kebudayaan Aisyiyah antara lain: 1. Meningkatkan perhatian terhadap masalah- masalah sosial budaya seperti kesenian,perubahan budaya masyarakat termasuk gaya hidup masyarakat, kepariwisataan dan aspek sosial budaya lainnya yang mempengaruhi perkembangan masyarakat disertai upayapengembangan khasanah Islami. 2. Mengimplementasikan tuntutan dakwah cultural yang tidak bertentangan dengan ajaranIslam. 3. Mengembangkan seni budaya religious dengan symbol-simbol yang mudah diterima masyarakat datam kerangka dakwah Islam, diantaranya menerbitkan buku Dongeng Indah, Aisyiyah

dan Seni Pertunjukan Ekspresi Islam datam Simput Budaya. LEMBAGA HUBUNGAN ORGANISASI, HUKUM DAN ADVOKASI (LHOHA) (thoha@aisyiyah.or.id) Lembaga ini bertujuan untuk membangun dan menjalin hubungan kerjasama dalam rangka memperluas sayap gerakan untuk mencapai tujuan organisasi. Lembaga ini juga melakukan komunikasi dengan pihak-pihak lembaga/organisasi lain yang dapat mendorong tercapainya visi dan misi organisasi, yang tidak terbatas ada agama, ras, suku dan golongan. Program LHOHA diarahkan pada kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1. Pengembangan komunikasi dan kerjasama antar organisasi dan ormas Islam2. Advokasi kebijakan publik untuk kepentingankeaditan masyarakat.3. Partisipasi pada upaya penegakan hukum dan penyusunan peraturan perundangundangan. 4. Peningkatan kesadaran hukum masyarkat.5. Advokasi hukum dan hak asasi manusia. 6. Pengkajian berbagai peraturan perundang- ndangan khususnya terkait dengan hukum Islam dan masalah perempuan. LEMBAGA HUMAS DAN PENERBITAN (humas@aisyiyah.or.id) Merupakan lembaga yang mengkomunikasikan segala kegiatan, program serta kebijakan organisasi kepada pihak-pihak terkait, baik internal maupun eksternal serta membentuk citra posistif Aisyiyah di masyarakat luas. Beberapa program fokus kegiatan lembaga ini antara lain: 1. Publikasi dan sosialisasi program dan kegiatan Aisyiyah termasuk opinion leader tokoh Aisyiyah 2. Sosialisasi pencitraan positif Aisyiyah

3. Menggatang dan menjaga kerja sama dengan stakeholder Aisyiyah baik dalam maupun luar negeri Selain itu lembaga ini juga membawahi divisi penerbitan Aisyiyah, SUAR A AISYIYAH yaitu majalah bulanan yang telah terbit sejak tahun 1926 sampai sekarang. Suara Aisyiyah adalah majalah wanita tertua di Indonesia yang perkembangannya dapat diikuti sejak zaman kolonial Belanda, zaman Jepang hingga zaman kemerdekaan. Selain sebagai alat organisasi yang mempublikasikan programprogram Aisyiyah, majalah bulanan ini juga alat yang strategis dalam memberikan perluasan pengetahuan dan penyadaran pada warga Aisyiyah khususnya akan peran perempuan dalam dunia domestik dan publik. Sumber : Muhammadiyah

SEJARAH BERDIRINYA IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH


MELACAK JEJAK SEJARAH
KELAHIRAN IMM tidak lepas kaitannya dengan sejarah perjalanan Muhammadiyah, dan juga bisa dianggap sejalan dengan faktor kelahiran Muhammadiyah itu sendiri. Hal ini berarti bahwa setiap hal yang dilakukan Muhammadiyah merupakan perwujudan dari keinginan Muhammadiyah untuk memenuhi cita-cita sesuai dengan kehendak Muhammadiyah dilahirkan. Di samping itu, kelahiran IMM juga merupakan respond atas persoalan-persoalan keummatan dalam sejarah bangsa ini pada

awal kelahiran IMM, sehingga kehadiran IMM sebenarnya merupakan sebuah keharusan sejarah. Faktor-faktor problematis dalam persoalan keummatan itu antara lainialah sebagai berikut (Farid Fathoni, 1990: 102): 1. Situasi kehidupan bangsa yang tidak stabil, pemerintahan yang otoriter dan serba tunggal, serta adanya ancaman komunisme di Indonesia.

2. Terpecah-belahnya umat Islam datam bentuk saling curiga dan fitnah, serta kehidupan politikummat Islam yang semakin buruk. 3.Terbingkai-bingkainya kehidupan kampus (mahasiswa) yang berorientasi pada kepentingan politik praktis 4.Melemahnya kehidupan beragama dalam bentuk merosotnya akhlak, dan semakin tumbuhnya materialisme-individualisme 5.Sedikitnya pembinaan dan pendidikan agama dalam kampus, serta masih kuatnya suasana kehidupan kampus yang sekuler 6.Masih membekasnya ketertindasan imperialisme penjajahan dalam bentuk keterbelakangan, kebodohan, dan kemiskinan

7.Masih banyaknya praktek-praktek kehidupan yang serba bid'ah, khurafat, bahkan kesyi rikan, serta semakin meningkatnya misionaris- Kristenisasi 8. Kehidupan ekonomi, sosial, dan politik yang semakin memburuk Dengan latar belakang tersebut, sesungguhnya semangat untuk mewadahi dan membina mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah telah dimulai sejak lama. Semangat tersebut sebenarnya telah tumbuh dengan adanya keinginan untuk mendirikan perguruan tinggi Muhammadiyah pada Kongres Seperempat Abad Muhammadiyah di Betawi Jakarta pada tahun 1936. Pada saat itu, Pimpinan Pusat Muhammadiyah diketuai oleh KH. Hisyam (periode 1934- 1937). Keinginan tersebut sangat logis dan realistis, karena keluarga besar Muhammadiyah semakin banyak dengan putera-puterinya yang sedang dalam penyelesaian pendidikan menengahnya. Di samping itu,Muhammadiyah juga sudah banyak memiliki amal usaba pendidikan tingkat menengah. Gagasan pembinaan kader di lingkungan mahasiswa datam bentuk penghimpunan dan pembinaan langsung adatah selaras dengan kehendak pendiri Muhammadiyah, KHA. Dahlan, yang berpesan babwa "dari kallan nanti akan ada yang jadi dokter, meester, insinyur, tetapi kembalilah kepada Muhammadiyah" (Suara Muhammadiyah, nomor 6 tahun ke-68, Maret || 1988, halaman 19). Dengan demikian, sejak awal Muhammadiyah sudah memikirkan bahwa kader-kader muda yang profesional harus memiliki dasar keislaman yang tangguh dengan kembali ke Muhammadiyah. Namun demikian, gagasan untuk menghimpun dan membina mahasiswa di lingkungan Muhammadiyah cenderung terabaikan, tantaran Muhammadiyah sendiri belum memiliki perguruan tinggi. Belum mendesaknya pembentukan wadah kader di lingkungan mahasiswa Muhammadiyah saat itu juga karena saat

itu jumlah mahasiswa yang ada di lingkungan Muhammadiyah betum terialu banyak. Dengan demikian, pembinaan kadermahasiswa Muhammadiyah dilakukan melalui wadah Pemuda Muhammadiyah (1932) untuk mahasiswa putera dan metalui Nasyiatul Aisyiyah (1931) untuk mahasiswa puteri. Pada Muktamar Muhammadiyah ke-31 pada tahun 1950 di Yogyakarta, dihembuskan kembali keinginan untuk mendirikan perguruan tinggi Muhammadiyah. Namun karena berbagai macam hat, keinginan tersebut belum bisa diwujudkan,sehingga gagasan untuk dapat secara langsung membina dan menghimpun para mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah tidak berhasil Dengan demikian, keinginan untuk membentuk wadah bagi mahasiswa Muhammadiyah juga masih jauh dari kenyataan. Pada Muktamar Muhammadiyah ke-33 tahun 1956 di Palembang, gagasan pendirian perguruan tinggi Muhammadiyah baru bisa direalisasikan. Namun gagasan untuk mewadahi mahasiswa Muhammadiyah dalam satu himpunan belum bias diwujudkan. Untuk mewadahi pembinaan terhadap mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah, maka Muhammadiyah membentuk Badan Pendidikan Kader (BPK) yang dalam menjalankan aktivitasnya bekerja sama dengan Pemuda Muhammadiyah. Gagasan untuk mewadahi mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah dalam satu himpunan setidaknya telah menjadi polemik di lingkungan Muhammadiyah sejak lama. Perdebatan seputar kelahiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah berlangsung cukup sengit, baik di kalangan Muhammadiyah sendiri maupun di kalangan gerakan mahasiswa yang lain. Setidaknya, kelahiran IMM sebagai wadah bagi mahasiswa Muhammadiyah mendapatkan resistensi, baik dari kalangan Muhammadiyah sendiri maupun dari kalangan gerakan mahasiswa yang lain, terutama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Di kalangan Muhammadiyah sendiri pada awal munculnya gagasan pendirian IMM terdapat anggapan bahwa IMM betum

dibutuhkan kehadirannya dalam Muhammadiyah, karena Pemuda Muhammadiyah dan Nasyi'atul Aisyiyah masih dianggap cukup mampu untuk mewadahi mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah. Di samping itu, resistensi terhadap ide kelahiran IMM pada awalnya juga disebabkan adanya hubungan dekat yang tidak kentara antara Muhammadiyah dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Hubungan dekat itu dapat ditihat ketika Lafran Pane mau menjajagi pendirian HMI. Dia bertukar pikiran dengan Prof. Abdul Kahar Mudzakir (tokob Muhammadiyah), dan beliau setuju. Pendiri HMI yang lain ialah Maisarah Hilal (cucu KHA. Dahlan) yang juga seorang aktifis di Nasyi'atul Aisyiyah. Bila asumsi itu benar adanya, maka hubungan dekat itu selanjutnya sangat mempengaruhi perjalanan IMM, karena dengan demikian Muhammadiyah saat itu beranggapan bahwa pembinaan dan pengkaderan mahasiswa Muhammadiyah bisa dititipkan metalui HMI (Farid Fathoni, 1990: 94). Pengaruh hubungan dekat tersebut sangat besar bagi kelahiran IMM. Hal ini bisa dilihat dari perdebatan tentang kelahiran IMM. Pimpinan Muhammadiyah di tingkat lokal seringkali menganggap bahwa kelahiran IMM saat itu tidak diperlukan, karena sudah terwadahi dalam Pemuda Muhammadiyah dan Nasyi'atulAisyiyah, serta HMI yang sudah cukup eksis (dan mempunyai pandangan ideologis yang sama). Pimpinan Muhammadiyah pada saat itu lebih menganak- emaskan HMI daripada IMM. Hal ini terlihat jelas dengan banyaknya pimpinan Muhammadiyah, baik secara pribadi maupun kelembagaan, yang memberikan dukungan pada aktivitas HMI. Di kalangan Pemuda Muhammadiyah juga terjadi perdebatan yang cukup sengit seputar kelahiran IMM. Perdebatan seputar kelahiran IMM tersebut cukup beralasan, karena sebagian pimpinan (baik di Muhammadiyah, Pemuda Muhammadiyah, Nasyi'atul Aisyiyah, serta amal-amal usaha Muhammadiyah) adalah kader-kader yang dibesarkan di HMI.

Setelah mengalami polemik yang cukup serius tentang gagasan untuk mendirikan IMM, maka pada tahun 1956 polemik tersebut mulai mengalami pengendapan. Tahun 1956 bisa disebut sebagai tahap awal bagi embrio operasional pendirian IMM dalam bentuk pemenuhan gagasan penghimpun wadah mahasiswa di lingkungan Muhammadiyah (Farid Fathoni, 1990: 98). Pertama, pada tahun itu (1956) Muhammadiyah secara formal membentuk kader terlembaga (yaitu BPK). Kedua, Muhammadiyah pada tahun itu telah bertekad untuk kembali pada identitasnya sebagai gerakan Islam dakwah amar ma'ruf nahi munkar (tiga tahun sesudahnya, 1959, dikukuhkan dengan melepaskan diri dari komitmen politik dengan Masyumi, yang berarti bahwa Muhammadiyah tidak harus mengakui bahwa satu-satunya organisasi mahasiswa Islam di Indonesia adalah HMI). Ketiga, perguruan tinggi Muhammadiyah telah banyak didirikan. Keempat, keputusan Muktamar Muhammadiyah bersamaan Pemuda Muhammadiyah tahun 1956 di Palembang tentang "....menghimpun pelajar dan mahasiswa Muhammadiyah agar kelak menjadi pemuda Muhammadiyah atau warga Muhammadiyah yang mampu mengembangkan amanah." Baru pada tahun 1961 (menjelang Muktamar Muhammadiyah Setengah Abad di Jakarta) iselenggarakan Kongres Mahasiswa Universitas Muhammadiyah di Yogyakarta (saat itu, Muhammadiyah sudah mempunyai perguruan tinggi Muhammadiyah sebelas buah yang tersebar di berbagai kota). Pada saat itulah, gagasan untuk mendirikan IMM digulirkan sekuat- kuatnya. Keinginan tersebut ternyata tidak hanya dari mahasiswa Universitas Muhammadiyah, tetapi juga dari kalangan mahasiswa di berbagai universitas nonMuhammadiyah. Keinginan kuat tersebut tercermin dari tindakan para tokoh Pemuda Muhammadiyah untuk melepaskan Departemen Kemahasiswaan di lingkungan Pemuda Muhammadiyah untuk berdiri sendiri. Oleh karena itu, lahirlah Lembaga Dakwah Muhammadiyah yang dikoordinasikan oleh

Margono (UGM, Ir.), Sudibyo Markus (UGM, dr.), Rosyad Saleh (IAIN, Drs.), sedangkan ide pembentukannya dari Djazman alKindi (UGM, Drs.). Tahun 1963 dilakukan penjajagan untuk mendirikan wadah mahasiswa Muhammadiyah secara resmi oleh Lembaga Dakwah Muhammadiyah dengan disponsori oleh Djasman al-Kindi yang saat itu menjabat sebagai Sekretaris Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah. Dengan demikian, Lembaga Dakwah Muhammadiyah (yang banyak dimotori oleh para mahasiswa Yogyakarta) inilah yang menjadi embrio lahirnya IMM dengan terbentuknya IMM Lokal Yogyakarta. Tiga butan setelah penjajagan, Pimpinan Pusat Muhammadiyah mere,smikan berdirinya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada tanggal 29 Syawal 1384 H. atau 14 Maret 1964 M. Penandatanganan Piagam Pendirian Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dilakukan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah saat itu, yaitu KHA. Badawi. Resepsi peresmian IMM dilaksanakan di Gedung Dinoto Yogyakarta dengan penandatanganan 'Enam Penegasan IMM' oleh KHA. Badawi, yaitu: 1. Menegaskan bahwa IMM adalah gerakan mahasiswa Islam 2. Menegaskan bahwa Kepribadian Muhammadiyah adalah landasan perjuangan IMM 3. Menegaskan bahwa fungsi IMM adalah eksponen mahesiswa dalam Muhammadiyah 4. Menegaskan bahwa IMM adalah organisasi mahasiswa yang sah dengan mengindahkan segala hukum, undang-undartg, peraturan, serta dasar dan falsafah negara 5. Menegaskan bahwa ilmu adal amaliah dan amal adalah ilmiah 6. Menegaskan bahwa amal WJA aMah lillahi ta'ala dan

senantiasa diabdWan untuk kepentingan rakyat. Tujuan akhir kehadiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah untuk pertama kalinya ialah membentuk akademisi Islam datam rangka metaksanakan tujuan Muhammadiyah. Sedangkan aktifitas IMM pada awal kehadirannya yang paling menonjol ialah kegiatan keagamaan dan pengkaderan, sehingga seringkali IMM pada awal kelahirannya disebut sebagai Kelompok Pengajian Mahasiswa Yogya (Farid Fathoni, 1990: 102). Adapun maksud didirikannya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah antara lain adatah sebagai berikut: 1. Turut memelihara martabat dan membela kejayaan bangsa 2. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam 3.Sebagai upaya menopang, melangsungkan, dan meneruskan cita-cita pendirian Muhammadiyah 4. Sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah 5. Membina, meningkatkan, dan memadukan iman dan ilmu serta amal dalam kehidupan bangsa, ummat, dan persyarikatan Dengan berdirinya IMM lokal Yogyakarta, maka berdiri pulalah IMM lokal di beberapa kota lain di Indonesia, seperti Bandung, Jember, Surakarta, Jakarta, Medan, Padang, Tuban, Sukabumi, Banjarmasin, dan lain-lain. Dengan demikian, mengingat semakin besarnya arus perkembangan IMM di hampir seluruh kota-kota universitas, maka dipandang perlu untuk meningkatkan IMM dari organisasi di tingkat lokal menjadi organisasi yang berskala nasional dan mempunyai struktur vertikal. Atas prakarsa Pimpinan IMM Yogyakarta, maka bersamaan dengan Musyawarah IMM se-Daerah Yogyakarta pada tanggal 1113 Desember 1964 diselenggarakan Musyawarah Nasional Pendahuluan IMM seluruh Indonesia yang dihadiri oleh hamper

seluruh Pimpinan IMM Lokal dari berbagai kota. Musyawarah Nasional tersebut bertujuan untuk mempersiapkan kemungkinan diselenggarakannya Musyawarah Nasional Pertama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada bulan April atau Mei 1965. Musyawarah Nasional Pendahuluan tersebut menyepakati penunjukan Pimpinan IMMYogyakarta sebagai Dewan Pimpinan Pusat Sementara IMM (dengan Djazman al-Kindi sebagai Ketua dan Rosyad Saleh sebagai Sekretaris) sampai diselenggarakannya Musyawarah Nasional Pertama di Solo. Dalam Musyawarah Pendahuluan tersebut juga disahkan asas IMM yang tersusun dalam 'Enam Penegasan IMM', Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IMM, Gerak Arah IMM, serta berbagai konsep lainnya, termasuk lambang IMM, rancangan kerja, bentuk kegiatan, dan lain- lain. PRINSIP DASAR ORGANISASI Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah gerakan mahasiswa Islam yang bergerak di bidang keagamaan, kemasyarakatan, dan kemahasiswaan. Tujuan IMM adatah mengusahakan terbentuknyaakademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah. Dalam mencapai tujuan tersebut, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah melakukan beberapa upaya strategis sebagai berikut : 1. Membina para anggota menjadi kader persyarikatan Muhammadiyah, kader umat, dan kader bangsa, yang senantiasa setia terhadap keyakinan dan cita-citanya. 2.Membina para anggotanya untuk selalu tertib dalam ibadah, tekun dalam studi, dan mengamalkan ilmu pengetahuannya untuk melaksanakan ketaqwaannya dan pengab diannya kepada allah SWT.

3.Membantu para anggota khusus dan mahasiswa pada umumnya dalam menyelesaikan kepentingannya. 4. Mempergiat, mengefektifkan dan menggembirakan dakwah Islam dan dakwah amar ma'ruf nahi munkar kepada masyarakat khususnya masyarakat mahasiswa. 5. Segala usaha yang tidak menyalahi azas, gerakan dan tujuan organisasi dengan mengindahkan segala hukum yang berlaku dalam Republik Indonesia. JARINGAN STRUKTURAL IMM Susunan organisasi IMM dibuat secara berjenjang dari tingkat Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, dan Komisariat. Dewan Pimpinan Pusat adatah tingkat pimpinan tertinggi di IMM yang menjangkau ruang lingkup nasional. Dewan Pimpinan Daerah adatah pimpinan organisasi yang menjangkau suatu kesatuan wilayah tertentu yang terdiri dari cabang-cabang IMM. Pimpinan Cabang adalah pimpinan organisasi yang menjangkau satu kesatuan komisariat IMM. Komisariat IMM adatah kesatuan anggota-anggota IMM dalam sebuah perguruan tinggi atau kelompok tertentu. Saat ini, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah telah menjangkau seluruh wilayah Indonesia. PROGRAM KERJA Secara umum program kerja IMM dilaksanakan untuk memantapkan eksistensi organisasi demi mencapai tujuannya, "mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah" (AD IMM Pasal 6). Untuk menunjang pencapaian tujuan IMM tersebut, maka perencanaan dan pelaksanaan program kerja diorientasikan bagi terbentuknya profil kader IMM yang memiliki kompetensi dasar aqidah, kompetensi dasar intelektual, dan kompetensi dasar humanitas. Sebagai organisasi yang bergerak di bidang keagamaan,

kemasyarakatan, dan kemahasiswaan, maka program kerja IMM pada dasarnya tidak bisa lepas dari tiga bidang garapan tersebut. Perencanaan dan pelaksanaan program kerja tersebut memiliki stressing yang berbeda-beda (berurutan dan saling menunjang) pada masing-masing level kepemimpinan. * Di tingkat Komisariat: kemahasiswaan, perkaderan,keorganisasian,kemasyarakatan. * Di tingkat Cabang: Perkaderan, kemahasiswaan, keorganisasian, kemasyarakatan.* Di tingkat Daerah: keorganisasian, kemasyarakatan, perkaderan, kemahasiswaan.* Di tingkat Pusat: Kemasyarakatan, keorganisasian, perkaderan, kemahasiswaan. Berkaitan dengan program kerja jangka panjang, maka sasaran utamanya diarahkan pada upaya perumusan visi dan peran sosial politik IMM memasuki abad XXI. Hal ini tidak lepas dari ikhtiar untuk memantapkan eksistensi IMM demi tercapainya tujuan organisasi (lihat AD IMM Pasal 6). Sasaran utama dan program jangka panjang ini merujuk pada dan melanjutkan prioritas program yang telah diputuskan pada Muktamar Vll IMM di Purwokerto (1992). Program dimaksud menetapkan strategi pembinaan dan pengembangan organisasi secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan selama Lima periode Muktamar IMM. Periode Muktamar IX diarahkan pada pemantapan konsolidasi internal (organisasi, pimpinan, dan program) dengan meningkatkan upaya pembangunan kualitas institusional dan pemantapan mekanisme kaderisasi dalam menghadapi perkembangan situasi sosial politik nasional yang semakin dinamis. Periode Muktamar X diarahkan pada penguatan orientasi kekaderan dengan meningkatkan mutu sumber daya kader sebagai penopang utama kekuatan organisasi datam transformasi sosial masyarakat. Periode Muktamar XI diarahkan pada penguatan peran institusi organisasi baik secara internal (pelopor, pelangsung, dan penyempurna gerakan pembaruan dan amal usaha Muhammadiyah) maupun eksternal (kader umat

dan kader bangsa). Periode Muktamar XII diarahkan pada pemantapan peran IMM dalam wilayah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara memasuki era globalisasi yang lebih luas. Periode Muktamar XIll diarahkan pada pemberdayaan institusi organisasi serta pemantapan peranan IMM dalam kehidupan sosial politik bangsa. Kemudian pelaksanaan program jangka panjang itu memiliki sasaran khusus pada masing- masing bidangnya. Bidang Organisasi diarahkan pada terciptanya struktur dan fungsi organisasi serta mekanisme kepemimpinan yang mantap dan mendukung gerak IMM dalam mencapai tujuannya. Program konsolidasi gerakan IMM juga diarahkan bagi terciptanya kekuatan gerak IMM baik ke datam maupun ke luar sebagai modal penggerak bagi pengembangan gerakan IMM. Bidang Kaderisasi diarahkan pada penguatan tiga kompetensi dasar kader IMM (aqidah, intelektual, dan humanitas) yang secara dinamis mampu menempatkan diri sebagai agen pelaku perubahan sosial bagi kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi diarahkan pada pembangunan budaya iptek dan penguatan paradigma ilmu yang melandasi setiap agenda dan aksi gerakan IMMdalam menyikapi tantangan zaman. Bidang Hikmah diarahkan pada penguatan peran sosial politik IMM di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya dalam peran serta dan partisipasi sosial politik generasi muda (mahasiswa). Bidang Sosial Ekonomi diarahkan pada penumbuhkembangan budaya dan wawasan wiraswasta di lingkungan IMM, terutama dalam membangun dan memberdayakan potensi ekonomi kerakyatan. Bidang Immawati diarahkan pada upaya penguatan jati diri dan peran aktif sumber daya kader puteri IMM dalam transformasi social menuju masyarakat utama.

Sumber : Muhammadiyah

SEJARAH BERDIRINYA PEMUDA MUHAMMADIYAH


SPIRIT MUHAMMADIYAH senantiasa mengilhami setiap organisasi otonom di lingkungan Muhammadiyah. Demikian pula hatnya dengan Pemuda Muhammadiyah, yang lahir dengan semangat yang sama dengan berdirinya Muhammadiyah, yaitu semangat untuk membangungenerasi yang tangguh untuk masa mendatang. Sebagai salah satu organisasi otonom tertua di lingkungan Muhammadiyah (berdiri 2 Mei 1932),Pemuda Muhammadiyah hadir sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna perjuangan Muhammadiyah. Visi:Mempersiapkan kader dan generasi muda Indonesia untuk siap menghadapi tantangan masa depan yang lebih beragam, penuh dinamika dan berbagai kepentingan datam rangka mencapai maksud dan tujuan Pemuda Muhammadiyah. Misi:Menjadikan gerakan dakwah amar ma'ruf nahi mungkar, gerakan keilmuan, gerakan sosialkemasyarakatan dan gerakan kewirausahaan sebagai tumpuan kegiatan dengan

memahami setiap persoalan yang timbut dan kebutuhan lingkungan dimana Pemuda Muhammadiyah melakukan amal karya nyatanya.

Prinsip Dasar Organisasi Pemuda Muhammadiyah adatah organisasi otonom di lingkungan Muhammadiyah yang merupakan gerakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi mungkar di kalangan pemuda, beraqidah Islam, dan bersumber pada al-Quran dan Sunnah Rasul. Organisasi ini didirikan dengan maksud dan tujuan untuk menghimpun, membina, dan menggerakkan potensi Pemuda Islam serta meningkatkan perannya sebagai kader untuk mencapai tujuan Muhammadiyah. Pencapaian maksud dan tujuan tersebutdilakukan dengan upaya-upaya sebagai berikut: 1. 2. Meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah Subhanahu Wa ta'ala. Memperdalam ilmu, memperluas pengetahuan dan meningkatan kecerdasan serta mengamatkan sesuai dengan ajaran Islam. Memperdalam dan meningkatkan pemahaman Agama Islam. Menyelenggarakan dan meningkatkan mutu pendidikan kader. Mengadakan dakwah di kalangan pemuda dan remaja. Meningkatkan fungsi dan peran pemuda Muhammadiyah sebagai kader Muhammadiyah, kader umat Islam, dan kader bangsa. Memasyarakatkan dan meningkatkan kegiatan olahraga sebagai sarana dakwah Islamiyah. Menumbuhkan dan mengembangkan seni budaya yang bernafaskan Islam.

3. 4. 5. 6.

7. 8.

9.

Menggembirakan beramal yang diridhai Allah dan hidup tolong-menolong (ta'awun) dalam ukhuwah Islamiyah.

10. Usaha-usaha lain yang tidak menyalahi tujuan. Jaringan Struktural Susunan organisasi Pemuda Muhammadiyah dibuat secara berjenjang dari tingkat Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, dan tingkat Ranting. Pimpinan Pusat adalah kesatuan wilayah-wilayah dalam ruang lingkup nasional. Pimpinan Wilayah adalah kesatuan daerah-daerah dalam tingkat propinsi atau daerah tingkat I. Pimpinan Daerah adalah kesatuan cabang- cabang dalam tingkat kabupaten/kotamadia atau daerah tingkat II. Sedangkan Pimpinan Cabang adalah kesatuan ranting-ranting dalam satu tempat tertentu (setingkat kecamatan). Pimpinan Ranting adalah kesatuan anggota-anggota datam satu tempat tertentu (setingkat desa). Saat ini, Pemuda Muhammadiyah telah menjangkau seluruh wilayah Indonesia. GARIS-GARIS BESAR HALUAN GERAKAN GBHG adalah serangkaian strategi yang mungkin dan memungkinkan untuk dilakukan dengan penjabaran program yang lebih realistis, dan tentunya memiliki daya dukung yang memadai. Oleh karenanya, improvisasi, kreatifitas dan penyesuaian atas kondisi masing-masing sangatlah mungkin dan terkadang harus dilakukan. Dalam kaitan itulah maka dapat dirumuskan 5 (lima) pondasi utama untuk dijadikan koridor penting sebagai batasan pijakan bersama untuk mencapai tujuan kemajuan Pemuda Muhammadiyah, yaitu; Pondasi pertama, Tauhid. Aqidah ini penting sekali sebagai dasar gerakan kita. Jika keyakinan kita temah, maka akan sangat rapuh gerakan Pemuda Muhammadiyah. Sesuai dengan surat AlAnkabut (19:41); "Perumpamaan orang-orang yang mengambil

perlindungan-perlindungan selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba, kalau mereka mengerti". Pondasi kedua, adatah sistem moral yang benar berdasarkan wahyu illahi. Kita sering membaca surat Al-Baqarah (12:185); yang menyatakan bahwa Al-Quran itu sebagai hudallinnas (petunjuk bagi ummat manusia). Kemudian berisi keterangan (explanation) dan pembeda, yakni the distingtion between good and evil. Jadi selain tauhid kita bangun juga sistem nilai moral yang benar. Pondasi ketiga, adalah faith and action atau action base on faith. Jadi melakukan amal sholeh sebanyak-banyaknya yang didasarkan pada aqidah serta nilai-nilai moral yang benar, sehingga amal itu tidak hampa. Tujuan amat itu menjadi jelas arahnya. Pondasi keempat, adatah Keadilan. Keadilan ini merupakan perintah pertama dalam Al-Quran. Innallah ya'muru bil 'adl wal ihsan, yakni agama keadilan. Karena memang begitu jelas benang meraih keadilan itu dalam konsep agama Islam. Jadi keaditan harus ada keseimbangan yang semetris. Semua orang mendapat apa yang menjadi haknya dan bagi semua orang itu diminta apa yang menjadi kewajibannya. Pemuda Muhammadiyah berusaha membangun masyarakat yang tidak diskriminatif atau abau dende (pilih kasih). Pondasi kelima, adalah memiliki kecenderungan yang kuat untuk tidak putus-putusnya mengem bangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Dalam banyak tinjauan Al-Quran dan Al- Sunnah ilmu pengetahuan itu merupakan salah satu kunci pembangunan kehidupan menuju sejahtera tidak hanya di bumi tapi juga di akherat. Komitmen kemanusiaan dan kebangsaan persyarikatan Muhammadiyah tertulis nyata di atas bentang perjalanan usia dan terpatri kuat dalam sejarah bangsa Indonesia. Dengan

tanpa menyinggung peran kongritnya dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik tanpa melupakan arti penting peran kader-kader Muhammadiyah yang berjuang secara individual dan menjadi tokoh besar di berbagai bidang dalam zamannya masing-masing ; mulai fase perjuangan fisik hingga pada era pembentukan wajah Indonesia modern. Maka sikap istiqomah Muhammadiyah secara kelembagaan tersebut tercermin secara nyata dalam kancah pertahanan keamanan dan lapangan bela negara, seperti Hisbul Wathan pra zaman perjuangan kemerdekaan dan Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM) pada era G.30 S. Perjuangan membangun bangsa dan negara bagi persyarikatan Muhammadiyah bersifat holistic tanpa batasdan tanpa melihat suasana era menyenangkan atau era pahit dan menguntungkan secara material atau tidak. Keterlibatan persyarikatan Muhammadiyah di lapangan belanegara pada era G.30 S, terlepas dari kontradiksi sejarah yang menyertai pergolakan ini, akan tetapi kasus tersebut mendorong momentum penghancuran rasa kemanusiaan secara massif dan mengganggu stabilitas dan eksistensi Indonesia sebagai negara dan bangsa. Maka dengan penuh kesadaran institusional, pada tanggal 1 Oktober 1965 jam 21.30 WIB, Muhammadiyah menetapkan berdirinya barisan bela negara yang dikenal dengan nama KOKAM. Keputusan tersebut sekaligus menjadi salah salah satu bentuk peran kongrit persyarikatan Muhammadiyah bersama dengan komponen bangsa lainnya dalam memberi dukungan fisik terhadap berbagai bentuk ancaman bagi kedaulatan negara RI. Seiring dengan usainya masa pergolakan tersebut dan Indonesia memasuki masa damai, KOKAM secara alamiah juga berubah fungsi dan peran, yakni sebagai salah satu jalur pembinaan anggota Pemuda Muhammadiyah berdasarkan minat, bakat, dan kemampuannya, dengan catatan tidak menggunakan uniform militer secara mencolok dan merubah arah aktivitas dari satuan

pengamanan ke arah penyiapan sumber daya terlatih untuk penanganan masalah masalah publik berbasis bencana. Adapun pembinaan KOKAM Pemuda Muhammadiyah mengarahkan pada pembentukan profil personal sebagai subyek dan pelaku dengan dukungan sistem kelembagaan dan kualifikasi spesifik dan profesional pada bidang yang digelutinya, bedasarkan minat, bakat, dan kemampuan masingmasing, sehingga nanti akan tercipta Pemuda Islam yang ahli SAR, ahli Kepalang merahan, dan paham tentang tugas-tugas kemanusiaan. Sumber : Muhammadiyah, kokambali.blogspot.com LAZISMU JAKARTA TIMUR menerima dan menyalurkan Zakat, Infaq dan Shodaqoh anda melalui rekening 3060009552 Bank Muamalat Mari berbagi ...

Anda mungkin juga menyukai