Anda di halaman 1dari 1

KONDISI WARTAWAN DI INDONESIA HARI INI

Kebebasan pers di Indonesia pada era reformasi turut dipengaruhi oleh perkembangan teknologi
informasi. Teknologi informasi memberikan dukungan bagi masyarakat awam untuk bisa
menyampaikan pendapat serta memberikan dan menyebarkan informasi dengan lebih
cepat. Media daring menjadi faktor pendukung utama dalam proses pengumpulan,
pelaporan, analisis, dan penyebaran informasi oleh masyarakat. Perkembangan media daring
membentuk model baru atas kebebasan pers di Indonesia dalam bentuk jurnalisme warga yang
dibangun melalui komunitas maya berbasis blog.[7] Namun, kebebasan pers di Indonesia masih
mengalami pembatasan. Pembatasan-pembatasan tersebut beraneka ragam dari penyensoran
dan pelarangan penerbitan hingga kriminalisasi dan ancaman kekerasan.

Kebebasan pers di Indonesia tidak secara langsung disampaikan dalam pasal-pasal yang ada


pada undang-undang negara Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (UUD 1945), pasal yang berkaitan dengan kebebasan pers hanya dapat ditemukan
pada Pasal 28, Pasal 28E Ayat 2, dan Pasal 28F. Pada pasal 28E ayat 2 dapat dimaknai bahwa
kebebasan pers merupakan bagian dari kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan. Pada Pasal 28E Ayat 2 dimaknai bahwa kebebasan pers di Indonesia merupakan bagian
dari kebebasan menyatakan pikiran. Sementara itu, Pasal 28F dapat dimaknai bahwa kebebasan
pers merupakan bagian dari kemerdekaan berkomunikasi dan memperoleh informasi. Pasal 28F
menjadi landasan hukum utama kebebasan pers di Indonesia karena adanya kebebasan dalam
menggunakan berbagai media dalam hal mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah,
dan menyampaikan informasi.

Kebebasan pers di Indonesia mengalami pembatasan dalam bentuk kriminalisasi insan


pers. Aliansi Jurnalis Independen Indonesia melaporkan bahwa kriminalisasi pers masih terjadi
dengan penuntut berasal dari pejabat pemerintah maupun masyarakat umum. Sebanyak 43 kasus
kriminalisasi tercatat sepanjang tahun 2005. Empat kasus di antaranya merupakan tuntutan hukum
terhadap jurnalis dan media. Jumlah kasus meningkat sebanyak 53 kasus pada tahun 2006
dengan tujuh tuntutan hukum terhadap jurnalis dan media. Kasus kekerasan terhadap insan pers
tercatat sebanyak 38 kasus pada Agustus 2009 dan 40 kasus pada Agustus 2010.

Anda mungkin juga menyukai