Anda di halaman 1dari 3

Nama :

1. Alifia Ichsan Nabila 20180310027


2. Rania Qadrunada 20180310067
3. Ilham Tazaka H. W 20180310115

RESUME ARTIKEL MUHAMMADIYAH

Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi terbesar di Indonesia yang


merupakan pelopor dalam bidang pendidikan. Hal itu terlihat jelas dari kegiatan pertama dari
organisasi ini adalah mendirikan surau-surau untuk masyarakat belajar agama di tengah
masyarakat kolonial. Berlanjut ke masa millineal ini, Muhammadiyah terus menunjukkan
konsistensi nya pada kontribusi pendidikan Indonesia seperti yang disinggung Ketum PP
Muhammadiyah, Haedar Nashir di artikel koran Republika, tentang bagaimana penting nya
gerakan pendidikan dan rekonstruksi nasional yang “mencerdaskan kehidupan bangsa” baik
secara sistematis dan berkelanjutan melalui proses yang long term.

Revolusi Industri 4.0 menjadikan kaula muda Indonesia memiliki akses ke berbagai
bidang dengan mudah dan tanpa batas. Kebebasan akses ini bisa menjadi benefit dan kerugian
dalam waktu bersamaan. Mudahnya akses, memberikan kesempatan lebih besar untuk
improvement diri dengan biaya terjangkau dan waktu yang fleksibel. Tidak seperti
pembelajaran sekolah yang terkesan kaku dan monoton, belajar ototidak sepertinya mulai
digemari anak millenial mengingat tidak ada peraturan yang mengikat dan menjadikan anak
bisa mengatur pace belajar mereka masing-masing dan tentu saja menghasilkan outcome yang
jauh lebih variatif. Di zaman sekarang rasanya menjadi youtuber dan mendirikan start-up
merupakan hal yang digemari kaula muda. Mudahnya akses belajar dapat menghasilkan para
kaum muda sukses dari kedua bidang tersebut bahkan tanpa menjalani pendidikan formal
dibidangnya, contohnya Agung Hapsah yang kemampuan editing nya bisa dikatakan tingkat
"expert" dengan hanya pendidikan bangku SMA. Kebebasan yang terkesan tak terbatas ini,
justru disatu sisi membawa Indonesia ke fase "Krisis Mental" dimana semua menjadi halal dan
benar asalkan tujuan tercapai bagaimanapun caranya. Hal ini sangat ber-tentangan dengan adat
budi pekerti dan sopan santun yang sudah lama tertanam dalam diri bangsa Indonesia, muslim
khususnya.

Mempunyai kurang lebih 35.000 instansi pendidikan mulai dari TK sampai Perguruan
Tinggi menunjukkan bentuk nyata Muhammadiyah dalam mengawal kaum millenial
mewujudkan pendidikan yang berkualitas dalam rangka membangun jiwa raga dan akal budi
serta me-rekonstruksi sistem pendidikan yang mencerahkan, dengan visi terbentuknya manusia
pembelajar yang bertaqwa, berakhlak mulia, dan berkemajuan. Visi tersebut dibarengi dengan
misi yang akan dicapai, yaitu :

1. Mendidik manusia agar memiliki kesadaran ilahiah, jujur, dan berkepribadian mulia
2. Membentuk manusia berkemajuan yang memiliki jiwa pembaruan, berfikir cerdas,
kreatif, inovatif, dan berwawasan luas.
3. Mengembangkan potensi manusia berjiwa mandiri, beretos kerja keras, wirausaha, dan
4. Membina peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki kecakapan hidup dan
keterampilan sosial, teknologi, informasi, dan komunikasi serta
5. Membimbing peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki jiwa, daya-cipta, dan
kemampuan mengapresiasi karya seni-budaya.
6. Membentuk kader bangsa yang ikhlas, bermoral, peka, peduli, serta bertanggungjawab
terhadap kemanusiaan dan lingkungan.

Banyak orang mengira, Muhammadiyah merupakan organisasi politik maupun partai


politik. Kenyataan nya, Muhammadiyah sudah mem-proklamirkan diri sebagai organisasi non-
politik. Menjadi organisasi non-politik tidak menjadikan Muhammadiyyah menjadi organisasi
anti-politik. Hal ini terbukti sejak berdirinya Muhammadiyah pada tahun 1912 yang tetap
gencar memberikan sumbangsih untuk kemerdekaan Indonesia melalui gerakan dakwah yang
berorientasi pada pembaruan serta mencerdaskan dan memajukan kehidupan bangsa Indonesia.
Hingga saat ini pun Muhammadiyah kerap bergabung dalam kabinet menteri sebagai bentuk
partisipasi dalam kemajuan pemerintah-an contohnya Muhadjir Effendy, Malik Fadjar, masih
banyak lagi.

Muhammadiyah juga memegang peranan besar dalam usaha peningkatan kesehatan


masyarakat Indonesia. Muhammadiyah menyelenggarakan Seminar dan Rapat Kerja Nasional
(Rakernas) yang bertajuk “Muhammadiyah Membangun Kesehatan Bangsa”. Sinergi Strategis
antara Muhammadiyah dan Pemerintah dalam bidang Kesehatan, Kemitraan dengan BPJS di
era JKN serta implikasinya pada pelayanan kesehatan Rumah Sakit dan Klinik Muhammadiyah
manjadi salah satu isu penting yang akan dibahas dalam Rakernas ini. Selain itu, penguatan
“Gerakan 1000 Klinik Muhammadiyah”, dan reavitalisasi kembali spirit ideologi dakwah
Muhammadiyah di Bidang kesehatan menjadi bagian dari kegiatan ini yang diharapkan dapat
memperkokoh kontribusi Muhammadiyah bagi bangsa Indonesia di bidang kesehatan. Di
Bidang kesehatan dakwah Muhammadiyah telah mewujud dalam bentuk 97 Rumah Sakit dan
214 Klinik yang tersebar di Sumatera (6 Rumah Sakit dan 37 Klinik) , Jawa (81 Rumah Sakit
dan 141 Klinik), Kalimantan ( 4 Rumah Sakit dan 19 Klinik), Sulawesi (4 Rumah Sakit dan 15
Klinik), Maluku (1 Rumah Sakit), Nusa Tenggara Barat (1 Rumah Sakit dan 1 Klinik) dan
Papua (1 Klinik).

Hal tersebut juga ditunjang oleh penyelenggaraan berbagai lembaga pendidikan bagi tenaga
kesehatan, antara lain 11 Fakultas kedokterandan berbagai Fakultas Ilmu Kesehatan, dan
Sekolah Tinggi Kesehatan (akbid, akper, farmasi). Disamping itu, Muhammadiyah juga aktif
melakukan pembinaan bagi masyarakat terkait dengan promosi kesehatan. Antara lain isu
penanggulangan flu burung, eliminasi malaria, kesehatan ibu dan anak, TBC, pengendalian
tembakau / rokok, perilaku hidup bersih dan sehat dan gerakan masyarakat sehat (Germas).

Anda mungkin juga menyukai