Revolusi Industri 4.0 menjadikan kaula muda Indonesia memiliki akses ke berbagai
bidang dengan mudah dan tanpa batas. Kebebasan akses ini bisa menjadi benefit dan kerugian
dalam waktu bersamaan. Mudahnya akses, memberikan kesempatan lebih besar untuk
improvement diri dengan biaya terjangkau dan waktu yang fleksibel. Tidak seperti
pembelajaran sekolah yang terkesan kaku dan monoton, belajar ototidak sepertinya mulai
digemari anak millenial mengingat tidak ada peraturan yang mengikat dan menjadikan anak
bisa mengatur pace belajar mereka masing-masing dan tentu saja menghasilkan outcome yang
jauh lebih variatif. Di zaman sekarang rasanya menjadi youtuber dan mendirikan start-up
merupakan hal yang digemari kaula muda. Mudahnya akses belajar dapat menghasilkan para
kaum muda sukses dari kedua bidang tersebut bahkan tanpa menjalani pendidikan formal
dibidangnya, contohnya Agung Hapsah yang kemampuan editing nya bisa dikatakan tingkat
"expert" dengan hanya pendidikan bangku SMA. Kebebasan yang terkesan tak terbatas ini,
justru disatu sisi membawa Indonesia ke fase "Krisis Mental" dimana semua menjadi halal dan
benar asalkan tujuan tercapai bagaimanapun caranya. Hal ini sangat ber-tentangan dengan adat
budi pekerti dan sopan santun yang sudah lama tertanam dalam diri bangsa Indonesia, muslim
khususnya.
Mempunyai kurang lebih 35.000 instansi pendidikan mulai dari TK sampai Perguruan
Tinggi menunjukkan bentuk nyata Muhammadiyah dalam mengawal kaum millenial
mewujudkan pendidikan yang berkualitas dalam rangka membangun jiwa raga dan akal budi
serta me-rekonstruksi sistem pendidikan yang mencerahkan, dengan visi terbentuknya manusia
pembelajar yang bertaqwa, berakhlak mulia, dan berkemajuan. Visi tersebut dibarengi dengan
misi yang akan dicapai, yaitu :
1. Mendidik manusia agar memiliki kesadaran ilahiah, jujur, dan berkepribadian mulia
2. Membentuk manusia berkemajuan yang memiliki jiwa pembaruan, berfikir cerdas,
kreatif, inovatif, dan berwawasan luas.
3. Mengembangkan potensi manusia berjiwa mandiri, beretos kerja keras, wirausaha, dan
4. Membina peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki kecakapan hidup dan
keterampilan sosial, teknologi, informasi, dan komunikasi serta
5. Membimbing peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki jiwa, daya-cipta, dan
kemampuan mengapresiasi karya seni-budaya.
6. Membentuk kader bangsa yang ikhlas, bermoral, peka, peduli, serta bertanggungjawab
terhadap kemanusiaan dan lingkungan.
Hal tersebut juga ditunjang oleh penyelenggaraan berbagai lembaga pendidikan bagi tenaga
kesehatan, antara lain 11 Fakultas kedokterandan berbagai Fakultas Ilmu Kesehatan, dan
Sekolah Tinggi Kesehatan (akbid, akper, farmasi). Disamping itu, Muhammadiyah juga aktif
melakukan pembinaan bagi masyarakat terkait dengan promosi kesehatan. Antara lain isu
penanggulangan flu burung, eliminasi malaria, kesehatan ibu dan anak, TBC, pengendalian
tembakau / rokok, perilaku hidup bersih dan sehat dan gerakan masyarakat sehat (Germas).