Anda di halaman 1dari 7

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Al-Islam Kemuhammadiyahan III

Dosen Pengampu :

Drs. Syamsurizal Yazid, M.A

Disusun oleh :

Dwi Triharyani (201610170311059)

Nekmah (201710170311396)

Wahyu Prananda (201710170311409)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019
MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN

A. Faktor Yang Melatarbelakangi Gerakan Pendidikan Muhammadiyah


Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang mempelopori
pendidikan Islam modern. Salah satu latar belakang berdirinya Muhammadiyah
menurut Mukti Ali ialah ketidak efektifan lembaga pendidikan agama pada waktu
penjajahan Belanda, sehingga Muhammadiyah memelopori pembaruan dengan jalan
melakukan reformasi ajaran dan pendidikan Islam. Saat kolonial Belanda menjajah
bumi nusantara. Pendidikan Islam telah tersebar luas dalam wujud "pondok
pesantren", dimana islam diajarkan di musholla, langgar, masjid. Sistem yang
digunakan seperti sistem sorogan, bandongan, dan wetonan.

Dalam sekolah Belanda para murid tidak diperkenalkan pendidikan Islam


sehingga menjadikan cara berfikir dan tingkah laku mereka banyak yang menyimpang
dari ajaran Islam.Melihat kenyataan ini K.H Ahmad Dahlan beserta para tokoh
bertekad untuk memperbaharui pendidikan bagi umat Islam. Pembaharuan yang
dimaksud meliputi dua segi, yaitu segi cita-cita dan segi teknik. Segi cita-cita adalah
untuk membentuk manusia muslim yang berakhlaqul karimah, alim, luas pandangan
dan paham terhadap masalah keduniaan, cakap, serta bersedia berjuang untuk
kemajuan agama Islam. Sedang dari Segi teknik adalah lebih banyak berhubungan
dengan cara-cara penyelenggaraan pendidikan modern

Kini pendidikan Muhammadiyah telah berkembang pesat dengan segala


kesuksesannya, tetapi masalah dan tantangan pun tidak kalah berat. Pendidikan
Muhammadiyah merupakan bagian yang terintegrasi dengan gerakan Muhammadiyah
dan telah berusia sepanjang umur Muhammadiyah.

Sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar, Muhammadiyah


dituntut untuk mengkomunikasikan pesan-pesan dakwahnya dengan cara
menanamkan khazanah pengetahuan melalui jalur pendidikan. Secara umum dapat
dipastikan bahwa ciri khas lembaga pendidikan Muhammadiyah yang tetap
dipertahankan sampai saat ini adalah dimasukkannya mata pelajaran AIK/Ismuba di
semua lembaga pendidikan (formal) milik Muhammadiyah. Hal tersebut sebagai salah
satu upaya Muhammadiyah agar setiap individu senantiasa menyadari bahwa ia
diciptakan oleh Allah semata-mata untuk berbakti kepada-Nya. Allah menyatakan
pada surat Adz-Dzaariyat (57) ayat 56 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : “Kami ciptakan jin dan manusia agar mereka berbakti kepada-Ku.”

Bagi Muhammadiyah, nilai-nilai Islam harus menjadi pijakan universal dan


menjadi pedoman dalam setiap langkah dan tindakan. Oleh karena itu, Islam menurut
Muhammadiyah harus diajarkan dan disampaikan secara rasional.

Islam menurut Muhammadiyah dapat menghidupkan umat, dalam arti dapat


mandiri sekaligus mencapai kebahagiaan, membawa perubahan dan kemajuan baik
jasmani maupun rohani. Dengan demikian, Islam menurut Muhammadiyah bukanlah
Islam tradisional, atau Islam yang hanya berorientasi kepada kepuasan individual
melainkan Islam yang memberi kepuasan secara sosial, atau Islam yang sanggup
memegang kehidupan dunia tanpa melupakan kehidupan akhirat. Oleh karena itu
seorang muslim menurut Muhammadiyah harus hidup kreatif, bermanfaat bagi diri,
keluarga, masyarakat dan bangsanya.

Sistem pendidikan modern oleh Muhammadiyah disajikan saran untuk


menyampaikan da’wah Islam. Terlebih lembaga pendidikan Islam yang ada pada
masa penjajahan Belanda (seperti pondok pesantren) kurang mampu menjawab
tuntutan zaman. Sementara pendidikan yang diselenggarakan oleh Kolonial Belanda
sama sekali tidak memperhatikan pendidikan Islam bahkan terus menekan
perkembangan pendidikan Islam terutama di lembaga pendidikan formal. Akibatnya,
terjadilah jurang pemisah yang sangat lebar antara lulusan pendidikan Islam (pondok
pesantren) yang hanya berorientasi kepada keakhiratan dengan lulusan sekolah-
sekolah sekuler yang didirikan oleh kolonial Belanda.

B. Cita-Cita Pendidikan Muhammadiyah


Cita-cita pendidikan yang digagas Kyai Dahlan adalah lahirnya manusia-
manusia baru yang mampu tampil sebagai "ulama-intelek" atau "intelek-ulama", yaitu
seorang muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan
rohani. Dalam rangka mengintegrasikan kedua sistem pendidikan tersebut, Kyai
Dahlan melakukan dua tindakan sekaligus; memberi pelajaran agama di sekolah-
sekolah Belanda yang sekuler, dan mendirikan sekolah- sekolah sendiri di mana
agama dan pengetahuan umum bersama-sama diajarkan. Kedua tindakan itu sekarang
sudah menjadi fenomena umum; yang pertama sudah diakomodir negara dan yang
kedua sudah banyak dilakukan oleh yayasan pendidikan Islam lain.
C. Bentuk-Bentuk Dan Model Pendidikan Muhammadiyah

Muhammadiyah konsekuen untuk mencetak elit muslim terdidik lewat jalur


pendidikan. Ada beberapa tipe pendidikan Muhammadiyah :

a. Tipe Muallimin/Muallimat Yogyakarta (pondok pesantren)


b. Tipe madrasah/Depag; Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah
c. Tipe sekolah/Diknas; TK,SD,SMP,SMA/SMK,Universitas/ ST/ Politeknik/ Akademi
d. Madrasah Diniyah, dan lain-lain
Jumlah lembaga pendidikan formal yang dimiliki Muhammadiyah sebagai
berikut: SD 1.132, MI/Diniyah 1.769, SMP 1.184, MTs 534, SMA 511, SMK 263,
MA 172, (Jumlah 5.632). Universitas 39, Sekolah Tinggi 87, Akademi 54, Politeknik
4 (Jumlah 184). Dalam catatan Asep Purnama Bachtiar, sampai bulan Mei 2010,
pendidikan Muhammadiyah yang tersebar di Indonesia meliputi : SD/MI/MD ada
2.563 buah; SMP/Mts ada 1.685 buah, SMA/MA ada 747 buah; SMK ada 396 buah;
madrasah mualimin/malimat ada 25 buah; pondok pesantren ada 101 buah; PTM ada
172 buah (Suara Muhammadiyah, 2010). Info terbaru PAUD 6.723 buah, TK ABA
7.623 buah, SD/MI 2.604 buah, SMP/MTs 1.772 buah, SMA/SMK 1.143 buah, PT
172 buah.
Orientasi pembaharuan di bidang pendidikan menjadi prioritas utama yang ingin
dicapai oleh Muhammadiyah, hal ini tergambar dari tujuan pendidikan dalam
Muhammadiyah, untuk mencetak peserta didik/lulusan sekolah Muhammadiyah,
sebagai berikut :
1. Memiliki jiwa Tauhid yang murni
2. Beribadah hanya kepada Allah
3. Berbakti kepada orang tua serta bersikap baik terhadap kerabat
4. Memiliki akhlaq yang mulia
5. Berpengetahuan luas serta memiliki kecakapan, dan
6. Berguna bagi masyarakat, bangsa dan agama.
Pendidikan, menurut KH. Ahmad Dahlan, hendaknya diarahkan pada usaha
membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, luas pandangan dan
berakhlak. Usaha Muhammadiyah mendirikan dan menyelenggarakan sistem
pendidikan modern, karena Muhammadiyah yakin bahwa Islam bisa menjadi
rahmatan lil-‘alamin, menjadi petunjuk dan rahmat bagi hidup dan kehidupan segenap
manusia jika disampaikan dengan cara-cara modern. Dasarnya adalah Allah berfirman
pada surat Ar-rahman ayat 33 : “Wahai jama’ah jin dan manusia, jika kalian
sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu
sekalian tidak akan sanggup melakukannya melainkan dengan kekuatan (ilmu
pengetahuan).”

Rasulullah saw. Juga bersabda : “Ajarilah anak-anakmu dengan berbagai ilmu


pengetahuan, karena mereka akan hidup di satu zaman (masa) di mana zaman (masa) itu
jauh berbeda dengan zaman-mu” (Al Hadist)
Secara teoritik, ada tiga alasan mengapa pendidikan AIK perlu diajarkan:

1. Mempelajari AIK pada dasarnya agar menjadi bangsa Indonesia yang beragama Islam
dan mempunyai alam fikiran modern/tajdid/dinamis.
2. Memperkenalkan alam fikiran tajdid, dan diharapkan peserta didik dapat tersentuh
dan sekaligus mengamalkannya, dan.
3. Perlunya etika/akhlak peserta didik yang menempuh pendidikan di lembaga
pendidikan Muhammadiyah.
D. Tantangan Pendidikan Muhammadiyah
Sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar, Muhammadiyah dituntut untuk
mengkomunikasikan pesan dakwahnya dengan menanamkan khazanah pengetahuan melalui
jalur pendidikan.
a. Masalah Kualitas Pendidikan

Perkembangan amal usaha Muhammadiyah khususnya dalam bidang pendidikan yang


sangat pesat secara kuantitatif belum diimbangi peningkatan kualitas yang sepadan, sehingga
sampai batas tertentu kurang memiliki daya saing yang tinggi, serta kurang memberikan
sumbangan yang lebih luas dan inovatif bagi pengembangan kemajuan umat dan bangsa.

b. Permasalahan Profesionalisme Guru

Salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan dan proses pembelajaran
adalah pendidik atau guru. Betapapun kemajuan teknologi telah menyediakan berbagai ragam
alat bantu untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, namun posisi guru tidak
sepenuhnya dapat tergantikan. Itu artinya guru merupakan variable penting bagi keberhasilan
pendidikan.

c. Masalah Kebudayaan (Akulturasi)

Kebudayaan yaitu suatu hasil budi daya manusia baik bersifat material maupun
mental spiritual dari bangsa itu sendiri ataupun dari bangsa lain. Suatu perkembangan
kebudayaan dalam abad moderen saat ini adalah tidak dapat terhindar dari pengaruh
kebudayan bangsa lain. Kondisi demikian menyebabkan timbulnya proses alkulturasi yaitu
pertukaran dan saling berbaurnya antara kebudayaan yang satu dengan yang lainnya.

Dari sinilah terdapat tantangan bagi pendidikan-pendidikan islam yaitu dengan


adanya alkulturasi tersebut maka akan mudah masuk pengaruh negatif bagi kebudayaan,
moral dan akhlak anak. Oleh karena itu hal ini merupakan tantangan bagi pendidikan islam
untuk memfilter budaya-budaya yang negatif yang diakibatkan oleh pengaruh budaya-budaya
barat.
d. Permasalahan Strategi Pembelajaran

Dewasa ini terdapat tuntutan pergeseran paradigma pembelajaran dari model


tradisional ke arah model baru, namun kenyataannya menunjukkan praktek pembelajaran
lebih banyak menerapkan strategi pembelajaran tradisional dari pembelajaran baru. Hal ini
agaknya berkaitan erat dengan rendahnya professionalisme guru.

e. Masalah Kemajuan IPTEK

Sebagimana telah kita sadari bersama bahwa dampak positif dari pada kemajuan
teknologi sampai kini, adalah bersifat fasilitatif (memudahkan). Teknologi menawarkan
berbagai kesantaian dan ketenangan yang semangkin beragam.

Dampak negatif dari teknologi modern telah mulai menampakan diri di depan mata
kita, yang pada prinsipnya melemahkan daya mental-spiritual / jiwa yang sedang tumbuh
berkembang dalam berbagai bentuk penampilannya. Pengaruh negatif dari teknologi
elektronik dan informatika dapat melemahkan fungsi-fungsi kejiwaan lainya seperti
kecerdasan pikiran, ingatan, kemauan dan perasaan (emosi) diperlemah kemampuan
aktualnya dengan alat-alat teknologi-elektronis dan informatika.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Syamsul. 2017. Al Islam – Kemuhammadiyahan III. Malang: UMM


PRESS

Anda mungkin juga menyukai