Anda di halaman 1dari 2

Pendidikan Muhammadiyah

Yusak Yudha Wijaya


A. Sejarah Pendidikan Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam di Indonesia yang didirikan oleh KH
Ahmad Dahlan pada tahun 1912. Organisasi ini dikenal sebagai gerakan Islam modernis di
Indonesia, yang bertujuan untuk membersihkan dan memperbarui Islam berdasarkan ajaran
Nabi Muhammad SAW. Meskipun bukan organisasi pendidikan, Muhammadiyah sangat
terkenal dalam bidang pendidikan. Organisasi ini lahir dari tekad KH Ahmad Dahlan untuk
mengatasi permasalahan bangsa Indonesia, seperti kebodohan, kemelaratan, dan kemunduran
melalui sistem pendidikan.

Awal mula pendidikan Muhammadiyah dapat ditelusuri hingga pendirian "Sekolah Agama
Modern" yang disebut Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah (MIDI) pada 1 Desember
1911 oleh KH Ahmad Dahlan. Dengan demikian, sejarah pendidikan Muhammadiyah telah
berusia lebih dari satu abad, berusia 113 tahun pada tahun 2023. Perjalanan pendidikan
Muhammadiyah dapat dibagi menjadi empat periode: masa perintisan (1900-1923), masa
pengembangan (1923-1970), masa pelembagaan (1970-1998), dan masa transformasi (1998-
sekarang).

Masa perintisan adalah saat KH Ahmad Dahlan mencari konsepsi baru dalam sistem
pendidikan alternatif untuk mengatasi masalah kehidupan kaum pribumi yang terkait dengan
kemunduran dan kemiskinan. Pada periode ini, pendidikan Muhammadiyah mulai tumbuh
dan berkembang di luar Yogyakarta dan merambah ke daerah-daerah lain di Indonesia.

Masa pengembangan, yang berlangsung setelah wafatnya KH Ahmad Dahlan hingga tahun
1966, ditandai dengan perang kemerdekaan dan dualisme sistem pendidikan sekuler dan
keagamaan. Proses penerimaan terhadap pendidikan sekuler mulai berkembang, dan sekolah
Muhammadiyah muncul sebagai salah satu pemain utama dalam menyediakan pendidikan
yang mengintegrasikan ilmu-ilmu umum dan agama.

Masa pelembagaan, pada masa Orde Baru (1966-1998), ditandai dengan pembangunan
pendidikan yang lebih terencana, dengan sekolah negeri sebagai standar mutu.
Muhammadiyah memperluas sekolahnya ke daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh
pemerintah, sehingga tata kelola dan budaya sekolah Muhammadiyah semakin mengikuti
pola sekolah pemerintah.

Masa transformasi, yang dimulai setelah Orde Baru berakhir, menghadirkan tantangan baru.
Kebijakan pendidikan yang desentralistik-populis, seperti sekolah gratis, meningkatkan daya
tampung sekolah negeri, menghadirkan tantangan bagi sekolah Muhammadiyah. Sekolah-
sekolah swasta Islam baru juga muncul sebagai pesaing, menawarkan pendidikan alternatif
kepada kelas menengah muslim.

Untuk menghadapi tantangan ini, sekolah Muhammadiyah harus bertransformasi menjadi


sekolah berkemajuan yang menawarkan mutu layanan yang prima dan pembelajaran yang
bermakna sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar, sambil tetap menjunjung tinggi nilai-
nilai keunggulan Persyarikatan. Sebagai hasil dari transformasi ini, sekolah Muhammadiyah
akan memiliki berbagai wajah sesuai dengan kebutuhan masyarakat, tetapi selalu
mengutamakan mutu dan kualitas pendidikan

B. Filsafat Pendidikan Muhammadiyah

Filsafat Pendidikan Muhammadiyah dapat diuraikan melalui beberapa pendekatan. Pertama,


ada pendekatan normatif yang bersumber pada ajaran Islam, terutama al-Qur'an dan Sunnah
Nabi, yang dieksplorasi untuk membangun sistem filsafat pendidikan. Kedua, terdapat
pendekatan filosofis yang mengacu pada pemikiran dalam filsafat dan kemudian
diaplikasikan dalam konteks pendidikan. Ketiga, ada pendekatan formal yang berdasarkan
pada keputusan resmi persyarikatan. Keempat, pendekatan historis-filosofis yang melacak
perkembangan konsep dan praksis pendidikan oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah untuk
dianalisis dengan pendekatan filosofis.

Tujuan pendidikan Muhammadiyah telah mengalami evolusi sepanjang waktu. Pada era pra-
perumusan, tujuan pendidikan belum dirumuskan secara eksplisit, namun mengacu pada
pemikiran KH Ahmad Dahlan yang menekankan pentingnya belajar, mengejar pengetahuan,
dan menjaga kesucian hati. Selama era ini, pendidikan lebih berfokus pada pengembangan
akal.

Selanjutnya, pada era perumusan formal, pokok-pokok filsafat pendidikan Muhammadiyah


dapat ditemukan dalam dokumen keputusan Muktamar Muhammadiyah. Dokumen ini
menegaskan bahwa pendidikan Muhammadiyah adalah pendidikan Islam modern yang
mengintegrasikan agama dengan kehidupan dan menekankan tajdid dakwah amar ma'ruf nahi
munkar. Tujuh poin misi pendidikan Muhammadiyah mencakup kesadaran ketuhanan,
kemajuan, kemandirian, kecakapan hidup, jiwa, seni-budaya, dan pembentukan kader yang
peduli terhadap kemanusiaan dan lingkungan.

Dalam konteks pendidikan Muhammadiyah, pendidik diharapkan memiliki kompetensi dasar,


seperti kompetensi akademik dan pedagogik, serta komitmen terhadap ideologi persyarikatan
Muhammadiyah dan pemahaman keislaman. Selain itu, pendidik juga diharapkan memahami
pendidikan moral, individu, dan kemasyarakatan sebagai sarana untuk menanamkan nilai-
nilai Islam, membangun karakter pembelajar yang sesuai dengan Islam, serta meningkatkan
kesadaran individu dan kemampuan berinteraksi dalam masyarakat.

Ini mencerminkan komitmen Muhammadiyah untuk mengintegrasikan agama, ilmu


pengetahuan, dan nilai-nilai Islam dalam pendidikan untuk membentuk individu yang
berkemajuan, berakhlak mulia, dan berkontribusi positif kepada masyarakat dan bangsa.

Anda mungkin juga menyukai