Anda di halaman 1dari 13

BAB V

PEMBERIAN SKOR

A. Pengertian Skor
1. Pengertian bobot, skor, dan nilai
a. Bobot
Bobot adalah bentuk bilangan yang dikenakan terhadap setiap butir soal yang
nilainya ditentukan berdasarkan usaha siswa dalam menyelesaikan suatu soal (Erman
Suherman : 1994 : 213).
Dalam hal ini tinggi-rendahnya usaha itu dipengaruhi oleh derajat kesukaran
dan waktu yang diperlukan untuk menjawab soal dengan baik dan benar. Jika derajat
kesukaran suatu butir soal makin tinggi, makin besar pula bobot untuk butir soal
tersebut, karena memerlukan usaha yang derajatnya lebih tinggi. Begitu pula jika
penyelesaian soal makin memerlukan waktu yang lebih lama dari soal lainnya.
Sebaliknya jika butir soal tersebut tergolong mudah dan waktu penyelesaiannya relatif
lebih singkat dari waktu penyelesaian untuk butir soal lainnya, diberi bobot lebih kecil.
b. Skor
Skor adalah bilangan yang menunjukan hasil perolehan siswa dalam
menyelesaikan setiap butir soal.
Dengan kata lain skor merupakan angka yang menunjukan jumlah jawaban yang
benar dari jumlah butir soal. Dengan demikian skor merupakan data mentah dari hasil
suatu evaluasi siswa yang bersifat kuantitatif.
Skor untuk keseluruhan butir soal dari suatu perangkat tes yang diperoleh
seorang siswa disebut skor tes dari siswa tersebut. Skor ini disebut skor aktual, artinya
skor kenyataan yang diperoleh siswa. Jika skor tersebut paling rendah diantara skor –
skor yang diperoleh siswa lainnya, disebut skor minimal aktual. Sebaliknya jika
tertinggi disebut skor maksimal aktual. Jika seluruh soal dalam perangkat tes itu dapat
dijawab dengan benar (tanpa salah), sesuai dengan harapan pembuat soal, disebut skor
maksimal ideal, sebaliknya untuk kondisi tidak ada satu butir soal pun yang dapat
dijawab dengan benar disebut skor minimal ideal (Erman Suherman : 1994 : 213).
Menurut Anas Sudijono (1996 : 301) skor adalah hasil pekerjaan menyekor yang
diperoleh dengan jalan menjumlahkan angka-angka bagi setiap butir item yang oleh
teste dijawab dengan betul, dengan memperhitungkan bobot jawaban betulnya.

92
Menurut Arikunto (2003: 235) skor adalah hasil pekerjaan menskor dengan
menjumlahkan angka- angka bagi setiap soal tes yang dijawab betul oleh siswa.
c. Nilai
Nilai adalah skor yang diolah lebih lanjut dengan menggunakan aturan dan
kriteria tertentu sehingga dapat diinterpretasikan. Nilai dapat berupa bilangan atau
kuantitatif dan dapat pula berupa huruf atau kategori (kualitatif).
Menurut Anas Sudijono (1996 : 311) nilai adalah angka (bisa juga huruf), yang
merupakan hasil ubahan dari skor yang sudah dijadikan satu dengan skor-skor lainnya,
serta disesuaikan pengaturannya dengan standar tertentu.
Menurut Arikunto (2003: 235) nilai adalah angka ubahan dari skor dengan
menggunakan acuan tertentu, yakni acuan normal dan acuan standar.

2. Hubungan antara skor, bobot, dan nilai


Hubungan antara skor, bobot, dan nilai yaitu skor merupakan data mentah hasil
evaluasi yang berupa bilangan, skor maksimal yang diperuntukkan bagi setiap nomor
(butir) soal apabila siswa dapat menjawab dengan benar disebut bobot, nilai adalah hasil
pengolahan skor maksimal dengan aturan tertentu sehingga dapat diinterpretasikan. Nilai
dapat berupa angka (kuantitatif) dan dapat pula berupa huruf atau kategori (kualitatif).
Perbedaan antara skor dan nilai adalah skor masih berupa data mentah sehingga
belum dapat diinterpretasikan jika tanpa tolak ukur, sehingga perlu dukungan fakta yang
lain, sedangkan nilai sudah dapat diinterpretasikan asalkan sudah diketahui sistem
penilaian yang digunakan.

B. Pemberian Skor
Menurut Anas Sudijono (1996 : 301) Pemberian skor merupakan langkah pertama
dalam proses pengolahan hasil tes, yaitu proses pengubahan jawaban-jawaban soal tes
menjadi angka-angka. Dengan kata lain, pemberian skor itu merupakan tindakan kuantifikasi
terhadap jawaban-jawaban yang diberikan oleh teste dalam suatu tes hasil belajar.
Angka-angka hasil penilain itu selanjutnya sudah menjadi nilai-nilai melalui proses
tertentu. Pengubahan simbol untuk menyatakan nilai-nilai hasil tes itu ada yang tertuang
dalam bentuk angka dengan rentangan antara 0 sampai dengan 10, atara 0 sampai dengan
100, dan ada pula yang menggunakan simbol huruf yaitu huruf A,B,C,D dan E.

93
1. Pemberian skor untuk soal tes subyektif
Soal tes ini pada umumnya berbentuk essay (uraian). Tes bentuk essay adalah
sejenis tes yang memberikan kesempatan pada peserta tes untuk memperlihatkan
kemampuannya dalam hal penguasaan bahan, penulisan, analisis, sintesis, evaluasi dan
daya cipta (Suke Silverius : 1991 : 104).
Sebelum penyusunan sebuah tes sebaiknya ditentukan terlebih dahulu pokok- pokok
jawaban yang dikehendaki, karena hal ini akan mempermudah dalam pengerjaan
mengoreksi tes tersebut. Tes bentuk uraian tidak memiliki jawaban yang pasti, setiap
siswa yang satu dengan yang lain mempunyai jawaban yang beraneka ragam. Langkah-
langkah yang harus dilakukan untuk mengoreksi dan memberi angka tes bentuk uraian,
antara lain:
a. Membaca soal pertama dan melihat seluruh jawaban siswa di nomor pertama, maka
diharapkan akan diperoleh gambaran lengkap tidaknya jawaban yang diberikan
seluruh siswa.
b. Menentukan besarnya angka untuk soal pertama. Misalnya jika jawabannya lengkap
digunakan angka 5, kurang sedikit diberi angka 4, begitu seterusnya sampai kepada
jawaban yang paling minim jika jawabannya meleset sama sekali (Arikunto, 2003:
230).
Untuk menentukan angka dalam pada hal terakhir ini umumnya guru tidak perlu
berfikir adanya unsur tebakan. Sedangkan untuk jawaban salah, terdapat dua
pendapat untuk menentukan apakah jawaban salah akan mendapatkan angka atau
tidak, angka 1 atau 2 untuk jawaban yang salah, dan satu pendapat lagi menentukan
angka 0 untuk jawaban salah. Jawaban yang kosong (tidak ada jawaban sama sekali)
angkanya adalah 0.
c. Memberikan skor untuk soal pertama.
d. Mengulangi langkah yang sama dalam menentukan angka bagi soal berikutnya
e. Menjumlahkan angka yang diperoleh siswa untuk setiap soal.
Pembuat soal hendaknya menyusun rambu-rambu penilaian yang harus diberikan
kepada pemeriksa agar mengurangi perbedaan hasil pemeriksaan yang mencolok dan
unsur subyektivitas.
Susunan rambu-rambu yang dibuat oleh pembuat soal kepada pemeriksa sebagai
berikut :
a. Tentukan besar bobot yang akan diberikan untuk masing-masing butir soal.

94
b. Berikan skor untuk setiap langkah pengerjaan siswa sehingga skor untuk baris
(langkah) terakhir sama dengan bobot untuk butir soal tersebut.
Pada soal subyektif untuk setiap langkah pengerjaan dengan bobot yang berlainan
untuk setiap soal, tergantung dari kadar kesulitan dan usaha yang dituntut dari siswa.
Cara pemberian skor ada dua, yaitu skor yang diberikan sifatnya pasti karena jika
benar diberi skor 1 dan jika salah skornya 0 untuk setiap langkah pengerjaan yang
dilakukan oleh siswa, sedangkan untuk cara yang kedua dengan menggunakan selang
nilai seperti contoh soal di bawah ini:
1. Carilah himpanan penyelesaian dari x (x - 3) = x + 5!
2. Pak Ali membeli bak mandi berbentuk tabung dengan jari-jari 0,7 m, dan tinggi 0,5 m.
Berapa literkah volume bak tersebut?
3. Selesaikanlah 145 x 20 dengan cara panjang!
Penyelesaian soal-soal diatas serta rentang skornya adalah :
1. Jawab : Bobot Rentang skor
x (x - 3) = x + 5
 x2 - 3x = x + 5 ..................... 2 2
 x2 - 3x – x - 5 = 0 ................. 2 4
 x2 - 4x - 5 = 0 ....................... 1 5
 ( x + 1) (x - 5) = 0 ............... 3 8
 x = -1 atau x = 5 ............... 1 9
HP : {-1, 5} .............................. 1 10

Pada contoh no.1 skor maksimal untuk soal tersebut dimisalkan 10. Skor yang
dicapai siswa ditulis di sebelah kanan bersifat kumulatif. Ini berarti jika siswa telah
mengerjakan dengan benar sampai langkah tersebut maka akan mendapat skor yang
tertulis disampingnya. Skor tersebut diperoleh dari bobot yang telah ditetapkan oleh guru,
sehingga besarnya skor merupakan penjumlahan daripada bobot yang telah ditetapkan.
Apabila ada siswa yang mengerjakan seperti dibawah ini :
x (x - 3) = x + 5 Bobot Rentang skor
 x2 - 3x = x + 5 2 2
 x2 - 4x - 5 = 0 1 3
 (x + 1) (x - 5) = 0 3 6
 x = -1 atau x = 5 1 7

95
HP : {-1, 5} 1 8
maka siswa tersebut mendapat skor 8.
2. Jawab : Bobot Rentang skor
Volume bak = π r 2 t .......................................... 1 1
22
(tabung) = x 0,7 m x 0,7 m x 0,5 m ...... 1 2
7
= (22 x 0,1 x 0,7 x 0,5) m3…….... 1 3
= 0,77 m3...................................... 3 6
= 0,77 x 1000 dm3 ....................... 1 7
= 770 dm3 .................................... 2 9
= 770 liter .................................... 1 10
3. Jawab : Bobot Rentang skor
145 x 20 = (100 + 40 + 5) x 20 ............................1 1
= (100 x 20) + (40 x 20) + (5 x 20) ...... 1 2
= 2000 + 800 +100 ............................... 1,5 3,5
= 3000 + 900 ........................................ 0,5 4
= 3900 ................................................. 1 5
Pada contoh diatas, andaikan diambil 1 siswa untuk nomor 1 mendapatkan skor 4,
soal nomor 2 dengan skor 4, dan soal nomor 3 dengan skor 2, maka skor akhir diperoleh
dengan rumus :

b1 S +b2 S +b3 S
1 2 3
S =
a n

dimana, Sa = skor akhir


b1, b2, b3 = bobot soal no1, 2, dan 3
S1, S2, S3 = skor yang diperoleh siswa
n = jumlah bobot (10 + 10 + 5)
10,4+10,4+5,2
S a= =3,5
dari soal diatas diperoleh 25
dengan skor 3,5 berarti siswa tersebut termasuk kurang pandai, karena dilihat dari bobot
soal 1, 2, 3 dengan skor maksimal 9 maka ia berada di bawah 50%. Nilai yang diperoleh
3,5
misal berupa bilangan atau kuantitatif dalam persen yaitu : 9 x 100 = 38,8
jadi nilai yang diperoleh siswa tersebut 38,8.
2. Pemberian skor untuk soal tes obyektif

96
Soal obyektif terdiri dari soal pilihan ganda, menjodohkan, bentuk B-S dan bentuk
jawaban atau isian singkat. Maka pemberian skor pada masing- masing bentuk ini adalah

a. Pemberian skor untuk soal bentuk pilihan ganda (P-G)


Menurut Ngalim Purwanto (2004 : 66-67) cara menskor untuk bentuk tes ini
adalah sebagai berikut : item yang dijawab betul diberi skor 1(satu), dan yang salah
salah diberi skor 0 (nol).
Dalam soal bentuk pilihan ganda terdiri atas keterangan (item) dan
kemungkinan jawaban (options). Kemungkinan jawaban (options) ini terdiri atas satu
jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distraktor).
Menulis soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan keterampilan dan
ketelitian. Hal yang paling sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk pilihan ganda
adalah menuliskan pengecohnya. Pengecoh yang baik adalah pengecoh yang tingkat
kerumitan atau tingkat kesederhanaan, serta panjang-pendeknya relatif sama dengan
kunci jawaban. Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam penulisan soal bentuk
pilihan ganda, maka dalam penulisannya perlu mengikuti langkah-langkah berikut,
langkah pertama adalah menuliskan pokok soalnya, langkah kedua menuliskan kunci
jawabannya, langkah ketiga menuliskan pengecohnya.
Dalam menentukan angka untuk tes bentuk pilihan ganda ada 2 macam cara yaitu :
1). Dengan mempertimbangkan faktor tebakan
Dalam menentukan skor untuk bentuk tes pilihan ganda berdasarkan faktor
tebakan, apabila jawabannya salah maka akan dikenakan denda (pengurangan
skor).

S k =∑ B−
∑S
n−1

dimana, S k : skor (koreksi).

∑B : banyaknya soal yang dijawab dengan benar.

∑S : banyaknya soal yang dijawab salah.


n : banyaknya options.
Jika dalam mengerjakan tes yang berbentuk pilihan ganda terdapat item yang tidak
dijawab (dikosongkan), maka dalam penskoran, item yang tidak dijawab tidak
diperhitungkan (tidak diangap benar dan tidak dianggap salah).

97
Contoh penggunaan :
1. Jumlah soal: 20 item
Option : 4 item (a, b, c, d)
Jawaban betul : 14 item
Jawaban salah : 6 item
Maka skor yang diperoleh adalah sebagai berikut :

S k =∑ B−
∑S
n−1
6
S k =14− =14−2=12
4−1
2. Jumlah soal: 20 item dengan options 4.
Jawaban benar: 16 item
Jawaban salah : 3 item
Tidak dijawab : 1 item
Skor yang diperoleh :

S k =∑ B−
∑S
n−1
3
S k =16− =16−1=15
4−1
jadi, yang diperhitungkan dalam penskoran hanya 19 soal.

2). Tidak mempertimbangkan faktor tebakan


S k =∑ Bxb

dimana, Sk : skor (koreksi)

∑B : banyaknya soal dijawab dengan benar


b : bobot soal
Contoh penggunaan :
Jumlah soal : 10 item
Jumlah benar : 6 item
Jumlah salah : 4 item
Bobot soal : 3 (ditentukan)
Skor yang diperoleh :
S k = 6 x 3 = 18

98
b. Pemberian skor untuk soal bentuk B – S
Menurut Ngalim Purwanto (2004 : 66-67) setiap item tes bentuk benar-salah diberi skor
maksimum 1 (satu). Jadi, apabila suatu item dijawab benar, maka skornya adalah 1 (satu).
Akan tetapi, jika dijawab salah, maka skornya 0 (nol).
Untuk menghitung skor terakhir dari seluruh item tes bentuk benar salah biasanya dipergunakan
rumus sebagai berikut :

1) Dengan mempertimbangkan faktor tebakan


S=R−W
Keterangan :
S = skor terakhir atau yang diharapkan
R = jumlah item yang dijawab betul
W = jumlah item yang dijawab salah
Jika dalam mengerjakan tes yang berbentuk B – S terdapat item yang tidak dijawab
(dikosongkan), maka dalam penskoran, item yang tidak dijawab tidak diperhitungkan (tidak
diangap benar dan tidak dianggap salah).
Contoh penggunaan :
1. Jumlah soal : 20 item
Jumlah benar : 13 item
Jumlah salah : 7 item
Maka skor yang diperoleh adalah sebagai berikut:
S=R−W
= 13−7
=6
2. Jumlah soal : 20 item
Jumlah benar : 10 item
Jumlah salah : 10 item
Maka skor yang diperoleh adalah sebagai berikut:
S=R−W
= 10−10
=0

99
2) Tidak mempertimbangkan faktor tebakan
S k =∑ Bxb

dimana, S k : skor (koreksi)

∑B : banyaknya soal dijawab dengan benar


b : bobot soal
Contoh penggunaan :
Jumlah soal : 20 item
Jumlah benar : 13 item
Jumlah salah : 7 item
Bobot soal : 1 (ditentukan)
Maka skor yang diperoleh sebagai berikut :
S k =∑ Bxb
Sk = 13 x 1 = 13
c) Pemberian skor untuk soal bentuk menjodohkan (M – I)
Cara pertama rumus yang digunakan untuk memberikan skor pada soal bentuk ini
adalah :

Sk =
(∑ B−
∑S
( N 1−1 )( N 2 −1 ) ) xb

Sk : skor (koreksi)

∑B : banyaknya soal yang dijawab dengan benar

∑S : banyaknya soal yang dijawab salah.


N1 : banyaknya soal pada kolom sebelah kiri
N2 : banyaknya alternatif jawaban pada kolom sebelah kanan
b : bobot soal
Contoh penggunaan :
Jumlah soal : 10 item
Jumlah alternatif jawaban : 10 item
Jumlah benar : 6 item
Jumlah salah : 4 item
100
Bobot soal : 1,5 (ditentukan)
Skor yang diperoleh :

Sk =
( ∑ B− N −1∑ N −1
( 1
S
)( 2 ) ) xb

(
S k = 6−
4
( 10−1 )( 10−1 ) )
x 1,5=8,9

Cara dua menurut Ngalim Purwanto (2004 : 67-68)


S=R
Dimana, S = skor terakhir yang diharapkan
R = jumlah item benar
Contoh penggunaan:
1. Misalkan sebuah tes berbentuk menjodohkan banyaknya 10 item.
Ahmad dapat mengerjakan tes tersebut 7 item betul dan 3 item salah.
Maka skor yang diperoleh ahmad = 10-3 = 7
2. Cara lain dalam penilaian tes berbentuk menjodohkan dapat juga dilakukan dengan
menentukan tingkat kesukaran dari tes tersebut dibandingkan dengan tes-tes bentuk
lain yang digunakan bersama-sama. Cara yang kedua ini perlu dilakukan jika kita
menganggap bahwa item yang berbentuk menjodohkan itu lebih sukar dari pada
item bentuk lain yang digunakan bersama dalam suatu tes.
Misalkan suatu tes terdiri dari tiga macam bentuk yaitu benar-salah pilihan
ganda dan menjodohkan. Kita telah menetapkan bahwa tingkat kesukaran tiap item dari
ketiga macam bentuk tes tersebut berturut-turut adalah 1,2, dan 4. ini berarti bahwa
nilai tiap item yang betul dari benar-salah sama dengan 1, pilihan ganda sama dengan
2, dan menjodohkan sama dengan 4.
Andaikan tes yang berbentuk menjodohkan itu ada 10 item, dan Basir dapat menjawab
betul 7 item, maka skor diperoleh Basir = 7 x 4 = 28.

d) Pemberian skor untuk soal bentuk isian singkat


Rumus yang digunakan untuk memberikan skor pada soal bentuk ini adalah :
S k =∑ Bxb

dimana, S k : skor (koreksi)

∑B : banyaknya soal dijawab dengan benar

101
b : bobot soal

Contoh penggunaan :
Jumlah soal : 10 item
Jumlah benar : 6 item
Jumlah salah : 4 item
Bobot soal : 2 (ditentukan)
Skor yang diperoleh : 6 x 2 = 12
Sebelum tes dimulai, sebaiknya guru menjelaskan terlebih dahulu bagaimana
cara menskor akan dilakukan, dan bagaimana pula cara mengolah skor menjadi nilai.
Dengan demikian, siswa yang dites akan lebih berhati – hati dalam mengerjakannya.
Misalkan suatu tes matematika terdiri dari 10 item soal B – S, 20 item bentuk P
– G dengan 4 option, 5 item bentuk menjodohkan dengan 7 alternatif jawaban, dan
10 item isian. Mengingat kadar kesulitan dan usaha siswa dalam mengerjakan setiap
bentuk tersebut berlainan maka bobot untuk soal bentuk B – S ditentukan 1, bentuk
P – G bobotnya 3, bentuk menjodohkan bobotnya 1,5, dan bentuk isian bobotnya 2.
Jika seorang siswa dapat menjawab benar bentuk B – S 7 item, bentuk P – G
15 item, bentuk menjodohkan 2 item dan bentuk isian 8 item, maka skor yang
diperoleh siswa tersebut adalah :
Skor (B – S) = (7 – 3) x 1 = 4,0

Skor (P – G)
(= 15− 53 ) x 3 = 40,0

Skor (M - I) =
( 2− ) x 1,5
4
3
.6 = 2,8
Skor isian = 8 x 2 = 16,0 +
Skor total = 62,8
Jika seorang siswa dapat menjawab soal tersebut dengan benar, maka skor
(maksimal ideal) yang diperoleh adalah :
10 x 1,0 = 10,0
20 x 3,0 = 60,0
5 x 1,5 = 7,5
10 x 2,0 = 20,0 +
Skor maksimal ideal = 97,5
Jadi tingkat penguasaan siswa tersebut adalah :
102
62 ,8
x100=64,4
97 ,5

TUGAS
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar!
1. Jelaskan pengertian skor dan nilai sehingga tampak perbedaannya!
2. Jelaskan bagaimana pemberian skor untuk soal bentuk uraian dan bentuk objektif!
3. Sebutkan susunan rambu – rambu yang dibuat oleh pembuat soal kepada pemeriksa
dalam pemberian skor untuk soal subjektif!
4. Siswa yang menjawab dengan benar 60 butir soal dari 100 butir soal pilihan ganda
dengan option 5 secara menerka – nerka, berapa banyaknya soal yang sungguh –
sungguh dikuasai siswa tersebut?
5. Diberikan 50 soal berbentuk pilihan ganda biasa dengan 4 option, siswa A
menjawab 40 soal dengan benar dan 4 soal dikosongkan. Berapa tingkat penguasaan
siswa terhadap soal tersebut?
6. Dalam tes matematika yang terdiri atas 10 butir soal isian singkat dengan bobot masing-
masing 10, seorang siswa berhasil menjawab benar 8 soal, salah 2 soal. Berapa skor yang
diperoleh oleh siswa tersebut?
7. Dalam tes matematika yang terdiri atas 10 butir soal menjodohkan dengan bobot 1,5 dan
jumlah alternatif jawaban 10 butir, seorang siswa dapat menjawab dengan benar 6 butir
soal, salah 4 butir soal, berapa skor yang diperoleh siswa tersebut?
8. Suatu tes dengan komposisi terdiri dari 20 soal B – S dengan bobot 1; 20 soal P - G
dengan 4 option diberi bobot 2; 20 soal menjodohkan dengan bobot 2 dan 2 soal uraian
dengan bobot 10. Untuk bentuk B – S dan P – G pemberian skor dengan tebakan. Jika
seorang siswa dapat menjawab dengan benar B – S 17 soal, P – G 15 soal, menjodohkan
18 soal, dan isian 1 soal, berapa skor total siswa tersebut?
9. Dari soal nomor 8 diatas berapa tingkat penguasaan siswa terhadap soal tersebut?

103
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar- dasar Evaluasi Pendidikan. Tersedia di


http://ratnagandhis.blogspot.com/. Diakses tanggal 11 Maret 2010.

Kusno. 2004. Buku Ajar Penilaian Proses dan Hasil Belajar, FKIP UMP,

Purwanto, Ngalim. 2004. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, PT Remaja Rosda
Karya. Bandung.

Silverius, Suke, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, PT Grasindo, Jakarta, 1991.

Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,1996.

Suherman, Erman, Drs, M.Pd, Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika, Depdikbud
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara
DIII, Jakarta, 1994.

104

Anda mungkin juga menyukai