Anda di halaman 1dari 3

TUGAS KEMUHAMMADIYAHAN

Nama : Laila Khoirunnisa Hijrianti (20180350095)*


Hasna Nuansa Sasadara (20180350100)*
Prodi : Farmasi

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN

Salah satu factor yang menjadi penyebab didirikannya Muhammadiyah yaitu kondisi
pendidikan Islam yang terbelakang. Kondisi terseut mendasari K.H Ahmad Dahlan untuk
mendirikan sekolah agama, dengan system pembelajarannya merujuk pada kitab pesantren
sedangkan metode dan fasilitasnya menggunakan cara yang dikembangkan oleh Belanda.
Munculnya lembaga pendidikan dalam muhammadiyah merupakan wujud nyata dari gerakan
dakwah praksis muhammadiyah, sehingga kegiatan pendidikan tidak bisa dilepaskan dari
kegiatan dakwah.Berikut ini adalah model pendidikan K.H Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah,
yaitu :
1. Integralistik
Cita-cita pendidikan yang digagas Beliau adalah lahirnya manusia-manusia baru yang
mampu tampil sebagai “ulama-intelek” atau “intelek-ulama”, yaitu seorang muslim
yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani.
2. Mengadopsi Substansi dan Metodologi Pendidikan Modern Belanda dalam Madrasah
– Madrasah Pendidikan Agama
Yaitu mengambil beberapa komponen pendidikan yang dipakai oleh lembaga
pendidikan Belanda. Dari ide ini, K.H. Ahmad Dahlan dapat menyerap dan kemudian
dengan gagasan dan praktek pendidikannya dapat menerapkan metode pendidikan
yang dianggap baru saat itu ke dalam sekolah yang didirikannya dan madrasah-
madrasah tradisional.
3. Memberi Muatan Pengajaran Islam pada Sekolah – Sekolah Umum Modern Belanda
Muhammadiyah baru memutuskan meminta kepada pemerintah agar memberi izin
bagi orang Islam untuk mengajarkan agama Islam di sekolah-sekolah Goebernemen
pada bulan April 1922. Sebenarnya sebelum Muhammadiyah didirikan ini sudah
diusahakan namun baru mendapat izin saat itu.
4. Menerapkan Sistem Kooperatif dalam Bidang Pendidikan
Dapat dilihat adanya kerjasama yang harmonis antara pemerintahan Belanda dengan
Muhammadiyah. Keduanya sama-sama memperoleh keuntungan. Pertama, dari sikap
non oposisional. Kedua, mendukung program pembaharuan keagamaan termasuk di
dalam bidang pendidikan. Sikapnya yang akomodatif dan kooperatif memberikan
ketentuan mutlak untuk bertahan hidup di tengah iklim yang sangat tidak ramah
terhadap gerakan nasionalis pribumi dan disaat tidak satupun gerakan yang sebanding
dengannya dapat bertahan saat itu. Sehingga K.H. Ahmad Dahlan dapat masuk lebih
dalam pada lingkungan pendidikan kaum misionaris yang diciptakan oleh pemerintah
Belanda, yang saat itu lebih maju kedepan dari pada sistem penddikan pribumi yang
tradisional
Dari system pendidikan yang ada pada saat itu, dapat dilihat perbedaan antara pendidikan
tradisional dengan pendidikan yang sudah modern, diantaranya yaitu :
1. Sistem Lama / Tradisional
 Sistem belajar mengajar Weton dan Sorogenen
 Bahan pelajaran semata – mata agama, kitab – kitab karangan ulama, pembaharuan
tidak dipergunakan.
 Belum ada RP yang teratur dan integral.
 Hubungan guru dan murid lebih bersifat otoriter dan kurang demokratis.
2. Sistem Baru / Modern
 Sistem klasikal dengan cara – cara Barat
 Bahan pelajaran tetap, ditambah ilmu pengetahuan umum, kitab – kitab agama
dipergunakan secara luas, baik klasik maupun kontemporer.
 Sudah diatur dengan Rencana Pembelajaran
 Diusahakan suasana hubungan guru dan murid lebih akrab, bebas dan demokratis.

Dengan adanya system pendidikan yang dikembangkan oleh K.H Ahmad Dahlan, pengaruh
pendidikan tersebut bagi masyarakat umum antara lain ; Membawa pembaruan dalam bentuk
kelembagaan pendidikan, yang semula seistem pesantren menjadi system sekolah, memasukkan
pelajaran umum kepada sekolah-sekolah keagamaan atau madrasah, mengadakan perubahan
dalam metode pengajaran, dari yang semula menggunakan metode weton dan sorogan menjadi
lebih bervariasi, dan masih banyak lagi lainnya. Kondisi pendidikan Muhammadiyah saat ini bisa
dibilang sudah sangat berkembang pesat hal tersebut bisa dibuktikan dengan adanya TK/TPQ
berjumlah 4.623 yang tersebar luas di Indonesia. Adapun pengorganisasian pengelolaan lembaga
pendidikan Muhammadiyah, yaitu :
 Pimpinan muhammadiyah berhak mengatur penyelenggaraan lembaga pendidikan,
sehingga setiap pengelola (kepsek/rektor) harus tunduk pada aturan organisasi
 Model pengelolaan keuangan dilakukan dengan sistem subsidi silang, sehingga
sekolah/ptm yang kaya (dana cukup) membantu sekolah yang miskin (kurang) dengan
diatur oleh pimpinan muhammadiyah.
 Semua aset yang dimiliki oleh lembaga pendidikan adalah milik persyarikatan, sehingga
apabila terjadi perselisihan yang mengakibatkan penutupan maka semuanya kembali
menjadi milik muhammadiyah.
 Pengelola amal usaha, termasuk lembaga pendidikan bertanggungjawab kepada pimpinan
muhammadiyah.
PERAN POLITIK MUHAMMADIYAH

Muhammadiyah memiliki beban sejarah dantanggungjawab (civilsociety, masyarakat madni


yah) yangmenjadikan Indonesia sebagaibangsa yang maju, adil, makmur, sejahtera, bermartabat,
dan berdaulat di hadapan bangsa - bangsa lain. Peran sejarah yang penting dan strategis itu
hanya dapat dilakukan manakala Muhammadiyah mampu berdiri dalam posisiyang benar,
karenanya Muhammadiyah dituntutuntuk mampu menjalankan perannya dengan
tetap berdiri kokoh di atas fondasi atauprinsip gerakannya

Dr. Alfian, seorang peneliti Muhammadiyahmenyatakan bahwa dalam


perkembangannya Muhammadiyah sesungguhnya memainkan tiga peranan yang saling terkait,
yaitu:
1. Sebagai reformis keagamaan (memberantas takhayul, bid’ah, dan khurafat)
2. Sebagai pelaku perubahan sosial
3. Sebagai kekuatan politik

MAKNA POLITIK

Politik secara klasik berkaitan dengan urusan negara atau pemerintahan


Politik juga menyangkut nilai, yaknialokasi nilai yang dipandang berhargauntuk diperjuangkan
dalam kehidupanmasyarakat.Dalam perjalanannya, sebagai gerakan sosial besar yang
terorganisasi baik di Indonesia, Muhammadiyah tampaknya tidak mampu menghindar untuk
terlibat dalam politik. Muhammadiyah tetap mampu memilah atau melakukan pembagian kerja
antara ranah politik kekuasaan yang menjadi fungsi-tugas kekuatan politik (oleh partai politik)
Karena itu Muhammadiyah memandangperlunya pembagian peran antara kekuatan civil -
society dengan peran politikkebangsaannya tidak kalah pentingnya untukmembangun bangsa da
n negara mencapai tujuannya.
Pilihan politik yang demikian bukan karenaMuhammadiyah alergi atau anti-politik dan bukan
pula karena kekalahan di ranah politik

Menurut Haedar Nashir, Khittah Denpasar merupakan konsep yang memberikan


penjelasan mengenai pandangan Muhammadiyah tentang politik, posisi Muhammadiyah dalam
politik, dan pilihan jalan keluar dari tidak berpolitik-praktis

Anda mungkin juga menyukai