Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SEJARAH MUHAMMADIYAH

O
L
E
H

RISKI HABIB KAYLA


(20250004)

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Romi Yilhas, M.A

AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Muhammadiyah adalah salah satu oraganisasi Islam besar di Indonesia. Nama organisasi ini
diambil dari nama Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, sehingga Muhammadiyah
juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad Shallallaahu
‘alaihi wa sallam. Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8
Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis,
kemudian dikenal dengan Kiyai Haji Ahmad Dahlan. Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton
Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada
waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik,
beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya
berdasarkan Qur`an dan Hadist.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang berdirinya Muhammadiyah?
2. Apa saja faktor yang melatar belakangi berdirinya Muhammadiyah?
3. Apa visi dan misi Muhammadiyah?
4. Siapa tokoh pendiri Muhammadiyah?
5. Apa maksud dan tujuan didirikannya Muhammadiyah?
C. Tujuan
1. Mengeahui latar belakang berdirnya muhammadiyah
2. Mengetahui factor yang melatar belakangi berdirnya muhammadiyah
3. Mengetahui visi dan misi muhammadiyah
4. Mengetahui tokoh pendiri muhammadiyah
5. Mengetahui maksud dan tujuandidirikannya muhammadiyah
BAB II
PEMBAHASAN

1. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah


Muhammadiyah secara etimologis berarti pengikut nabi Muhammad, karena berasal dari kata
Muhammad, kemudian mendapatkan ya nisbiyah, sedangkan secara terminologi berarti gerakan
Islam, dakwah amar ma’ruf nahi mungkar dan tajdid, bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah.
Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau November (18 November 1912 M) merupakan
momentum penting lahirnya Muhammadiyah. Itulah kelahiran sebuah gerakan Islam modernis
terbesar di Indonesia, yang melakukan perintisan atau kepeloporan pemurnian sekaligus
pembaruan Islam di negeri berpenduduk terbesar muslim di dunia
Keinginan dari Kiyai Haji Akhmad Dahlan untuk mendirikan organisasi yang dapat dijadikan
sebagai alat perjuangan dan da’wah untuk nenegakan amar ma’ruf nahyi munkar yang bersumber
pada Al-Qur’an, surat Al-Imron:104 dan surat Al-ma’un sebagai sumber dari gerakan sosial
praktis untuk mewujudkan gerakan tauhid
Ketidak murnian ajaran islam yang dipahami oleh sebagian umat islam Indonesia, sebagai
bentuk adaptasi tidak tuntas antara tradisi islam dan tradisi lokal nusantara dalam awal
bermuatan faham animisme dan dinamisme. Sehingga dalam prakteknya umat islam di indonesia
memperlihatkan hal-hal yang bertentangan dengan prinsif-prinsif ajaran islam, terutama yang
berhubuaan dengan prinsif akidah islam yag menolak segala bentuk kemusyrikan, taqlid, bid’ah,
dan khurafat. Sehingga pemurnian ajaran menjadi pilihan mutlak bagi umat islam Indonesia
Keterbelakangan umat islam indonesia dalam segi kehidupan menjadi sumber keprihatinan
untuk mencarikan solusi agar dapat keluar menjadi keterbelakangan. Keterbelakangan umat
islam dalam dunia pendidikan menjadi sumber utama keterbelakangan dalam peradaban.
Pesantren tidak bisa selamanya dianggap menjadi sumber lahirnya generasi baru muda islam
yang berpikir moderen. Kesejarteraan umat islam akan tetap berada dibawah garis kemiskinan
jika kebodohan masih melengkupi umat islam Indonesia
Maraknya kristenisasi di indonesia sebegai efek domino dari imperalisme Eropa ke dunia
timur yang mayoritas beragama islam. Proyek kristenisasi satu paket dengan proyek
imperialalisme dan modernisasi bangsa Eropa, selain keinginan untuk memperluas daerah koloni
untuk memasarkan produk-produk hasil refolusi industeri yang melada erofa
Imperialisme Eropa tidak hanya membonceng gerilya gerejawan dan para penginjil untuk
menyampaikan ’ajaran jesus’ untuk menyapa umat manusia diseluruh dunia untuk ’mengikuti’
ajaran jesus. Tetapi juga membawa angin modernisasi yang sedang melanda erofa. Modernisasi
yang terhembus melalui model pendidikan barat (belanda) di indonesia mengusung paham-
paham yang melahirkan moernisasi erofa, seperti sekularisme, individualisme, liberalisme dan
rasionalisme. Jika penetrasi itu tidak dihentikan maka akan terlahir generasi baru islam yang
rasional tetapi liberal dan sekuler.
2. Factor yang Melatarbelakangi Berdirinya Muhammadiyah
Setiap organisasi yang ada di dunia pada umumnya pasti memiliki faktor-faktor yang melatar
belakangi berdirinya organisasi tersebut. Khususnya dalam organisasi Muhammadiyah memiliki
beberapa faktor penting yaitu ada faktor dari dalam dan faktor dari luar. Berikut kami kutip dari
situs resmi Muhammadiyah tentang faktor yang melatar belakangi berdirinya Muhammadiyah
yaitu:
a) Factor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri umat islam sendiri yang
tercermin dalam dua hal, yaitu sikap beragama dan sistem pendidikan islam. Sikap beragama
umat islam saat itu pada umumnya belum dapat dikatakan sebagai sikap beragama yang rasional.
Sirik, taklid, dan bid’ah masih menyelubungai kehidupan umat islam, terutama dalam
lingkungan kraton, dimana kebudayaan hindu telah jauh tertanam. Sikap beragama yang
demikian bukanlah terbentuk secara tiba-tiba pada awal abad ke 20 itu, tetapi merupakan warisan
yang berakar jauh pada masa terjadinya proses islamisasi beberapa abad sebelumnya. Seperti
diketahui proses islamisasi di indonesia sangat di pengaruhi oleh dua hal, yaitu Tasawuf/Tarekat
dan mazhab fikih, dan dalam proses tersebut para pedagang dan kaum sufi memegang peranan
yag sangat penting. Melalui merekalah islam dapat menjangkau daerah-daerah hampir diseluruh
nusantara ini.
b) Factor Eksternal
Faktor lain yang melatarbelakangi lahirnya pemikiran Muhammadiah adalah faktor yang
bersifat eksternal yang disebabkan oleh politik penjajahan kolonial belanda. Faktor tersebut
antara lain tanpak dalam system pendidikan kolonial serta usaha kearah westrnisasi dan
kristenisasi
Pendidikan kolonial dikelola oleh pemerintah kolonial untuk anak-anak bumi putra,
ataupun yang diserahkan kepada misi and zending Kristen dengan bantuan financial dari
pemerintah belanda. Pendidikan demikian pada awal abad ke 20 telah meyebar dibeberapa kota,
sejak dari pendidikan dasar sampai atas, yang terdiri dari lembaga pendidikan guru dan sekolah
kejuruan. Adanya lembaga pendidikan colonial terdapatlah dua macam pendidikan diawal abad
20, yaitu pendidikan islam tradisional dan pendideikan colonial. Kedua jenis pendidikan ini
dibedakan, bukan hanya dari segi tujuan yang ingin dicapai, tetapi juga dari kurikulumnya
Pendidikan kolonial melarang masuknya pelajaran agama dalam sekolah-sekolah
colonial, dan dalan artian ini orang menilai pendidikan colonial sebagai pendidikan yang bersifat
sekuler, disamping sebagai peyebar kebudayaan barat. Dengan corak pendidikan yang demikian
pemerintah colonial tidak hanya menginginkan lahirnya golongan pribumi yang terdidik, tetapi
juga berkebudayaan barat. Hal ini merupakan salah satu sisi politik etis yang disebut politik
asisiasi yang pada hakekatnya tidak lain dari usaha westernisasi yang bertujuan menarik
penduduk asli Indonesia kedalam orbit kebudayaan barat. Dari lembaga pendidikan ini lahirlah
golongan intlektual yang biasanya memuja barat dan menyudutkan tradisi nenekmoyang serta
kurang menghargai islam, agama yang dianutnya. Hal ini agaknya wajar, karena mereka lebih
dikenalkan dengan ilmu-ilmu dan kebudayaan barat yang sekuler anpa mengimbanginya dengan
pendidiakan agama konsumsi moral dan jiwanya. Sikap umat yang demikianlah tankanya yang
dimaksud sebagai ancaman dan tantangan bagi islam diawal abad ke 20
3. Visi dan Misi Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi
munkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah berpandangan bahwa
Agama Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi aqidah, ibadah, akhlaq, dan
mu’amalat dunyawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan dalam
kehidupan perseorangan maupun kolektif. Dengan mengemban misi gerakan tersebut
Muhammadiyah dapat mewujudkan atau mengaktualisasikan Agama Islam menjadi rahmatan
lil-’alamin dalam kehidupan di muka bumi ini.
Visi Muhammadiyah adalah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan al-Qur’an dan as-
Sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqamah dan aktif dalam
melaksanakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar di segala bidang, sehingga menjadi
rahmatan li al-‘alamin bagi umat, bangsa dan dunia kemanusiaan menuju terciptanya masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya yang diridhai Allah Subhanahu wa taala dalam kehidupan di dunia
ini. Misi Muhammadiyah adalah:
1) Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah Subhanahu wa
taala yang dibawa oleh Rasulullah yang disyariatkan sejak Nabi Nuh hingga Nabi
Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
2) Memahami agama dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam
untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan yang bersifat
duniawi.
3) Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an sebagai kitab Allah yang
terakhir untuk umat manusia sebagai penjelasannya.
4) Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
Lihat Tanfidz Keputusan Musyawarah Wilayah ke-39 Muhammadiyah Sumatera Barat
tahun 2005 di Kota Sawahlunto

4. Tokoh Pendiri Muhammadiyah


Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama kecil KH. Ahmad
Dahlan adalah Muhammad Darwis. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara
yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Pendiri Muhammadiyah ini
termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang
terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa
Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana 'Ainul Yaqin,
Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig
(Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai
Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan Muhammad Darwisy (Ahmad
Dahlan).
Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada periode ini,
Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti
Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke
kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, ia bertolak
kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada
Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia
mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.
Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai
Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan
Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan
mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti
Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah.
la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga
mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur
yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta
5. Maksud dan Tujuan Muhammadiyah
Segala hal yang dikerjakan oleh muhammadiyah didahului dengan adanya maksud dan
tujuan tertentu. Dan dengan maksud dan tujuan itu pula akan mengarahkan gerak perjuangan
gerak perjuangan, menentukan besar kecillnya kegiatan serta macam macam amal usaha
muhammadiyah. Pada waktu pertama berdirinya Muhamadiyah memiliki maksud dan tujuan
sebagi berikut:
a. Menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
kepada penduduk bumi-putra, di dalam residensi Yogyakarta.
b. Memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya
Sejak pertama kali didirikan oleh Ahmad Dahlan sampai Muktamar Muhammadiyah ke-
44 di Jakarta tahun 2000. Rumusan maksud dan tujuan Muhammadiyah telah mengalami tujuh
kali perubahan redaksional, susunan bahasan dan istilah yang dipergunakan. Saat ini
Muhammadiyah menggunakan rumusan yang dihasilkan saat Muktamar ke-34 di Yogyakarta,
yaitu : “Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya.”
Muhammadiyah juga hadir dengan ciri-ciri yang melekat dalam aktivis pergerakannya
sebagai berikut :
1) Muhammadiyah sebagai gerakan Gerakan Islam
Muhammadiyah secara proaktif tampil mempelopori pembaharuan untuk
kesempurnaan. Karena Muhammadiyah merupakan gerakannya Islam, maka gerak- gerik
langkah usahanya selalu berdasarkantuntunan agama Islam, sehingga segala sesuatunya
dijalankan dengan cara-cara yang dibenarkan oleh ajaran Islam.
Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah, maka jelaslah bahwa sesungguhnya
kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena di ilhami, di motivasi dan di semnangati oleh
ajaran-ajaran Al Quran. Oleh karena itu, seluruh gerak dan langkahnya tidak ada motif lain,
kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip- prinsip ajaran Islam, baik dalam bidang
pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan, kerumahtanggaan, perekonomian dan sebagainya
yang tidak dapat dilepaskan dari ajaran-ajaran Islam
Tegasnya, gerakan Muhammadiyah hendak berusaha untuk menampilkan wajah Islam
dalam wujud yag riil, konkret dan nyata, yang daopat dihayati dirasakan dan dinikmati oleh
umat, sebagai rahmatan lil a’lamin
2) Muhammadiyah sebagai gerakan Dakwah
Karena pola gerakannya berdasarkan pada QS. Ali Imran ayat 104, maka tampak bahwa
sifat gerakannya selalu mendakwahkan Islam, di tengah-tengah masyarakat dalam berbagai
bentuk. Dalam dakwah amar ma’ruf nai nahi mungkar Muhammadiyah mengarahkan kepada
dua bidang :
 Bidang perorangan
 Orang yang telah masuk Islam, sifat dakwahnya adalah tajdid, yaitu
pemurnian ajaran agama Islam sebagaimana yang telah diajarkan dalam
Al-Quran dan Al-Hadist, pemurnian itu meliputi :Pemurnian Akidah, yaitu
tauhid yang bersih dari tahayyul. Khutofat dan syirik serta pengamatan
terhadap benda-benda serta pengeramatan terhadapan manusia baik yang
hidup maupun yang sudah mati
Pemurnian Ibadah, yaitu membersihkan amal ibadah dari bid’ah dan
taqlid, seperti : berkirim pahala kepada orang yang telah mati dengan
bermacam-macam bacaan dan memperingatinya pada hari tertentu.
Memurnikah Akhlak, yaitu berakhlak sesuai yang dituntunkan Nabi
Muhammad SAW.
 Orang yang belum masuk Islam, sifat dakwahnya adalah seruan dan
ajakan disertai dengan berbagai alasan dan penjelasan yang penuh dengan
kebijaksanaan, sehingga akhirnya menjatuhkan pilihan Islam sebagai
agama yang mampu menyelamatkan dirinya baik di dunia maupun di
akhirat.
 Bidang Masyarakat
 Sifat dakwahnya berupa bimbingan, perbaikan, dan peringatan kepada
masyarakat, sambil meyakinkan mereka, bahwa perbaikan masyarakat
akan mereka peroleh apabila mereka melaksanakan petunjuk-petunjuk
Allah sebagai pedoman dalam segala segi kehidupannya. Semua itu
dilaksanakansemata-mata untuk kemaslahatan masyarakat itu sendiri
3) Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid
Muhammadiyah selalu melangkah dan bergerak sesuai tuntunan nash Al Quran dan
Sunnah, serta menunjukkan metode-metode baru dalam melaksanakan ajaran Islam di tengah-
tengah kehidupan dan perkembangan masyarakat
Pada ciri ketiga ini yang sangat melekat pada gerakan Muhammadiyah adalah adanya
gerakan tajdid atau reformasi. Sejak awal berdirinya, Muhammadiyah menempatkan diri sebagai
salah satu organisasi yang berkhidmat menyebarluaskan ajaran ajaran Islam sebagaimana yang
tercantum dalam Al Quran dan Sunnah. Disamping itu juga sekaligus membersihkan berbagai
amalan umat yang terang-terangan menyimpang dari ajaran Islam, baik berupa bid’ah, khurafat
dan syirik, karena bagi Muhammadiyah segala bentuk amalan yang bernuansa sinkretisme
maupun formalis merupakan benalu yang dapat merusak akidah dan ibadah seseorang
Sifat tajdid yang dilakukan Muhammadiyah tidak hanya sebatas pengertian upaya
pemurnian ajaran Islam dari kotoran yan menempel pada tubuhnya, melainkan juga termasuk
upaya Muhammadiyah melakukan pembaharuan dalam hal cara-cara pelaksanaan ajaran Islam
dalam kehidupan bermasyarakat, semacam penyantunan terhadap fakir miskin dan anak yatim,
cara pengelolaan rumah sakit, pelaksanaan shalat id, pelaksanaan qurban, dan sebagainya.
Untuk membedakan antara keduanya, maka tajdid dalam pengertian ‘pemurnian’ dapat
disebut dengan purifikasi dan tajdid dalam pengertian pembaharuan dapat disebut reformasi.
Jadi jelas, bahwa persyarkiatan Muhammadiyah adalah merupakan sebuah gerakan tajdid
yang tergolong dalam purifikasi sekaligus reformasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhammadiyah adalah salah satu oraganisasi Islam besar di Indonesia. Nama organisasi ini
diambil dari nama Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, sehingga Muhammadiyah
juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad Shallallaahu
‘alaihi wa sallam. Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8
Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis,
kemudian dikenal dengan Kiyai Haji Ahmad Dahlan. Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton
Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada
waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik,
beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya
berdasarkan Qur`an dan Hadist.
DAFTAR PUSTAKA
https://tonijulianto.wordpress.com/2012/12/14/sejarah-berdirinya-muhammadiyah-di-indonesia/
http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-44-cam-tentang-muhammadiyah.html
http://www.muhammadiyah.or.id/content-178-det-sejarah-singkat.html

Anda mungkin juga menyukai