Anda di halaman 1dari 4

NAMA :THORIQ

NPM :2101110024
MK :KEMUHAMMADIAHAN
FAKULTAS :HUKUM UNMUHA

Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama


organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW. Sehingga Muhammadiyah juga
dapat di kenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Tujuan
utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam
proses dakwah. Dan untuk membersihkan pemahaman mengenai ajaran Islam yang telah
bercampur dengan Unsur-unsur pemahaman dan keyakinan bukan Islam untuk kembali
kepada pemahaman ajaran Islam yang murni seperti yang dimaksudkan oleh Al-Qur’an dan
al-sunnah. Intinya yaitu pemurnian fahaman terhadap ajaran agama Islam.
Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan
masyarakat yang lebih maju dan terdidik (ini dibuktikan dengan jumlah lembaga pendidikan
yang dimiliki Muhammadiyah yang berjumlah ribuan).
Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan kepada perintah-
perintah Al-Qur’an.
Muhammadiyah bisa dipahami dalam dua pengertian yaitu menurut bahasa dan
istilah. Menurut bahasa Muhammadiyah terdiri dari 2 kata yaitu “Muhammad” dan “yah”.
Muhammad adalah seorang Nabi di utus Allah untuk menyampaikan kebenaran Islam kepada
seluruh umat manusia. Sementara “yah” bermakna yang dinisbatkan atau di ikutkan kepada
sesuatu yang lain, karena “yah” diletakkan setelah kata Muhammad maka menjadi
Muhammadiyah yang artinya orang yang mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW atau
dengan kata lain pengikut Nabi Muhammad SAW.
Secara istilah Muhammadiyah adalah sebuah organisasi yang bermaksud mengikuti
jejak Nabi Muhammad SAW dalam mengamalkan dan menegakkan kebenaran ajaran Islam
dengan bersumber Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Kelahiran Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi untuk mengaktualisasikan
gagasan-gagasan merupakan hasil interaksi Kyai Dahlan dengan Kawan-kawan dari
Boedioetomo yang tertarik dengan masalah agama yang di ajarkan kyai Dahlan, yakni R.
Budihardjo dan R. Sosrosugondo. Gagasan itu juga merupakan saran dari salah seorang siswa
kyai Dahlan di Kweekscholl Jetis di mana kyai mengajar agama pada sekolah tersebut secara
ekstrakurikuler, yang sering datang ke rumah kyai dan menyarankan agar kegiatan
pendidikan yang dirintis kyai Dahlan tidak di urus oleh kyai sendiri tetapi oleh suatu
organisasi agar terdapat kesinambungan setelah kyai wafat.
Maka pada tangga 18 November 1912 Miladiyah bertepatan dengan 8 Dzulhijah 1330
Hijriyah di Yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah organisasi yang bernama
“MUHAMMADIYAH”. Organisasi baru ini di ajukan pengesahannya pada tanggal 20
Desember 1912 dengan mengirim “Statuten Muhammadiyah” (Anggaran Dasar
Muhammadiyah yang pertama, tahun 1912), yang kemudian baru disahkan oleh Gubernur
Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914.
Pembaruan Islam yang cukup orisinal dari Kyai Dahlan dapat di rujuk pada
pemahaman dan pengamalan Surat Al-Ma’un. Gagasan dan pelajaran tentang Surat Al-Maun,
merupakan contoh lain yang paling monumental dari pembaruan yang berorientasi pada amal
sosial kesejahteraan, yang kemudian melahirkan lembaga penolong kesengsaraan Oemoem
(PKU).
Kyai Dahlan dalam mengajarkan Islam sungguh sangat mendalam, luas, kritis, dan
cerdas. Menurut kyai Dahlan, orang Islam itu harus mencari kebenaran yang sejati, berpikir
mana yang benar dan yang salah, tidak taklid dan fanatik buta dalam kebenaran sendiri,
menimbang-nimbang dan menggunakan akal pikirannya tentang hakikat kehidupan, dan mau
berpikir teoritik dan sekaligus berpikir praktik (K.R.H. Hadjid, 2005).
Kelahiran Muhammadiyah dengan gagasan-gagasan cerdas dan pembaruan dari
pendirian, Kyai Haji Ahmad Dahlan, didorong oleh dan atas perkumpulannya dalam
menghadapi kenyataan hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia kala itu, yang juga
menjadi tantangan untuk dihadapi dan dipecahkan.
Karena itu, jika disimpulkan, bahwa berdirinya Muhammadiyah adalah karena alasan-
alasan dan tujuan-tujuan sebagai berikut:
1. Membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan islam;
2. Reformasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern;
3. Reformasi ajaran dan pendidikan Islam; dan
4. Memperhatikan Islam dari pengaruh dan serangan luar (H.A. Mukti Ali, dalam
Sujarwanto & Haedar Nashir, 1990: 332).
Kelahiran Muhammadiyah secara teologis memang melekat dan memiliki inspirasi
pada Islam yang bersifat tajdid, namun secara sosiologi sekaligus memiliki konteks dengan
keadaan hidup umat Islam dan Masyarakat Indonesia yang berada dalam keterbelakangan.
Kyai Dahlan melalui Muhammadiyah sungguh telah memelopori kehadiran Islam yang
autentik (murni) dan berorientasi pada kemajuan dalam pembaruannya, yang mengarahkan
hidup umat Islam untuk beragama secara benar dan melahirkan rahmat bagi kehidupan.
Fenomena baru yang juga tampak menonjol dari kehadiran Muhammadiyah ialah,
bahwa gerakan Islam yang murni dan berkemajuan itu dihadirkan bukan lewat jalur
perorangan, tetapi melalui sebuah sistem organisasi.
Muhammadiyah dengan inspirasi AL-Qur’an surat Ali Imran 104 tersebut ingin
menghadirkan Islam bukan sekedar sebagai ajaran “transendensi” yang mengajak pada
kesadaran iman dalam bingkai tauhid semata. Bukan sekedar Islam yang murni. Tetapi tidak
hirau terhadap kehidupan. Apalagi Islam yang murni itu sekedar dipahami secara parsial.
Namun lebih jauh lagi Islam ditampilkan sebagai kekuatan dinamis untuk transfortasi sosial
dalam dunia nyata kemanusiaan melalui Gerakan “humanisasi” (mengajak pada serba
kebaikan) dan “emanisipasi” atau “liberasi” (pembahasan dari segala kemunkaran), sehingga
Islam diaktualisasikan sebagai agama Langit yang Membumi, yang menandai terbitnya fajar
baru Reformisme atau Modemisme Islam di Indonesia.
Muhammadiyah didirikan di kampung kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah
1330 Hijriah, bersamaan dengan 18 November 1912 oleh seorang yang Bernama Muhammad
Darwis, kemudian dikenal dengan Kyi Haji Ahmad Dahlan.
Beliau ialah pegawai kesultanan keraton Yogyakarta sebagai seorang khatip dan
sebagai pedagang. Melihat keadaan umat Isalam pada masa itu dalam keadaan jumud, beku
dan penuh dengan amalan-amalan yang penuh bersifat mistik, tergerak hatinya untuk
mengajak mereka Kembali kepada ajaran yang sebenarnya berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis.
Mula-mula ajarannya (fahamannya) ini ditolak oleh orang ramai, namun berkat
kesungguhan dan kesabarannya, akhirnya ajarannya mendapat sambutan dari keluargannya
dan teman dekatnya.
Sebagai salah satu Gerakan salaf, Muhammadiyah mempunyai pengikut yang paling
banyak, memiliki pertumbuhan yang teratur serta kukuh memperjuangkan pendiriannya.
Pengasasanya Bernama Muhammad Darwis, yang lebih dikenal dengan nama Kyai Haji
Ahmad Dahlan, lahir di Yogyakarta pada tahun 1868.
Ide Muhammadiyah pada hakikatnya telah lama dilaksanakan oelh Ahmad Dahlan
secara individu, bahkan jauh sebelum pertumbuhan Muhammadiyah diasaskan, di antaranya
seperti memperbetulkan arah kiblat surau dan Masjid Besar Yogyakarta arah kiblat harus
sesuai berdasarkan ilmu falak.

Berdirinya Muhammadiyah mendapat tantangan (cibiran) yang besar, tidak sahaja


dari lawan-lawan Islam, bahkan juga dari kalangan umat Islam sendiri, iaitu dari guru-guru
agama Islam yang masih berpegangan dengan pemahaman tradisional yang telah lama
difahaminya.

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN DIDIRIKAN MUHAMMADIYAH,


YAITU:
1. Faktor subyektif
Faktor subyektif yang sangat kuat, bahkan dikatakan sebagai faktor utama dan
faktor penentu yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah hasil pendalaman
KH. Ahmad Dahlan terhadap AL-Qur’an dalam menelaah, membahas, meneliti dan
mengkaji kandungan isinya.
Berkenaan pribadi pendiri Muhammadiyah – KH. Ahmad Dahlan, faktor-
faktor tersebut antara lain :
1) Faktor keluarga (keluarga yang taat agama);
2) Faktor lingkungan (lingkungan kampung kauman Yogyakarta dikenal
sebagai kampung yang agamis, terpelajar);
3) Faktor kepribadian (mature personality);
4) Faktor kecerdasan (memahami Al-Qur’an khususnya surat Al-Imran
ayat 104);
5) Faktor pemahaman Agama (Islam pembaharuan).
2. Faktor internal
Faktor internal yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah.
1) Rusak dan hinanya umat Islam dalam bidang sosial, baik dalam bidang
politik, ekonomi, kebudayaan serta keagamaannya.
2) Tidak tegaknya hidup dan kehidupan agama Islam dalam diri orang
dan masyarakat.
3) Sinkretisme, tidak bersihnya islam akibat bercampurnya dengan
berbagai macam faham sehingga timbulnya sehingga timbulnya bid ah,
syirik.
4) Kurang adanya persaudaraan dan persatuan umat islam dalam
membela kepentingan islam.
5) Belum selesai dan sempurnya perjuangan para wali dalam
pengembangan agama islam di Indonesia.
3. Faktor Externa
Beberapa Faktor External yang juga mendorong berdirinya Muhammadiyah
adalah:
1) Adanya pengaruh gerakan reformasi dan purifikasi yang di pelopori
oleh Jamaluddin Al Afghani Muhammad Abduh, serta Muh. Abd.
Wahab.
2) Kegiatan-kegiatan kristening politik, yaitu usaha-usaha misi dan
zending yang bermaksud mengkristenkan umat islam Indonesia.
3) Adanya penjajahan kolonialis, yang membelenggu umat Islam
Indonesia dan penestrasi kebudayaan barat, sehingga menimbulkan
sikap acuh tak acuh bahkan mencemohkan Islam dari kalangan
pelajar Indonesia,dan akibat-akiabat negatif lainnya.

Anda mungkin juga menyukai