0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
13 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang berdirinya organisasi Muhammadiyah oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan pada tahun 1912 di Yogyakarta. Muhammadiyah didirikan dengan tujuan membersihkan Islam dari pengaruh non-Islam, mereformasi ajaran Islam sesuai al-Quran dan al-Hadis, serta mereformasi pendidikan Islam. Faktor-faktor yang mendorong berdirinya Muhammadiyah antara lain keadaan umat Islam saat itu yang kurang murni dan ter
Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang berdirinya organisasi Muhammadiyah oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan pada tahun 1912 di Yogyakarta. Muhammadiyah didirikan dengan tujuan membersihkan Islam dari pengaruh non-Islam, mereformasi ajaran Islam sesuai al-Quran dan al-Hadis, serta mereformasi pendidikan Islam. Faktor-faktor yang mendorong berdirinya Muhammadiyah antara lain keadaan umat Islam saat itu yang kurang murni dan ter
Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang berdirinya organisasi Muhammadiyah oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan pada tahun 1912 di Yogyakarta. Muhammadiyah didirikan dengan tujuan membersihkan Islam dari pengaruh non-Islam, mereformasi ajaran Islam sesuai al-Quran dan al-Hadis, serta mereformasi pendidikan Islam. Faktor-faktor yang mendorong berdirinya Muhammadiyah antara lain keadaan umat Islam saat itu yang kurang murni dan ter
NPM :2101110024 MK :KEMUHAMMADIAHAN FAKULTAS :HUKUM UNMUHA
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama
organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW. Sehingga Muhammadiyah juga dapat di kenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah. Dan untuk membersihkan pemahaman mengenai ajaran Islam yang telah bercampur dengan Unsur-unsur pemahaman dan keyakinan bukan Islam untuk kembali kepada pemahaman ajaran Islam yang murni seperti yang dimaksudkan oleh Al-Qur’an dan al-sunnah. Intinya yaitu pemurnian fahaman terhadap ajaran agama Islam. Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik (ini dibuktikan dengan jumlah lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah yang berjumlah ribuan). Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan kepada perintah- perintah Al-Qur’an. Muhammadiyah bisa dipahami dalam dua pengertian yaitu menurut bahasa dan istilah. Menurut bahasa Muhammadiyah terdiri dari 2 kata yaitu “Muhammad” dan “yah”. Muhammad adalah seorang Nabi di utus Allah untuk menyampaikan kebenaran Islam kepada seluruh umat manusia. Sementara “yah” bermakna yang dinisbatkan atau di ikutkan kepada sesuatu yang lain, karena “yah” diletakkan setelah kata Muhammad maka menjadi Muhammadiyah yang artinya orang yang mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW atau dengan kata lain pengikut Nabi Muhammad SAW. Secara istilah Muhammadiyah adalah sebuah organisasi yang bermaksud mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW dalam mengamalkan dan menegakkan kebenaran ajaran Islam dengan bersumber Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kelahiran Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi untuk mengaktualisasikan gagasan-gagasan merupakan hasil interaksi Kyai Dahlan dengan Kawan-kawan dari Boedioetomo yang tertarik dengan masalah agama yang di ajarkan kyai Dahlan, yakni R. Budihardjo dan R. Sosrosugondo. Gagasan itu juga merupakan saran dari salah seorang siswa kyai Dahlan di Kweekscholl Jetis di mana kyai mengajar agama pada sekolah tersebut secara ekstrakurikuler, yang sering datang ke rumah kyai dan menyarankan agar kegiatan pendidikan yang dirintis kyai Dahlan tidak di urus oleh kyai sendiri tetapi oleh suatu organisasi agar terdapat kesinambungan setelah kyai wafat. Maka pada tangga 18 November 1912 Miladiyah bertepatan dengan 8 Dzulhijah 1330 Hijriyah di Yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah organisasi yang bernama “MUHAMMADIYAH”. Organisasi baru ini di ajukan pengesahannya pada tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim “Statuten Muhammadiyah” (Anggaran Dasar Muhammadiyah yang pertama, tahun 1912), yang kemudian baru disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914. Pembaruan Islam yang cukup orisinal dari Kyai Dahlan dapat di rujuk pada pemahaman dan pengamalan Surat Al-Ma’un. Gagasan dan pelajaran tentang Surat Al-Maun, merupakan contoh lain yang paling monumental dari pembaruan yang berorientasi pada amal sosial kesejahteraan, yang kemudian melahirkan lembaga penolong kesengsaraan Oemoem (PKU). Kyai Dahlan dalam mengajarkan Islam sungguh sangat mendalam, luas, kritis, dan cerdas. Menurut kyai Dahlan, orang Islam itu harus mencari kebenaran yang sejati, berpikir mana yang benar dan yang salah, tidak taklid dan fanatik buta dalam kebenaran sendiri, menimbang-nimbang dan menggunakan akal pikirannya tentang hakikat kehidupan, dan mau berpikir teoritik dan sekaligus berpikir praktik (K.R.H. Hadjid, 2005). Kelahiran Muhammadiyah dengan gagasan-gagasan cerdas dan pembaruan dari pendirian, Kyai Haji Ahmad Dahlan, didorong oleh dan atas perkumpulannya dalam menghadapi kenyataan hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia kala itu, yang juga menjadi tantangan untuk dihadapi dan dipecahkan. Karena itu, jika disimpulkan, bahwa berdirinya Muhammadiyah adalah karena alasan- alasan dan tujuan-tujuan sebagai berikut: 1. Membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan islam; 2. Reformasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern; 3. Reformasi ajaran dan pendidikan Islam; dan 4. Memperhatikan Islam dari pengaruh dan serangan luar (H.A. Mukti Ali, dalam Sujarwanto & Haedar Nashir, 1990: 332). Kelahiran Muhammadiyah secara teologis memang melekat dan memiliki inspirasi pada Islam yang bersifat tajdid, namun secara sosiologi sekaligus memiliki konteks dengan keadaan hidup umat Islam dan Masyarakat Indonesia yang berada dalam keterbelakangan. Kyai Dahlan melalui Muhammadiyah sungguh telah memelopori kehadiran Islam yang autentik (murni) dan berorientasi pada kemajuan dalam pembaruannya, yang mengarahkan hidup umat Islam untuk beragama secara benar dan melahirkan rahmat bagi kehidupan. Fenomena baru yang juga tampak menonjol dari kehadiran Muhammadiyah ialah, bahwa gerakan Islam yang murni dan berkemajuan itu dihadirkan bukan lewat jalur perorangan, tetapi melalui sebuah sistem organisasi. Muhammadiyah dengan inspirasi AL-Qur’an surat Ali Imran 104 tersebut ingin menghadirkan Islam bukan sekedar sebagai ajaran “transendensi” yang mengajak pada kesadaran iman dalam bingkai tauhid semata. Bukan sekedar Islam yang murni. Tetapi tidak hirau terhadap kehidupan. Apalagi Islam yang murni itu sekedar dipahami secara parsial. Namun lebih jauh lagi Islam ditampilkan sebagai kekuatan dinamis untuk transfortasi sosial dalam dunia nyata kemanusiaan melalui Gerakan “humanisasi” (mengajak pada serba kebaikan) dan “emanisipasi” atau “liberasi” (pembahasan dari segala kemunkaran), sehingga Islam diaktualisasikan sebagai agama Langit yang Membumi, yang menandai terbitnya fajar baru Reformisme atau Modemisme Islam di Indonesia. Muhammadiyah didirikan di kampung kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriah, bersamaan dengan 18 November 1912 oleh seorang yang Bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan Kyi Haji Ahmad Dahlan. Beliau ialah pegawai kesultanan keraton Yogyakarta sebagai seorang khatip dan sebagai pedagang. Melihat keadaan umat Isalam pada masa itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang penuh bersifat mistik, tergerak hatinya untuk mengajak mereka Kembali kepada ajaran yang sebenarnya berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis. Mula-mula ajarannya (fahamannya) ini ditolak oleh orang ramai, namun berkat kesungguhan dan kesabarannya, akhirnya ajarannya mendapat sambutan dari keluargannya dan teman dekatnya. Sebagai salah satu Gerakan salaf, Muhammadiyah mempunyai pengikut yang paling banyak, memiliki pertumbuhan yang teratur serta kukuh memperjuangkan pendiriannya. Pengasasanya Bernama Muhammad Darwis, yang lebih dikenal dengan nama Kyai Haji Ahmad Dahlan, lahir di Yogyakarta pada tahun 1868. Ide Muhammadiyah pada hakikatnya telah lama dilaksanakan oelh Ahmad Dahlan secara individu, bahkan jauh sebelum pertumbuhan Muhammadiyah diasaskan, di antaranya seperti memperbetulkan arah kiblat surau dan Masjid Besar Yogyakarta arah kiblat harus sesuai berdasarkan ilmu falak.
Berdirinya Muhammadiyah mendapat tantangan (cibiran) yang besar, tidak sahaja
dari lawan-lawan Islam, bahkan juga dari kalangan umat Islam sendiri, iaitu dari guru-guru agama Islam yang masih berpegangan dengan pemahaman tradisional yang telah lama difahaminya.
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN DIDIRIKAN MUHAMMADIYAH,
YAITU: 1. Faktor subyektif Faktor subyektif yang sangat kuat, bahkan dikatakan sebagai faktor utama dan faktor penentu yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah hasil pendalaman KH. Ahmad Dahlan terhadap AL-Qur’an dalam menelaah, membahas, meneliti dan mengkaji kandungan isinya. Berkenaan pribadi pendiri Muhammadiyah – KH. Ahmad Dahlan, faktor- faktor tersebut antara lain : 1) Faktor keluarga (keluarga yang taat agama); 2) Faktor lingkungan (lingkungan kampung kauman Yogyakarta dikenal sebagai kampung yang agamis, terpelajar); 3) Faktor kepribadian (mature personality); 4) Faktor kecerdasan (memahami Al-Qur’an khususnya surat Al-Imran ayat 104); 5) Faktor pemahaman Agama (Islam pembaharuan). 2. Faktor internal Faktor internal yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah. 1) Rusak dan hinanya umat Islam dalam bidang sosial, baik dalam bidang politik, ekonomi, kebudayaan serta keagamaannya. 2) Tidak tegaknya hidup dan kehidupan agama Islam dalam diri orang dan masyarakat. 3) Sinkretisme, tidak bersihnya islam akibat bercampurnya dengan berbagai macam faham sehingga timbulnya sehingga timbulnya bid ah, syirik. 4) Kurang adanya persaudaraan dan persatuan umat islam dalam membela kepentingan islam. 5) Belum selesai dan sempurnya perjuangan para wali dalam pengembangan agama islam di Indonesia. 3. Faktor Externa Beberapa Faktor External yang juga mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah: 1) Adanya pengaruh gerakan reformasi dan purifikasi yang di pelopori oleh Jamaluddin Al Afghani Muhammad Abduh, serta Muh. Abd. Wahab. 2) Kegiatan-kegiatan kristening politik, yaitu usaha-usaha misi dan zending yang bermaksud mengkristenkan umat islam Indonesia. 3) Adanya penjajahan kolonialis, yang membelenggu umat Islam Indonesia dan penestrasi kebudayaan barat, sehingga menimbulkan sikap acuh tak acuh bahkan mencemohkan Islam dari kalangan pelajar Indonesia,dan akibat-akiabat negatif lainnya.