Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH SEJARAH BERDIRINYA MUHAMMADIYAH

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Muhammad Darwis atau lebih dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan merupakan pendiri
Muhammadiyah pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H, bertepatan pada tanggal 18 November 1912,
di kampung Kauman Yogyakarta.Pada tahun itu,K.H. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi
Muhammadiyah untuk melakukan cita-cita dalam pembaharuan Islam di Indonesia. K.H.Ahmad
Dahlan ingin mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berpikir dan beramalmenurut tuntunan
agama Islam.la ingin mengajak umat Islam di Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan
Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Sejak pertama didirikan, telah ditegaskan bahwa Muhammadiyah bukan organisasiyang
bergerak dibidang politik, namun bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan. Hasil
pemikiran K.H.Ahmad Dahlan yangdilakukan secara mendalam dansungguh-sungguh tersebut,
kemudian melahirkan berbagai gerakan pembaharuan yang merupakan operasionalisasi dan
pelaksanaan darihasil pemahaman dan pemikirannyaterhadap ajaran Islam. Di Indonesia lahir
beberapa organisasi atau gerakan islam, diantaranya adalah Muhammadiyah yang lebih dari 30
tahun sebelum merdeka,dan organisasi lainnya yang bergerak di bidang politik,social dan
pendidikan.
Muhammadiayah adalah organisasi yang berdiri bersamaan dengan kebangkitan
masyarakat Islam Indonesia pada dekade pertama yang sampai hari ini bertahandan membesar
yang sulit dicari persepadanannya. Jika dilihat dari amal usaha dan gerakan Muhammadiyah
dibidang sosial kemasyarakatan,khususnya di bidang pendidikan dan dan kesehatan, maka
Muhammadiyah merupakan organisasi sosial keagamaan yang terbesar di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang menyebutkan bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi terbesar di
Indonesia maka sangat menarik jika kita lebih mendalami untuk mengerti tentang bagaimana
sebenarnya latar belakang berdirinya Muhammadiyah dan apa saja yang melatarbelakangi
pendiriannya, sehingga sampai saat ini masih bisa tetap terjaga
eksistensinya sebagai organisasi sosial kemasyarakatan yang terbesar diIndonesia.
C. Tujuan
Tujuan penyusun makalah ini untuk memenuhi tugas Kemuhammadiyahan
Kelompok 3 yang diberikan oleh Dosen pembimbing mata kuliah
Kemuhammadiyahan dengan tema “Sejarah Berdirinya Muhammadiyah”. Disamping itu juga
kelompok 1 ingin mengetahui tentang bagaimana muhammadiyah didirikan dan apa yang
menjadi faktor yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti Muhammadiyah
Dalam catatan sejarah, nama Muhammadiyah yang diberikan oleh KH. Ahmad Dahlan
terhadap organisasi yang didirikannya adalah atas usul dari seorang kerabat sekaligus teman
seperjuangannya yang bernama Muhammad Sangidu, Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh
pembaharuan yang kemudian menjadi penguhulu Kraton Yogyakarta. Setelah melalui salat
istikharah, KH. Ahmad Dahlan kemudian memberikan nama Muhammmadiyah bagi organisasi
yang akan dipimpinnya itu (Haedar Nashir,2006:1).
Secara etimologis, Muhammadiyah berasal dari bahasa Arab dengan kata dasar
“Muhammad”,yaitu nama seorang Nabi atau Rasul terakhir yang diutus olej Allah ke muka bumi
ini. Kemudian kata tersebut mendapatkan tambahan akhir”ya nisbah” yang artinya menjeniskan
atau mengelompokkan. Dengan demikian, Muhammadiyah berarti kelompok, umat dan pengikut
Muhammad. Dengan demikian siapapun yang beragama islam,yang mengucapkan dua syahadat,
maka dia adalah orang Muhammadiyah, tanpa dilihat atau dibatasi oleh perbedaan organisasi,
golongan, bangsa, geografis etnis, dan sebagainya.
Sedangkan secara terminologis, Muhammadiyah adalah organisasi dan gerakan islam,
dakwah amar makruf nahi munkar, berasas islam dan bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah
didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H, bertepatan tanggal 18
November 1912 M di kota Yogyakarta.
B. Latar Belakang Lahirnya Muhammadiyah
Secara global, menurut Mustafa Kamal Pasha Dan Ahmad Adaby Darban (2009:100-
106) faktor-faktor yang menjadi latar belakang lahirnya Muhammadiyah dapat dikelompokkan
menjadi dua faktor, yaitu subjektif dan faktor obyektif.
1.Faktor subyektif
Faktor subyektif adalah faktor yang didasarkan atas pertimbangan pribadi KH. Ahmad
Dahlan. Faktor subyektif inilah yang sangat kuat, bahkan dikatakan sebagai faktor utama dan
faktor penentu yang mendorong berdirinya Muhammadiyah.
Menurut para analis, faktor subyektif yang paling fundamental adalah hasil kajian
mendalam KH. Ahmad Dahlan terhadap al-Qur’an. Sikap KH. Ahmad Dahlan seperti ini
sesungguhnya dalam rangka melaksanakan firman Allah sebagaimana yang tersimpul dalam
surat An-Nisa ayat 82 dan surat Muhammad ayat 24, yaitu melakukantaddabur atau
memperhatikan dan mencermati dengan penuh ketelitian terhadap apa yang tersirat dalam ayat-
ayat al-Qur’an. Sikap seperti ini pulalah yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan ketika
mencermati surat Ali Imran ayat 104 yang artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu sekalian
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah
yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.
2. Faktor Obyektif
Faktor obyektif adalah faktor-faktor yang menyebabkan lahirnya Muhammadiyah menurut
kenyataan yang terjadi secara empiris pada saat itu. Ada beberapa sebab yang bersifat obyektif
yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah yang dapat dikelompokkan menjadi faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor-faktor penyebab yang muncul di
tengah-tengah kehidupan masyarakat islam indonesia. Sedangkan faktor eksternal yaitu, faktor-
faktor penyebab yang ada di luar masyarakat islam indonesia. Faktor obyektif yang bersifat
internal,yaitu:
a. Ketidak murnian amalan islam akibat tidak dijadikannya al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai satu-
satunya rujukan oleh sebagian besar umat islam indonesia.
Kondisi masyarakat yang masih sangat kental dengan kebudayaan Hindu, Budha, Animisme, dan
Dinamisme memunculkan kepercayaan dan praktik ibadah yang menyimpang dari islam.
Kepercayaan dan praktik ibadah tersebut dikenal dengan istilah tahayyul, bida’ah dan Churafat
(TBC). Dala peraktik pengamalan agamanya, ummat islam masih banyak percaya kepada benda-
benda keramat, seperti keris, tombak, batu aji, azimat, hari baik dan buruk. Mereka sering pergi
kekuburan para wali dan ulama yang dianggap keramat untuk meminta berkah.
Dalam ibadah, ummat islam saat itu melaukan ritual keagamaan yang telah tercampur dengan
budaya luar. Dalam ibadah mahdlah , mereka menambah dan mengurangi ajaran islam yang
sebenarnya. Saat ada yang meninggal dunia, diadakan upacara hari ketiga, ketujuhh, kesembilan,
keseribu dan seterusnya. Agar keinginan manusia cepat tercapai, ummat islam mencari wasilah
(perantara) yang menghubungkan mereka dengan tuhan, padahal wasilah telah meninggal dunia.
b. Lembaga pendidikan yang dimiliki ummat islam belum mampu menyiapkan generasi yang siap
mengembanmisi selaku “ khalifah Allah di atas bumi”.
KH. Ahmad Dahlan mengetahui bahwa pendidikan di indonesia terpecah menjadi dua yaitu
pendidikan pesantren yang hanya mengajarkan ajaran-ajaran agama dan pendidikan barat yang
sekuler. Kondisi menjadi pemisah antara golongan yang mendapat pendidikan agama dengan
golongan yang mendapatkan pendidikan sekuler.
Dualisme sistem pendidikan diatas membuat perihatin KH. Ahmad Dahlan oleh karna itu cita-
cita pendidikan Ahmad Dahlan ialah melahirkan manusia yang berpandangan luas dan memiliki
pengetahuan umum, sekaligus yang bersedia untuk kemajuan masyarakatnya. Cita-cita ini
dilakukan dengan mendirikan lembaga pendidikan dengan kurikulum yang menggabungkan
antara imtak dan iptek.
Sedangkan paktor obyek yang bersipat eksternal, itu :
a) Pengaruh ide dan gerakan pembaruan islam ditimur tengah.
b) Semakin meningkatnya gerakan keristenisasi ditengah-tengah masyarakat indonesia.
c) Penetrasi bangsa-bangsa eropa,terutama bangsa belanda ke indonesia.

C. Pokok-pokok pemikiran KH. Ahmad Dahlan


Pokok-pokok pemikiran yang tertuang dalam buku ini dirujuk dan dikutip langsung dari
tulisan M. Yusron asrafi (2005:47-126), kecuali bagian-bagian yang diberikan referensi lain.
Dalam bukunya tersebut, yusron asrafi memotret pemikiran KH. Ahmad Dahlan dalam Tiga
aspek, yaitu aspek keagamaan, kemasyarakatan, dan kenegaraan.
1. Pemikiran dalam bidang keagamaan
a) Sumber Hukum
Disamping dua sumber pokok, Al-qur’an dan Al-hadist sebagai sumber hukum, dia juga
menggunakan kitab-kitab dari ahlus sunnah wal jamaah dalam bidang aqidah dan dari imam
syafi’i dalam ilmu fiqih. Meskipun demikian, dalam peraktiknya jika muncul suatu masalah,
maka ia akan mencari sumbernya dari Al-qur’an dan Al-hadist ditambah dengan hasil kajian dari
kitab-kitab yang telah di baca. Dengan metode pengambilan hukum atau pemberian tafsir seperti
itu, ada tuduhan bahwa dia dan Muhammadiah mengajarkan ajaran yang keluar dari mazhab.
b) Bidang Teologi
Dalam bidang teologi KH. Ahmad Dahlan tidak mendapat perhatian yang besar. Menurut
KH. Mas Mansur, dalam masalah ini dia kembali pada pendapatan ulama salaf dan dia tidak suka
berfikir yang mendalam tentang hal itu. Menurutnya, masalah ketuhanan menimbulkan
perbedaan pendapat dan tidak berakibat peraktis untuk beramal. Itulah mangkanya dia
mengartikan orang beragama sebagai orang yang melahirkan amal. Orang beragama harus
menyerahkan harta dan dirinya kepada Allah sebagai bukti keimanannya. Jadi iman harus
disertai dengan amal dan semuanya hanya tertuju kepada Allah
c) Persatuan ulama
Dalam masalah persatuan ulama untuk mencari kebenaran dan kebaikan islam, dia
mengadakan musyawarah tentang kiblat. Pimpinan-pimpinan Gerakan Islam dan
Muhammadiyah bekerjasama mengadakan kongres islam di Garut dan kemudian di Cirebon.
Atas dasar itulah ia mengadakan perkumpulan ulama Muhammadiyah yang
bernama”Musyawaratul Ulama”. Pada mulanya perkumpulan itu hanya menjadi tempat
peertemuan ulama Muhammadiyah untuk membicarakan hukum-hukum islam. Tetapi setelah
lama di seluruh jiwa untuk membicarakan bagaimana usaha-usaha agar islam di indonesia
menjadi kuat.
d) Pemurnian Agama
Beberapa bid’ah dan khurafat yang di berantas oleh KH.Ahmad dahlan, yaitu:
1) Upacara selamatan pada waktu ibu mengandung tujuh bulan upacara selamatan pada waktu
kelahiran (puputan).
2) Upacara selamatan kematian, baik selamatan hari ke-3, ke-7, ke-100, satu tahun dan hari ke
1000.
3) Permintaan keselamatan dan kesuksesan pada kuburan-kuburan para wali atau orang yang
dianggap suci .
4) Ziarah kubur yang ditentukan setiap bulan sya’ban atau di sebut bulan ruwah yang berarti roh.
5) Bacaan-bacaan tahlil untuk di kirim kepada orang yang meninggal.
Selawatan ( membaca sholawat dengan memakai terbang).
6) Takhayul lailatul qadar yang di jalankan dengan mengelilingi beteng karaton dan pohon beringin
Yogyakarta.
7) Kepercayaan kepada jimat-jimat.
2. bidang kemasyarakatan
Dorongan mati sebagai amal KH.Dahlan menyatakan:” kita manusia hidup di dunia hanya sekali,
untuk bertaruh: sesudah mati, akan mendapatkan kebahagiaankah atau kesangsaraankah
(KRH.Hadjid,2008:7).
KH.Ahmad dahlan menyatkan bahwa mati adalah bahaya yang besar, tetapi lupa kepada mati
adalah bahaya yang lebih besar lagi.Oleh karena itu manusia harus bersiap-siap menghadapi
kemtian dengan menyelesaikan urusan-urusannya dengan allah dan dengan sesama manusia.
Pemikiran tentang dorongan mati nampaknya mendapatkan tempat yang istimewa.Dia memberi
penafsiran yang positif terhadap dorongan mati, dalam arti: agar selamat dari siksa neraka,
manusia harus berbuat sesuatu yaitu harus beramal. Dorongan mati yang ada padanya menjadi
dorongan bagi terciptanya karya amal.
Adapun bekal perjuangan yang diberikan oleh KH.Ahmad Dahlan adalah
a) Dengan keiklasan hati menunaikan tugasnya sebagai wanita islam sesuai dengan bakat dan
kecakapannya, tidak enghendaki sanjung puji dan tidak mundur selangkah karena dicela
b) Penuh keinsyafan bahwa beramal iu harus berilmu.
c) Jangan mengadakan alasan yang tidak dianggap syah oleh tuhan hanya untuk menghinari
sesuatu tugas yang di serahkan kepadanya.
d) Membulatkan tekad untuk membela kesucian agama islam.
e) Menjaga persaudaraan dan kesatuan kawan sekerja dan seperjuangan.
f) Pemikiran dalam bidang kenegaraan
Dua dekade pertama abad kedua puluh adalah suatu babak baru dalam sejarah bangsa indonesia.
Zaman itu terkenal sebagai zaman kebangkitan nasional. Setiap gerakan kebangkitan adalah
menuju kepada kemajuan. Arah kemajuan mengarah ke segala bidang, baik bidang politik, sosial
maupun ekonomi. Ada yang berlandasan jasmaniah daan adapula yang berlandasan rohaniah ,
agama. Sekalipun bidangnya berbeda-beda, namun sebagai gerakan kemajuan , ia memiliki suatu
sifat yang sama, yaitu ingin membebaskan atau minimal meringankan bangsa dan tanah air dari
belenggu-belenggu jasmaniah dan rohaniah, yang di dalam zaman sebelum nya meningkat
seluruh kehidupan bangsa indonesia.
Zaman itu meliputi Budi utomo berdiri. Organisasi itu didirikan oleh kalangan pemuda- pemuda
intelek yang bangsawan. Kemudian sarekat dagangan islam juga berdiri, yang kemudian berganti
nama menjadi sarekat islam. Sesuai dengan namanya yang pertama maka sarekat islam banyak
terdiri dari kaum pedagang. Di samping itu juga berdiri juga organisasi muahammadiahyang
bergerak dalam lapangan pendidikan sosial. Pendirinya adalah KH. Ahmad Dahlan.
KH. Ahmad Dahlan bukanlah tokoh politik. Dia lebih bergerak dalam lapangan dakwah,
pendidikan dan gerakan amal sosial. Meskipun begitu dia juga memasuki perkumpulan bahkan
menjadi pengurus budi utomo yang diakui sebagai gerakan kebangkitan nasional yang pertama di
indonesia. Dalam sarekat islam, dia duduk sebagai penasehat. Sarekat islam adalah pergerakan
nasional dan inti impearialis pertama yang kuat dan banyak berpengaruh di indonesia.
D. Bentuk Dan Lambang Muhammadiyah
Bentuk dan lambang muhammadiyah diciptakan oleh KH.Siraad Dahlan, putera pertama
KH.Ahmad Dahlan yang mewarisi intelektulitas dalam bidang ilmu , falak, keulamaan dan darah
seninya( M. Sukrianto AR, 2015). Lambang muhammadiah terdiri dari 12 sinar matahari yang
putih bersih yang memancarkan sinar ke arah segala penjuru bumi. Di tengah-tengah matahari
terdapat lukisan dengan hurup arab yang berbunyi “Muhammadiyah” pada dua lingkaran yang
mengelilingi Tulisan hurup arab “Muhammadiah” tersebut, terhadap tulisan yang di ambil dari
dari dua kalimat syahadat yaitu syahadat tauhid pada lingkaran atas dengan tulisan arab asyhadu
alla ilaha illallallah (saya bersaksi bahwasanya tidak ada tuhan kecuali allah); dan syahadat rasul
pada lingkkaran bagian bawah dengan tulisan :wa asyhadu anna muhammad rasulullah ( dan aku
bersaksi bahwa muhammad adalah utusan allah). seluruh gambar matahari dengan atribut
bewarna putih dan terletak di atas warna dasar hijau daun. Untuk leih jelasnya berikut gambar
muhammadiah:

Adapun maksud lambang muhammadiah tersebut adalah: gambar matahari dan 12 sinar yang
putih. Secara teoritis, matahari merupakan titik pusat dalam tata surya dan merupakn sumber
kekuatan semua mahluk hidup yang ada di bumi. Matahari juga merupakan titik sentral semua
planet,matahari mengeluarkan sinar panas yang sangat berguna bagi kehidupan biologis semua
mahluk hidup di muka bumi. Tanpa sinar matahari semua mahluk hidup akan mati.
Dengan menggambarkan dirinya seperti matahari, muhammadiyah berkeinginan menjadi wadah,
organisasi yang dalam setiap langkah dan gerakannya dalam kehidupan di harapkan
sepertihalnya matahari yang dapat menjadi sumber pencerahan bagi kekuatan seperitual dan
rohani bagi yang mau mnerima pancaran sinarnya berupa ajaran agama islam yang bersumber
dari Al-Qur’an dan As-Sunnah Al-Maqbulah.
Tulisan muhammadiah di tengah menunjukkan bahwa organisasi ini ingin mengikuti nabi
muhammad SAW. Adapun tulisan dua kalimah syahadat melambangkan ingin menegakkan
kalimah-kalimah allah yang bersendikan tauhid.
Sedangkan dua belas sinar matahari yang memancar ke seluruh penjuru bumi diibarakan sebagai
tekad dan semangat warga muhammadiyah dalam memperjauangkan islam di tengah masyarakat
bangsa indonesia. Semangat pantang mundur dan pantang menyerah seperti yang tercermin
dalamekad kuat kaum hawari ( sahabat nabi isa) yang berjumlah 12 orang ,sepertiyang di
jelaskan oleh allah dalam surah as-sha:14 yang artinya wahai orang-orang yang beriman, jadilah
kalian penolong-penolong (agama) allah, seperti ucapan isa putra maryam kepada kaum
hawary:’diapa yang bersedia menolongku (menegakkan agama allah), lalu segolongan bani israil
beriman dan segolongan (yang lain) kafir; maka kami beri kekutan kepada orang-orang yang
beriman terhadap musuh musuh mereka, maka jadilah mereka orang-orang yang menang.
Adapun warna putih pada seeluruh gambar matahari adalah warna yang di sukai oleh rasulullah,
melambangkan kesucian , keikhlasan dan tanpa pamrih. Dengan warna putih tersebut
muhammadiah diharapkan hanya keridaan allah SWT.
Sedangkan warna hijau yang menjadi warna dasar adalah warna yang selalu di tawarkan oleh
allah kepada orang beriman dan beramal salih, seperti dalam QS :55,76,76,21 dan 18:31. Warna
hijau melambangkan kedamaian kesejukan ,kesegaran, ketentraman dan kesejahteraan. Dengan
warna hijau trsebut , muhammdiah di harapkan berjuang di tengah-tengah masyarakat dalam
rangka mewujudkan ajaran agama islam yang penuh kedamaian , keselamatan dan kesejahteraan
bagi umat manusia.
E. Maksud Dan Tujuan Muhammadiyah
Sejak awal berdirinya hingga sekarang, Muhammadiyahtelaj merumuskan maksud dan
tujuannya dengan redaksi yang berbeda-beda. Menurut haidar nasir (2008:1), jika dilacak pada
rumusan anggaran dasar (statuten) Muhammadiyah sejak berdiri tahun 1912 hingga muktamar
ke 45 tahun 2005, Muhammadiyah telah menyusun dan melakukan perubahan anggaran dasar
(AD) sebanyak 15 kali yaitu pada berturut-turut pada tahun 1912, 1914,
1921,1934,1941,1943,1946,1950 ( dua kali), 1959, 1966, 1968, 1985, 2000, dan 2005.
Perubahan AD/ART tersebut berimplikasi pada perubahan pormulasi maksud dan tujuan
Muhammadiyah. Menurut hemat penulis, sejak awal berdirinya (tahun 1912) seperti berikut (teks
nya dikutip dari tulisan Mh. Decaldan seperti ditulis oleh Haidar nasir, 2008:1)
1. Tahun 1912 saat berdirinya dirumuskan: maka perhimpunan itu dimaksudnya.
a) Meyebarluaskan pengajaran igama kangjeng nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi
putra didalam residensi Yogyakarta, dan
b) Memajukan hal igama kepada anggota-anggotanya
2. Tahun 1914 dan 1921 dirumuskan: maksud persarikatan ini yaitu:
a) Memajukan dan menggebirakan pengajaran dan pelajran igama islam di hindia nederland dan
b) Memajukan dan menggembirakan kehidupan ( cara hidup) sepanjang kemauan igama islam
kepada lid-lid-nya.
3. Tahun 1934: hajat persarikatan itu:
a) Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama islam di hindia nederland,
dan
b) Memajukan dan menggembirakan kehidupan (cara hidup) sepanjang kemauan agama islam
kepada lid-lid-nya (segala sekutunya)
4. Tahun 1941: hajat persarikatan
a) Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama islam di indonesia, dan
b) Memajukan dan menggembirakan cara hidup sepanjang kemauan agama islam kepada lid-lid-
nya (segala sekutunya).
5. Tahun 1943 dirumuskan: sesuae denngan kepercayaan untuk mendirikan kemakmuran bersama
seluruh asia raya, dibawah pimpinan da’i nippon, dan memang diperintahkan oleh Allah, maka
perkumpulan ini:
a) Hendak menyiarkan agama islam, serta melatihkan hidup yang selaras dengan tuntunannya.
b) Hendak melakukan pekerjaan kebaikan-kebaikan umum
c) Hendak memajukan pengetahuan dan kepandaian serta budi pekerti yang baik kepada annggota-
anggotanya; kesemuanya itu ditunjukan untuk berjasa mendidik masyarakat ramai.
6. Tahun 1946 dan 1950 (dua kali perubahan AD/ART) dirumuskan: maksud dan tujuan
persarikatan ini akan menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam, sehingga dapat
mewujutkan masyarakat islam yang sebenar-benarnya.
7. Tahun 1959, 1966,1968, dirumuskan: maksud dan tujuan persarikatan ialah menegakkan dan
menjunjung tinggi agama islam sehingga dapat terwujud masyarakat islam yang sebenar-
benarnya 1985 dirumuskan: maksud dan tujuan persarikatan ialah menegakkan dan menjunjung
tinggi agama islam sehingga terujut masyarakat utama, adil, dan makmur.
Terkait arti dan rumusan terahir maksud dan tujuan Muhammadiyah, mustapa kamal
pasha dan Ahmad adabi telah menjelaskan sebagiannya sebagai berikut (2009:1012):

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhammad Darwis atau lebih dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan menuntut ilmu di
kota suci Makkah, dan hasil dari pendidikannya itu kemudian beliau membentuk sebuah wadah
perubahan untuk kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah Rasullullah sesuai dengan arti
Muhammadiyah yaitu pengikut Nabi Muhammad SAW. Dari terbentuknya Muhammadiyah di
kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H yang bertepatan pada 18
November 1912 M dan tersebar luas hampir seluruh Indonesia sehingga menjadi organisasi besar
sampai dengan sekarang tidak lepas dari buah pikiran K.H. Ahmad Dahlan.
B. Saran dan Kritik
Dalam penyusunan makalah yang berjudul “Latar belakang berdirinya Muhammadiyah “,
kami dari kelompok 3 menyadari bahwa masih banyak kesalahan sehingga belum sempurnanya
makalah kami. Maka kami harap kritik dan saran yang membangun dari Dosen pembimbing dan
saudara-saudari khususnya kelas C semester I Prodi Administrasi Bisnis.

DAFTAR PUSTAKA
Haedar Nashir, KH. Ittah Muhammadiyah, menengok kembali kelahiran
Muhammadiyah,kontirbutor dalam Muhammadiyah online,Selasa, 12 Desember
2006.

Anda mungkin juga menyukai