Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH BERDIRINYA MUHAMMADIYAH DI INDONESIA

A. SEJARAH BERDIRINYA MUHAMMADIYAH DI INDONESIA


Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8
Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad
Darwis, kemudian dikenal dengan KHA Dahlan .
Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan
sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan
jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau
tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang
sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist. Oleh karena itu beliau memberikan
pengertian keagamaan dirumahnya ditengah kesibukannya sebagai Khatib dan para
pedagang.
Mula-mula ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya, akhirnya
mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekatnya.Profesinya sebagai
pedagang sangat mendukung ajakan beliau, sehingga dalam waktu singkat
ajakannya menyebar ke luar kampung Kauman bahkan sampai ke luar daerah dan
ke luar pulau Jawa.Untuk mengorganisir kegiatan tersebut maka didirikan
Persyarikatan Muhammadiyah.Dan kini Muhammadiyah telah ada diseluruh
pelosok tanah air.
Disamping memberikan pelajaran/pengetahuannya kepada laki-laki, beliau juga
memberi pelajaran kepada kaum Ibu muda dalam forum pengajian yang disebut
“Sidratul Muntaha”.Pada siang hari pelajaran untuk anak-anak laki-laki dan
perempuan.Pada malam hari untuk anak-anak yang telah dewasa.
KH A Dahlan memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga tahun 1922
dimana saat itu masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat tahunan. Pada
rapat tahun ke 11, Pemimpin Muhammadiyah dipegang oleh KH Ibrahim yang
kemudian memegang Muhammadiyah hingga tahun 1934.Rapat Tahunan itu
sendiri kemudian berubah menjadi Konggres Tahunan pada tahun 1926 yang di
kemudian hari berubah menjadi Muktamar tiga tahunan dan seperti saat ini
Menjadi Muktamar 5 tahunan.
B. PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH DIINDONESIA
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama
organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW. sehingga Muhammadiyah
juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad
SAW.
Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang
terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam
bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi.
Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan
masyarakat yang lebih maju dan terdidik (ini dibuktikan dengan jumlah lembaga
pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah yang berjumlah ribuan).Menampilkan
ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis
dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam segala aspeknya. Akan
tetapi, ia juga menampilkan kecenderungan untuk melakukan perbuatan yang
ekstrem.
Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan kepada perintah-
perintah Al Quran, diantaranya surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi: Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-
orang yang beruntung. Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah,
mengandung isyarat untuk bergeraknya umat dalam menjalankan dakwah Islam
secara teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga mengandung penegasan tentang
hidup berorganisasi.Maka dalam butir ke-6 Muqaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah dinyatakan, melancarkan amal-usaha dan perjuangan dengan
ketertiban organisasi, yang mengandung makna pentingnya organisasi sebagai alat
gerakan yang niscaya.
Sebagai dampak positif dari organisasi ini, kini telah banyak berdiri rumah sakit,
panti asuhan, dan tempat pendidikan di seluruh Indonesia.

I. Latar Belakang Kelahiran


Muhammadiyah merupakan gerakan umat Islam yang lahir di Yogyakarta pada
tanggal 8 Djulhijah 1330 H, atau tanggal 18 Nopember 1912 M. Muhammadiyah
berasal dari bahasa Arab “Muhammad” yaitu nama nabi terakhir, kemudian
mendapatkan ‘ya nisbiyah’ yang artinya menjeniskan. Jadi Muhammadiyah berarti
umatnya Muhammad atau pengikutnya Muhammad.Tujuan : menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam, sehingga terwujud masyarakat Islam yang
sebenarnya.
Berdasarkan situs resmi Muhammadiyah, Muhammadiyah didirikan oleh K.H.
Ahmad Dahlan di Kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330
H/18 November 1912.
Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad
Dahlan untuk memurnikan ajaran Islam yang dianggap banyak dipengaruhi hal-hal
mistik.Kegiatan ini pada awalnya juga memiliki basis dakwah untuk wanita dan
kaum muda berupa pengajian Sidratul Muntaha. Selain itu peran dalam pendidikan
diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar dan sekolah lanjutan, yang dikenal
sebagai Hooge School Muhammadiyah dan selanjutnya berganti nama menjadi
Kweek School Muhammadiyah (sekarang dikenal dengan Madrasah Mu’allimin
_khusus laki-laki, yang bertempat di Patangpuluhan kecamatan Wirobrajan dan
Mu’allimaat Muhammadiyah khusus Perempuan, di Suronatan Yogyakarta).
Pada masa kepemimpinan Ahmad Dahlan (1912-1923), pengaruh Muhammadiyah
terbatas di karesidenan-karesidenan seperti: Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan,
dan Pekajangan, daerah Pekalongan sekarang. Selain Yogya, cabang-cabang
Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut pada tahun 1922. Pada tahun 1925,
Abdul Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke Sumatera Barat dengan
membuka cabang di Sungai Batang, Agam.Dalam tempo yang relatif singkat, arus
gelombang Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Sumatera Barat, dan dari
daerah inilah kemudian Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatera, Sulawesi,
dan Kalimantan.Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar keseluruh
Indonesia.Terdapat pula organisasi khusus wanita bernama Aisyiyah.
Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar, berasa
Islam dan bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist. Gerakan Muhammadiyah
bermaksud untuk berta’faul (berpengharapan baik) dapat mencontoh dan
meneladani jejak perjuangan nabi Muhammad SAW, dalam rangka menegakkan
dan menjunjung tinggi agama Islam semata-mata demi terwujudnya izzul Islam
wal muslimin, kejayaan Islam sebagai idealita dan kemuliaan hidup sebagai realita
Faktor utama yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah hasil
pendalaman K.H. Ahmad Dahlan terhadap Al Qur’an dalam menelaah, membahas,
meneliti dan mengkaji kandungan isinya. Dalam surat Ali Imran ayat 104
dikatakan bahwa: “ Dan hendaklah ada diantara kamu sekalian segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah
yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. Memahami seruan diatas,
K.H. Ahmad Dahlan tergerak hatinya untuk membangun sebuah perkumpulan,
organisasi atau perserikatan yang teratur dan rapi yang tugasnya berkhidmad pada
pelaksanaan misi dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar di tengah masyarakat.

II. Visi dan Misi Muhammadiyah


a. Visi
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan As-
Sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqomah dan aktif
dalam melaksanakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar di semua bidang
dalam upaya mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil’alamin menuju
terciptanya/terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
b. Misi
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar
memiliki misi :
1) Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah
SWT yang dibawa oleh para Rasul sejak Nabi Adam as. hingga Nabi
Muhammad saw.
2) Memahami agama dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan
jiwa ajaran Islam untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-
persoalan kehidupan.
3) Menyebar luaskan ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an sebagai
kitab Allah terakhir dan Sunnah Rasul untuk pedoman hidup umat
manusia.
4) Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga
dan masyarakat.
C. Faktor Internal dan Eksternal Lahirnya Muhammadiya
1. Faktor obyektif yang bersifat Internal
a. Kelemahan dan praktek ajaran Islam.
Kelemahan praktek ajaran agama Islam dapat dijelaskan melalui dua bentuk
1) Tradisionalisme
Pemahaman dan praktek Islam tradisionalisme ini ditandai dengan pengukuhan
yang kuat terhadap khasanah intelektual Islam masa lalu dan menutup
kemungkinan untuk melakukan ijtihad dan pembaharuan-pembaharuan dalam
bidang agama.Paham dan praktek agama seperti ini mempersulit agenda ummat
untuk dapat beradaptasi dengan perkembangan baru yang banyak datang dari luar
(barat).Tidak jarang, kegagalan dalam melakukan adaptasi itu termanifestasikan
dalam bentuk-bentuk sikap penolakan terhadap perubahan dan kemudian
berapologi terhadap kebenaran tradisional yang telah menjadi pengalaman hidup
selama ini.
2) Sinkretisme
Pertemuan Islam dengan budaya lokal disamping telah memperkaya khasanah
budaya Islam, pada sisi lainnya telah melahirkan format-format sinkretik,
percampuradukkan antara sistem kepercayaan asli masyarakat-budaya setempat.
Sebagai proses budaya, percampuradukkan budaya ini tidak dapat dihindari, namun
kadang-kadang menimbulkan persoalan ketika percampuradukkan itu menyimpang
dan tidak dapat dipertanggungjawabkan dalam tinjauan aqidah Islam. Orang Jawa
misalnya, meski secara formal mengaku sebagai muslim, namun kepercayaan
terhadap agama asli mereka yang animistis tidak berubah. Kepercayaan terhadap
roh-roh halus, pemujaan arwah nenek moyang, takut pada yang angker, kuwalat
dan sebagainya menyertai kepercayaan orang Jawa.Islam, Hindu, Budha dan
animisme hadir secara bersama-sama dalam sistem kepercayaan mereka, yang
dalam aqidah Islam banyak yang tidak dapat dipertanggung jawabkan secara
Tauhid.
b. Kelemahan Lembaga Pendidikan Islam
Lembaga pendidikan tradisional Islam, Pesantren, merupakan sistem pendidikan
Islam yang khas Indonesia.Transformasi nilai-nilai keIslaman ke dalam
pemahaman dan kesadaran umat secara institusional sangat berhutang budi pada
lembaga ini.Namun terdapat kelemahan dalam sistem pendidikan Pesantren yang
menjadi kendala untuk mempersiapkan kader-kader umat Islam yang dapat tumbuh
dan berkembang sesuai dengan zaman. Salah satu kelemahan itu terletak pada
materi pelajaran yang hanya mengajarkan pelajaran agama, seperti Bahasa Arab,
Tafsir, Hadist, Ilmu Kalam, Tasawwuf dan ilmu falak. Pesanteren tidak
mengajarkan materi-materi pendidikan umum seperti ilmu hitung, biologi, kimia,
fisika, ekonomi dan lain sebagainya, yang justru sangat diperlukan bagi umat Islam
untuk memahami perkembangan zaman dan dalam rangka menunaikan tugas
sebagai khalifah di muka bumi ini.Ketiadaan lembaga pendidikan yang
mengajarkan kedua materi inilah yang menjadi salah satu latar belakang dan sebab
kenapa KH.Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah, yakni untuk melayani
kebutuhan umat terhadap ilmu pengetahuan yang seimbang antara ilmu agama dan
ilmu duniawi.
2. Faktor Objektif yang Bersifat Eksternal
a. Kristenisasi
Faktor objektif yang bersifat eksternal yang paling banyak mempengaruhi
kelahiran Muhammadiyah adalah kristenisasi, yakni kegiatan-kegiatan yang
terprogram dan sistematis untuk mengubah agama penduduk asli, baik yang
muslim maupun bukan, menjadi kristen. Kristenisasi ini mendapatkan peluang
bahkan didukung sepenuhnya oleh pemerintah Kolonialisme Belanda. Missi
Kristen, baik Katolik maupun Protestan di Indonesia, memiliki dasar hukum yang
kuat dalam Konstitusi Belanda. Bahkan kegiatan-kegiatan kristenisasi ini didukung
dan dibantu oleh dana-dana negara Belanda.Efektifitas penyebaran agama Kristen
inilah yang terutama mengguggah KH.Ahmad Dahlan untuk membentengi ummat
Islam dari pemurtadan.
b. Kolonialisme Belanda
Penjajahan Belanda telah membawa pengaruh yang sangat buruk bagi
perkembangan Islam di wilayah nusantara ini, baik secara sosial, politik, ekonomi
maupun kebudayaan.Ditambah dengan praktek politik Islam Pemerintah Hindia
Belanda yang secara sadar dan terencana ingin menjinakkan kekuatan Islam,
semakin menyadarkan umat Islam untuk melakukan perlawanan.Menyikapi hal ini,
KH.Ahmad Dahlan dengan mendirikan Muhammadiyah berupaya melakukan
perlawanan terhadap kekuatan penjajahan melalui pendekatan kultural, terutama
upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui jalur pendidikan.
c. Gerakan Pembaharuan Timur Tengah
Gerakan Muhammadiyah di Indonesia pada dasarnya merupakan salah satu mata
rantai dari sejarah panjang gerakan pembaharuan yang dipelopori oleh Ibnu
Taymiyah, Ibnu Qayyim, Muhammad bin Abdul Wahhab, Jamaluddin al-Afgani,
Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dan lain sebagainya. Persentuhan itu terutama
diperolah melalui tulisan-tulisan Jamaluddin al-Afgani yang dimuat dalam majalah
al-Urwatul Wutsqa yang dibaca oleh KH. Ahmad Dahlan. Tulisan-tulisan yang
membawa angin segar pembaharuan itu, ternyata sangat mempengaruhi KH.
Ahmad Dahlan, dan merealisasikan gagasan-gagasan pembaharuan ke dalam
tindakan amal yang riil secara terlembaga.
Dengan melihat seluruh latar belakang kelahiran Muhammadiyah, dapat dikatakan
bahwa KH.Ahmad Dahlan telah melakukan lompatan besar dalam
beritijtihad.Prinsip-prinsip dasar perjuangan Muhammadiyah tetap berpijak kuat
pada al-Quran dan Sunnah, namun implementasi dalam operasionalisasinya yang
memeiliki karakter dinamis dan terus berubah-ubah sesuai dengan perkembangan
zaman Muhammadiyah banyak memungut dari berbagai pengalaman sejarah secara
terbuka (misalnya sistem kerja organisasi yang banyak diilhami dari yayasan-
yayasan Katolik dan Protestan yang banyak muncul di Yogyakarta waktu itu.
Tokoh-Tokoh Muhammadiyah Dari Masa ke Masa
NO NAMA AWAL AKHIR
JABATAN JABATAN
1 KH. Ahmad Dahlan 1912 1923
2 KH. Ibrahim 1923 1932
3 KH. Hisyam 1932 1936
4 KH. Mas Mansur 1936 1942
5 Ki Bagoes Hadikoesoemo 1942 1953
6 Buya AR Sutan Mansur 1953 1959
7 KH. M Yunus Anis 1959 1962
8 KH. Ahmad Badawi 1962 1968
9 KH. Faqih Usman 1968 1971
10 KH. AR. Fachruddin 1971 1990
11 KH. A. Azhar Basyir 1990 1995
12 Prof. Dr. H. Amien Rais 1995 2000
13 Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’i Ma’arif 2000 2005
14 Prof. Dr. H. Din Syamsuddin 2005 Sekarang

D. Perkembangan Muhammadiyah Di Indonesia


1. Perkembanngan secara Vertikal
Dari segi perkembangan secara vertikal, Muhammadiyah telah berkembang ke
seluruh penjuru tanah air.Akan tetapi, dibandingkan dengan perkembangan
organisasi NU, Muhammadiyah sedikit ketinggalan.Hal ini terlihat bahwa jamaah
NU lebih banyak dengan jamaah Muhammadiyah.Faktor utama dapat dilihat dari
segi usaha Muhammadiyah dalam mengikis adat-istiadat yang mendarah daging di
kalangan masyarakat, sehingga banyak menemui tantangan dari masyarakat.
2. Perkembangan secara Horizontal
Dari segi perkembangan secara Horizontal, amal usaha Muhamadiyah telah banyak
berkembang, yang meliputi berbagai bidang kehidupan. Perkembangan
Muhamadiyah dalam bidang keagamaan terlihat dalam upaya-upayanya, seperti
terbentukanya Majlis Tarjih (1927), yaitu lembaga yang menghimpun ulama-ulama
dalam Muhammadiyah yang secara tetap mengadakan permusyawaratan dan
memberi fatwa-fatwa dalam bidang keagamaan, serta memberi tuntunan mengenai
hukum.

Majlis ini banyak telah bayak memberi manfaat bagi jamaah dengan usaha-
usahanya yang telah dilakukan:
 Memberi tuntunan dan pedoman dalam bidang ubudiyah sesuai dengan contoh
yang telah diberikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
 Memberi pedoman dalam penentuan ibadah puasa dan hari raya dengan jalan
perhitungan “hisab” atau “astronomi” sesuai dengan jalan perkembangan ilmu
pengetahuan modern.
 Mendirikan mushalla khusus wanita, dan juga meluruskan arah kiblat yang ada
pada amasjid-masjid dan mushalla-mushalla sesuai dengan arah yang benar
menurut perhitungan garis lintang.
 Melaksanakan dan menyeponsori pengeluaran zakat pertanian, perikanan,
peternakan, dan hasil perkebunan, serta amengatur pengumpulan dan pembagian
zakat fitrah.
 Memberi fatwa dan tuntunan dalam bidang keluarga sejahtera dan keluarga
berencana.
 Terbentuknya Departemen Agama Republik Indonesia juga termasuk peran dari
kepeloporan pemimpin Muhammadiyah.
 Tersusunnya rumusan “Matan Keyakinan dan Cita-Cita hidup Muhammadiyah”,
yaitu suatu rumusan pokok-pokok agama Islam secara sederhana, tetapi
menyeluruh.

Dalam bidang pendidikan, usaha yang ditempuh Muhammadiyah meliputi:


 mendirikan sekolah-sekolah umum dengan memasukkan ke dalamnya ilmu-ilmu
keagamaan, dan
 mendirikan madrasah-madrasah yang juga diberi pendidikan pengajaran ilmu-ilmu
pengetahuan umum.
Dengan usaha perpaduan tersebut, tidak ada lagi pembedaan mana ilmu agama dan
ilmu umum.Semuanya adalah perintah dan dalam naungan agama. Dalam bidang
kemasyarakatan, usaha-usaha yang telah dilakukan Muhammadiyah meliputi:
 Mendirikan rumah-rumah sakit modern, lengkap dengan segala peralatan,
membangun balai-balai pengobatan, rumah bersalin, apotek, dan sebagainya.
 Mendirikan panti-panti asuhan anak yatim, baik putra maupun putri untuk
menyantuni mereka.
 Mendirikan perusahaan percetakan, penerbitan, dan toko buku yang banyak
memublikasikan majalah-majalah, brosur dan buku-buku yang sangat membantu
penyebarluasan paham-paham keagamaan, ilmu, dan kebudayaan Islam.
 Pengusahaan dana bantuan hari tua, yaitu dana yang diberikan pada saat seseorang
tidak lagi bisa abekerja karena usia telah tua atau cacat jasmani.
 Memberikan bimbingan dan penyuluhan keluarga mengenai hidup sepanjang
tuntunan Ilahi.
Dalam bidang politik, usaha-usaha Muhammadiyah meliputi:
 Menentang pemerintah Hindia Belanda yang mewajibkan pajak atas ibadah kurban.
Hal ini berhasil dibebaskan.
 Pengadilan agama di zaman kolonial berada dalam kekuasaan penjajah yang tentu
saja beragama Kristen. Agar urusan agama di Indonesia, yang sebagian besar
penduduknya beragama Islam, juga dipegang oleh orang Islam, Muhammadiyah
berjuang ke arah cita-cita itu.
 Ikut memelopori berdirinya Partai Islam Indonesia. Pada tahun 1945 termasuk
menjadi pendukung utama berdirinya partai Islam Masyumi dengan gedung
Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah Yogyakarta sebagai tempat kelahirannya.
 Ikut menanamkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air Indonesia di kalangan umat
Islam Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia dalam tabligh-tablighnya,
dalam khotbah ataupun tulisan-tulisannya.
 Pada waktu Jepang berkuasa di Indonesia, pernah seluruh bangsa Indonesia
diperintahkan untuk menyembah dewa matahari, tuhan bangsa Jepang.
Muhammadiyah pun diperintah untuk melakukan Sei-kerei, membungkuk sebagai
tanda hormat kepada Tenno Heika, tiap-tiap pagi sesaat matahari sedang
terbit.Muhammadiyah menolak perintah itu.
 Ikut aktif dalam keanggotaan MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) dan menyokong
sepenuhnya tuntutan Gabungan Politik Indonesia (GAPI) agar Indonesia
mempunyai parlemen di zaman penjajahan. Begitu juga pada kegiatan-kegiatan
Islam Internasional, seperti Konferensi Islam Asia Afrika, Muktamar Masjid se-
Dunia, dan sebagainya, Muhammadiyah ikut aktif di dalamnya.
 Pada saat partai politik yang bisa amenyalurkan cita-cita perjuangan
Muhammadiyah tidak ada, Muhammadiyah tampil sebagai gerakan dakwah Islam
yang sekaligus mempunyai fungsi politik riil. Pada saat itu, tahun 1966/1967,
Muhammadiyah dikenal sebagai ormaspol, yaitu organisasi kemasyarakatan yang
juga berfungsi sebagai partai politik.
Dengan semakin luasnya usaha-usaha yang dilakukan oleh Muhammadiyah,
dibentuklah kesatuan-kesatuan kerja yang berkedudukan sebagai badan pembantu
pemimpin persyarikatan.Kesatuan-kesatuan kerja tersebut berupa majelis-majelis
dan badan-badan.Selain majelis dan lembaga, terdapat organisasi otonom, yaitu
organisasi yang bernaung di bawah organisasi induk, dengan amasih tetap memiliki
kewenangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Dalam persyarikatan
Muhammadiyah, organisasi otonom (Ortom) ini ada beberapa buah, yaitu:
a. ‘Aisyiyah
b. Nasyiatul ‘Aisyiyah
c. Pemuda Muhammadiyah
d. Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM)
e. Ikatan Mahasiswa Muhamadiyyah (IMM)
f. Tapak Suci Putra Muhamadiyah
g. Gerakan Kepanduan Hizbul-Wathan

Organisasi-organisasi otonom tersebut termasuk kelompok Angkatan Muda


Muhammadiyah (AMM).Keenam organisasi otonom ini berkewajiban
mengemban fungsi sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna amal usaha
Muhammadiyah.
E. Pemikiran/Gagasan Tokoh-Tokoh Muhammadiyah
1. K.H. Ahmad Dahlan, lahir di Yogjakarta 1 Agustus 1868, ia berasal adari elit
keagamaan kesultanan Yogjakarta, menjadi haji tahun 1890, sekembalinya dari
Mekkah, gagasanya memperbaharui Islam melalui organisasi yang
dibentuknya. Hingga tahun 1925 Muhammadiyah telah mendirikan 50 buah
sekolah dengan jumlah murid 4000 orang, balai pengobatan dan panti asuhan.
2. K.H. Ibrahim,lahir 7 Mei 1874 di Yogjakarta, beliau adik Nyai Ahmad Dahlan.
Pada masa ini Muhammadiyah mengalami perkembangan yang pesat.
Gagasannya adalah 1) kaum ibu supaya rajin beramal dan beribadah, senantiasa
mengingat Allah, rajin menjalankan perintah agama Islam, 2) pengajian model
sorogan, yaitu belajar prifat bersifat sindividual terutama untuk anak-anak
muda, dan model weton, yaitu cara mengajar mengaji kyai membaca sedang
santri-santrinya mendengarkan dengan memegang kitabnya masing-masing, 3)
konggres mulai diadakan secara bergiliran diseluruh kota Indonesia, seperti
konggres Muhammadiyah ke 15di Surabaya, kemudian berturut-turut setelah
itu di selenggarakan di kota Pekalongan, Solo, Bukittinggi, Makasar dan
Semarang, 4) bea siswa, khitanan massal, memperbaiki badan perkawinan dan
menjodohka putra-putri Muhammadiyah, penurunan gambar KH. Ahmad
Dahlan, karena ada indikasi mengkultuskan beliau, 5) member kebebasan pada
golongan muda untuk mengekspresikan cara-cara berdakwah.
3. KH. Hisyam, lahir Yogjakarta, 10 November 1883, pada pereode ini
perekembangan sekolah sekolah Muhammadiyah tumbuh subur bak jamur,
karena beliau lebih memperhatikan tentang pendidikan dan
pengajaran .Gagasannya, tentang 1) ketertiban administrasi dan menejemen
organisasi, 2) modernisasi sekolah-sekolah Muhammadiyah, sampai masa
berakhir kepemimpinannya tahun 1932 telah berdiri 103 volkschool, 47
Standaardschool, 69 hollandschool Inlandsche School ( HIS), dan 25 Schael
School , yaitu sekolah lima tahun yang menyambung ke MULO ( Meer
Uitgedbreid lager Onderwijs) setara dengan SMP saat ini., 5) menerima subsidi
dari pemerintah Hindia Belanda.
4. Mas Mansyur, lahir Surabaya 25 Juni 1896, pahlawan nasional dan anggota 4
serangkai dalam pergerakan Nasional Indonesia. Gagasannya, 1) membentuk
majlis diskusi bersama (Tawsir al- Afkar) berdiri karena latar belang kekolotan
masyarakat Surabaya 2) membebaskan tanah air dari penjajahan, 3)
menerbitkan majalah Suara Santri, 4) memperbolehkan bunga bank.
5. Ki Bagus Hadikoesoemo, lahir Yogjakarta, dengan nama R Hidayat, 24
November 1890, merupakan tokoh kuat patriotik, anggota BPUPKI dan PPKI.
Gagasanya, 1) sangat besar peranannya dalam mukodimah UUD 1945, dengan
memberikan landasan ketuhanan, kemanusiaan, keberadaban, dan keadilan, 2)
merumuskan pokok-pokok pikiran KH. Ahmad Dahlan yang dijadikan
muqodimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, 3) memperlakukan hukum
agama Islam, 4) menentang penghormatan kepada dewa matahari pada masa
pemerintahan Jepang,
6. Prof. Dr. Amin Rais, lahir di Solo, 26 April 1944, ia politikus yang pernah
menjabat ketua MPR pereode 1999 -2004, seorang yang kritis pada kebijakan
pemerintah, dijuluki “King Maker” dalam jabatan Presiden Indonesia saat awal
reformasi. Gagasanya, 1) mendirikan PAN dan membawa organisasi ke partai
politik, 2) mendukung evaluasi kontrak karya terhadap PT Freeport Indonesia.
7. Prof. Dr.Ahmad Syafi’i Ma’arif, lahir Sijunjung Sumatera Barat, 31 Mei 1935,
tokoh ilmuwan yang mempunyai komitmen kebangsaan yang kuat, sikap yang
plural, kritis dan bersahaja. Gagasannya tertuang dalam tulisan-tulisannya
seperti dalam buku Dinamika Islam dan Islam Mengapa Tidak ?
8. Prof. Dr. Din Syamsudin, lahir Sumabawa Besar, Nusatengara Tenggara Barat,
31 Agustus 1958, politisi yang saat ini masih menjabat sebagai ketua Umum
Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Gagasannya, ia memandang bahwa terorisme
lebih relevan bila dikaitkan dengan isu poliik dibanding dengan isu idilogi, ia
juga tidak senang bila sebagian kelompok umat Islam menggunakan label Islam
dalam melakukan aksi terorisme, menurutnya, aksi terorisme yang
mengatasnamakan Islan akan merugikan umat Islam baik dalam tingkat internal
umat Islam atau pada skala global
9. HAMKA, nama singkatan dari Haji Abdul Malik Karim ‘Amrullah ( Maninjau,
Sumatera Barat 16 Februari 1908 – Jakarta, 24 Juli 1981), tokoh dan pengarang
Islam. Putera seorang ulama terkemuka, terkenal dengan Haji Rasul dan
medapat gelar doctor dari Al- Azhar ( 1955), membawa pembaharuan dalam
soal agama di Minangkabau , pendidikan formal SD tetapi banyak belajar
sendiri , terutama dalam bidang agama. Keahlian dalam Islam diakui oleh
Internasional sehingga mendapat gelar kehormatan dari Al-Azhar tahun 1955
dan Universitas Kebangsaan Malaysia ( 1976). Tahun 1924 beliau merantau di
pulau Jawa, untuk belajar antara lain kepada H.O.S. Tjokroaminoto dan aktif
dalam organisasi Muhammadiyah. Karya tulisnya adalah, Di Bawah Lindungan
Ka’bah, Tenggelamnya Kapal van der Wijck, Merantau ke Deli, Di Dalam
Lembah Kehidupan.
10. H. Abul Karim Oei ( Oei Tjen Hien ), lahir di Padang Panjang, 1905, mantan
anggota parlemen RI dan mendirikan organisasi etnis Tionghoa Islam dengan
nama Persatuan Islam Tionghoa Indonesia/ PITI. Mantan komisaris BCA dan
akktif dalam pembauran / asimilasi Gagasannya, kesadaran harus hidup keluar
dari lingkungan etnisnya.

Anda mungkin juga menyukai