Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Mitra Husada Pringsewu adalah rumah sakit umum yang dimiliki oleh

PT. Mitra Husada Bersama. PT. Mitra Husada Bersama berdiri tanggal 14 Nopember

2006, dengan Akta Notaris M Reza Berawi, SH Nomor 32, disyahkan dengan SK

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor W6-00001 HT 01.01-Tahun 2007.

Latar belakang berdirinya RS Mitra Husada Pringsewu adalah adanya keprihatinan

dari beberapa Dokter dan Paramedis di Pringsewu dan sekitarnya akan belum

terdapatnya rumah sakit di Pringsewu yang cukup representatif, padahal animo

masyarakat Pringsewu cukup tinggi, di samping dari data statistik dan studi

kelayakan menunjukkan bahwa penduduk Pringsewu dan sekitarnya (Tanggamus,

Pesawaran dan Lampung Tengah) masih membutuhkan rumah sakit.

RS Mitra Husada  Pringsewu terletak di Jalan Jend. Ahmad Yani No. 14 Pringsewu,

berdiri di atas tanah seluas 18.918 m 2 , dengan luas bangunan 12.152,585 m 2 .

Registrasi Rumah Sakit : 18 02 0 38 dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan

Republik Indonesia pada tanggal 1 Oktober 2009. Izin Tetap Penyelenggaraan Rumah

Sakit Nomor : 440/845/D.02/P/V/2015, dikeluarkan oleh Bupati Kabupaten

Pringsewu pada tanggal 1 Juni 2015. Penetapan Kelas sebagai Rumah Sakit Umum

dengan Klasifikasi Kelas C dengan Nomor Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia : 762 / MENKES / SK / VI / 2010, ditetapkan pada tanggal 24 Juni 2010,


Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit dengan Status Akreditasi lulus tingkat tingkat

PARIPURNA Nomor : KARS-SERT/745/VI/2017.

Pada awal operasional pelayanan meliputi rawat jalan dan rawat inap dengan 57

tempat tidur, pada tanggal 15 Januari 2009 mendapat izin dari Dinas Kesehatan

Tanggamus untuk menyelenggarakan rawat inap dengan 100 tempat tidur. Pada tahun

2015 RS Mitra Husada Pringsewu menyelenggarakan rawat inap dengan kapasitas

tempat tidur menjadi 156 tempat tidur. Kemudian di tahun 2018, dengan adanya

pembangunan gedung rawat inap baru, kapasitas tempat tidur meningkat menjadi 195

tempat tidur.

VISI

“Menjadi Rumah Sakit Pilihan Masyarakat yang Bermutu dan Unggul dalam Bidang

Pelayanan Kesehatan”

Misi

 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi seluruh masyarakat

 Mengembangkan pelayanan kesehatan yang komprehensif dengan mengacu pada

perkembangan teknologi dan keselamatan pasien

 Mengembangan sumber daya manusia yang kompeten, produktif dan melayani

dengan sepenuh hati

Motto

“Kesehatan Anda Kepedulian Kami”


B. Hasil Penelitian

Pengaruh kompres hangat terhadap pasien febris pada anak usia 1 bulan- 17 tahun di ruang

kenanga Rumah sakit Mitra Husada Pringsewu Lampung Tahun 2020. Penelitian ini

mengikutsertakan 27 responden/ sampel yang merupakan pasien febris di ruang kenanga

Rumah Sakit Mitra Husada yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Adapun

hasilnya antara lain:

1. Hasil Analisa Univariat

Analisa ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.

Adapun variabel yang dianalisis dalam penelitian ini mencakup usia, jenis kelamin, dan

suhu tubuh responden/ sampel sebelum dan sesudah kompres hangat. Pada bagian ini

akan disajikan dalam bentuk tabel hasil penelitian dan diikuti dengan penjelasan atau

uraian tentang tabel hasil penelitian.

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.1
Distribusi Responden/ Sampel Berdasarkan Usia (Bulan) Di Ruang Kenanga
Rumah Sakit Mitra Husada Tahun 2020
Usia ( Bulan) Frekuensi Persentae (%)
1-48 bulan 8 29.6%
49-96 bulan 8 29.6 %
97-144 bulan 5 18.5 %
145-192 bulan 3 11.1 %
193-204 bulan 3 11.1 %
Total 27 100 %

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan bahwa pasien pebris pada anak paling banyak

terjadi pada anak usia 1 bulan– 48 bulan (≤ 4 ta h un¿ , dan pada anak usia 49 bulan-
96 bulan (4 ta h un< anak ≤ 8 tah un) yaitu masing- masing sebesar 29,6% dari jumlah

seluruh responden.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2
Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Di Ruang Kenanga Rumah Sakit
Mitra Husada Tahun 2020
Kelamin Frekuensi Persentase (%)
laki- laki 17 63.0
Perempuan 10 37.0
Total 27 100.0

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa dari 27 responden/ sampel terdapat 17

orang (63%) berjenis kelamin laki- laki dan 10 orang (37%) berjenis kelamin

perempuan.

c. Karakteristik Suhu Tubuh Responden/ Sampel Sebelum Diberikan Kompres Hangat

Tabel 4.3
Karakteristik Suhu Tubuh Responden/ Sampel Sebelum Diberikan Kompres
Hangat
Pre Kompres Frekuensi Persentase (%)
37.5⁰C- 38⁰C 10 37.0 %
38.1⁰C- 39⁰C 14 51.9 %
39.1⁰C- 40⁰C 3 11.1%
Total 27 100 %

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa dari 27 responden/ sampel terdapat 10

orang (37%) mempunyai suhu tubuh diantara 37.5 ⁰ C−38 ⁰ C , 14 orang (51.9%)

mempunyai suhu tubuh diantara 38.1 ⁰ C−39 ⁰ C , dan 3 orang (11.1%) mempunyai

suhu tubuh diantara 39.1 ⁰C−40 ⁰ C .


d. Karakteristik Suhu Tubuh Responden/ Sampel Sesudah Diberikan Kompres Hangat

Tabel 4.4
Karakteristik Suhu Tubuh Responden/ Sampel Sesudah Diberikan Kompres
Hangat
Post kompres Frekuensi Persentase (%)
0⁰C - 37.4⁰C 22 81.5 %
37.5⁰C -40⁰C 5 18.5 %
Total 27 100 %

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa dari 27 responden/ sampel terdapat 22

orang (81.5%) sudah tidak dalam keadaan febris ( suhu tubuh di bawah 37.5 ⁰ C ),

dan 5 orang (18.5%) masih dalam keadaan febris (37.5 ⁰ C−40 ⁰ C ).

2. Hasil Analisis Bivariat

Pengaruh kompres hangat terhadap pasien febris pada anak usia 1 bulan- 17 tahun di

ruang kenanga Rumah sakit Mitra Husada Pringsewu Lampung Tahun 2020. Dalam

analisis bivariat ini dijabarkan hasil penelitian pengaruh antara variabel independen

yaitu kompres hangat. Untuk melihat pengaruh terhadap pengurangan suhu tubuh

terhadap pasien febris pada anak usia 1 bulan- 17 tahun di ruang kenanga Rumah sakit

Mitra Husada Pringsewu Lampung Tahun 2020 digunakan uji paired T-test.

Uji paired T- test merupakan bagian dari statistik parametrik. Oleh karena itu,

sebagaimana aturan dalam statistik parametrik data penelitian haruslah berdistribusi

normal, maka sebelum dilakukan uji paired T- test maka harus dilakukan uji normalitas

terlebih dahulu, untuk melihat apakah data penelitian berdistribusi normal atau tidak.
Tabel 4.5
Uji Normalitas Data Pre Kompres dan Post Kompres
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pre Kompres .111 27 .200 *
.931 27 .073
Post Kompres .128 27 .200 *
.927 27 .059
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Dasar pengambil keputusan uji normalitas Shapiro- Wilk, yaitu :

 Jika nilai sig.> 0.05 maka data berdistrubusi normal, jika

 Jika nilai sig.< 0.05 maka data berdistribusi tidak normal.

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai sig. untuk data pre kompres adalah

sebesar 0.073. Hal ini berarti nilai sig. 0.073 > 0.05 artinya data penelitian pre kompres

berdistribusi normal. Sedangkan nilai sig. untuk data post kompres adalah sebesar 0.059.

Dapat disimpulkan sig. 0.059> 0.05 yang artinya data penelitian post kompres juga

berdistribusi normal. Karena data penelitian berdistribusi normal, maka uji paired T- test

dapat dilakukan.

Penelitian ini menggunakan taraf signifikansi 5% (0.05) berdasarkan hipotesis penelitian

yang ditetapkan, maka kriteria pengujian dalam uji paired T- test adalah sebagai berikut :

Jika nilai signifikan < 0.05 maka H0 di terima

Jika nilai signifikan > 0.05 maka H0 di tolak.


Hasil uji Paired T- test dengan melalui SPSS ditunjukan pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.6
Uji Paired T- test
Paired Differences
95% Confidence
Std. Interval of the Sig.
Std. Error Difference (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper T df tailed)
Pair 1 Pre Kompres
1.6141 10.57
- Post 2.00370 .98468 .18950 2.39323 26 .000
8 4
Kompres

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa nilai sig. (2- tailed) sebesar 0.000 < 0.05, maka

dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak artinya ada pengaruh kompres hangat terhadap

penurunan suhu tubuh pada pasies febris di ruang kenanga Rumah Sakit Mitra Husada

Pringsewu Lampung tahun 2020.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan uji paired T-test menggunakan aplikasi

SPSS, diperoleh data dalam tabel Paired samples Statistics yang memperlihatkan ringkasan

hasil statistik dekriptif dari suhu tubuh sebelum (pre) dilakukannya kompres hangat dan

sesudah (post) dilakukannya kompres hangat. Untuk suhu pre kompres di peroleh rata- rata

suhu tubuh atau mean sebesar 38.3, sedangkan untuk suhu tubuh post kompres diperoleh

rata- rata sebesar 36.2963 dengan jumlah responden/ sampel sebanyak 27 anak. Untuk nilai

Std. Deviation pada pre kompres sebesar 0.52257 dan post kompres sebesar 1.03049, serta

nilai Std. Error untuk pre kompres sebesar 1.0057 dan post kompres sebesar 0.19832.

Karena rata- rata suhu tubuh post kompres (36.2963) < pre kompres (38.3), maka secara

deskriptif ada perbedaan rata- rata suhu tubuh antara pre kompres dan post kompres.
Sedangkan dalam tabel output Paired Sampel Test diperoleh bahwa nilai sig. yaitu 0,000.

Hasil ini menunjukkan nilai sig. < α (0,05), maka hipotesis kerja diterima, dan mean

sebesar 2.00370 bernilai positif, artinya terjadi kecenderungan penurunan suhu tubuh

sesudah dilakukannya kompres hangat terhadap pasien febris pada anak usia 1 bulan - 17

tahun di ruang kenanga Rumah Sakit Mitra Husada dengan rata- rata penurunannya

sebesar 2.00370. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Tri Redjeki (2002) di rumah sakit

umum Tidar Magelang mengemukakan bahwa kompres hangat lebih banyak menurunkan

suhu tubuh dibandingkan dengan kompres air dingin, karena akan terjadi vasokontriksi

pembuluh darah, pasien menjadi menggigil. Hal ini juga dipertegas oleh penelitian Sri

Purwanti dan Winarsih Nur Ambarwati (2008) yang menyatakan bahwa ada pengaruh

kompres hangat terhadap perubahan suhu tubuh dengan hasil pada uji analisis terdapat

perubahan rerata suhu tubuh 0.97 ℃ dengan SD 0.35 ℃ nilai P=0.001yang berarti bahwa

P<0.05 .

Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh anak yang

mengalami demam. Pemberian kompres hangat pada daerah pembuluh darah besar

merupakan upaya memberikan rangsangan pada area preoptik hipotalamus agar menurunkan

suhu tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini akan menuju area hipotalamus

merangsang preoptik mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh sistem efektor. Sinyal ini akan

menyebabkan terjadinya pengeluarn panas tubuh yang lebih banyak melalui dua mekanisme

yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan berkeringat (Potter & Perry, 2010). Dengan

kompres hangat menyebabkan suhu tubuh diluaran akan terjadi hangat sehingga tubuh akan

menginterpretasikan bahwa suhu diluaran cukup panas, akhirnya tubuh akan menurunkan
kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan suhu pengatur tubuh, dengan suhu

diluaran hangat akan membuat pembuluh darah tepi dikulit melebar dan mengalami

vasodilatasi sehingga pori-pori kulit akan membuka dan mempermudah pengeluaran panas,

sehingga akan terjadi perubahan suhu tubuh.

Terapi kompres air hangat menjadi salah satu terapi alternatif yang dapat digunakan untuk

menurunkan suhu tubuh pada pasien febris karena tidak menggunakan obat-obatan seperti

halnya penanganan secara medis yaitu pemberian antipiretik (paracetamol, ibuprofen),

pemasangan infuse dan lain- lain, sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja sebagai

penanganan pertama saat anak mengalami febris. Hal ini didukung oleh teori Hegner dalam

Eny Inda Ayu, dkk (2015) yang menyatakan bahwa kompres hangat merupakan metode

untuk menurunkan suhu tubuh. kompres yang diberikan pada anak demam yaitu kompres

hangat karena dengan kompres hangat yang diletakan pada lipatan tubuh dapat membantu

proses evaporasi atau penguapan panas tubuh (Dewi, 2016).

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh kompres hangat

terhadap pasien febris pada anak usia 1 bulan- sampai 17 tahun di ruang kenanga Rumah

Sakit Mitra Husada Pringsewu Lampung tahun 2020 dapat diterima.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan tujuan

seperti yang telah disebutkan dalam pendahuluan, maka didapatkan :

1. Suhu tubuh pada anak pasien febris sebelum dilakukan kompres hangat yaitu terdapat 10

orang (37%) mempunyai suhu tubuh diantara 37.5 ⁰ C−38 ⁰ C , 14 orang (51.9%)

mempunyai suhu tubuh diantara 38.1 ⁰ C−39 ⁰ C , dan 3 orang (11.1%) mempunyai suhu

tubuh diantara 39.1 ⁰C−40 ⁰C .

2. Suhu tubuh pada anak pasien febris mengalami penurunan setelah dilakukan kompres

hangat.

3. Terapi kompres hangat mampu menurunkan suhu tubuh terhadap pasien febris pada anak

usia 1 bulan sampai 17 tahun di ruang kenanga Rumah Sakit Mitra Husada tahun 2020

dengan nilai sig. 0,000 < α (0,05) yang berarti ada pengaruh kompres hangat mampu

menurunkan suhu tubuh terhadap pasien febris pada anak usia 1 bulan sampai 17 tahun di

ruang kenanga Rumah Sakit Mitra Husada tahun 2020.

B. Saran

1. Institusi

Hendaknya Bagi Institusi Pendidikan Institusi hendaknya bekerja sama dengan tenaga

kesehatan untuk memberikan informasi mengenai komres hangat kepada orang tua dan

agar menambah pengetahuan orang tua tentang komres hangat pada saat Anak febris.
47

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya pada Anak

tentang komres hangat dalam mengatasi febris pada Anak..

3. Bagi Orang Tua

Hendaknya lebih meningkatkan cara-cara mengatasi febris dan mandiri seperti

melakukan kompres hangat kain pada bagian kening, dapat mengurangi febris pada anak

Anda mungkin juga menyukai