Revisi Bab IV
Revisi Bab IV
Rumah Sakit Mitra Husada Pringsewu adalah rumah sakit umum yang dimiliki oleh
PT. Mitra Husada Bersama. PT. Mitra Husada Bersama berdiri tanggal 14 Nopember
2006, dengan Akta Notaris M Reza Berawi, SH Nomor 32, disyahkan dengan SK
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor W6-00001 HT 01.01-Tahun 2007.
dari beberapa Dokter dan Paramedis di Pringsewu dan sekitarnya akan belum
masyarakat Pringsewu cukup tinggi, di samping dari data statistik dan studi
Republik Indonesia pada tanggal 1 Oktober 2009. Izin Tetap Penyelenggaraan Rumah
Pringsewu pada tanggal 1 Juni 2015. Penetapan Kelas sebagai Rumah Sakit Umum
Pada awal operasional pelayanan meliputi rawat jalan dan rawat inap dengan 57
tempat tidur, pada tanggal 15 Januari 2009 mendapat izin dari Dinas Kesehatan
Tanggamus untuk menyelenggarakan rawat inap dengan 100 tempat tidur. Pada tahun
tempat tidur menjadi 156 tempat tidur. Kemudian di tahun 2018, dengan adanya
pembangunan gedung rawat inap baru, kapasitas tempat tidur meningkat menjadi 195
tempat tidur.
VISI
“Menjadi Rumah Sakit Pilihan Masyarakat yang Bermutu dan Unggul dalam Bidang
Pelayanan Kesehatan”
Misi
Motto
Pengaruh kompres hangat terhadap pasien febris pada anak usia 1 bulan- 17 tahun di ruang
kenanga Rumah sakit Mitra Husada Pringsewu Lampung Tahun 2020. Penelitian ini
Rumah Sakit Mitra Husada yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Adapun
Adapun variabel yang dianalisis dalam penelitian ini mencakup usia, jenis kelamin, dan
suhu tubuh responden/ sampel sebelum dan sesudah kompres hangat. Pada bagian ini
akan disajikan dalam bentuk tabel hasil penelitian dan diikuti dengan penjelasan atau
Tabel 4.1
Distribusi Responden/ Sampel Berdasarkan Usia (Bulan) Di Ruang Kenanga
Rumah Sakit Mitra Husada Tahun 2020
Usia ( Bulan) Frekuensi Persentae (%)
1-48 bulan 8 29.6%
49-96 bulan 8 29.6 %
97-144 bulan 5 18.5 %
145-192 bulan 3 11.1 %
193-204 bulan 3 11.1 %
Total 27 100 %
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan bahwa pasien pebris pada anak paling banyak
terjadi pada anak usia 1 bulan– 48 bulan (≤ 4 ta h un¿ , dan pada anak usia 49 bulan-
96 bulan (4 ta h un< anak ≤ 8 tah un) yaitu masing- masing sebesar 29,6% dari jumlah
seluruh responden.
Tabel 4.2
Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Di Ruang Kenanga Rumah Sakit
Mitra Husada Tahun 2020
Kelamin Frekuensi Persentase (%)
laki- laki 17 63.0
Perempuan 10 37.0
Total 27 100.0
orang (63%) berjenis kelamin laki- laki dan 10 orang (37%) berjenis kelamin
perempuan.
Tabel 4.3
Karakteristik Suhu Tubuh Responden/ Sampel Sebelum Diberikan Kompres
Hangat
Pre Kompres Frekuensi Persentase (%)
37.5⁰C- 38⁰C 10 37.0 %
38.1⁰C- 39⁰C 14 51.9 %
39.1⁰C- 40⁰C 3 11.1%
Total 27 100 %
orang (37%) mempunyai suhu tubuh diantara 37.5 ⁰ C−38 ⁰ C , 14 orang (51.9%)
mempunyai suhu tubuh diantara 38.1 ⁰ C−39 ⁰ C , dan 3 orang (11.1%) mempunyai
Tabel 4.4
Karakteristik Suhu Tubuh Responden/ Sampel Sesudah Diberikan Kompres
Hangat
Post kompres Frekuensi Persentase (%)
0⁰C - 37.4⁰C 22 81.5 %
37.5⁰C -40⁰C 5 18.5 %
Total 27 100 %
orang (81.5%) sudah tidak dalam keadaan febris ( suhu tubuh di bawah 37.5 ⁰ C ),
Pengaruh kompres hangat terhadap pasien febris pada anak usia 1 bulan- 17 tahun di
ruang kenanga Rumah sakit Mitra Husada Pringsewu Lampung Tahun 2020. Dalam
analisis bivariat ini dijabarkan hasil penelitian pengaruh antara variabel independen
yaitu kompres hangat. Untuk melihat pengaruh terhadap pengurangan suhu tubuh
terhadap pasien febris pada anak usia 1 bulan- 17 tahun di ruang kenanga Rumah sakit
Mitra Husada Pringsewu Lampung Tahun 2020 digunakan uji paired T-test.
Uji paired T- test merupakan bagian dari statistik parametrik. Oleh karena itu,
normal, maka sebelum dilakukan uji paired T- test maka harus dilakukan uji normalitas
terlebih dahulu, untuk melihat apakah data penelitian berdistribusi normal atau tidak.
Tabel 4.5
Uji Normalitas Data Pre Kompres dan Post Kompres
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pre Kompres .111 27 .200 *
.931 27 .073
Post Kompres .128 27 .200 *
.927 27 .059
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai sig. untuk data pre kompres adalah
sebesar 0.073. Hal ini berarti nilai sig. 0.073 > 0.05 artinya data penelitian pre kompres
berdistribusi normal. Sedangkan nilai sig. untuk data post kompres adalah sebesar 0.059.
Dapat disimpulkan sig. 0.059> 0.05 yang artinya data penelitian post kompres juga
berdistribusi normal. Karena data penelitian berdistribusi normal, maka uji paired T- test
dapat dilakukan.
yang ditetapkan, maka kriteria pengujian dalam uji paired T- test adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6
Uji Paired T- test
Paired Differences
95% Confidence
Std. Interval of the Sig.
Std. Error Difference (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper T df tailed)
Pair 1 Pre Kompres
1.6141 10.57
- Post 2.00370 .98468 .18950 2.39323 26 .000
8 4
Kompres
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa nilai sig. (2- tailed) sebesar 0.000 < 0.05, maka
dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak artinya ada pengaruh kompres hangat terhadap
penurunan suhu tubuh pada pasies febris di ruang kenanga Rumah Sakit Mitra Husada
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan uji paired T-test menggunakan aplikasi
SPSS, diperoleh data dalam tabel Paired samples Statistics yang memperlihatkan ringkasan
hasil statistik dekriptif dari suhu tubuh sebelum (pre) dilakukannya kompres hangat dan
sesudah (post) dilakukannya kompres hangat. Untuk suhu pre kompres di peroleh rata- rata
suhu tubuh atau mean sebesar 38.3, sedangkan untuk suhu tubuh post kompres diperoleh
rata- rata sebesar 36.2963 dengan jumlah responden/ sampel sebanyak 27 anak. Untuk nilai
Std. Deviation pada pre kompres sebesar 0.52257 dan post kompres sebesar 1.03049, serta
nilai Std. Error untuk pre kompres sebesar 1.0057 dan post kompres sebesar 0.19832.
Karena rata- rata suhu tubuh post kompres (36.2963) < pre kompres (38.3), maka secara
deskriptif ada perbedaan rata- rata suhu tubuh antara pre kompres dan post kompres.
Sedangkan dalam tabel output Paired Sampel Test diperoleh bahwa nilai sig. yaitu 0,000.
Hasil ini menunjukkan nilai sig. < α (0,05), maka hipotesis kerja diterima, dan mean
sebesar 2.00370 bernilai positif, artinya terjadi kecenderungan penurunan suhu tubuh
sesudah dilakukannya kompres hangat terhadap pasien febris pada anak usia 1 bulan - 17
tahun di ruang kenanga Rumah Sakit Mitra Husada dengan rata- rata penurunannya
sebesar 2.00370. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Tri Redjeki (2002) di rumah sakit
umum Tidar Magelang mengemukakan bahwa kompres hangat lebih banyak menurunkan
suhu tubuh dibandingkan dengan kompres air dingin, karena akan terjadi vasokontriksi
pembuluh darah, pasien menjadi menggigil. Hal ini juga dipertegas oleh penelitian Sri
Purwanti dan Winarsih Nur Ambarwati (2008) yang menyatakan bahwa ada pengaruh
kompres hangat terhadap perubahan suhu tubuh dengan hasil pada uji analisis terdapat
perubahan rerata suhu tubuh 0.97 ℃ dengan SD 0.35 ℃ nilai P=0.001yang berarti bahwa
P<0.05 .
Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh anak yang
mengalami demam. Pemberian kompres hangat pada daerah pembuluh darah besar
merupakan upaya memberikan rangsangan pada area preoptik hipotalamus agar menurunkan
suhu tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini akan menuju area hipotalamus
merangsang preoptik mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh sistem efektor. Sinyal ini akan
menyebabkan terjadinya pengeluarn panas tubuh yang lebih banyak melalui dua mekanisme
yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan berkeringat (Potter & Perry, 2010). Dengan
kompres hangat menyebabkan suhu tubuh diluaran akan terjadi hangat sehingga tubuh akan
menginterpretasikan bahwa suhu diluaran cukup panas, akhirnya tubuh akan menurunkan
kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan suhu pengatur tubuh, dengan suhu
diluaran hangat akan membuat pembuluh darah tepi dikulit melebar dan mengalami
vasodilatasi sehingga pori-pori kulit akan membuka dan mempermudah pengeluaran panas,
Terapi kompres air hangat menjadi salah satu terapi alternatif yang dapat digunakan untuk
menurunkan suhu tubuh pada pasien febris karena tidak menggunakan obat-obatan seperti
pemasangan infuse dan lain- lain, sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja sebagai
penanganan pertama saat anak mengalami febris. Hal ini didukung oleh teori Hegner dalam
Eny Inda Ayu, dkk (2015) yang menyatakan bahwa kompres hangat merupakan metode
untuk menurunkan suhu tubuh. kompres yang diberikan pada anak demam yaitu kompres
hangat karena dengan kompres hangat yang diletakan pada lipatan tubuh dapat membantu
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh kompres hangat
terhadap pasien febris pada anak usia 1 bulan- sampai 17 tahun di ruang kenanga Rumah
A. Kesimpulan
1. Suhu tubuh pada anak pasien febris sebelum dilakukan kompres hangat yaitu terdapat 10
orang (37%) mempunyai suhu tubuh diantara 37.5 ⁰ C−38 ⁰ C , 14 orang (51.9%)
mempunyai suhu tubuh diantara 38.1 ⁰ C−39 ⁰ C , dan 3 orang (11.1%) mempunyai suhu
2. Suhu tubuh pada anak pasien febris mengalami penurunan setelah dilakukan kompres
hangat.
3. Terapi kompres hangat mampu menurunkan suhu tubuh terhadap pasien febris pada anak
usia 1 bulan sampai 17 tahun di ruang kenanga Rumah Sakit Mitra Husada tahun 2020
dengan nilai sig. 0,000 < α (0,05) yang berarti ada pengaruh kompres hangat mampu
menurunkan suhu tubuh terhadap pasien febris pada anak usia 1 bulan sampai 17 tahun di
B. Saran
1. Institusi
Hendaknya Bagi Institusi Pendidikan Institusi hendaknya bekerja sama dengan tenaga
kesehatan untuk memberikan informasi mengenai komres hangat kepada orang tua dan
agar menambah pengetahuan orang tua tentang komres hangat pada saat Anak febris.
47
melakukan kompres hangat kain pada bagian kening, dapat mengurangi febris pada anak