SEJARAH BERDIRI
&
PERJUANGAN
MUHAMMADIYAH
0
BAB IV
A. PERTEMUAN KELIMA
Materi :
Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga
Muhammadiyah berasal dari dua kata yakni “Muhammad” dan kata “iyah”, Muhammad
dimaksudkan nama nabi Mmuhammad dan kata iyah bermakna pengikut maka
Muhammadiyah dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi
pengikut Nabi Muhammad SAW.
1
menjalankan dakwah Islam secara teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga
mengandung penegasan tentang hidup berorganisasi. Maka dalam butir ke-6
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dinyatakan, melancarkan amal-usaha
dan perjuangan dengan ketertiban organisasi, yang mengandung makna pentingnya
organisasi sebagai alat gerakan yang niscaya.
Dalam catatan Adaby Darban, ahli sejarah dari UGM kelahiran Kauman, nama
”Muhammadiyah” pada mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat Kyai
Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang Ketib Anom Kraton
Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu Kraton
Yogyakarta, yang kemudian diputuskan Kyai Dahlan setelah melalui salat istikharah
Pada masa kepemimpinan Kyai Dahlan (1912-1923), pengaruh Muhammadiyah
terbatas di karesidenan-karesidenan seperti:Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan,
dan Pekajangan, sekitar daerah Pekalongan sekarang. Selain Yogya, cabang-cabang
Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut pada tahun 1922. Pada tahun 1925, Abdul
Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke Sumatra Barat dengan membuka
cabang di Sungai Batang, Agam. Dalam tempo yang relatif singkat, arus gelombang
Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Sumatra Barat, dan dari daerah inilah
kemudian Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar ke seluruh Indonesia.
2
Faktor yang melatar belakangi berdirinya persyarikatan muhammadiyah secara
garis besar menurut Kamal dan Darban ada dua faktor:
a) Faktor Subyektif
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; (Ma'ruf:
segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah
segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya).merekalah orang-orang yang
beruntung. (Ali-Imran: 104)
“Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu
bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di
dalamnya” (An-Nisa’: 82)
“Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?”.
(Muhammad: 24)
b) Faktor Obyektif
3
Ketidakmurnian amalan Islam akibat tidak dijadikannya al-Qur’an dan Sunah
sebagai satu-satunya rujukan oleh sebagian besar umat Islam di Indonesia
Sebagaimana yang terdapat dalam sejarah, sebelum agam Islam masuk ke
Indonesia, masyarakat Indonesia telah menganut agama Hindu ada juga yang
Budha, peninggalan kepercayaan agama Hindu dan Budha terhadap
animisme dan dinamisme masih kental terasa dalam kehidupan masyarakat
Indonesia, yang masih mempercayaai banda-benda keramat, kuburan,
tempat-tempat khusus yang dianggap memiiki kekuatan magis yang mereka
yakini dapat membantu dan mengabulkan semua keinginan mereka, padahal
dalam agama Islam sejatinya memiliki tauhid yang murni, bersih dari beberapa
hal di atas.
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami
meminta pertolongan” (al-Fatiha: 5) (Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan
ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai
Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang
mutlak terhadapnya.)-(Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah:
mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak
sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.)
(2) Lembaga pendidikan yang dimiliki umat Islam belum mampu menyiapakan
generasi yang siap mengemban tugas selaku “Khalifah Allah di muka
Bumi”.
Salah satu lembaga pendidikan khas yang dimiliki umat Islam ialah pondok
pesantren, dilihat dari sejarahnya sistem pendidikan ini sudah berkembang sejak
zaman Hindu dan Budha yang dikenal dengan nama Ashram yang di dalamnya
terdapat para cantrik (santri) yang tinggal bersama-sama guru (resi), sisntem ini terus
berlanjut ketika Indonesia memasuki zaman Islam, pondok pesantren telah banyak
memberikan sumbangsi bagi nusa dan bangsa sejak sebelum kemerrdekaan lewat
lembaga inilah lahirnya kader-kader umat bangsa yang menanamkan semangat
nasionalisme dan patrio bangsa kepada para santrinya.
4
lingkup sempit, terbatas pada bidang; tafsir, hadits, fiqih, bahasa arab, aqidah, akhlak,
tasawuf, ilmu falaq, dan ilmu mantiq, sedangkan mata pelajaran yang menyangkut
masalah keduaniaan tidak dipelajari, seperti: sejarah, ekonomi, sosiologi, fisika, kimia,
matematika dll, padahal ilmu-ilmu ini sangat perlu dipahami dan dipelajari guna
menjalankan tugas-tugas keduniaan yang harus diemban sebagai khalifah Allah di
muka Bumi. Karena ilmu-ilmu keagamaan dan ilmu-ilmu keduaniaan sangat penting
maka KH. Ahmad Dahlan memadukan kedua sistem pendidikan tersebut.
Kedua, program kristenisasi yakni program yang ditujukan untuk mengubah agama
penduduk, dari agama apapun menjadi agama Kristen, program ini semakin meningkat
pada masa pimpinan Gubernur Jenderal A.W.F Indenburg (1909-1916), program ini
dikenal dengan kristening politik.
5
intelektualistik, individualistik, elitis, diskriminatik, serta sama sekali tidak
memperhatikan dasar-dasar dan asas-asas moral keagamaan, maka lahirlah generasi
baru bangsa Indonesia yang terpengaruh paham rasionalisme dan individualisme
dalam pola berpikir mereka, meninggalkan ajaran agama Islam.
4) Sikap acuh tak acuh malah kadang-kadang sikap merendahkan dari golongan
lain terhadap Islam.
a. Asas Muhammadiyah
Asas Muhammadiyah pada awal didirikan ialah; Islam, pada tahun 1985 asa
muhammadiyah mengalami perubahan menjadi asas pancasila, alasan perubahan
asas ini dikarenakan dalam UU No.8 tahun 1985 mewajibkan setiap organisasi harus
menyesuaikan asas organisasinya dengan pancasila sebagai satu-satunya asas.
b. TujuanMuhammadiyah
6
Pada tahun 1950 merumuskan maksud dan tujuan muhammadiyah mengalami
perubahan, yang terdapat dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah pasal 3 yaitu:
“Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujunya masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya”.
3. Perjuangan Muhammadiyah
7
Maraknya lembaga pendidikan yang didirikan oleh kolonial Belanda dengan
sendirinya berdampak pada pendidikan Islam yang pada masa itu masih tradisional
seperti pesantren, lembaga pendidikan tradisional ini tidak mampu mengimbangi
lembaga pendidikan yang sekuler yang didirikan oleh Belanda. Pada awal abad ke-20
kalangan muslim Indonesia mulai muncul kesadaran untuk mengatasi perkembangan
pendidikan Islam yang mengalami keterbelakangan, sehingga muncul upaya untuk
mendirikan lembaga pendidikan Islam bercorak modern, salah satu bentuk nyata dari
pemikiran tersebut ialah lembaga pendidikan Islam Muhammadiyah, cikal bakal
lembaga pendidikan Islam Muhammadiyah dimulai 1 Desember 1911, yang didirikan
KH. Ahmad Dahlan yang diberi nama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah lahirnya
lembaga pendidikan dalam Muhammadiyah sebagai alat mencapai tujuan dari
Muhammadiyah itu sendiri.
8
diperkenankan membantu pemerintahan Jepang di medan perang. Pada
pembentukannya, banyak anggota Seinen Dojo (Barisan Pemuda) yang kemudian
menjadi anggota senior dalam barisan PETA. Ada pendapat bahwa hal ini merupakan
strategi Jepang untuk membangkitkan semangat patriotisme dengan memberi kesan
bahwa usul pembentukan PETA berasal dari kalangan pemimpin Indonesia sendiri.
Pendapat ini ada benarnya, karena, sebagaimana berita yang dimuat pada koran "Asia
Raya" pada tanggal 13 September1943, yakni adanya usulan sepuluh ulama: K.H. Mas
Mansyur, KH. Adnan, Dr. Abdul Karim Amrullah (HAMKA), Guru H. Mansur, Guru
H. Cholid. K.H. Abdul Madjid, Guru H. Jacob, K.H. Djunaedi, U. Mochtar.
9
d. Perjuangan Muhammadiyah masa Orde Lama
10
NU : H.M. Subchan, Z.E
KBKI : A. Samadi
Pada awal orde baru muhammadiyah terlibat dalam pendirian partai muslimin
Indonesia (parmusi), partai yang diklaim sebagai lanjutan partaai masyumi yang
11
dibubarkan presiden Suekarno pada tahun 1960. Muhammadiyah berperan aktif dalam
setiap kebijakan politik yang diambil pada masa orde baru, selama kebijakan tersebut
menyangkut persoalan kehidupan beragama, seperti penumpasan gerakan PKI,
kemudian muhammadiyah ikut dalam memberikan sumbangan pemikiran terhadap
usulan pemerintah kepada DPR mengenai rancangan undang-undang perkawinan
berdasarkan ajaran Islam.
Kondisi sosial politik pada masa awal orde baru menimbulkan harapan baru
bagi umat Islam di Indonesia, pemerintah mulai mengerahkan kekuatan sosial politik
untuk mensukseskan pembangunan di Indonesia, salah satu upaya pemerintah
melakukan kerjasama dengan pemimpin ulama yang ada, masuk ke dalam wadah
majelis ualam indonesia (MUI), lembaga keagamaan ini semula merupakan organisasi
yang bersifat regional yang dikembangkan pemerintah sebagai upaya konsolidasi
ulama diberbagai daerah yang rawan akan politik seperti; Jawa Barat dan Aceh.
Keberhasilan MUI dalam menyelesaikan konflik keagamaan. Sikap muhammadiyah
terhadap lahirnya MUI dan MU di daerah terlihat dari menjabatnya Hamka dan Hasan
Basri sebagai ketua, sikap resmi muhamamdiyah dinyatakan dalam Raker pimpinan
tingkat pusat pada tahun 1976 yang menyatakan bahwa muhammadiyah di seluruh
daerah menjalin hubungan yang baik dengan anggotanya yang menduduki majelis
ulama tersebut.
12
hal baru, terlebih dalam buku Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, terdapat
bahasan bahwa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara warga muhammadiyah
perlu ambil bagian dan tidak boleh apatis dengan kehidupan berpolitik.
13
otoritas dalam struktur organisasi muhammadiyah sehingga dapat
menghasilkan kader-kader yang berkualitas
Pada masa era reformasi ini maraknya informasi bernuansa pornografi dan
pornoaksi muhammadiyah mendesak kepada lembaga-embaga legistatif (DPR RI)
untuk memberikan prioritas utama agar DPR RI fokus membahas RUU APP ini, Tanwir
Muhammadiyah di Makasar tahun 2003, Muhammadiyah telah menegaskan sikapnya
tentang kegaitan pornografi dan pornoaksi, “DPR perlu segera membahas dan
mengesahkan RUU tentang pornografi sebagai prioritas utama dalam proses legislatif
demi kepentingan membangun moralitas bangsa”.
4. Soal Esssay
1) Jelaskan faktor objektif yang bersifat internal, yang melatar belakangi berdirinya
organisasi Muhammadiyah?
a) Penjajahan Belanda
b) Penjajahan Jepang
c) Awal Republik
d) Orde Lama
14
e) Orde Baru
f) Masa Reformasi
5) Jelaskan isi tafsiran Qur’an surat Ali-Imron: 104, yang menjadi faktor subjektif
berdirinya Muhammadiyah?
6) Apa definisi dari Glory, Gold, Gospel misi yang di bawah oleh Belanda pada
5. Rangkuman
Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga
Muhammadiyah berasal dari dua kata yakni “Muhammad” dan kata “iyah”, Muhammad
dimaksudkan nama nabi Mmuhammad dan kata iyah bermakna pengikut maka
Muhammadiyah dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi
Muhammad SAW.
a) Faktor Subyektif
15
membangun sebuah perkumpulan, organisasi atau persyarikatan yang teratur dan rapi
yang tugasnya berkhidmat melaksanakan misi dakwah Islam amar ma’ruf dan nahi
munkar ditengah-tengah masyarakat luas.
b) Faktor Obyektif
Asas Muhammadiyah pada awal didirikan ialah; Islam, pada tahun 1985 asas
muhammadiyah mengalami perubahan menjadi asas pancasila.
Tujuan Muhammadiyah
Perjuangan Muhammadiyah
16
Perjuangan Muhammadiyah masa Jepang
Pada awal orde baru muhammadiyah terlibat dalam pendirian partai muslimin
Indonesia (parmusi), partai yang diklaim sebagai lanjutan partaai msyumi yang
dibubarkan presiden Suekarno pada tahun 1960. Muhammadiyah berperan aktif dalam
17
setiap kebijakan politik yang diambil pada masa orde baru, selama kebijakan tersebut
menyangkut persoalan kehidupan beragama, seperti penumpasan gerakan PKI,
kemudian muhammadiyah ikut dalam memberikan sumbangan pemikiran terhadap
usulan pemerintah kepada DPR mengenai rancangan undang-undang perkawinan
berdasarkan ajaran Islam.
a. Orde lama
b. Awal republik
c. Masa reformasi
18
3. Pada tanggal, bulan dan tahun apa Muhamamdiyah berdiri?
a. 8 Dzulhijjah 1330 H
b. 18 November 1912 M
c. 9 Dzulhijjah 1330 H
d. 17 November 1912 M
4. Asas Muhammadiyah mengalami perubahan dari asas Islam beralih pada asas
Pancasila terjadi pada tahun?
a. 1950
b. 1952
c. 1985
d. 1984
e. 1955
a. NASAKOM
b. PETA
19
e. KOKAM
7. Referensi
Abdul Munir Mulkhan, Pemikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah
dalam Perspektif Perubahan Sosial, Jakarta: Bumi Aksara. (1990)
Mustafa pasha dan Ahmad Darban, Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam: dalam
Perspektif Historis dan Idiologi, Yogyakarta: LPPI, (2003)
Ruskan, dkk, Gerakan Pembaharuan Islam, Palembang: Insan Cendekia, (2019)
20