Anda di halaman 1dari 16

Tafsir Isu-Isu Sosial

“Toleransi Islam Terhadap


Pemeluk Agama Lain”
Oleh: Nur Misbahul Mubarok (2104170)
Mar’atul Mahmudah (210417054)
Kelas: IAT B/5
1.Prinsip Kebebasan Beragama
• Al-Qur’an tidak membenarkan segala bentuk pemaksaan
terhadap seseorang untuk menganut suatu agama, termasuk
agama islam. Hal ini dikarenakan Allah menginginkan
kedamaian dan iman yang tulus tanpa pamrih dan paksaan.
Dengan konsideren bahwa telah jelas jalan yang sesat dan jalan
yan lurus. Hal ini ditegaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 256





 
 
 
 



  


 




 

 





 





























 



 


 

 





 







“ tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar
kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
• Kebebasan manusia dalam beragama merupakan hak paling
asasi yang bersumber dari anugerah Allah, bukan dari
kekuatan manusia. Seandainya paksaan dalam beragama itu
diperkenankan, maka Allah sendiri yang akan melakukannya.
Seperti dijelaskan dalam surat Yunus ayat 99-100










 
















 
 

 








 

 
 




  







 

 




 

 



 
 

 
 
 



 













 



“dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka
bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka
menjadi orang-orang yang beriman semuanya ?

dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah
menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.”
• Nabi pun tidak diperkenankan untuk memaksakan keyakinan
seseorang. Tugas nabi adalah menyampaikan risalah, mengajak
dan memberi peringatan bukan untuk menjadikan semua orang
beriman. Dalam ayat diatas terdapat teguran kepada Nabi yang
besikap berlebihan dengan sangat besungguh-sungguh ingin
mengajak semua orang beriman. Berlebihan disini dalam arti di
luar batas kemampuannya sehingga hampir mencelakakan diri
sendiri. Seperti disebutkan dalam surat Al-Kahfi ayat 29:





 



 




















 







 




“Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena mereka tidak
beriman kepada keterangan ini (Al-Quran). bersedih hati setelah mereka berpaling,
Sekiranya mereka tidak beriman pada keteranan ini (Al-Qur’an)
• Prinsip kebebasan beragama inilah yang membedakan antara
manusia dengan makhluk Allah yang lain. Dimana manusia diberi
nafsu serta potensi akal yang digunakan dalam menentukan positif
negatifnya suatu hal untuk kemudian memilih jalannya.
Berdasarkan pilihannya inilah manusia akan dimintai pertanggung
jawaban di akhirat. Dalam surat Al-Kahfi ayat 29 tergambar jelas
bahwa keputusan beriman atau tidak diserahkan kepada manusia.






 
 




  

 



 




“ dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin
(beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir"
• Perlu digaris bawahi bahwa prinsip kebebasan beragama ini tidak
berhubungan dengan kebenaran suatu agama. Kebebasan beragama
bukan berarti menganggap semua agama sama. Al-Qur’an
mengatakan dalam surat Ali Imran ayat 19 dan 85 bahwa hanya
islamlah agama yang haq.





 




 



 









 
 



 






 


 


 

 
 















 
 
 


 


 






 




 








19. Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang
yang telah diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena
kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka
Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.







 






 












 


 











 

85. Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi.
2. Penghormatan Islam Terhadap Agama Lain
• Umat islam diperintahkan untuk menghormati agama lain
sebagaimana umat islam mendapatkan penghormatan dari umat
agama lain. Karena hal inilah Al-Qur’an melarang umat islam untuk
melakukan penghinaan terhadap keyakinan, tempat ibadah, maupun
simbol-simbol agama lain. Hal ini dijelaskan dalam surat Al-An’am
ayat 108 dan surat Al-Hajj ayat 40.

“ dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah,
karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.
Demikianlah Kami jadikan Setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. kemudian
kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa
yang dahulu mereka kerjakan.(Al-An’am ayat 108)”
• “dan Sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan
sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja,
rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak
disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong
(agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa.” (Al-
Hajj: 40)
• Islam tidak melarang umatnya untuk bekerja sama dan berbuat
baik dengan umat agama lain selama mereka tidak memerangi,
memusuhi, dan mengusir kaum muslimin dari negeri mereka.
Sebagaimana dipaparkan dalam surat Al-Mumtahanah ayat 8-9.


















 
 




 




 


















 





 


 




 



















 


 








 
















 



 




 





 






 




 



 



 







 

“ Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang
tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu
menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu
dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. dan Barangsiapa menjadikan
mereka sebagai kawan, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.”
• Dihalalkan bagi kaum muslim sembelihan ahli kitab dan
diperbolehkan pula menikahi perempuan-perempuan ahli kitab.
Hal ini disebutkan dalam surat Al-Maidah ayat 5.


 


 

























 








 



 










 

 

 
















 









 







 











 







 












 


 




 






 


 





 









 



“ pada hari ini Dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al kitab itu halal
bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (dan Dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormata
diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang
diberi Al kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak
dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman
(tidak menerima hukum-hukum Islam) Maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat Termasuk orang-orang
merugi.”
• Disyariatkannya jizyah sebagai suatu bentuk pengakuan,
dan penghormatan terhadap eksistensi agama lain yang
hidup berdampingan dengan kaum muslim. Al-qur’an
menerangkannya dalam surat At-Taubah ayat 29.

 











 
 



 








 


 
 

 
 
 









 
 

 

 




 












 

 
 

 




 
 








 
 


 




“ perangilahorang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari
Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan
tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (Yaitu orang-orang) yang diberikan Al-
Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam
Keadaan tunduk.”
• Prinsip toleransi yang dibangun islam adalah sikap saling
menghormati antar pemeluk agama yang berlainan tanpa
mencampukan unsur akidah. Hal ini terdapat dalam surat Al-
Kafirun ayat 1-6.

• 1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,


• 2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
• 3. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
• 4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
• 5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku
sembah.
• 6. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
3. Membangun Persatuan Melalui Persaudaraan

A. Persaudaraan Antar Sesama Muslim


Semua orang muslim bersaudara, dan hendaknya menciptakan
kedamaian di lingkungan intern masyarakat. Seorang muslim
harus bisa menjadi juru damai apabila ada perselisihan diantara
saudara sesama muslim. hal ini dinyatakan dalam Al-Qur’an
surat Al-Hujurat ayat 10 .
Tali persaudaraan ini harus dikokohkan agar tidak terjadi fitnah
dan kekacauan di dalam islam, sehingga akan mudah
diprovokasi oleh pihak luar. Hal ini diisyaratkan dalam surat
Al-Anfal ayat73.
Sesama muslim harus mengembangkan sikap saling tolong-
menolong. Hal ini dijelaskan dalam surat Al-Anfal ayat 71.
B. Persaudaraan dengan Non Muslim

 Al-Qur’an tidak hanya memerintahkan untuk membina


persaudaraan sesama muslim tetapi juga kepada sesama
manusia termasuk non muslim. Salah satu alasannya adalah
bahwa pada dasarnya semua manusia itu bersaudara karena
berasal dari sumber yang sama. Atas dasar bahwa asal-usul
semua manusia adalah sama maka tidak layak seseorang atau
suatu golonan membanggakan diri terhadap yang lainnya
ataupun menghina yang lainnya. Hal ini diisyaratkan dalam
surat An-Nisa ayat 1, Az-Zumar ayat 6, dan Al-A’raf ayat 189.

Praktek konkrit hubungan umat islam dengan non muslim


telah banyak dicontohkan oleh Nabi, terlebih selama berada di
Madinah.
1.Prinsip
Kebebasan
Beragama

2. Penghormatan
Toleransi Islam Islam Terhadap
Terhadap Pemeluk Agama Lain Persaudaraan
Agama Lain antar sesama
muslim

3.Membangun
persatuan melalui
persaudaraan Persaudaraan
denfan non
muslim
Kesimpulan
1. Prinsip Kebebasan Beragama
Al-Qur’an tidak membenarkan segala bentuk pemaksaan
terhadap seseorang untuk menganut suatu agama, termasuk
agama islam.Kebebasan manusia dalam beragama merupakan
hak paling asasi yang bersumber dari anugerah Allah, bukan dari
kekuatan manusia. Nabi tidak diperkenankan untuk memaksakan
keyakinan seseorang. Kebebasan beragama bukan berarti
menganggap semua agama sama.
2. Penghormatan Islam Terhadap Agama Lain
Umat islam diperintahkan untuk menghormati agama lain
sebagaimana umat islam mendapatkan penghormatan dari umat
agama lain. Islam tidak melarang umatnya untuk bekerja sama
dan berbuat baik dengan umat agama lain selama mereka tidak
memerangi, memusuhi, dan mengusir kaum muslimin dari negeri
mereka. Dihalalkan bagi kaum muslim sembelihan ahli kitab dan
diperbolehkan pula menikahi perempuan-perempuan ahli kitab.
3. Membangun Persatuan Melalui Persaudaraan
a. Persaudaraan Antar Sesama Muslim
Semua orang muslim bersaudara, dan hendaknya
menciptakan kedamaian di lingkungan intern masyarakat. Tali
persaudaraan ini harus dikokohkan agar tidak terjadi fitnah dan
kekacauan di dalam islam. Sesama muslim harus
mengembangkan sikap saling tolong-menolong.
b. Persaudaraan dengan Non Muslim
Al-Qur’an tidak hanya memerintahkan untuk membina
persaudaraan sesama muslim tetapi juga kepada sesama manusia
termasuk non muslim. Praktek konkrit hubungan umat islam
dengan non muslim telah banyak dicontohkan oleh Nabi, terlebih
selama berada di Madinah.

Anda mungkin juga menyukai