Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEKUATAN GERAKAN MUHAMMADIYAH DALAM DAKWAH MENEMBUS


PERKEMBANGAN ZAMAN

Disusun oleh:

Alni Nurfadhila Sari (B200180217)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang ajarannya mengatur hubungan manusia dengan
Allah, dengan dirinya sendiri dan dengan sesamanya, yang meliputi seluruh aspek
mulai dari urusan dunia sampai akhirat, baik yang menyangkut dosa, pahala, surga,
neraka. Islam pada hakikatnya berfungsi sebagai tenaga pendobrak terhadap berbagai
keterbelakangan, baik yang berhubungan dengan kepercayaan, sistem feodalisme,
penjajahan dan sebagainya.
Tekanan-tekanan belanda telah merusak jiwa dan moral bangsa. Pada masa itu
Islam telah bercampur baur dengan tradisi dari macam-macam agama dan kepercayaan.
Ada sekelompok orang mengaku beragama Islam terbius dengan pengaruh dan siasat
licik Belanda, dan ada pula yang terseret dalam paham kolot yang menyesatkan seperti
bid’ah, khurafat dan tahayyul di kalangan masyarakat Islam di Indonesia
Sadar dengan tantangan dan masalah yang dihadapi dalam dunia Islam,
sehingga melahirkan para tokoh dan pemikir membawa seperangkat pemikiran, baik
dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk karya yang nyata sebagai jawaban terhadap
masalah dan tantangan yang mereka hadapi. Mereka inilah yang disebut sebagai kaum
pembaharu, kebangkitan mereka tidak hanya menentang pengaruh barat, tetapi juga
dengan himbauan untuk kembali kepada dasar-dasar pokok Islam. Salah satu
diantaranya yang muncul di Indonesia yaitu KH. Ahmad Dahlan, dengan organisasi
Muhammadiyah.
Muhammadiyah merupakan gerakan Islam yang didirikan Kyai Haji Ahmad Dahlan
tahun 1330 H atau bertepatan dengan 1912 M1. Gerakan ini lahir di Kauman
Yogyakarta, sebuah kampung di samping Kraton Yogyakarta. Sesuai namanya Kauman
adalah kampung yang banyak berisi kaum atau para ahli agama. Dengan demikian
Muhammadiyah lahir di tengah masyarakat yang taat menjalankan Islam.
Namun demikian Islam yang berjalan di masyarakat muslim pada umumnya,
termasuk kauman di dalamnya, adalah Islam yang dalam pandangan Kyai Dahlan tidak
saja telah berakulturasi dengan budaya Jawa, lebih dari itu, yaitu Islam yang telah
terkungkung oleh hegemoni budaya Jawa. Kehadiran Muhammadiyah adalah sebuah
bentuk perlawanan terhadap praktek Islam yang dianggap keliru.
Di tengah masyarakat seperti itulah Muhammadiyah berdiri. Ia hadir untuk
sebuah tujuan terwujudnya Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah ingin
menjadikan nilai-nilai ajaran Islam yang menyeluruh dan ideal itu mewujud dalam
kehidupan nyata dalam bentuk masyarakat yang adil, makmur dan diridhoi Allah SWT.
Muhammadiyah ingin menjadikan kehidupan Islam tidak hanya sekedar pada masalah
fiqih ibadah, nahwu shorof, dan berbagai ilmu alat lain, tetapi juga masuk ke dalam
persoalan keduniaan yang lebih luas untuk menciptakan kehidupan umat yang lebih
berdaya dan maju.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Identitas Perjuangan Muhammadiyah?
2. Bagaimana landasan idiil Muhammadiyah?
3. Bagaimana Landasan Normatif Muhammadiyah?
4. Bagaimana Landasan Operasional Muhammadiyah?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat disimpulkan tujuan dari penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui identitas Muhammadiyah.
2. Mengetahui landasan iidil Muhammadiyah.
3. Mengetahui bagaimana landasan normatif Muhammadiyah.
4. Mengetahui bagaimana landasan operasional Muhammadiyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Identitas Muhammadiyah
Penjajahan Belanda yang berkepanjangan, mengakibatkan kebodahan dan
keterbelakangan melanda Indonesia yang dikenal kaya dengan hasil bumi. Pendidikan
hanya dinikmati oleh kaum priyayi dan bangsawan saja. Itupun harus mengikuti sistem
dan tradisi Belanda. Dari kota-kota sampai pelosok desa, Belanda berhasil mengacak-
acak bangsa Indonesia. Hal ini membangkitkan kebencian rakyat Indonesia untuk
bersatu dan serentak melawan penjajah.
Di Yogyakarta, tingkah laku penjajah tampak semakin menjadi-jadi. Tekanan-
tekanan belanda telah merusak jiwa dan moral bangsa. Pada masa itu Islam telah
bercampur baur dengan tradisi dari macam-macam agama dan kepercayaan. Ada
sekelompok orang mengaku beragama Islam terbius dengan pengaruh dan siasat licik
Belanda, dan ada pula yang terseret dalam paham kolot yang menyesatkan seperti
bid’ah, khurafat dan tahayyul di kalangan masyarakat Islam di Indonesia.
Sadar dengan tantangan dan masalah yang dihadapi dalam dunia Islam,
sehingga melahirkan para tokoh dan pemikir membawa seperangkat pemikiran, baik
dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk karya yang nyata sebagai jawaban terhadap
masalah dan tantangan yang mereka hadapi. Mereka inilah yang disebut sebagai kaum
pembaharu, kebangkitan mereka tidak hanya menentang pengaruh barat, tetapi juga
dengan himbauan untuk kembali kepada dasar-dasar pokok Islam. Salah satu
diantaranya yang muncul di Indonesia yaitu KH. Ahmad Dahlan, dengan organisasi
Muhammadiyah.
Muhammadiyah merupakan suatu organisasi yang berasaskan Islam.
Menyebarkan agama Islam baik melalui pendidikan maupun dalam kegiatan sosial serta
menghilangkan perbuatan yang dianggap Muhammadiyah sebagai perbuatan bid’ah,
syirik, khurafat dan tahayyul yang merupakan tujuan Muhammadiyah yang paling
esensi.2 Muhammadiyah merupakan suatu organisasi yang anggotanya adalah pengikut
dan penerus risalah Nabi Muhammad saw.
Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang didirikan Kyai Haji Ahmad
Dahlan tahun 1330 H atau bertepatan dengan 1912 M1 . Gerakan ini lahir di Kauman
Yogyakarta, sebuah kampung di samping Kraton Yogyakarta. Sesuai namanya Kauman
adalah kampung yang banyak berisi kaum atau para ahli agama. Dengan demikian
Muhammadiyah lahir di tengah masyarakat yang taat menjalankan Islam.
Namun demikian Islam yang berjalan di masyarakat muslim pada umumnya,
termasuk kauman di dalamnya, adalah Islam yang dalam pandangan Kyai Dahlan tidak
saja telah berakulturasi dengan budaya Jawa, lebih dari itu, yaitu Islam yang telah
terkungkung oleh hegemoni budaya Jawa. Kehadiran Muhammadiyah adalah sebuah
bentuk perlawanan terhadap praktek Islam yang dianggap keliru itu.
Ada dua hal yang dapat menjelaskan kehidupan umat Islam masa itu, pertama,
Islam dipahami sebagai agama ritual yang akan memberikan keselamatan dunia akhirat.
Tetapi ajaran-ajaran Islam diamalkan oleh umat tidak menyentuh persoalan-persoalan
sosial kemasyarakatan yang berkembang. Meskipun banyak ahli agama, banyak juga
berdiri pesantren, tetapi pengembangan keilmuan Islam hanya berputar-putar pada
persoalan-persoalan ilmu itu sendiri, yang kebanyakan adalah ilmu kebahasaan (nahwu,
shorof), fiqh ibadah dan masalah-masalah keimanan yang tidak menyentuh problem
aktual keummatan. Kedua, adalah kenyataan tentang ketertingalan umat Islam dalam
bidang sosial, politik dan ekonomi yang menjadikan umat Islam sebagai umat pinggiran
yang tidak ikut menentukan arah perubahan masyarakat
Muhammadiyah ingin menjadikan kehidupan Islam tidak hanya sekedar pada
masalah fiqih ibadah, nahwu shorof, dan berbagai ilmu alat lain, tetapi juga masuk ke
dalam persoalan keduniaan yang lebih luas untuk menciptakan kehidupan umat yang
lebih berdaya dan maju. Umat Islam tidak boleh hanya menerima keadaan menjadi
golongan kelas bawah, miskin dan bodoh, selalu diatur dan diperdaya, ditindas dan
dijajah, selalu anti dengan segala yang datang dari selain orang muslim (kafir) dan
selalu sangat percaya diri dengan ke-tradisionalannya. Impian Muhammadiyah adalah
umat Islam yang cerdas, berfikir maju, dan memiliki tanggung jawab memimpin
peradaban ini, menjadikannya umat yang bertauhid dan menjadikan kehidupan yang
adil makmur serta penuh kebaikan dan mendapat ridho dari Allah.
Pembaruan agama dan pendidikan yang dilakukan Muhammadiyah telah
banyak melahirkan manusia-manusia yang pandai. Dari manusia yang pandai ini maka
melahirkan kekuatan kepekaan hati, sehingga sangat respon dan agresif terhadap
berbagai gejala yang kecil maupun kompleks. Proses inilah yang melahirkan pemikir-
pemikir yang kritis mulai dari KH. A. Dahlan sampai M. Amien Rais, dimana mereka
itu merupakan figur Muhammadiyah yang sangat respek menanggapi gejala perubahan
zaman. Mereka merespon berbagai permasalahan kehidupan berbangsa dan bernegara
serta beragama yang datang silih berganti, tak terkecuali kehidupan politik yang
mewarnai sejarah perjalanan bangsa Indonesia.
Identitas Muhammadiyah adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khusus yang dimiliki
dan melekat pada Muhammadiyah, yang menunjukkan keunikan Muhammadiyah, dan
membedakannya dengan organisasi lain. Ciri-ciri itu merupakan perwujudan dari nilai-
nilai yang tumbuh, hidup dan berkembang dalam kehidupan Muhammadiyah.
Ciri-ciri khusus yang berbeda, selain memiliki kesamaan dengan organisasi
lain, perlu dibahas dan disosialisasikan untuk dapat memahami dengan baik apa
sesungguhnya hakekat Muhammadiyahi itu. Pembahasan dan sosialisasi identitas
Muhammadiyah, menurut Haedar Nashir adalah sebagai berikut :
1. Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Dakwah Amar makruf nahi munkar dan
tajdid, berasas Islam, bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, dengan tujuan
terwujudnya masyarakat Islam yang sebenam-benarnya.
2. Dalam beragama Muhammadiyah selalu memperlihatkan sikap wasathiyah
(tengahan) dan tidak ghulul (ekstrim), dengan tetap istiqamah pada prinsip-
prinsip Islam yang bersumber pada Al Qur’an dan As Sunnah yang
shahihah/maqbulah serta mengembangkan akal pikiran yang sesuai dengan ajaran
Islam.
3. Muhammadiyah memandang  Islam  sebagaai  agama  yang  berkemajuan  (Dinul
hadharah) dan mengandung kesatuan yang utuh, menyanginkut aspek-aspek
aqidah, ibadah, akhiaq dan mu’amalah dunyawiyah, tanpa meniandang satu aspek
lebih penting dari yang lainnya, serta mewujudkannya dalam kehidupan peribadi,
keluarga, dan masyarakat melalaui dakwah yang terns menerus.
4. Pandangan Muhammadiyah tentang tajdid atau pembaharuan cenderung
seimbangantara  pemurnian  (purifikasi)  dan  pembaruan/pengembangan 
(modernisasi, dinamisasi.
5. Ideologi Gerakan Muhammadiyah mengenepankan penerapan nilai-nilai dan
prinsip Islam dalam kehidupan dan lebih berorientasi pada pembentukan
masyarakat Islam.
6. Muhammadiyah menampilkan corak Islam yang mengedepankan amaliyah yang
terlembaga dan terorganisasi sebagai perwujudan dan keyakinan dan pemahaman
Islam dalam Muhammadiyah, sehingga Islam termanifestasikan secara konkrit.
7. Perjuangan Muhammadiyah lebih memilih jalur dakwah di bidang
kemasyaraakatan dan tidak menempuh jalur politik sebagaimana ditempuh oleh
partai politik, dengan tetap menjalankan peran-peran kebangsaa,
8. Muhammadiyah menerima Negara Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Negara bangsa, untuk
berusaha bersama-sama menjadikan suatu Negara yang adil dan makmur dan
diridlai Allah SwT: Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
9. Dalam memosisikan diri di hadapan Negara/Pemerintah, Muhammadiyah
senantiasa mengembangkan sikap amar ma’ruf nahi munkar dalam makna
memberikan dukungan pada kebijakan-kebijakan yang positif, sebaliknya
melakukan kritik secara bijaksana terhadap kebijakan-kebijakan yang dipandang
tidak baik. Kesepuluh, sejalan dengan Kepribadian Muhammadiyah, dalam
memperjuangkan sesuatu lebih mengedepankan sikap toleran, demokratis, damai,
cerdas, bekerjasama dengan golongan manapun untuk kebaikan, kuat dalam
prinsip tetapi luwes dalam cara, menjauhi konfrontasi apalagi kekerasan.
10. Bergerak melalui sistem organisasi (Persyarikatan) dan tidak bersifat perorangan
dengan menjunjung tinggi semangat kolektif kolegial, demokratis, musyawarah,
dan ukhuwah
B. Landasan Idiil Muhammadiyah
Gerakan Muhammadiyah memiliki nilai-nilai ideal yang meliputi misi, landasan idiil,
dan tujuan gerakan. Misi Muhammadiyah meliputi:
1. Penegakkan tauhid yang murni
2. Peyebarluasan Islam yang bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah
3. Mewujudkan amal Islami dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat.

Landasan idiil Muhammadiyah meliputi Al-Quran dan As-Sunnah, paham


agama (Muqaddimah Anggaran Dasar dan Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup
Muhammadiyah), Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, Kepribadian, Khittah,
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, dan pemikiran formal lainnya.
Sedangkan tujuan gerakan Muhammadiyah ialah mewujudkan masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya.

Nilai-nilai ideal tersebut haruslah ditanamkan dan disosialisasikan, yang


intinya diinternalisasikan sehingga menjadi darah-daging setiap orang
Muhammadiuyah dalam berpikir dan bertindak. Setelah nilai-nilai ideal itu
terinternalisasi maka secara kolektif kemudian membentuk kesadaran untuk bertindak
bersama yang menunjukan watak, ciri, dan sosok orang Muhammadiyah sebagaimana
yang semestinya. Inilah yang disebut dengan internalisasi nilai-nilai
kemuhammadiyahan.

Internalisasi nilai-nilai ideal harus dilakukan simultan ke dalam seluruh


anggota di berbagai stuktur Persyarikatan, termasuk di amal usaha yang selama ini
mungkin cenderung asing, berjalan sendiri, dan lepas dari nilainilai fundamental
Muhammadiyah. Tuntutan internalisasi nilai semacam itu bukan merupakan beban
tetapi melekat dalam seluruh bagian struktural di Muhammadiyah sebagai keniscayaan.
Termasuk bagi perorangan yang mengaku anggota Muhammadiyah yang tersebar di
berbagai lingkup kehidupan seperti politisi, pengusaha, birokrat, dan lain-lain. Lebih-
lebih bagi pimpinan Muhammadiyah, yang harus menunjukkan uswatun hasanah.

Muhammadiyah lahir, tumbuh, dan berkembang sebagai sebuah sistem yang


disebut organisasi (jam’iyyah, persyarikatan). Kekuatan Muhammadiyah terletak pada
organisasinya yang membuat dirinya tidak tergantung pada figur atau orang.
Sebagaimana layaknya sebuah organisasi, Muhammadiyah dibangun di atas berbagai
komponen yang saling menyangga menjadi satu kesatuan. Komponen personal
menyangkut manusia dengan berbagai latarbelakang dan potensi. Komponen struktural
terdiri atas berbagai organisasi kelembagaan seperti struktur kepemimpinan
persyarikatan (Pusat hingga Ranting), Majelis, Lembaga, Organisasi Otonom, Amal
Usaha, dan berbagai komponen lainnya.

Agar Muhammadiyah dapat menjalankan usaha, program, dan kegiatannya


secara lebih mudah maka diperlukan sinergi seluruh komponen itu. Sinergi dalam
gerakan bertumpu pada kesamaan nilai-nilai ideal yang membentuk kesatuan langkah,
bukan pada kepentingan. Sinergi dibangun di atas semangat ukhuwah sedangkan
landasan ukhuwah yang paling kokoh ialah iman. Dengan ukhuwah yang kokoh maka
akan terbentuk kekuatan sebagai gerakan. Dengan sinergi yang bebasis semangat
ukhuwah maka gerakan Muhammadiyah selain akan kokoh juga akan lebih mudah
dalam mewujudkan usaha dan tujuannya.

C. Landasan Normatif Muhammadiyah


Landasan Normatif Muhammadiyah adalah landasan yang memberikan aturan dan
panduan dasar dalam melaksanakan kiprahnya. Landasan normatif tersebut terdiri atas
Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, Kepribadian Muhammadiyah, Matan
Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami
Muhammadiyah.
1. Muqqadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
Pemikiran dasar ideologi Persyarikatan yang menjiwai
gerak Muhammadiyah terumuskan dalam Muqaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah. Konsep ideologi ini digali dan disistematisasi dari pemikiran Kiai
Ahmad Dahlan oleh Ki Bagus Hadikusumo dan kolega sejak 1945. Pada Tanwir
1951, Muqaddimah ini disahkan setelah disempurnakan oleh tim beranggotakan
Prof Farid Ma’ruf, Mr Kasman Singodimedjo, Buya Hamka, Zain Jambek.
MADM lahir dalam konteks awal kemerdekaan bangsa dan memasuki era
modernisasi awal Indonesia setelah lepas dari cengkeraman penjajahan. Pada saat
itu, perkembangan Muhammadiyah dalam hal lahiriyah dipandang memerlukan
sentuhan ruh serta masuknya pengaruh dari luar dipandang memerlukan garis pijak
organisasi.
Muqaddimah ini memberi gambaran tentang pandangan
Muhammadiyah mengenai kehidupan manusia di muka bumi, cita-cita yang ingin
diwujudkan, dan cara-cara yang dipergunakan untuk mewujudkan cita-cita tesebut.
Tujuh Pokok Pikiran Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah adalah;
1. Hidup manusia harus berdasar tauhid, bertuhan, beribadah serta tunduk
dan taat kepada Allah SWT. 
2. Hidup manusia itu bermasyarakat.
3. Hanya hukum Allah SWT yang dapat dijadikan sendi untuk membentuk
pribadi utama dan mengatur ketertiban hidup bersama dalam menuju hidup
bahagia yang hakiki di dunia dan akhirat.
4. Berjuang menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam untuk
mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya adalah wajib
sebagai ibadat kepada Allah SWT dan berbuat ihsan kepada sesama
manusia.
5. Perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya hanya akan berhasil
dengan mengikuti jejak (ittiba’) perjuangan para nabi, terutama Nabi
Muhammad SAW.
6. Perjuangan mewujudkan pikiran-pikiran tersebut hanya dapat dilaksanakan
dengan berorganisasi.
7. Pokok-pokok pikiran yang diterangkan di muka bertujuan untuk
terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT yaitu
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
2. Kepribadian Muhammadiyah
Kepribadian Muhammadiyah dirumuskan dalam muktamar ke-35 di Jakarta
tahun 1962. Muktamar setengah abad ini ditutup oleh Presiden Soekarno yang
menyampaikan pidato: Makin Lama Makin Cinta. Bermula dari makalah yang
disampaikan Kiai Fakih Usman dalam kursus pimpinan Muhammadiyah di
Madrasah Muallimin, pada Ramadhan 1381 H/1961 M, berjudul “Apakah
Muhammadiyah itu?” Terkait juga dengan situasi nasional pada sekitar tahun
1962. Sejak Dekrit 5 Juli 1959 hingga 11 Maret 1966, Indonesia memasuki masa
Demokrasi Terpimpin dan Politik Nasakom.
Demokrasi Terpimpin ini ditolak oleh Partai Masyumi dan Partai Sosialis
Indonesia. Penentangan ini membuat Soekarno terusik. PKI memanfaatkan
kesempatan untuk membujuk pemerintah membubarkan partai penentang tersebut.
Terbitlah Surat Keputusan Presiden No. 200 Tahun 1960, yang “Membubarkan
Partai Politik Masjumi, termasuk bagian-bagian/tjabang-tjabang/ranting-
rantingnja diseluruh wilajah Negara Republik Indonesia.”
Pembubaran ini berdampak besar. Masyumi lahir dari hasil Kongres Umat
Islam di Madrasah Muallimin Yogyakarta pada 7-8 November 1945. Para tokoh
Muhammadiyah banyak terlibat di partai ini. Ketika Masyumi bubar, banyak
tokoh kembali aktif di Muhammadiyah. Misi, strategi, dan ritme organisasi
kemasyarakatan tentu berbeda dengan partai politik.
Kembalinya para pengurus partai ke Muhammadiyah disikapi dengan
penegasan jati diri Muhammadiyah sebagai payung besar bangsa dan tidak
berpolitik partisan. Merespons ini, dibentuklah Tim Perumus Kepribadian yang
terdiri dari Fakih Usman, Hamka, Wardan Diponingrat, Djarnawi Hadikusuma,
Farid Makruf, M. Djindar Tamimy, M. Saleh Ibrahim.
Kepribadian ini menyatakan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Islam,
dakwah amar makruf nahi munkar yang ditujukan kepada: perseorangan dan
masyarakat, untuk mewujudkan masyarakat utama, adil, makmur yang diridhai
Allah atau masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Selain gerakan Islam dan
dakwah, Muhammadiyah juga gerakan tajdid.
Dalam upaya mencapai tujuannya, Muhammadiyah mendasarkan segala
gerak dan amal usahanya atas prinsip yang tersimpul dalam Muqaddimah
Anggaran Dasar. Muhammadiyah, “berpegang teguh akan ajaran-ajaran Allah dan
Rasul-Nya, bergerak membangun segenap bidang dan lapangan dengan
menggunakan cara serta menempuh jalan yang diridlai Allah”.
Muhammadiyah memiliki sifat-sifat yang digali dari nilai dasar, sebagai
berikut:
a. Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan;
b. Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah islamiyah;
c. Lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran Islam;
d. Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan;
e. Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan serta dasar negara
yang sah.
f. Amar makruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh
teladan yang baik;
g. Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan
pembangunan sesuai dengan ajaran Islam;
h. Kerjasama dengan golongan agama Islam manapun dalam usaha menyiarkan
dan mengamalkan agama Islam,
i. Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain, sebagai
pemelihara dan membangun negara,
j. Bersifat adil serta korektif ke dalam dan ke luar dengan bijaksana.

3. Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah


Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup (MKCH) diputuskan oleh Tanwir
Muhammadiyah 1969 di Ponorogo, sebagai kelanjutan amanat Muktamar 1968 di
Yogyakarta. Matan ini disempurnakan oleh PP Muhammadiyah tahun 1970.
Muktamar ke-37 di Yogyakarta bertema Tajdid Muhammadiyah, yang melakukan
koreksi organisasi dan re-tajdid bidang: ideologi (keyakinan dan cita-cita hidup),
khittah perjuangan, gerak dan amal usaha, organisasi, dan sasaran (tajdid).
Muktamar ini diadakan untuk pertama kalinya di masa Orde Baru yang
melakukan kebijakan depolitisasi dan deideologisasi. Di masa itu terjadi
perubahan sosial akibat modernisasi (Haedar Nashir,  Memahami Ideologi
Muhammadiyah,  2016). Selain itu, menurut Muchlas Abror,
keterlibatan Muhammadiyah di Masyumi sebelum itu dirasa berdampak pada
stabilitas gerak organisasi. Muhammadiyah melakukan evaluasi dan menyusun
panduan ideologis: Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup (MKCH)
Muhammadiyah:
a. Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar,
beraqidah Islam dan bersumber pada Al Quran dan Sunnah, bercita-cita dan
bekerja untuk terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridloi
Allah, untuk melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan
khalifah Allah di muka bumi.
b. Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah agama Allah yang
diwahyukan kepada rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan
seterusnya sampai kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai hidayah dan
rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa, dan menjamin
kesejahteraan hidup materil dan spiritual, duniawi dan ukhrawi.
c. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan: a) Al Quran, kitab
Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW; b) Sunnah Rasul,
penjelasan dan pelaksanaan ajaran-ajaran Al Quran yang diberikan oleh Nabi
Muhammad SAW, dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa
ajaran Islam.
d. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang
meliputi bidang-bidang yaitu: a) Aqidah; b) Akhlak; c) Ibadah; d) Muamalah
Duniawiyah.
e. Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah
mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber
kekayaan, kemerdekaan bangsa dan Negara Republik Indonesia yang berdasar
pada Pancasila dan UUD 1945, untuk berusaha bersama-sama menjadikan
suatu Negara yang adil dan makmur dan diridloi Allah, “Baldatun Thayyibatun
Wa Rabbun Ghafur” (Keputusan Tanwir Tahun 1969 di Ponorogo).
Rumusan Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup disempurnakan oleh PP
Muhammadiyah, atas kuasa Tanwir 1970 di Yogyakarta dan disesuaikan dengan
keputusan Muktamar ke-41 di Surakarta. Lima angka tersebut dibagi menjadi tiga
kelompok. Pertama, angka 1 dan 2, mengandung pokok-pokok persoalam yang
bersifat ideologis. Kedua, angka 3 dan 4, mengandung persoalan mengenai
paham agama menurut Muhammadiyah. Ketiga, angka 5, mengandung persoalan
mengenai fungsi dan misi Muhammadiyah dalam Negara Republik Indonesia.
Hidup berasas Islam ini berimplikasi pada kesadaran cita-cita hidup yang
ingin dicapai, berupa terwujudnya tatanan kehidupan masyarakat yang baik dan
diridhai Allah. Muhammadiyah menyadari kewajibannya, berjuang dan mengajak
segenap lapisan bangsa melalui jalur kultural untuk mengatur dan membangun
tanah air dan Negara Indonesia.

4. Pedoman Hidup Islami Muhammadiyah

Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah adalah seperangkat


nilai dan norma Islami yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah untuk menjadi
pola bagi tingkah laku warga Muhammadiyah dalam menjalani kehidupan sehari-
hari sehingga tercermin kepribadian Islami menuju terwujudnya masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya.

Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah merupakan pedoman


untuk menjalani kehidupan dalam lingkup pribadi, keluarga,
bermasyarakat,berorganisasi, mengelola amal usaha, berbisnis, mengembangkan
profesi, berbangsa dan bernegara, melestarikan lingkungan, mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan mengembangkan seni dan budaya yang
menunjukkan perilaku uswah hasanah (teladan yang baik).

Landasan dan sumber Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah


ialah Al Quran dan Sunnah Nabi yang merupakan pengembangan dan pengayaan
dari pemikiran-pemikiran formal (baku) dalam Muhammadiyah seperti Matan
Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, Muqaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah, Matan Kepribadian Muhammadiyah, Khittah Perjuangan
Muhammadiyah, serta hasil-hasil Keputusan Majelis Tarjih.
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah memiliki beberapa sifat/kriteria
antara lain:

a. Mengandung hal-hal yang pokok/prinsip dan penting dalam bentuk acuan


nilai dan norma.
b. Bersifat pengayaan dalam arti memberi banyak khazanah untuk membentuk
keluhuran dan kemulian ruhani dan tindakan.
c. Aktual, yakni memiliki keterkaitan dengan tuntutan dan kepentingan
kehidupan sehari-hari.
d. Memberikan arah bagi tindakan individu maupun kolektif yang bersifat
keteladanan.
e. Ideal, yakni dapat menjadi panduan umum untuk kehidupan sehari-hari yang
bersifat pokok dan utama.
f. Rabbani, artinya mengandung ajaran-ajaran dan pesan-pesan yang bersifat
akhlaqi yang membuahkan kesalihan.
g. Taisir, yakni panduan yang mudah difahami dan diamalkan oleh setiap
muslim khususnya warga Muhammadiyah.

Dari beberapa uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah adalah terbentuknya perilaku
individu dan kolektif seluruh anggota Muhammadiyah yang menunjukkan
keteladanan yang baik (uswah hasanah) menuju terwujudnya Masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya.

D. Landasan Operasinal Muhammadiyah

Landasan operasional yang merupakan pijakan bagi persyarikatan Muhammadiyah dalam


menjalankan aktivitas-aktivitas untuk mencapai maksud dan tujuannya meliputi beberapa
hal, antara lain Khittah Perjuangan, AD/ART dan Keputusan-keputusan Muhammadiyah.
Adapun penjelasan dari ketiga hal tersebut akan dipaparkan sebagai berikut:

1. AD/ART Muhammadiyah
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah merupakan pondasi
tertulis berdirinya organisasi Muhammadiyah. Dokumen yang biasa disingkat AD
ART Muhammadiyah itu diputuskan dalam forum permusyaratan tertinggi organisasi
yaitu Muktamar. AD ART Muhammadiyah adalah wujud ketaatan terhadap sistem
hukum yang berlaku di Indonesia. Di Indonesia sebuah organisasi yang akan
mendaftarkan diri di Kementrian Hukum dan Ham harus mencantumkan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) serta daftar nama pengurusnya.
AD/ART merupakan dokumen dasar dan mutlak yang harus dimiliki oleh sebuah
organisasi agar dinyatakan sebagai organisasi yang sah secara hukum serta diakui oleh
negara. Dalam sebuah organisasi, AD/ART ibarat Undang-Undang Dasar (UUD) bagi
sebuah negara keberadaannya bersifat mutlak dan tidak bisa ditawar lagi. Ini karena
AD/ART memuat informasi-informasi paling mendasar sebuah organisasi. Informasi-
informasi mendasar itu antara lain nama organisasi, nama pendiri, tempat kedudukan,
identitas dan asas, lambang organisasi, maksut dan tujuan, usaha, keanggotaan dan
pimpinan. Semua informasi yang tercantum dalam anggaran dasar tersebut jika dilihat
dari jenis informasinya maka masuk kategori informasi yang sangat mendasar.

- Anggaran Dasar Muhammadiyah

Muhammadiyah sebagai organisasi berbadan hukum di Indonesia juga


mempunyai AD/ART yang terdiri dari Mukadimah dan batang tubuh yang terdiri
dari 38 pasal. Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah merupakan salah satu
dokumen ideologis Muhammadiyah yang memuat tentang pandangan
Muhammadiyah terhadap kehidupan manusia. Didalamnya tercantum 7 pokok
pikiran dan cita-cita yang ingin diwujudkan Muhammadiyah dan cara-cara yang
dipergunakan untuk mewujudkannya. Mukadimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah menjiwai segala gerak dan usaha Muhammadiyah. Bagi
persyarikatan Muhammadiyah, Mukadimah Anggaran Dasar berfungsi sebagai
jiwa dan semangat pengabdian serta perjuangan. Sebagai dasar berdirinya
organisasi, AD/ART mempunyai fungsi vital bagi eksistensi organisasi
Muhammadiyah. Klausul-klausul yang tercantum dalam AD/ART membentuk
rupa organisasi Muhammadiyah seperti yang tampak sekarang. Maka hal-hal yang
sudah pokok, dasar bagi Muhammadiyah dalam AD/ART menjadi penting untuk
dijaga dan dilaksanakan untuk eksistensi organisasi. Anggaran Dasar
Muhammadiyah memuat nama organisasi, nama pendiri, tempat kedudukan,
identitas dan asas, lambang organisasi, maksut dan tujuan, usaha, keanggotaan,
pimpinan, unsur pembantu pimpinan, organisasi otonom, permusyawaratan, rapat,
kekayaan dan keuangan, serta laporan.

- Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah Anggaran Rumah Tangga (ART)


Muhammadiyah mengatur hal-hal yang tidak tercantum dalam Anggaran
Dasar. Hal-hal yang tidak tercantum tersebut adalah : pembubaran, perubahan
anggaran dasar dan penutup. ART hanya terdiri dari 4 pasal. Sebagai dasar
berdirinya organisasi, AD/ART mempunyai fungsi vital bagi eksistensi organisasi
Muhammadiyah. Klausul-klausul yang tercantum dalam AD/ART membentuk
rupa organisasi Muhammadiyah seperti yang tampak sekarang. Maka hal-hal yang
sudah pokok, dasar bagi Muhammadiyah dalam AD/ART menjadi penting untuk
dijaga dan dilaksanakan untuk eksistensi organisasi. Anggaran Dasar
Muhammadiyah memuat nama organisasi, nama pendiri, tempat kedudukan,
identitas dan asas, lambang organisasi, maksut dan tujuan, usaha, keanggotaan,
pimpinan, unsur pembantu pimpinan, organisasi otonom, permusyawaratan, rapat,
kekayaan dan keuangan, serta laporan. Anggaran Rumah Tangga (ART)
Muhammadiyah mengatur hal-hal yang tidak tercantum dalam Anggaran Dasar.
Hal-hal yang tidak tercantum tersebut adalah : pembubaran, perubahan anggaran
dasar dan penutup. ART hanya terdiri dari 4 pasal.

2. Khittah Perjuangan Muhammadiyah Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang


melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi munkar dengan maksud dan tujuan
menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah berpandangan bahwa Agama Islam
menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu’amalat
dunyawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan dalam
kehidupan perseorangan maupun kolektif. Dengan mengemban misi gerakan tersebut
Muhammadiyah dapat mewujudkan atau mengaktualisasikan Agama Islam menjadi
rahmatan lil-‘alamin dalam kehidupan di muka bumi ini. Muhammadiyah
berpandangan bahwa berkiprah dalam kehidupan bangsa dan negara merupakan salah
satu perwujudan dari misi dan fungsi melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi munkar
sebagaimana telah menjadi panggilan sejarahnya sejak zaman pergerakan hingga masa
awal dan setelah kemerdekaan Indonesia. Peran dalam kehidupan bangsa dan negara
tersebut diwujudkan dalam langkah-langkah strategis dan taktis sesuai kepribadian,
keyakinan dan cita-cita hidup, serta khittah perjuangannya sebagai acuan gerakan
sebagai wujud komitmen dan tanggungjawab dalam mewujudkan “Baldatun
Thoyyibatun Wa Rabbun Ghafur”.
3. Visi dan Misi Muhammadiyah Visi Muhammadiyah : Muhammadiyah sebagai
gerakan Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan watak Tajdid
yang dimilikinya senantiasa istiqomah dan aktif dalam melaksanakan dakwah Islam
amar ma’ruf nahi munkar di semua bidang dalam upaya mewujudkan Islam sebagai
rahmatan lil ‘alamin menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Sedangkan misi dari Muhammadiyah;

- Menegakkan keyakian Tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Alloh SWT, yang
dibawa oleh para Nabi/Rasul sejak Nabi Adam a.s. hingga Nabi Muhammad SAW
- Memahami Agama Islam dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa
ajaran Islam.
- Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber kepada Al-Qur'an sebagai
- Kitab Alloh terakhir dan Sunnah Rasul untuk pedoman hidup umat manusia.
mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan
masyarakat.

REVERENSI
LANDASAN NORMATIF DAN OPERASIONAL MUHAMMADIYAH
(zhalabe.blogspot.com)

Identitas Muhammadiyah | Suara Muhammadiyah

Peran Muhammadiyah Dalam Perubahan Sosial, Gerakan Pembaharu, Gerakan Amal dan
Pemikiran (bloggerkalteng.id)

NURSAMSI.pdf (uin-alauddin.ac.id)

Muhammadiyah Gerakan Pembaruan - Dr. Haedar Nashir, M.Si. - Google Buku

Anda mungkin juga menyukai