Anda di halaman 1dari 74

BAB II

TIJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 JENIS DAN FUNGSI PERALATAN PENGUKURAN


2.1.1 Meteran
Fungsi dari meteran yaitu untuk mengukur panjang dan jarak. Biasanya
satuan yang digunakan terdapat 2 ukuran yaitu ukuran satuan metrik (mm, cm, m)
dan satuan inggris (inch, feet, yard). Pembacaan angka 0 ada yang dibaca tepat
diujung meteran adapula yang dinyatakan pada jarak tertentu di ujung meteran.

Gambar 2.1. Meteran

2.1.2 Theodolite
Fungsi dari theodolite yaitu untuk pengukuran polygon,pemetaan situasi
dan juga pengamatan matahari. Tidak hanya itu, theodolite juga bisa berfungsi
seperti PPD jika sudut vertikalnya diubah menjadi 90°. Teropong yang ada di
theodolite, membuatnya dapat membidik ke segala arah.

Gambar 2.2. Theodolite

5
2.1.3 Waterpass

Fungsi Dari Waterpass untuk mengukur beda tinggi dari satu titik atau
lebih, penggunaan waterpas saat ini sangat luas. Terdapat beberapa syarat dalam
menggunakan waterpas, yaitu syarat dinamis (sumbu 1 vertikal) dan syarat statis
(garis yang mendatar pada bagian diafragma sejajar sumbu 1, garis nivo tegak
lurus sumbu 1, garis bidik pada teropong sejajar dengan garis arah nivo).

Gambar 2.3. Waterpass

2.1.4 Kompas

Fungsi dari kompas yaitu menentukan arah dari mata angin dan penunjuk
arah terutama utara dan selatan. Selain itu, kompas bisa juga sebagai penentu arah
dari suatu titik ke titik lain yang ditunjukan pada besaran azimut (besarnya sudut
yang dimulai dari arah utara ke selatan), membuat siku – siku dan mengukur sudut
horisontal.

Gambar 2.4. Kompas

6
2.1.5 GPS Handheld

Fungsi GPS Handheld mampu menunjukkan lokasi, ketinggian, topografi


dan data-data lainnya dengan akurat. Fungsi GPS ini biasanya digunakan untuk
pemetaan, pengukuran jarak, penentuan koordinat dan navigasi di alam bebas.

Gambar 2.5. GPS Handheld

2.1.6 GPS Geodetik

Fungsi GPS Geodetik mengukur wilayah dipermukaan bumi seperti lahan,


hutan, perkebunan, dll dengan tingkat akurasi yang sangat tinggi mencapai 5-10
mm, GPS Geodetik adalah suatu alat ukur berbasis satelit. Penggunaan GPS
Geodetik dapat digunakan kapan saja tanpa terganrtung cuaca, Cakupan wilayah
meliputi hampir seluruh permukaan bumi.

7
Gambar 2.6. GPS Geodetik

2.2 TEKNOLOGI PEMBUATAN PETA

2.2.1 Metode Teristerial

Pada dasarnya pemetaan topografi ini terbagi atas tiga macam pekerjaan,
yaitu pengukuran topografi, pengolahan data ukuran dan pencetakan peta.

Dalam metode teritris ini, semua pekerjaan pengukuran topografi


dilakukan dilapangan dengan menggunakan peralatan ukur seperti : Theodolite,
Waterpass, alat ukur jarak, serta peralatan modem lainnya (GPS, Total Station dan
lainya).

Pengukuran topografi adalah pengukuran posisi dan ketinggian titik - titik


kerangka pemetaan serta pengukuran detail topografi, sehingga dapat
digambarkan diatas bidang datar dalam skala tertentu. Yang dimaksud dengan
kerangka pemetaan adalah jaringan titik kontrol (X, Y) dan (h) yang akan
digunakan sebagai referensi pengukuran dan titik kontrol pengukuran.

2.2.2 Merode Air Borne

Pengukuran detail topografi (pengukuran situasi) selain dapat dilakukan


langsung dilapangan dapat pula dilakukan dengan teknik pemotretan dari udara
sehingga dalam waktu yang singkat dapat terukur atau terpotret daerah yang
seluas mungkin. Dalam metode fotogametri ini, pengukuran dilapangan masih
diperlukan khususnya untuk menentukan titik kontrol tanah yang diperlukan
dalam proses fotogametris selanjutnya.

8
Pada dasarnya metode fotogametris ini mencakup fotogametris metrik dan
interprestasi citra. fotogametris metrik merupakan ilmu dan teknik pengukuran
citra, sedangkan interprestasi citra merupakan pengenalan serta identifikasi suatu
objek pada foto. Dengan metode fotogametris ini, pengukuran tidak perlu
dilakukan lansung dilapangan tetapi cukup dilaksanakan di laboratorium melalui
pengukuran pada citra foto. untuk dapat melaksanakan pengukuran tersebut,
diperlukan beberapa titik kontrol pada setiap foto udara. Titik kontrol ini dapat
dihasilkan dari proses fotogametris selanjutnya yaitu proses triangulasi udara yang
bertujuan memperbanyak titik kontrol foto (titik kontrol minor) beradasarkan titik
kontrol tanah yang ada.

2.2.3 Metode Space Borne

Metode SpaceBorne adalah metode yang menggunakan satelit untuk


menghasil pemotretan sebagian kecil permukaan bumi menggunakan kamera yang
dipasang pada satelit. Dalam setiap kali pemotretan luas daerah yang tercakup
sangat sempit dibandingkan dengan luas daerah yang akan dipotret. Agar seluruh
daerah tertutupi dengan foto maka pemotretan harus dilakukan secara periodik
dan terencana. untuk itu harus dibuat rencana jalur pesawat terbang sedemikan
rupa sehingga semua daerah dapat terfoto.

9
2.3 JENIS – JENIS PETA

2.3.1 Jenis – Jenis Peta Berdasarkan Isi

Atas dasar perbedaan-perbedaan yang ada pada peta, secara garis besar
peta dapat diklasifikasikan berdasarkan skalanya dan isinya.

Ditinjau berdasarkan isinya, peta dapat digolongkan menjadi:

1. Peta umum

Adalah peta yang menggambarkan segala sesuatu yang bersifat umum dari
kenampakan yang ada di permukaan bumi. Kenampakan umum, seperti
gunung, sungai, sawah, jalan raya, jalan kereta api, laut, lautan dan
sebagainya.

Peta-peta yang termasuk peta umum adalah sebagai berikut.

a. Peta chorografi.

yaitu peta yang berisikan kenampakan yang bersifat umum dan global dari
daerah yang luas. Biasanya berskala kecil sampai berskala sedang, seperti
Peta Dunia dalam atlas.

b. Peta topografi.

yaitu peta yang menggambarkan bentuk relief permukaan bumi yang


bersifat alami. Relief tersebut meliputi gunung, pegunungan, lembah,
dataran tinggi, dataran rendah, danau, sungai, dan rawa. Ada juga yang
buatan manusia, antara lain permukiman, jaringan lalu lintas, bangunan-
bangunan industri dan bendungan. Peta topografi berbeda dengan peta
jenis lain. Peta topografi menunjukkan keragaman ketinggian permukaan
bumi. Ketinggian permukaan bumi adalah jarak vertikal suatu tempat dari
permukaan laut. Dengan demikian, permukaan laut memiliki ketinggian
nol meter. Variasi ketinggian tempat dalam suatu wilayah disebut relief.

10
Peta topografi juga biasa digunakan untuk memetakan wilayah yang
sempit. Di Indonesia, peta topografi menggunakan skala 1:10.000,
1:25.000, 1:50.000, 1:125.000.

Hal-hal yang penting dalam peta topografi dalah sebagai berikut:

- proyeksi peta topografi kadang-kadang tidak dicantumkan, kecuali dengan


tujuan penelitian;
- banyak simbol yang terlihat sebagaimana objeknya sehingga mudah
dimengerti;
- menggambar garis kontur.
- Garis kontur ialah garis yang menghubungkan tempat-tempat yang sama
ketinggiannya. Garis kontur merupakan salah satu cara menyatakan relief
pada peta. Jarak vertikal antara garis kontur yang berurutan disebut
interval kontur. Besarnya interval selalu seragam pada setiap peta kontur.

2. Peta Khusus (Peta Tematik)

adalah peta yang menggambarkan kenampakan-kenampakan tertentu di


permukaan bumi.

Peta-peta yang termasuk peta khusus ialah sebagai berikut :

a. Peta iklim, yaitu peta yang menggambarkan iklim suatu wilayah atau
negara di dunia.
b. Peta perhubungan, yaitu peta yang menggambarkan perhubungan udara,
laut antarwilayah atau antarnegara lain.
c. Peta persebaran penduduk, yaitu peta yang menggambarkan persebaran
penduduk dalam suatu wilayah atau negara.

11
d. Peta persebaran hasil pertanian, yaitu peta yang menggambarkan
persebaran hasil pertanian di suatu wilayah atau negara.
e. Peta pariwisata, yaitu peta yang menunjukkan tempat-tempat pariwisata di
suatu wilayah atau negara.
f. Peta geologi, yaitu peta yang menggambarkan struktur batuan pada lapisan
kulit bumi (litosfer).
g. Peta tanah, yaitu peta yang menggambarkan jenis-jenis tanah.
h. Peta tata guna tanah atau lahan, yaitu peta yang menggambarkan bentuk-
bentuk penggunaan tanah atau lahan yang ada hubungannya antara
aktivitas manusia dan lingkungan geografisnya.

Selain macam-macam peta seperti yang telah dikemukakan, ada pula peta
yang disebut sebagai berikut :

a. Peta manuskrip, yaitu peta hasil penggambaran dengan tangan yang


merupakan produk pertama suatu peta yang akan diproduksi menjadi peta.
b. Peta dasar atau peta kerangka, yaitu peta yang dijadikan dasar untuk
pembuatan peta.
c. Peta turunan, yaitu peta yang diturunkan dari peta induk menjadi peta yang
skalanya lebih kecil dari peta induknya.
d. Peta mental disebut juga peta kognitif, signatura kognitif, image atau
skemata, yaitu peta yang berada di benak tiap orang dalam bentuk skema-
skema secara imajinatif. Hal ini merupakan hasil kerja psikologis, melalui
proses pengamatan dan penginderaan yang disertai atau diikuti dengan
persepsi. Dengan demikian, peta mental bersifat subjektif karena bisa
berbeda di antara tiap orang.
e. Peta digital, yaitu peta yang dibuat dengan komputer berdasarkan
informasi keruangan. Informasi keruangan tersebut dinamakan data digital
dan disimpan dalam disket. Peta tersebut dapat dilihat melalui layar
monitor komputer. Bila diperlukan dapat pula dicetak.

12
2.3.2 Jenis Peta Berdasarkan Bentuk

Terdapat 3 macam peta apabila dilihat berdasarkan bentuknya. Yaitu peta


datar, peta timbul dan peta digital. Penjelasannya adalah sebagai berikut.

1. Peta datar

Disebut juga dengan peta dua dimensi atau peta biasa. Peta ini dibuah di
atas bidang datar seperti kertas, kanvas, kain, dll. Seperti peta pada
umumnya, terdapat berbagai macam simbol yang digambarkan dengan
bentuk dan warna yang berbeda-beda.

2. Peta timbul

Disebut juga dengan peta tiga dimensi atau peta stereometri. Peta ini
adalah peta yang dibuat dengan bentuk 3 dimensi sesuai dengan bentuk
dari permukaan bumi yang sebenarnya. Jadi akan terbentuk miniatur
gunung-gunung yang tampak tinggi, perbedaan ketinggian antara dataran
tinggi dan rendah, dll.

3. Peta Digital

Merupakan peta yang tidak nyata karena tidak bisa disentuh secara
langsung oleh tangan kita. Proses pembuatan peta digital adalah dengan
menggunakan komputer. Salah satu contoh dari peta digital saat sekarang
ini adalah Google Mapas. Di jaman sekarang ini, peta ini yang paling
banyak digunakan karena telah dilengkapi oleh berbagai macam.

2.3.3 Jenis Peta Berdasarkan Skala

Terdapat 4 macam peta apabila ditinjau dari skala yang dimilikinya yaitu
pata kadaster, skala besar, skala menengah dan skala kecil. Penjelasannya adalah
sebagai berikut :

13
1. Peta Kadaster

Merupakan peta yang memiliki skala 1:100 sampai 1:5000. Biasanya peta
kadaster digunakan untuk menggambarkan peta yang ada pada sertifikat
tanah.

2. Peta Skala Besar

Peta skala besar memiliki skala 1:5000 sampai 1:250.000. Biasanya peta
ini digunakan untuk menggambarkan suatu wilayah yang sempit seperti
Kelurahan, Kecamatan dan Kota.

3. Peta Skala Menengah

Peta skala menengah memiliki skala 1:250.000 samapi 1:500.000. Biasanya p


eta ini digunakan untuk menggambarkan wilaya yang cukup luas seperti
Provinsi.

4. Peta Skala Kecil

Skala yang dimiliki oleh peta skala kecil adalah 1:500.000 atau lebih. Peta
skala kecil digunakan untuk menggambarkan wilayah yang paling luas di
bumi seperti negara, benua dan seluruh dunia.

2.3.4 Jenis Peta Berdaasarkan Sumber Data

Berdasarkan sumber datanya, peta dapat digolongkan menjadi dua jenis


yaitu:

1. Peta Induk (Basic Map)

Peta induk merupakan peta yang dihasilkan dari survei langsung di


lapangan. Peta induk dapat digunakan sebagai dasar pembuatan dari peta
topografi dan menjadi dasar dari pembuatan peta-peta lainnya.

14
2. Peta Turunan (Derived Map)

Peta turunan merupakan peta yang dibuat berdasarkan pada acuan peta
yang sudah ada sehingga tidak memerlukan survei langsung ke lapangan.
Peta jenis ini tidak bisa digunakan sebagai peda dasar.

2.3.5 Jenis Peta Berdasarkan Keadaan Objek

Berdasarkan keadaan objeknya, peta dapat di bedakan menjadi dua yaitu :

1. Peta denamik

Yaitu peta yang menggambarkan keadaan objek yang berubah, misalnya


peta aliran sungai, peta arus urbanisasi, peta permukiman, dan lain – lain.

2. Peta Statik

Yaitu peta yang menggambarkan keadaan objek yang relatif tetap,


misalnya peta klimatologi, peta geologi, peta permukiman, dan peta jalur
pegunungan.

2.3.6 Jenis Peta Berdasarkan Statistik

Jenis peta statistik terdiri dari dua macam, yaitu peta statistik kualitatif dan
kuantitatif.

1. Peta Statistik distribusi kuantitatif

merupakan jenis peta yang menggambarkan jumlah data, yang biasanya


berdasarkan perhitungan persentase dan frekuensi. Contohnya adalah peta
penduduk, peta pendidikan, dan peta curah hujan.

15
2. Peta Statistik distribusi kualitatif

merupakan jenis peta yang menggambarkan kevariasian jenis data, tanpa


memperhitungkan jumlahnya. Contohnya ialah peta budaya, peta agama,
dan peta tanah.

2.4 METODE PENGUKURAN LANGSUNG (TERSTERIAL)

2.4.1 Pengukuran kerangka utama (Polygon)

Polygon adalah serangkaian titik-titik yang dihubungkan dengan garis


lurus sehingga titik-titik tersebut membentuk sebuah rangkaian (jaringan) titik
atau polygon. Pada pekerjaan pembuatan peta, rangkaian titik polygon digunakan
sebagai kerangka peta, yaitu merupakan jaringan titik-titik yang telah tertentu
letaknya di tanah yang sudah ditandai dengan patok, dimana semua benda buatan
manusia seperti jembatan, jalan raya, gedung maupun benda-benda alam seperti
danau, bukit, dan sungai akan diorientasikan. Kedudukan benda pada pekerjaan
pemetaan biasanya dinyatakan dengan sistem koodinat kartesius tegak lurus (X,Y)
di bidang datar (peta), dengan sumbu X menyatakan arah timur – barat dan sumbu
Y menyatakan arah utara – selatan. Koordinat titik-titik polygon harus cukup
teliti mengingat ketelitian letak dan ukuran benda-benda yang akan dipetakan
sangat tergantung pada ketelitian dari kerangka peta.

Menurut bentuknya, polygon dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Polygon Terbuka

Polygon terbuka adalah suatu polygon dimana titik awal dan titik akhirnya
berbeda.

16
Jenis-jenis polygon terbuka adalah :

a. Polygon terbuka terikat sempurna.


b. Polygon terbuka terikat sepihak.
c. Polygon terbuka tidak terikat.

2. Polygon Tertutup

Polygon tertutup adalah suatu polygon dimana titik awal dan titik akhirnya
mempunyai posisi yang sama atau berhimpit, sehingga polygon ini adalah
suatu rangkaian tertutup. Berdasarkan fungsinya, polygon dibedakan
menjadi ;

a. Polygon untuk keperluan kerangka peta, syaratnya harus memiliki titik–


titik yang cukup baik, dalam arti menjangkau semua wilayah.
b. Polygon yang berfungsi sebagai titik-titik pertolongan untuk mengambil
detail lapangan.

2.4.2 Pengukuran sipat Datar (Waterpass)

Pengukuran sipat datar profil banyak digunakan dalam perencanaan suatu


wilayah. Pengukuran ini terbagi menjadi dua macam, yaitu profil memanjang dan
profil melintang. Dengan pengukuran profil ini, banyak manfaat yang bisa
diperoleh dari data yang dihasilkan karena beda tinggi di setiap bagian di wilayah
tersebut dapat diketahui. Informasi mengenai beda tinggi sangat berguna dalam
cut dan fill suatu permukaan tanah yang tidak rata, misalnya saja dalam
pengerjaan jalan raya atau jalur kereta api.

Mengingat begitu besarnya manfaat sipat datar profil, maka pengukuran


ini mutlak harus dikuasai oleh surveyor ataupun mahasiswa teknik Geomatika.
Salah satu cara untuk menguasai pengukuran sipat datar profil adalah dengan
pelaksanaan praktikum secara sungguh-sungguh atau dengan memperbanyak jam
terbang pengukuran.

17
Fungsi dari pengukuran beda tinggi ini, antara lain :

a. Merancang jalan raya, jalan baja, dan saluran-saluran yang mempunyai


garis gradien paling sesuai dengan topografi yang ada.
b. Merencanakan proyek-proyek konsruksi menurut evaluasi terencana.
c. Menghitung volume pekerjaan tanah.
d. Menyelidiki ciri-ciri aliran di suatu wilayah.
e. Mengembangkan peta-peta yang menunjukkan bentuk tanah secara umum.

Digunakan untuk mementukan ketinggian titik-titik yang menyebar


dengan kerapatan tertentu untuk membuat garis-garis ketinggian (kontur).

1. Pengukuran sipat datar resiprokal (reciprocal levelling)

Adalah pengukuran sipat datar dimana alat sipat datar tidak dapat
ditempatkan antara dua station. Misalnya pengukuran sipat datar
menyeberangi sungai/lembah yang lebar.

2. Pengukuran sipat datar teliti (precise levelling)

Adalah pengukuran sipat datar yang menggunakan aturan serta peralatan


sipat datar teliti.

2.4.3 Pengukuran situasi (Tachymetri)

Untuk keperluan pengukuran dan pemetaan selain pengukuran kerangka


dasar vertical yang menghasilkan tinggi titik-titik ikat dan pengukuran kerangka
dasar horizontal yang menghasilkan koordinat titik-titik ikat juga perlu dilakukan
pengukuran titik-titik detail untuk menghasilkan titik-titik detail yang tersebar di
permukaan bumi yang menggambarkan situasi daerah pengukuran. Pengukuran
titik-titik detail dilakukan sesudah pengukuran kerangka dasar vertikal dan
pengukuran kerangka dasar horizontal dilakukan. Pengukuran titik-titik detail
mempunyai orde ketelitian lebih rendah dibandingkan orde pengukuran kerangka
dasar. Pengukuran titik-titik detail dengan metode tachymetri pada dasarnya

18
dilakukan dengan menggunakan peralatan dengan teknologi lensa optis dan
elektronis digital. Dalam pengukuran titik-titik detail pada prinsipnya adalah
menentukan koordinat dan tinggi titik –titik detail dari titik-titik ikat.

Pengukuran titik-titik detail pada dasarnya dapat dilakukan dengan 2 metode,


yaitu offset dan tachymetri.

Metode offset menggunakan peralatan sederhana, seperti pita ukur, jalon,


meja ukur, mistar, busur derajat, dan lain sebagainya.Metode tachymetry
menggunakan peralatan dengan teknologi lensa optis dan elektronis digital.
Pengukuran metode tachymetri mempunyai keunggulan dalam hal ketepatan dan
kecepatan dibandingkan metode offset.

Pengukuran tiitk-titik detail metode tachymetri ini relatif cepat dan mudah karena
yang diperoleh dari lapangan adalah pembacaan rambu, sudut horizontal
(azimuthmagnetis), sudut vertikal (zenithatau inklinasi) dan tinggi alat. Hasil yang
diperoleh dari pengukuran tachymetry adalah posisi planimetris X, Y, dan
ketinggian Z.

2.4.4 Pengukuran potongan melintang (Cross Section)

Penampang melintang merupakan gambar irisan tegak arah tegak lurus


potongan memanjang. Gambar penampang melintang secara rinci menyajikan
unsur alamiah dan unsur rancangan sehingga digunakan sebagai dasar hitungan
kuantitas pekerjaan. Penampang melintang umumnya diukur selebar rencana
melintang bangunan ditambah daerah penguasaan bangunan atau hingga sejauh
jarak tertentu di kanan dan kiri rute agar bentuk dan kandungan elemen rupa bumi
cukup tersajikan untuk informasi perencanaan. Data ukuran penampang melintang
juga umum digunakan sebagai data penggambaran peta totografi sepanjang rute.

Cara pengukuran penampang melintang bisa menggunakan alat sipat datar,


theodolitee atau menggunakan echo sounder untuk sounding pada tempat berair
yang dalam.

19
Pada pengukuran potongan melintang sungai bisa dipahami bahwa sumbu sungai
tidak selalu merupakan bagian terdalam sungai. Data lain yang harus disajikan
pada potongan melintang sungai adalah ketinggian muka air terendah dan
ketinggian muka air tertinggi atau banjir. kegunaan dari pengukuran profil
melintang untuk pekerjaan penggalian dan penimbunan tanah.

2.4.5 Pengukuran berbasis satelit (GPS)

1. Astronomi Geodesi
a. Karakteristik Umum

Sebelum ditemukanya penentuan posisi berdasarkan satelit pada saat ini,


dahulu telah ada sebuah sistem yang berdasarkan pengamatan langit yaitu sistem
astronomi geodesi. Sistem geodesi satelit tertua adalah sistem astronomi geodesi
yang berbasiskan pada pengamatan bintang, dan sampai saat ini masih digunakan
meskipun terbatas pada aplikasi-aplikasi tertentu saja. Sebagai contoh metode ini
telah digunakan sejak 1884 untuk penentuan lintang secara teliti di Potsdam.
Disamping itu metode astronomi geodesi ini juga sudah berkontribusi dalam
pengamatan pergerakan kutub (polar motion) sejak tahun 1890. Pengukuran
lintang dan bujur astronomi dapat dilakukan secara simultan, yaitu dengan
menggunakan metode summer atau intercept. Dalam pengukuran penentuan posisi
dngan sistem astronomi geodesi membutuhkan primer ansiorekta dan deklinasi
bintang yang dapat diperoleh lewat katalog bintang.Dalam hal penggunaan alat
untuk menentukan posisi dengan sistem satelit geodesi astronomi tidak
memerlukan alat yang canggih dan modern.

b. Parameter

Pada sistem penentuan posisi dengan sistem astronomi geodesi, parameter


yang harus diketahui adalah lintang geografis, bujur geografis, deklinasi, jari-jari
bumi, assensiorekta, dan tinggi pengamatan.

20
c. Besaran

Besaran yang diukur dalam penentuan posisi dengan sistem astronomi


geodesi adalah sudut zenith bintang, sudut waktu, waktu, tekanan udara, dan
temperartur yang pada akhirnya digunakan untuk menghitung posisi pengamat.

2. Satelit Fotografi
a. Karakteristik Umum

Metode fotografi satelit ini berbasiskan pada pengukuran ke arah satelit, yaitu
dengan pemotretan satelit berlatar belakang bintang-bintang yang telah diketahui
koordinatnya. Metode fotografi satelit digunakan antara tahun 1964 sampai 1975
untuk pembentukan jejaring geometrik regional, kontinental, dan global, dalam
proyek-proyek nasional dan internasional. Dengan menggunakan jaringan kamera
Baker-Nunn, metode ini telah dimanfaatkan untuk menjejak satelit-satelit buatan
generasi awal seperti Sputnik-1 dan 2, Vanguard-1, dan GEOS-1 pada era 1957
sampai awal 1960-an; dan telah berhasil mengestimasi penggepengan serta bentuk
“pear - shape” 7 dari Bumi.

Pengorganisasian, realisasi, dan reduksi pengamatan satelit fotografi dengan


kamera sangat menyita waktu dan membutuhkan usaha yang besar.

Langkah-langkah fundamentalnya:

- Pengamatan kamera
- Perhitungan dan koreksi koordinat
- Plate reduction

Plate reduction memberikan jarak ruang antara posisi stasiun pengamatan


di bumi dan satelit sebagai fungsi dari waktu. Berikut adalah jaringan geometric
global yang diamati melalui kamera BC4 :

21
b. Parameter.

Pada penentuan posisi dengan sistem satelit fotografi, parameter yang


harus diketahui adalah sudut azimuth, sudut waktu, distorsi radial,
distorsi tangensial, refraksi satelit, aberasi satelit, phase satelit,
orientasi kamera, dan deklinasi.

c. Besaran

Besaran yang diukur dalam penentuan posisi dengan sistem satelit


fotografi adalah tekanan atmosfer, temperatur, jarak pengamatan ke
satelit, dan jarak geosentris stasiun pengamat.

d. Cara Mendapatkan Posisi Titik

Cara mendapatkan posisi titik dari parameter dan besaran diatas adalah
dengan menghitung jarak dan sudut dari satelit ke objek. Diberikan
elemen orbit awal dari satelit, serta diberikan besaran dan arah tenaga
dari tiap tempat dan waktu. Dari parameter diatas kita dapat
menentukan orbit dengan mengacu pada geosentriknya. Waktu
observasi dicocokkan dengan jarak ke ground station sehingga
menghasilkan koordinat stasiun dengan kerangka acuan yang sama.
Sehingga observasi ke ground station tidak perlu dilakukan secara
bersamaan. Hasil dari tiap hitungan tersebut kita masukan ke
persamaan observasi.

3. Transit (Doppler)
a. Karakteristik Umum

Transit Doppler merupakan salah satu sistem satelit yang digunakan untuk
menentukan posisi dengan menunjukkan perbedaan antara frekuensi
radiasi yang diterima disuatu titik dan frekuensi radiasi di sumbernya.
Ketika pengamat dan sumber bergerak terhadap satu sama lain. Posisi
satelit dapat diketahui dengan menganalisis Doppler shift sinya radionya.

22
Jika posisi satelit diketahui, maka Doppler shift dapat digunakan untu
menentukan posisi receiver di Bumi.

Ide ini memulai perkembangan sistem navigasi satelit yang pertama, yaitu
Navy Navigation Satellite System(NNSS), juga dikenal sebagai sistem
NAVSAT atau TRANSIT. Semua satelit yang mentransmisikan frekuensi
yang stabil dapat digunakan untuk perhitungan Doppler. Prinsip Doppler
bekerja secara terbalik, yaitu receiver di bumi mentransmisikan frekuensi
yang stabil, dan receiver di satelit menghitung perhitungan Doppler.

Pada dasarnya, Doppler shift dapat ditentukan dari perbedaan antara


frekuensi yang ditransmisikan dengan frekunesi yang diterima. Pada
kenyataannya, perbedaan antara frekuensi sinyal yang diteruma dan
frekuensi refrensi stabil, dihasilkan oleh receiver, dihitung selama interval
watu yang diberikan, karena nilai frekuensi pada saat itu tidak bisa diamati
secara langsung.

b. Perameter

Pada penentuan posisi dengan sistem transit(doppler), parameter yang


harus diketahui adalah nilai frekuensi satelit yang konstan, kecepatan
cahaya, koordinat satelit pada orbitnya, kecepatan satelit, dan interval
waktu pendengaran frekuensi yang dipancarkan.

c. Besaran

Besaran yang diukur dalam penentuan posisi dengan sistem Transit


Doppler adalah nilai frekuensi yang diterima pada stasiun pengamat,
jarak dari stasiun ke satelit, sudut antara satelit dengan pengamat, dan
perbedaan frekuensi satelit yang diterima dengan yang dipancarkan.

d. Cara Mendapatkan Posisi Titik

23
Cara mendapatkan posisi titik dari parameter dan besaran diatas adalah
dengan prinsip yang digunakan adalah cepat rambat gelombang dan
trilaterasi. Sedangkan parameter yang diketahui adalah kecepatan cahaya
dan panjang gelombang yang diterima. Besaran yang diukur adalah
frekuensi fs, yang diperoleh dari electromagnetic wave yang bergerak
dengan kecepatan V mendekati penerima stasioner di bumi yang diterima
dalam arah radial berupa frekuensi yang telah berubah yaitu frekunsi fr
yang memiliki hubungan fr = fs + V/λ.

dimana :

λ = c / fs dan c adalah kecepatan merambatnya sinyal. Perubahan V/λ


dinamakan Doppler Shift.

4. SLR (Satellite Laser Ranging).


a. Karakteristik Umum

Sistem SLR (Satellite Laser Ranging) adalah salah satu system penentuan
posisi absolut yang paling teliti saat ini. Sistem SLR mulai dikembangkan
NASA pada tahun 1964 dengan peluncuran satelit Beacon Explorer B.
Sistem ini berbasiskan pada pengukuran jarak dengan laser ke satelit yang
dilengkapi dengan retro reflector laser. Prinsip kerja dari SLR adalah
menggunakan pengukuran jarak dengan pulsa laser yang ditembakkan dari
stasiun bumi ke satelit yang dilengkapi dengan sejumlah retro-reflektor
laser yang kemudian dipantulkan kembali ke stasiun yang bersangkutan.
Untuk dapat menentukan koordinat dari stasiun bumi, maka dilakukan
pengukuran jarak ke satelit yang dilakukan ketika satelit melintas diatas
stasiun pengamat dan juga perlu diketahui informasi mengenai orbit satelit
tersebut.

b. Perameter

Pada penentuan posisi dengan sistem satelit SLR, parameter yang harus
diketahui adalah kecepatan cahaya, frekuensi sinar yang digunakan,
panjang gelombang yang digunakan, dan orbit satelit.

24
c. Besaran

Besaran yang diukur dalam penentuan posisi dengan sistem SLR adalah
waktu tempuh bolak-balik yang diperlukan oleh sinar laser dari Bumi ke
Satelit.

Cara mendapatkan posisi titik Dengan ini, jarak ke satelit (D) dapat
ditentukan dengan persamaan:

D = c.Δt / 2

Dimana :

D : Jarak

c : Kecepatan cahaya

Δt : waktu tempuh laser dari stasiun Bumi ke satelit dan kembali lagi

ke stasiun Bumi.

5. GPS (Global Positioning System).


a. Karakteristik Umum

GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi menggunakan


satelit. Nama formalnya adalah NAVSTAR GPS (Navigation Satellite
Timing and Ranging Global Positioning system ). Satelit GPS bisa di
analogikan sebagai stasiun radio di angkasa yang diperlengkapi dengan
antenna – antenna untuk mengirim dan menerima sinyal gelombang, yang
kemudian sinyal ini diterima oleh receiver GPS di permukaan bumi.
Dalam pengoperasiannya GPS dilengkapi dengan beberapa segmen, yaitu :
pace segmen, yaitu satelit GPS yang aktif mengorbit.

Control segmen

User segmen, yaitu pengamat dengan alat penerima.

Segmen sistem kontrol yang berfungsi untuk :

25
1. Menjaga agar semua satelit berada pada posisi orbit yang seharusnya.
2. Memantau status dari kesehatan dari semua subsistem satelit
3. Memantau panel matahari satelit, level daya baterai, dan propellant level
yang digunakan untuk manuver satelit.

a. Perameter

Pada penentuan posisi dengan sistem GPS, parameter yang harus


diketahui adalah posisi satelit dan datum yang digunakan.

b. Besaran

Besaran yang diukur dalam penentuan posisi dengan sistem GPS


adalah jarak antara satelit dengan titik yang akan ditentukan posisinya
di Bumi.

c. Cara Mendapatkan Posisi Titik

Receiver GPS menggunakan pesan-pesan yang dikirimkan oleh satelit


untuk menentukan posisi satelit dan waktu kirim pesan tersebut. Dari
pesan-pesan tersebut, jarak dari satelit ke receiver dapat dihitung.
Posisi receiver dapat ditentukan dari data jarak dan posisi satelit
dengan metode trilaterasi. Secara geometrik, tiga satelit sudah cukup
untuk menentukan posisi di Bumi. Tetapi, satelit keempat dapat
dibutuhkan, karena jam di receiver dan di satelit bisa berbeda.

6. LLR (Lunar leser Ranging)

a. Karakteristik Umum

Pada dasarnya, sistem kerja LLR sama dengan SLR. Hanya saja, jika
pada SLR retro-flektor ditempatkan di satelit, pada LLR retro-flektor
ditempatkan di permukaan bulan. Reflektor-reflektor LLR ditempatkan
di bulan pada misi Apollo (USA) dan Luna (Rusia)

b. Parameter

26
Pada penentuan posisi dengan sistem LLR, parameter yang harus
diketahui adalah koordinat teleskop dalam sistem CTS(rE), koordinat
reflector di bulan dalam sistem barisentris(mR), koordinat teleskop
dalam sistem barisentris(r0), koefisien bulan, dan kecapatan cahaya.

c. Besaran

Besaran yang diukur dalam penentuan posisi dengan sistem LLR


adalah jarak bumi kebulan tetapi harus mengalami koreksi karena
adanya pasang surut, abrasi efek relativitas, dan pergeseran lempeng.

d. Cara Mendapatkan Posisi Titik

Cara mendapatkan posisi titik dari parameter dan besaran diatas seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa prinsip kerja sistem LLR
yaitu dengan menembakkan sinar laser dari stasiun di Bumi kepada
raflektor yang terletak di bulan, kemudian sinar tersebut akan
dipantulkan kembali ke Bumi. Perlu diketahui disini, bahwa sistem
CST berbeda dengan sistem barisentris karena adanya pengaruh rotasi
bumi, pergerakan kutub, presesi dan nutasi. Selain itu, pengamat juga
harus mempertimbangkan beberapa fenomena alam yang
mempengaruhi ukuran jarak tersebut dengan memberikan koreksi pada
hitungan jarak tersebut. Selanjutnya, dengan menganalisa data ukuran
dari bumi ke bulan para ahli dapat mengetahui parameter rotasi bumi
ke bulan, dinamika sistem bumi-bulan, serta parameter relativitas.
Selain itu juga dapat ditentukan koordinat stasiun pengamat , koordinat
reflektor, posisi bulan dan banyak hal lainnya yang berhubungan
dengan posisi.

7. VLBI (Very Long Baseline Interferometry)

a. Karakteristik Umum.

Very Long Baseline Interferometry atau VLBI pertama kali dikembangkan


dalam bidang astronomi radio dengan objektif untuk mempelajari secara

27
rinci struktur sumber-sumbergelombang radio di luar angkasa dengan
resolusi ketinggian angular yang tinggi. Teknik VLBI dapat dipandang
sebagai teknik penentuan posisi relative dengan menggunakan data fase
darigelombang radio yang dipancarkan oleh kuasar, yaitu benda langit
pemancar gelombang radioalamiah. Dalam geodesi satelit, VLBI adalah
teknik penentuan posisi relative yang paling telitiuntuk baseline (jarak
antar titik) yang relative panjang.

b. Parameter.

Pada penentuan posisi dengan sistem VLBI, parameter yang harus


diketahui adalah kecepatan cahaya, vektor koordinat kuasar, dan vektor
koordinat relatif antara kedua stasiun.

c. Besaran.

Besaran yang diukur dalam penentuan posisi dengan sistem VLBI adalah
perbedaan waktu tempuh sinyal dari kuasar ke dua sistem stasiun,
perbedaan fase dari kedua sinyal, dan laju dari kedua delay.

d. Cara Mendapatkan Posisi Titik.

Cara mendapatkan posisi titik dari parameter dan besaran diatas dengan
mengetahui parameter dan besaran diatas, kita dapat menghitung posisi
dari stasiun. Sesuai dengan prinsip kerja kuasar, yang memanfaatkan
pemantulan frekuensi gelombang radio dari 2 stasiun pemancar.

28
2.5 Metode Perhitungan Pengukuran Langsung (Teristerial)

2.5.1 Perhitungan sudut pengukuran polygon

Dalam Pengukuran polygon terdapat 2 sudut yang bisa di gunakan yaitu :


Sudut Luar dan sudut dalam.

Dengan Menggunakan rumus :

∑n = ( n + 2 ) * 180° → Untuk Sudut Luar

∑n = ( n - 2 ) * 180° → Untuk Sudut Dalam

Dimana:

n = Banyak Titik

Dan Dalam Perhitungan sudut Mempunyai Toleransi selisih sudut yang di


izin kan yaitu dengan menggontrol perhitungan sudut dengan
menggunakan rumus :

10√n

Dimana:

n = Banyak Titik

Maka Hasil Perhitungan sudut yang di dapat tidak boleh melebihi hasil
toleransi yang sudah di tentukan oleh rumus toleransi.

2.5.2 Perhitungan azimuth

Untuk menghitung azimuth, kita harus terlebih dahulu harus mengetahui


azimuth awalnya, dimana azimuth awal di dapat dari data pengukuran yang sudah
di lakukan di lapangan. maka setelah mendapatkan azimuth awal baru bisa
menghitung azimuth selanjutnya dengan menggunakan rumus :

a. untuk Sudut Dalam

29
Rumus : n1 = Azimuth Awal + Sudut Bersih + Koreksi Sudut + 180°

b. untuk Sudut Luar

Rumus : n1 = Azimuth Awal + Sudut Bersih + Koreksi Sudut + 360°

2.5.3 Perhitungan jarak

Pengukuran jarak merupakan data yang diperoleh dari lapangan, dapat


dilakukan dengan cara manual (menggunakan pita ukur) ataupun dengan
menggunakan teodolit. Dalam pengukuran jarak, dibuat selurus mungkin antar
titik-titik polygon dan juga jika kondisi tanah miring, usah akan dalam
pengukuran jarak pita ukur dalam posisi sedatar mungkin. Tapi dalam praktek ini
Menggunakan alat pita ukur.

Sedangkan Jarak yang digunakan dalam poligon adalah jarak datar yang
dapat dihasilkan dari berbagai cara diantaranya :

1. Dari pengamatan sebuah pita ukur,

hal ini bersifat kasar dikarenakan ketelitian dari pita ukur hanya mencapai
cm dan untuk memenuhi metode pengukuran jarak datar sangatlah susah
untuk diterapkan.

2. Dari pengamatan rambu ukur dengan theodolitee,

bersifat kasar karena ketelitian 5cm dan tergantung dari jauh dan dekatnya
jarak tersebut.

Cara perhitungan jarak menggunakan alat ukur

ba = 04.50 dm

bt = 04.25 dm

bb = 04.00 dm

30
jika V = 30º00‟20”

(V adalah hasil pengurangan dari 90˚-bacaan vertikal, karena pada


keadaan datar bacaan vertikal pada angka 90˚)maka, d (slope distance)
dapat dihitung:

d = 100*(ba-bb) catatan (ba-bt=bt-bb)

d = 100*(4.50-04.00)

d = 100*0.50

d = 50 dm

d = 5m

jika d sudah diketahui maka kita sudah dapat menghitung jarak datar
dengan cara:

hd = d*cosV

hd = 5*cos30º00‟20”

hd = 4.33 m

1. Dari penghitungan data jarak miring dan besaran sudut vertikal,

Cara perhitungan jarak miring menggunakan alat ukur

d = 89 m (jarak miring)

bv = 51º30‟40” (bacaan sudut vertikal)

maka, sudut yang dibentuk adalah (v)

v = 90 º - 51º30‟40” = 38º29‟20”

31
jarak datar (hd)

hd = d * cosV

hd = 89 * cos 38º29‟20”

hd = 69.663 meter

Dari hasil penghitungan instant oleh Total Station, sebenarnya pada Total
station sudah terdapat bacaan HD (Horizontal Distance) yang muncul secara
otomatis.

2.5.4 Perhitungan koordinat

Koordinat adalah suatu titik yang didapatkan dari hasil perpotongan dari
garis latitude lintang) dengan garis bujur (longitude) sehingga akan menunjukan
lokasi pada suatu daerah. Umumnya koordinat dibedakan menjadi koordinat
Geographic dan Universal Transver Mercator (UTM). Pada Koordinat Geogprahic
dibedakan menjadi tiga berdasarkan satuannya yaitu :

1. Degree, Decimal (DD,DDDD)

Contoh : S 3.56734 E 104.67235

2. Degree, Minute (DD MM,MMMM)

Contoh : S 3° 43,5423‟ E 104 33,6445‟

3. Degree, Minute, Second (DD MM SS,SS)

Contoh : S 3° 43‟ 45,22” E104 33‟ 33,25”

Pada Bujur/Longitude (X) merupakan garis yang perpindahannya secara


vertical dan pada Lintang/Lattitude (Y) merupakan garis yang mempunyai
perpindahan secara horizontal, pada pertemuan antara garis bujur dan garis

32
lintang akan membentuk suatu titik pertemuan yang biasa disebut dengan titik
koordinat.

Cara mendapatkan titik koordiant bisa dilakukan dengan cara menggunakan


gps atau sejenis nya, dan juga bisa didapat kan dengan metode pengukuran
menggunakan theodolite dengan ketentuan satu titik harus di ketahui terlebih
dahulu dan di lengkapi dengan data – data yang di butuhkan dalam
mengghitung titk koordinat selanjutnya.

Rumus Untuk Menghitung Titik Koordinat dengan menggunakan alat


pengukuran theodolitee adalah sebagai berilut :

(Koordinat X) AAC = Koordinat Awal + ∆X + Koreksi ∆X

(Koordinat Y) AAC = Koordinat Awal + ∆Y + Koreksi ∆Y

Dimana:

AAC : Kode Titik/ Patok

∆X / ∆Y : hasil perhitungan dari jarak petok pertama ke patok yang


di tuju di kali Sin azimuth

Koreksi ∆X / ∆Y : Hasil jarak patok pertama ke patok yang di tuju di bagi

2.5.5 Perhitungan beda tinggi

Sipat datar (levelling) adalah suatu operasi untuk menentukan beda tinggi
antara dua titik di permukaan tanah. Sebuah bidang datar acuan, atau datum,
ditetapkan dan elevasi diukur terhadap bidang tersebut. Beda elevasi yang
ditentukan dikurangkan dari atau ditambah dengan nilai yag ditetapkan tersebut,
dan hasilnya adalah elevasi titik-titik tadi.

Pengukuran beda tinggi dilakukan dengan menggunakan alat sipat datar


(waterpass). Alat didirikan pada suatu titik yang diarahkan pada dua buah rambu

33
yang berdiri vertical. Maka beda tinggi dapat dicari dengan menggunakan
pengurangan antara bacaan muka dan bacaan belakang.

Rumus beda tinggi antara dua titik :

BT = BTA - BTB

Keterangan :

BT = beda tinggi

BTA = bacaan benang tengah A

BTB = bacaan benang tengah B

Sebelum mendapatkan beda tinggi antara dua titik, diperlukan dulu


pembacaan benang tengah titik tersebut, dengan menggunakan rumus :

BT = BTA + BTB / 2

Keterangan :

BT = Bacaan Benang Tengah

BTA = Bacaan Benang Atas

BTB = Bacaan Benang Bawah

2.5.6 Perhitungan elevasi

Elevasi Adalah Ketinggian sebuah titik di atas muka bumi dari permukaan
Air laut, untuk mengetahui elevasi sebuah titik di atas permukaan bumi bisa
menggunakan GPS, Google Earth, Dll. Maka untuk menghitung ketinaggian suatu
benda atau hasil pengukuran maka dapat di hitung denga rumus :

Perhitungan Elevasi = Elevasi + Ketinggian suatu benda dari muka bumi

34
2.6 Metode Penggambaran

2.6.1 Peta dasar dan peta khusus (Peta Tematik)

Peta tematik disebut juga sebagai peta statistik atau peta tujuan khusus.
Dilihat dari namanya, peta tematik ini dibuat dengan tujuan tertentu. Pengertian
peta tematik adalah peta yang menyajikan patron penggunaan ruangan pada
tempat tertentu sesuai dengan tujuan tertentu. Bisa dikatakan bahwa peta tematik
merupakan peta yang hanya menggambarkan satu tema saja, seperti peta yang
dibuat khusus untuk menggambarkan kepadatan penduduk suatu negara, jenis
iklim, persebaran jenis tanaman tertentu, data perubahan iklim, dan lain
sebagainya.

a. Ciri- ciri Peta Tematik


1. Memiliki tema khusus

Dari pengertiannya kita telah mengetahui bersama bahwa peta tematik


merupakan peta yang telah dibuat berdasarkan tujuan khusus. Karena
dibuat berdasarkan tema tertentu, maka peta tematik memiliki tema
khusus. Tema yang dimiliki oleh peta tematik ini misalnya persebaran batu
bara di Indonesia, jadi peta tematik yang disajikan ini akan menampilkan
wilayah Indonesia dengan keterangan yang termuat hanya sebatas
persebaran batu bara di wilayah Indonesia. Selain peta persebaran batu
bara, contoh tema lain adalah perubahan cuaca yang ada di Indonesia.
Dengan tema ini maka peta yang disajikan adalah peta wilayah Indonesia
yang dilengkapi dengan keterangan cuaca yang terjadi di setiap
wilayahnya.

2. Datanya berasal dari berbagai peta yang telah di overlay

Ciri- ciri dari peta tematik lainnya adalah datanya berasal dari berbagai
peta yang telah di overlay. Karena peta tematik ini merupakan peta khusus,
maka keterangan yang termuat di dalamnya pun lebih sedikit namun detail.
Data- data yang mendetail ini berasal dari berbagai peta lain yang telah

35
diolah kemudian disajikan ulang sehingga tampak lebih rapi dan mudah
untuk dibaca dan juga dipahami.

3. Informasi yang disajikan hanya terbatas pada tema yang telah dipilih

Ciri- ciri selanjutnya yang dimiliki oleh peta tematik adalah


menyajikan data- data yang terbatas hanya pada tema yang dipilih. Sebagai
contoh adalah peta tematik mengenai persebaran jenis tanaman kelapa,
maka yang disajikan hanyalah mengenai pohon kelapa di wilayah yang
bersangkutan dan tidak menyajikan informasi mengenai pohon mangga,
pohon jati dan lain sebagainya. Hal inilah yang membatasi peta tematik
sehingga disebut sebagai peta khusus.

b. Jenis- jenis Peta Tematik


1. Peta curah hujan (isohyet)

peta curah hujan atau yang disebut dengan peta isohyet. Peta tematik
mengenai curah hujan ini merupakan peta khusus yang menampilkan
mengenai informasi persebaran curah hujan yang ada di suatu wilayah,
misalnya di Indonesia. Peta curah hujan ini menampilkan persebaran curah
hujan secara mendetail di suatu wilayah. Peta curah hujan ini hanya akan
berisikan mengenai curah hujan saja dan tidak ada hal- hal lainnya yang
tidak berhubungan dengan curah hujan.

2. Peta kepadatan penduduk

Peta kepadatan penduduk merupakan peta yang menggambarkan


perbandingan jumlah penduduk di suatu wilayah dengan luas daerahnya.
Peta kepadatan penduduk biasanya dibuat untuk kepentingan dinas sosial.
Peta kepadatan penduduk hanya akan menampilkan mengenai jumlah
penduduk saja, sehingga kita bisa melihat dengan jelas daerah- daerah
mana saja yang memiliki jumlah penduduk tinggi dan daerah mana saja
yang memiliki penduduk yang rendah. Dan juga kita akan mengetahui
daerah mana saja yang kepadatan penduduknya tinggi dan daerah mana
saja yang kepadatan penduduknya rendah.

36
3. Peta penyebaran hasil tambang

Peta persebaran hasil tambang ini menyajikan suatu jenis tambang


tertentu yang ada di suatu wilayah negara. Hasil tambang ini misalnya batu
bara. Jadi dalam peta khusus mengenai batu bara akan kita melihat
wilayah suatu negara dengan icon- icon yang menggambarkan batu bara di
dalamnya, sehingga kita akan mengetahui daerah mana saja yang memiliki
tambang batu bara terbanyak dan yang paling sedikit.

4. Peta hasil pertanian

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa sektor pertanian masih


menjadi sektor andalan bagi perekonomian Indonesia, maka dari itulah
pastinya ada banyak daerah di Indonesia yang memiliki hasil pertanian.
Peta tematik menyajikan persebaran hasil pertanian tertentu, misalnya
adalah hasil pertanian berupa jagung, maka peta yang akan ditampilkan
adalah daerah- daerah yang memanen jagung yang berada di suatu
wilayah. Dengan demikian kita akan mengetahui dengan jelas daerah
mana saja yang menghasilkan jagung dan yang tidak. Lebih akurat lagi
kita akan mengetahi berapa jumlah jagung telah dipanen.

5. Peta geologi, dll

Sesuai dengan namanya, peta ini menyajikan segala yang berhubungan


dengan keadaan geologi di suatu negara. Misalnya adalah keadaan geologi
di Indonesia.

2.6.2 Peta layout (Peta Ikhtisar)

Layout adalah tata letak dari suatu element desain yang berupa gambar dan
teks sehingga hasil menjadi lebih baik dan mudah untuk dipresentasikan.
Pembuatan layout peta merupakan pekerjaan terakhir setelah input data , editing
data , analisis data , penambahan label dan pembahasan-pembahasan lainnya.
Layout ini akan bermanfaat untuk memperjelas peta dan memperindah secara
tampilan selain itu tujuan yang lebih penting mengenai layout peta adalah sebagai

37
atribut pelengkap yang mampu menjelaskan isi peta yang merupakan isi-isi
penting dari peta tersebut. Tanpa adanya layout sebuah peta tidak akan berarti
apa-apa karena sistem peletakan desain peta ada dilayot, tanpa layout peta akan
sulit dimengerti dan sukar untuk dipahami sehingga akan bermakna seperti
gambar biasa, sehingga perlu dilakukan pelatihan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampiran layout yang baik. Pengetahuan tentang layout ini
sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampiran dalam
desain peta.

2.6.3 Peta situasi (Peta Topografi)

Peta topografi merupakan salah satu jenis peta yang mempunyai ciri
khusus yang ditandai dengan skala besar dan juga detail. Peta topografi biasanya
menggunakan garis kontur dalam pemetaan modern. Peta topografi ini pada
umumnya terdiri atas dua atau lebih peta yang kemudian digabung untuk
membentuk suatu keseluruhan peta.

Garis kontur sendiri merupakan komponen peta yang tidak lepas dari peta
topografi. Garis kontur merupakan kombinasi dari dua segmen garis yang saling
berhubungan namun tidak saling berpotongan. Ini merupakan titik elevasi pada
peta topografi.

a. Karakteristik peta topografi.


 Tidak berwarna warni
 Menggunakan skala besar dan disajikan secara detail
 Menggunakan garis- garis kontur
 Menyajikan informasi mengenai keadaan tinggi rendahnya permukaan
 bumi atau kontur tanah

b. Karakteristik petatopografi.

Peta topografi memiliki fungsi memberikan informasi mengenai kontur


tanah di suatu wilayah. Peta topografi berisikan garis- garis kontur yang
akan memberikan informasi mengenai kontur tanah. Peta topografi dibuat

38
untuk memberikan informasi tentang keberadaan, lokasi, dan juga jarak
seperti lokasi penduduk, rute perjalanan dan komunikasi. Peta topografi ini
tidak digunakan oleh masyarakat umum namun digunakan oleh lembaga
tertentu.

2.6.4 Gambar potongan memanjang (Long Section)

Long Section Adalah Pengukuran Yang Dilakukan Memanjang, Artinya


Bahwa Pengukuran Long Section Itu Dilakukan Dengan Lurus Atau Mengikuti
Alur Jalan. Penempatan Rambu Ukur Juga Harus Ditengah Jalan Atau Diantara
Samping Kiri Dan Kanan Jalan. Long Section itu "CL"

2.6.5 Gambar potongan melintang (Cross Section)

Potongan melintang adalah penampang pada arah lebar yang


menggambarkan turun naiknya permukaan suatu bentuk objek. Penggambaran
penampang melintang bertujuan untuk memperlihatkan bentuk topografi dalam
tiap segmen. Segmen disini diartikan sebagai titik ketinggian dan jarak.
Penampang melintang memperlihatkan perbedaan antara penampang-penampang
yang memiliki informasi tertentu di peta untuk di interpretasikan. Dengan
penampang melintang maka dapat diketahui/dilihat secara jelas bentuk dan
ketinggian suatu tempat yang ada di muka bumi. Untuk membuat sebuah
penampang melintang maka harus tersedia peta topografi sebab hanya peta
topografi yang dapat dibuat penampang melintangnya.

39
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM PEMETAAN DAN SIG
3.1 Persiapan Praktikum Pemetaan dan SIG

3.1.1 Tempat dan waktu Praktikum Pemetaan dan SIG

Tempat dan waktu pelaksanaan praktikum pemetaan dan Sistem Informasi


Geografis (SIG) dibagi ke dalam dua tahap, dimana tahap – tahap tersebut adalah
sebagai berikut :

1. Tahap pengenalan alat.

Dilaksanakan Pada
Hari : Sabtu
Tanggal : 25 juni 2022
Waktu : 08:30 Sampai dengan selesai
Tempat : Kampus Universitas Muhammadiyah Aceh
(UNMUHA) Jl. universitas muhammadiyah nomor
19, batoh, lueng bata, kota banda aceh.
2. Tahap Praktikum Dilapangan.

Dilaksanakan Pada
Hari : Sabtu
Tanggal : 25 juni 2021
Waktu : 08:30 Sampai dengan selesai
Tempat : Kampus Universitas Muhammadiyah Aceh
(UNMUHA). Jl. universitas muhammadiyah nomor
19, batoh, lueng bata, kota banda aceh.

40
3.1.2 Peralatan Praktikum Pemetaan dan SIG

Pada pelaksanaan praktikum pemetaan dan Sistem Informasi Geografis


(SIG) membutuh kan beberapa peralatan diantaranya :
1. Alat Tulis dan Alat Hitung (Kalkulator).
Pada praktikum ini alat tulis di gunakan untuk menyatat hasil
pengukuran yang di dapat di lapangan, sedangkan alat hitung di
gunakan merk Casio untuk mengontrol atau mengecek keakuratan
pengukuran.

Gambar 3.1 kalkulator

2. Theodolite (NIKKON NE 20SC (754491))


Pada praktikum ini Theodolite Yang di gunakan yaitu NIKON NE-
20S, Theodolite NIKON NE-20S adalah salah satu alat ukur tanah
yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut
mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya
memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolite sudut yang dapat di
baca bisa sampai pada satuan sekon (detik).

41
Gambar 3.2 Theodolite

3. Waterpass (SOKKIA WS 007714)


Pada Praktikum ini Waterpass yang di gunakan yaitu SOKKIA WS
007714, Waterpass adalah alat ukur yang dipakai untuk menentukan
posisi sejajar dari suatu benda dengan bagian yang lainnya, baik
dalam keadaan vertikal maupun horizontal.

4. Statis ( Kaki Theodolite dan Waterpass)


Pada praktikum ini Statis/Tripod digunakan untuk meletakkan
pesawat Theodolite / Waterpass, fungsinya sebagai dasar atau
penampang yang menyangga alat survey dan menjaga agar tetap stabil
terpancah ditanah.

5. Rambu Ukur.
Pada praktikum ini Rambu ukur digunakan untuk dijadikan sasaran
bidik Terbuat dari kayu atau aluminium memiliki panjang 3-4 meter
dapat dipendekkan atau dipanjangkan.

42
6. Patok.
Pada praktikum ini Patok digunakan untuk menandakan titik – titik
yang akan di ukur menggunakan alat ukur atau tempat meletakkan
rambu ukur pada saat pengukuran di lakukan.

7. Meteran.
Pada praktikum ini Meteran digunakan untuk mengukur jarak antara
patok satu ke patok lainnya, dan untuk mengukur ketinggian patok
dari permukaan tanah.

8. Payung.
Pada praktikum ini payung di gunakan untuk menutupi alat ukur
supaya terhindar dari cahaya matahari langgung pada saat pengukuran
di lakukan.

9. GPS (GARMIN (GPS MAP 705))


Pada praktikum ini GPS yang digunakan yaitu GARMIN/MAP 705,
untuk mengambil titik koordinat dan elivasi pada setiap patok yang
sudah di tentukan.

10. Paku payung

Pada pratikum ini paku payung digunakan untuk bisa melihat titik
tengah patok supaya mempermudah penyetelan nivo pada alat
theodolite.

11. Spidol

Pada pratikum ini spidol digunakan untuk manulis nama patok supaya
tidak tertukar oleh kelompok lainnya.

43
3.2 Pelaksanaan Praktikum Pemetaan dan SIG

Tahap pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan pengukuran


adalah memasang patok terlebih dahulu, dimana patok-patok tersebut nantinya
akan di jadikan Titik acuan pada saat pengukuran dilakukan.

3.2.1 Pemasangan titik-titik pengukuran (Stake out)

Untuk Perngukuran menggunakan Theodolite Jangan Lupa Tambahkan


paku di bagian tengah atas permukaan patok, yang nantinya akan di jadikan acuan
penempatan alat ukur Theodolite dan jangan lupa membuat kode pada setiap
patok, pada praktikum ini menggunakan kode patok “ BC” dan Patok di cat warna
“MERAH ”, usahakan pemasangan patok di pasang tegak lurus dan kuat agar
nantinya tidak bergeser pada saat pegukuran sedang dilakukan apabila patok
dipasang tidak lurus atau tidak kuat nanti akan susah pada saat melakukan
pengukuran dan keakuratan pengukuran dapat berpengaruh.

Gambar 3.3 Foto pemasangan Pato

44
3.2.2 Pengukuran kerangka utama/polygon (Theodolite)

Setelah patok di pasang Tahap selanjutnya sudah bisa melakukan


pengukuran kerangka utama/polygon menggunakan alat ukur Theodolite.

Dimana Langkah - langkah melaksanakan pengukuran menggunakan


theodolite adalah sebagai berikut :

1. Siapakan kertas format pengukuran.

2. Ukur terlebih dahulu ketinggian patok dari permukaan tanah dan jarak
antara patok satu dengan patok lainnya. Pada praktikum ini jarak di
ukur menggunakan meteran gulung dengan jarak keseluruhan 182,6
Meter

3. Kemudian pasang pesawat Theodolite ke Statif.

4. Dirikan Theodolite di posisi patok awal.

5. Atur Statif sehingga Theodolite akan berada pada tingkat yang


nyaman untuk gunakan, sejauh mungkin (kebanyakan Pesawat
theodolite akan memiliki mekanisme yang akan mengunci mereka
ketika mereka mencapai pemisahan dan ekstensi maksimum) , dan
tempelkan ujung kaki ke tanah.

6. Posisikan Theodolite di tengah - tengah patok atau posisi paku pas di


tengah alat, yang di lihat melalui Lensa verticalizing. Kemudian putar
Theodolite 90 derajat pada alasnya dan sesuaikan lagi menggunakan
Statif.

7. Pada waktu bersamaan sejajarkan bagian atas theodolite dengan


Memposisikan air nivo pas ditengah cincin yang ada pada kaca air
nivo.

8. Buka kunci penjepit horizontal atas, dan putar theodolite hingga panah
di tempat yang kasar berbaris dengan titik yang ingin ukur, lalu kunci

45
klem. Gunakan adjuster horizontal atas (bukan klem) untuk
menyelaraskan objek antara dua lampu vertikal dalam penglihatan.

9. Kemudian baca rambu ukur, dengan cara menyoroti rambu ukur


melalui Klem pengatur fokus benang kemudian catat hasil bidikan
benang tengah, benang atas, dan benang bawah,

Pada saat membaca rambu ukur atau pengambilan data jangan lupa
memayungi alat ukur theodolit yang berguna untuk kejelasan bacaan
rambu, karna apa bila lensa terkena cahaya matahari secara berlebihan
“Cuaca panas” maka kejelasan pada saat membaca rambu ukur akan
terganggu.

Untuk mengecek ketelitian pembacaan benang maka gunakan rumus :

Dimana :

BT = Benang Tengah
BA = Benang Atas
BB = Benang Bawah

Karena pada praktikum ini menggunakan metode polygon tertutup dan


memiliki 5 patok dan setiap patok di beri kode BC, maka arahkan
bidikan terlebih dahulu ke patok BC5, kemudian baru arahkan ke
patok setelah patoh berdiri alat, disini alat pertama berdiri di patok
BC1, maka bacaan benang setelah pada patok BC5 adalah patok BC2.

10. Setelah bacaan benang selanjutnya membaca sudut, dengan cara


mengarahkan bidikan ke patok BC5 lalu hidupkan papan tombol,
kemudian buka kunci lensa teropong theodolite, setelah angka muncul
di papan maka arahkan bidikan ke permukaan atas patok, bacaan
sudut di patok BC5 di jadikan sebagai sudut luar biasa. Sedangkan
untuk bacaan sudut biasa cara nya sama tinggal arahkan theodolite ke

46
patok BC2, kemudian arah bidikan ke bacaan benang sebelumnya,
lalu bidik ke bagian atas permukaan patok.

11. Setelah bacaan sudut selesai maka pindahkan alat ukur theodolite ke
patok selanjut nya, pada praktikum ini patok yang di letakkan alat
selanjutnya adalah patok BC2.

12. Untuk cara pengambilan datanya sama seperti pada saat alat di letak
kan pada patok BC1.

13. Lakukan pemindahan alat dan pengambilan data sampai pada patok
BC5.

14. Jika sudah di ambil semua data sampai ke patok BC5 maka tahap
pengambilan data dengan alat ukur theodolite sudah selesai.

Gambar 3.4 Foto Pengukuran Tanah Menggunakan Theodolite

47
3.2.3 Pengukuran beda tinggi (Waterpas)

Pada Pengukuran beda tinggi menggunakan waterpass, hal pertama yang


harus di lakukan adalah menentukan patok atau titik – titik bidikan, yang
nantinya akan di ukur menggunakan waterpass, setelah pemasangan patok selesai
maka baru bisa di lakukan pengukuran.

Dimana Langkah - langkah melaksanakan pengukuran menggunakan


waterpass adalah sebagai berikut :

1. Siapakan kertas format pengukuran.

2. Ukur terlebih dahulu ketinggian patok dari permukan tanah dan jarak
antara patok satu dengan patok lainnya. Pada praktikum ini jarak di
ukur menggunakan meteran gulung dengan jarak keseluruhan 182,6
Meter

3. Kemudian pasang pesawat Waterpass ke Statif.

4. Dirikan Waterpass di posisi yang ingin di ukur.

5. Atur Statif sehingga Waterpass akan berada pada tingkat yang nyaman
untuk gunakan.

6. Posisikan Waterpass di Diantara patok yang akan di ukur beda tinggi


nya.

Pada praktikum ini pengukuran menggunakan metode polygon


tertutup, Dan memiliki 5 (lima) patok dimana setiap patok di beri kode
“BC” pengukuran pertama kali di mulai dengan mengukur Patok BC1
ke patok BC2,

Maka dirikan waterpaas di tengah/ diantara patok BC1 dan patok


BC2.

7. Selanjutnya sejajarkan bagian atas Waterpass dengan memposisikan


air nivo pas ditengah cincin yang ada pada kaca air Nivo.

48
8. Kemudian baca rambu ukur, dengan cara menyoroti rambu ukur
melalui Lensa objek kemudian catat hasil bidikan benang tengah,
benang atas, dan benang bawah,

Pada saat membaca rambu ukur atau pengambilan data jangan lupa
memayungi alat ukur Waterpass yang berguna untuk kejelasan bacaan
rambu, karna apa bila lensa terkena cahaya matahari secara berlebihan
“Cuaca panas” maka kejelasan pada saat membaca rambu ukur akan
terganggu. Tapi pada praktikum ini tidak memakaki payung karena
cuaca tidak terlalu panas.

Pada saat membaca rambu ukur tentu akan ada kekeliruan yang terjadi
untuk mengecek ketelitian pembacaan benang maka gunakan rumus :

Dimana :

BT = Benang Tengah
BA = Benang Atas
BB = Benang Bawah

9. Setelah bacaan rambu ukur selesai maka pindahkan alat ukur


waterpass ke posisi patok selanjutnya yang akan di ukur, pada
praktikum ini patok yang akan di ukur selanjutnya adalah patok BC2
dan patok BC3,

10. Untuk cara pengambilan datanya sama seperti pada saat alat di letak
kan pada patok BC1dan BC2.

11. Lakukan pengambilan data sampai selesai, pada praktikum ini sampai
dengan patok BC5 dan BC1.

12. Jika sudah di ambil semua data sampai ke patok BC5 dan BC1 maka
tahap pengambilan data dengan alat ukur waterpass sudah selesai.

49
Gambar 3.5 Foto Pengukuran Tanah Menggunakan Waterpass.

3.2.4. Pengukuran potongan melintang (Cross Section)

Pengukuran Cross Section atau disebut juga sebagai pengukuran


penampang melintang yaitu pengukuran penampang vertikal yang dibuat tegak
lurus pada sumbu proyek. Kegunaan dari pengukuran profil melintang untuk
pekerjaan penggalian dan penimbunan tanah.

Cara melaksanakan pengukuran potongan melintang adalah sebagai


berikut:
1. Mengambil data ukur dilokasi yang ingin dibuat potongan melintang,
cara pengambilanan datanya sama seperti pengambilan data ukur
tanah sebelumnya,
2. Setelah pengambilan data ukur dilapangan, maka tahap selanjutnya
adalah mengolah hasil data ukur tanah menjadi potongan melintang.

50
Gambar 3.6 potongan melintang (Cross Section)

Tapi pada praktikum kali ini pengukuran potongan melintang tidak di lakukan
karena terkendala satu dan lain hal.

3.2.5 Pengukuran GPS (Waypoint Marking and Searching)

Waypoint Marking adalah proses pengambilan titik koordinat langsung di


tempat yang ingin di ambil titik koordinat. Searching adalah proses mencari lokasi
yang sesuai dengan titik koordinat yang sudah ada.

Maka perbedaan antara Waypoint Marking dengan Searching adalah kalau


Waypoint Marking mengambil koordinat langsung di lokasi (lokasi sudah di
ketahui) sedangkan Searching mencari lokasi titk koordinat yang sudah di
tentukan (lokasi belum di ketahui).

Pada praktikum kali ini GPS di gunakan hanya untuk mengambil titik koordinat
pada setiap patok.

Cara mengambil titik koordinat menggunakan GPS adalah sebagai berikut:

1. Hidupkan GPS terlebih dahulu, pastikan GPS di letakkan di atas atau


dekat dengan patok yang ingin diambil titik koordinat nya.
2. Setelah layar GPS hidup tekan tombol menu dua kali (2x), pada
tampilan menu Cari Satelite, dengan menekan tombol navigasi ke
bawah dan pilih Satelite, tunggu beberapa saat untuk menunggu
keakuratan titik koordinat yang di dapat,

51
3. Setelah titik koordinat di dapat kan maka titik koordinat tersebut bisa
di catat atau di simpan di GPS,

Pada praktikum ini titik koordinat di catat di format data pengukuran


yang sudah di sediakan. Lakukan pengambilang titik koordinat di
setipa patok yang sudah di tentukan, disini ada lima patok yaitu :
BC1, BC2, BC3, BC4, dan BC5.

3.3 Pengolahan Data Pengukuran (Analisis Data)

Pengolahan Data Pengukuran (Analisis Data) adalah pengolahan hasil data


yang sudah di dapatkan di lapangan pada saat pengukuran dilakukan, kemudian
data - data tersebut di buat kedalam sebuah format yang dimana format tersebut
mudah di pahami oleh orang lain.

3.3.1 Pengukuran kerangka utama (Polygon)

Pada praktikum ini pengukuran yang dilakukan adalah metode pengukuran


polygon tertutup. Yang artinya di mana posisi awal memulai pengukuran akan
menjadi akhir dari pengukuran tersebut.

3.3.1.1 Perhitungan sudut bersih

Perhitungan sudut bersih dapat di lakukan setelah sudut Biasa (B) dan
Sudut Luar Biasa (LB) di lapangan di dapatkan. Dimana sudut tersebut di
dapatkan dari hasil pengukuran menggunakan alat ukur Theodolite.

52
Contoh perhitungan sudut dari hasil praktikum.

Tabel 3.1 perhitungan sudut bersih.

Contoh :

BC-1 = 117˚ 41‟ 20” - 00˚ 00‟ 00” = 117˚ 41‟ 20” (Biasa)

BC-1 = 297˚41‟ 40” - 179 ˚ 59‟ 20” = 111˚ 42‟ 20” (Luar Biasa)

Begitu selanjutnya sampai dengan BC-5

Rumus = Sudut biasa (B) + Sudut Luar biasa (LB) /2

BC-1 = (117˚ 41‟ 20”) + (117˚ 42‟ 20”) / 2

= 117˚ 41‟ 50”

BC-2 = (111˚ 27‟ 40”) + (111˚ 27‟ 40”) / 2

= 111˚ 27‟ 40”

BC-3 = (68˚ 00‟ 40”) + (67˚ 59‟ 20”) / 2

53
= 68˚ 00‟ 00”

BC-4 = (155˚ 37‟ 40”) + (115˚ 36‟ 20”) / 2

= 155˚ 37‟ 00”

BC-5 = (87˚ 15‟ 00”) + (87˚ 13‟ 20”) / 2

= (87˚ 14‟10”)

3.3.1.2 Perhitungan Jarak

Perhitungan jarak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

 Manual menggunakan meteran.

“Disini jarak yang dimaksud antara patok BC.1 ke patok BC.2”

Caranya meletakkan ujung meteran di patok pertama (BC.1) kemudian


ditarik ke patok yang ingin di ukur jarak nya (BC.2). maka jarak antara
patok BC.1 dengan BC.2 Dapat di lihat dari hasil meteran.

 Menggunakan alat Theodolite.

“Disini jarak yang dimaksud antara patok BC.1 ke patok BC.2“

Caranya adalah dengan meletakkan alat Theodolite Pada patok BC.1


kemudian membaca Rambu yang ada pada patok BC.2 dengan membaca
benang tengah, atas,bawah dan sudut Vertikal menggunakan alat
Theodolite.

54
Contoh hasil perhitungan Jarak dari praktikum yang sudah di lakukan :

Data yang di dapat dari pengukuran lapangan.


Tabel 3.2 perhitungan Jarak.

Untuk mendapatkan jarak optis adalah sebagai berikut:


Rumus mencari jarak optis:
Jarak BC awal ke BC tujuan = benang atas kurang bawah x 100

55
Maka:
Jarak BC-1 ke BC-2 = 1.633 – 1.166 x 100
= 46.60
Jarak BC-2 ke BC-3 = 1.682 – 1.318 x 100
= 36.40
Jarak BC-3 ke BC-4 = 1.705 – 1.265 x 100
= 44.00
Jarak BC-4 ke BC-5 = 1.285 – 0.995 x 100
= 29.00
Jarak BC-5 ke BC-1 = 1.322 – 1.078 x 100
= 24.40
Sedangkan untuk mendapatkan jarak datar adalah sebagai berikut:
Rumus mencari jarak datar:
Jarak BC awal ke BC tujuan = x jarak
Jadi:
Jarak BC-1 ke BC-2 = x 46.600
= 46.600
Jarak BC-2 ke BC-3 = x 36.400
= 36.400
Jarak BC-3 ke BC-4 = x 43.998
= 43.998
Jarak BC-4 ke BC-5 = x 28.994
= 28.994
Jarak BC-5 ke BC-1 = x 24.399
= 24.399

56
3.3.1.3 Sudut pengukuran polygon

Sudut pengukuran polygon dapat di hitung dari hasil sudut bersih atau
bisa dikatakan cara untuk mengecek ketelitian pada saat menggunakan alat
Theodolite di lapangan dan apabila ada keselisihan maka dapat di sesesuaikan
dengan rumus yang telah di tentukan.

Contoh sudut pengukuran polygon yang didapatkan dari hasil praktikum


adalah sebagai berikut :

2
NOMOR SUDUT BERSIH KOREKSI
TITIK (PENGUKURAN. POLYGON) SUDUT
(A) (B)
0
BC-5 0
o
BC-1 117 41 ' 50 " -8.0 ''
o
BC-2 111 27 ' 40 " -8.0 ''
o
BC-3 68 ,00 ' ,00 " -8.0 ''
o
BC-4 155 37 ' ,00 " -8.0 ''
o
BC-5 87 14 ' 10 " -8.0 ''
0
0 0 00 00.00 0 00.00
o ' " "
S (n) 5 1259 58 10 110 ''

Data dari perhitungan sebelumnya

Tabel 3.3 perhitungan Koreksi Sudut.

Setelah mendapatkan sudut bersih pengukuran, maka selanjutnya


menjumlahkan hasil semua sudut yang sudah di peroleh, pada praktikum ini sudut
yang di dapatkan 1259º 58‟ 10” maka selisih sudut adalah 110”.

57
3.3.1.4 Toleransi Pengukuran (10√n)

Pada saat melakukan pengukuran menggunakan Theodolite sering sekali


terjadi kesalahan - kesalahan kecil yang di pengaruhi oleh cuaca, manusia,dan alat
yang di gunakan, maka dari itu di beri toleransi pada setiap pengukuran,di mana
toleransi tersebut dapat di hitung dengan menggunakan rumus :

√ .

Dimana :

n : Jumlah Titik

pada praktikum ini menggunakan 5 (Lima) Patok

Jadi :
= √ Atau = 0 º 0 º 10”√
= 22.360 = 0 º 0 º 22,36”

Maka toleransi pada pengukuran ini adalah 22,360 sedangkan selisih


yang di dapatkan 110, penyebab terjadinya selisih melebihi toleransi pada
praktikum ini adalah faktor manusia, dimana pengukuran ini adalah pengukuran
yang pertamakali anggota kelompok lakukan.

3.3.1.5 Perhitungan Azimuth

Perhitungan Azimuth dapat dilakukan apabila Azimut awal di ketahui


dan sudut yang di gunakan harus di ketahui terlebih dahulu, pada praktikum ini
menggunakan Sudut Luar.

58
Contoh hasil Perhitungan Azimuth yang di dapatkan dari hasil praktikum
yang sudah dilakukan :

NOMOR SUDUT BERSIH KOREKSI AZIMUTH


TITIK (PENGUKURAN. POLYGON) SUDUT (Az.Awal + (A) -180 0) +(B)
(A) (B) (C)

BC 5 o
265 14 ' 10.88 "
BC 1 117 o
41 ' 50.0 " -8.0 ''
o
202 55 ' 52.88 "
BC 2 111 o 27 ' 40.0 " -8.0 ''
o
134 23 ' 24.87 "
BC 3 68 o 00 ' 00 " -8.0 ''
o
22 23 ' 16.87 "
BC 4 155 o 37 ' 00 " -8.0 ''
o
358 00 ' 08.87 "
BC 5 87 o 14 ' 10.0 " -8.0 ''
o
265 14 ' 10.86 "
BC 1 0 00 00.00
0
0 00 00.00
0 0 00 00.00
0
0 00 00.00
0
0
0 00 00.00
0
0
0 00 00.00
0
0 00 00.00
00 ' " "
o
S (n) 5 540 40 -40

Data dari perhitungan sebelumnya

Tabel 3.4 perhitungan Azimuth.

Untuk mencari Azimuth Pertama pada pengukuran menggunakan Rumus:

Dimana :

∆x = hasil pengurangan antara titik koordinat „x‟ patok Akhir


dengan titik koordinat „x‟ patok awal

∆y = hasil pengurangan antara titik koordinat „y‟ patok Akhir


dengan titik Koordinat „y‟ patok awal

59
Maka :
Untuk mencari ∆x dan ∆y adalah sebagai berikut :

KOORDINAT (UTM)
NO.TITIK
X (m) Y(m)
BC1 758550 612307
BC2 758532 612264
BC3 758558 612240
BC4 758575 612281
BC5 758574 612310

Tabel 3.5 Data Titk Koordinat setiap patok.

Untuk mencari Azimuth awal titik BC 5 ke titik BC 1 adalah sebagai berikut :

BC 5 = 758574……………..( X1 )
= 612310 …………….( Y1 )

BC 1 = 758550……………..( X2 )
= 612307 …………….( Y2 )

Mencari ∆x : ( X2 - X1 )

∆x = Koordinat „x‟ BC1 – Koordinat „x‟BC5


∆x =- 758550 -758574
∆x = -24

Mencari ∆y : ( Y2 - Y1 )

∆y = Koordinat „y‟ BC1 – Koordinat „y‟ BC5


∆y = 612307 - 612281
∆y = -3

60
Acuan :

Gambar 3.7 Acuan Kuadran.

Karena hasil yang kita dapatkan ∆x = -24 dan ∆y = -3 maka kita


menggunakan Kuadran I, maka menggunakan rumus :

( )

( )

Setelah Azimuth Awal didapatkan maka sudut Azimuth pada patok –


patok berikutnya sudah bisa kita cari dengan menggunakan rumus berikut :

Rumus Mencari Azimuth :

BC = Azimuth Awal + Sudut bersih +Koreksi - 180º


„‟apabila hasilnya (-) maka (+360º) jika > 360 (-360º)’’

61
Jadi :

BC.1 = 265º 14‟ 10,88‟‟ + 117º 41‟ 50‟‟ + (-8‟‟) - 180º


= 202º 55‟ 52,88‟‟

BC.2 = 202º 55‟ 52,88‟‟+ 111º 27‟ 40‟‟ + (-8‟‟) - 180º


= 134º 23‟ 24,88‟‟

BC.3 = 134º 23‟ 24,88‟‟+ 68º 00‟ 00‟‟ + (-8‟‟) - 180º


= 22º 23‟ 16,88‟‟

BC.4 = 22º 23‟ 16,88‟‟+ 155º 37‟ 00‟‟ + (-8‟‟) – 180 - 360º
= 358º 00‟ 8,88‟‟

BC.5 = 358º 00‟ 8,88‟‟+ 87º 14‟ 10‟‟ + (-8‟‟) - 180º


= 265º 14‟ 10,88‟‟

3.3.1.6 Perhitungan koordinat Titik Pengukuran

Pada praktikum ini pengambilan titik koordinat dilakukan dengan dua (2)
cara yaitu :

1. Dengan Menggunakan GPS


Dimana titik koordinat bisa didapatkan langsung tanpa harus di
hitung terlebih dahulu, tinggal hidupkan GPS lalu stel di
pengambilan titik koordinat lalu berdidiri di pattok yang ingin di
ambil titik koordinat,
2. Dengan Menggunakan Theodolite.
Dimana titik koordinathanya perlu di ambil di titik awal saja
kemudian titk koordinat di patok – patok selanjutnya didapatkan dari
hasil perhitungan, dan data yang sudah di ambil pada saat
pengukuran di lapangan.
Contoh hasil perhitungan titik titik koordinat pada saat praktikum di
lakukan

62
HITUNGAN POLYGON
KEGIATAN
KELOMPOK TANGGAL : ……………….
TANGGAL PARAF : …...………….
2
NOMOR JARAK ∆X Koreksi ∆Y Koreksi KOORDINAT
TITIK KKKe
Ke: : Y
PENG. POLYGON D. Sin (C) Dx D . Cos (D) Dy X
(D) (E) (F) (G) (H) (Kord. Awal + (E) + (F) (Kord. Awal + (G) + (H)

BC-5 0.000 0.000


0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
BC-1 758550.000 612307.000
46.699 -18.195 0.319 -43.008 0,227
BC-2 758532.124 612264.219
36.399 26.010 0.249 -23.462 0.177
BC-3 758558.383 612240.934
43.448 16.757 0.302 40.681 0.213
BC-4 758575.442 612281.828
28.993 -1.010 0.198 28.975 0.1140
BC-5 758574.63 612310.443
24.887 -24.801 0.171 -2.066 0.122
BC-1 758550.000 612307.000
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

Data Dari perhitungan sebelumnya

Tabel 3.6 perhitungan Titik Koordinat

Rumus Mencari Titik Koordinat X :

BC = Koordinat Awal + ∆X + Koreksi ∆X


Jadi :

BC-1 = 758550.000 + -18.195 + 0.319

= 758532.124

BC-2 = 758532.124 + 26.010 + 0.249

= 758558.383

BC-3 = 758558.383 + 16.747 + 0.302

= 758575.442

BC-4 = 758575.442 + -1.010 + 0.198

= 758574.630

63
BC-5 = 758574.630 + -24.801 + 0.171

= 758550.000

Rumus Mencari Titik Koordinat Y :

BC = Koordinat Awal + ∆Y + Koreksi ∆Y


Jadi :

BC-1 = 612307.000 + (-43.008) + 0.227

= 612264.219

BC-2 = 612264.219 + (-23.462) + 0.177

= 612240.934

BC-3 = 612240.934 + 40.681 + 0.213

= 612281.828

BC-4 = 612281.828 + 28.975 + 0.1140

= 612310.917

BC-5 = 612310.917 + (-2.066) + 0.122

= 612308.973

Kunci ketelitian perhitungan Titik Koordinat pada pengukuran


polygon adalah dimana titik awal kita mulai maka harus berakhir pada titik itu
juga, dan hasil titik koordinat yang di dapat harus sama dengan titik koordinat
yang pertamakali kita mulai.

64
3.3.2 Pengukuran beda tinggi (Waterpass)

Pengukuran beda tinggi adalah perbedaan antara satu titik dengan titik
lainnya, pada praktikum kali ini alat yang di gunakan untuk mengukur beda tinggi
adalah Waterpass, dimana Waterpass adalah alat yang mudah dan praktis di
gunakan untuk mengukur beda tinggi.

Pengukuran menggunakan Waterpass juga bisa nenentukan jarak antara satu titk
ke titik lain nya.

3.3.2.1 Perhitungan jarak

Perhitungan jarak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

 manual menggunakan meteran.


“ Disini jarak yang dimaksud antara patok BC.1 ke patok BC.2 ”
Caranya meletakkan ujung meteran di patok pertama BC.1) kemudian
ditarik ke patok yang ingin di ukur jarak nya (BC.2). maka jarak
antara patok BC.1 dengan BC.2 Dapat di lihat dari hasil meteran.
 Menggunakan alat Waterpass.
“ Disini jarak yang dimaksud antara patok BC.1 ke patok BC.2 “
Caranya adalah dengan meletakkan alat Waterpass di antara patok
BC.1 dengan patok BC.2 dengan membaca benang tengah, atas,
bawah menggunakan alat Waterpass.

65
Contoh hasil perhitungan Jarak dari praktikum yang sudah di lakukan :

TITIK ARAH
BERDIRI ALAT
STAND - I STAND - II JARAK

NOMOR

B. Atas B. Atas Belakang Depan


B. Tengah B. Tengah
B. Bawah B. Bawah (BA - BB) x 100
1.039 1.100
BC 1 0.922 0.98 23.40 0.00
0.805 0.860
A
1.078 1.135
BC 2 0.961 1.02 0.00 23.40
0.844 0.905
1.192 1.175
BC 2 1.119 1.104 14.60 0.00
1.046 1.035
B
1.525 1.517
BC 3 1.413 1.400 0.00 22.40
1.301 1.286
1.425 1.481
BC 3 1.313 1.364 22.40 0.00
1.201 1.258
C
1.242 1.300
BC 4 1.124 1.180 0.00 23.70
1.005 1.060
1.168 1.167
BC 4 1.074 1.070 18.90 0.00
0.979 0.973
D
1.295 1.288
BC 5 1.245 1.239 0.00 10.00
1.195 1.191
1.327 1.310
BC 5 1.275 1.260 10.30 0.00
1.224 1.210
E
1.031 1.018
BC 1 0.961 0.946 0.00 14.10
0.890 0.874
89.600 93.600
JUMLAH ΣD
183.200

Data dari pengukuran

Tabel 3.7 perhitungan Jarak

Dimana cara untuk mendapatkan jarak adalah sebagai berikut :

Rumus Mencari Jarak :

Titk 1 = Benang atas - Benang Bawah x 100

Jadi :

66
BC.1 ( Belakang) = 1.039 - 0.805 x 100
jarak Antara
= 23.40 Meter
BC.1 dengan
BC.2
BC.2 ( Depan) = 1.078 - 0.844 x 100
= 23.40 Meter

BC.2 ( Belakang) = 1.192 - 1.046 x 100


jarak Antara
= 14.60 Meter
BC.2 dengan
BC.3
BC.3 ( Depan) = 1.525 - 1.301 x 100
= 22.40 Meter

BC.3 ( Belakang) = 1.425 - 1.201 x 100


jarak Antara
= 22.40 Meter
BC.3 dengan
BC.4
BC.4 ( Depan) = 1.242 - 1.005 x 100
= 23.70 Meter

BC.4 ( Belakang) = 1.168 - 0.979 x 100


jarak Antara
= 18.90 Meter
BC.4 dengan
BC.5
BC.5 ( Depan) = 1.295 - 1.195 x 100
= 10.00 Meter

BC.5 ( Belakang) = 1.327 - 1.224 x 100


jarak Antara
= 10.30 Meter
BC.5 dengan
BC.1
BC.1 ( Depan) = 1.031 - 0.890 x 100
= 14.10 Meter

3.3.2.2 Perhitungan beda Tinggi

Beda tinggi dapat di ukur menggunakan Waterpass dengan cara


membaca benang tengah titik – titik yang ingin diukur beda tingginya lalu di
lakukan perhitungan sesuai dengan rumus yang telah di tetapkan.

67
Contoh hasil perhitungan Jarak dari praktikum yang sudah di lakukan :

Data dari pengukuran

Tabel 3.8 perhitungan Beda Tinggi

Dimana cara untuk mendapatkan beda tinggi adalah sebagai berikut :

Rumus Mencari Beda Tingggi :

Titik 1 = Benang Tengah Depan – Benang Tengah Belakang

Jadi :

68
BC-1 BC-2 = 0.922 - 0.961 Stan I

= -0.039

= 0.980 - 1.020 Stan II

= -0.040

BC-2 BC-3 = 1.119 - 1.413 Stan I

= -0.294

= 1.104 - 1.400 Stan II

= -0.296

BC-3 BC-4 = 1.313 - 1.124 Stan I

= 0.189

= 1.369 - 1.180 Stan II

= 0.189

BC-4 BC-5 = 1.074 - 1.245 Stan I

= -0.171

= 1.070 – 1.239 Stan II

= -0.169

BC-5 BC-1 = 1.275 – 0.961 Stan I

= 0.314

= 1.260 – 0.946 Stan II

= 0.314

69
3.3.2.3 Toleransi pengukuran (10√D)

Pada saat melakukan pengukuran sering sekali terjadi kesalahan yang


tidak disengaja baik itu di pengaruhi oleh manusia, alat yang di gunakan, maupun
faktor cuaca,

Contoh hasil pengukuran yang di lakukan saat praktikum dan cara


mengetahui seberapa besar kesalahan dan cara mengetahui apakah kesalahan yang
di lakukan saat pengukuran melebihi toleransi yang di tetapkan.

Jumlah Total BedaTinggi Rata-rata (∆H)

Tabel 3.9 Data Pengukuran

Rumus Toleransi pengukuran :

10√D

70
Dimana :

D = Jarak (dalam satuan km)

10 = 0,010 (dalam millimeter)

Hasil pengukuran Waterpass didapat sebagai berikut:

Jumlah Total (∑) Beda Tinggi Rata-rata = (±) 0,0005

Jumlah Total (∑) Jarak = 146,00 m = 0,14600 km

Maka :

Toleransi = 0,010√0,14600

= 0,003

Maka pengukuran dinyatakan sesuai dengan toleransi

Dimana hasil pengukuran < dari toleransi

3.3.2.4 Perhitungan Elevasi Titik Pengukuran

Elevasi adalah ketinggian permukaan muka bumi yang mengacu pada


permukaan air laut, cara mendapatkan elevasi tersebut adalah dengan
menggunakan GPS, setelah elevasi didapatkan kemudian dikurangi keinggian
patok pengkuran.

Contoh hasil perhitungan elevasi yang di lakukan saat praktikum Di


lapangan dan cara menghitung elevasi di setiap patok pengukuran.

71
BEDA TINGGI ELEVASI ELEVASI

TITIK ARAH
BEDA TINGGI (∆H)

NO. TITIK
STAND - I STAND - II JARAK
BERDIRI

NOMOR

TINGGI

PATOK
(∆H) PATOK TANAH

ALAT
KOREKSI
B. Atas B. Atas Belakang Depan STAND - I STAND - II Rata - rata EL. (±) ∆H El. Patok -
B. Tengah B. Tengah
B. Bawah B. Bawah (BA - BB) x 100 (BT. Bel - BT. mk) (ST.I +ST.II) : 2 (±) Σ∆H Rerata (±) Kor Tinggi Patok
1.039 1.100
BC 1 0.922 0.980 23.40 -0.039 3.000 2.665 BC 1 0.335
0.805 0.860
A
1.078 1.135
BC 2 0.961 1.020 23.40 -0.040 -0.040 2.962 2.662 BC 2 0.300
0.844 0.905
1.192 1.175
BC 2 1.119 1.104 14.60 -0.294
1.046 1.035
B
1.525 1.517
BC 3 1.413 1.400 22.40 -0.296 -0.295 2.667 2.367 BC 3 0.300
1.301 1.226
1.425 1.481
BC 3 1.313 1.369 22.40 0.189
1.201 1.258
C
1.242 1.300
BC 4 1.124 1.180 23.60 0.189 0.189 2.856 2.526 BC 4 0.330
1.005 1.060
1.168 1.167
BC 4 1.074 1.070 18.80 -0.171
0.979 0.973
D
1.295 1.288
BC 5 1.245 1.239 10.00 -0.169 -0.170 2.686 2.336 BC 5 0.350
1.195 1.191
1.327 1.310
BC 5 1.275 1.260 10.40 0.314
1.224 1.210
E
1.031 1.018
BC 1 0.961 0.946 14.00 0.314 0.314 3.000 2.665 BC 1 0.335
0.89 0.874
0.00 0.000

0.00 0.000 0.000 0.000 0.000

Tabel 3.10 Perhitungan Elevasi

Dimana cara mendapatkan elevasi patok adalah sebagai berikut

Rumus Menghitung elevasi Patok :

Patok = Δt +Koreksi

Dimana :

Δt = Beda Tinggi Rata-Rata

Jadi :

Elevasi Awal (ditentukan) = 3.000

A = 3.000 + (-0.039) + 0.001

= 2.962

B = 2.962 + (-0.295) + 0.001

= 2.667

C = 2.667 + 0.189 + (-0.001)

= 2.856

D = 2.856 + (-0.170) + 0.001

= 2.686

72
E = 2.686 + 0.314 + (-0.001)

= 3.000

Dimana cara mendapatkan elevasi tanah adalah sebagai berikut

Rumus Menghitung elevasi Tanah :

Et = Ep – Tp

Dimana :

Et = Elevasi tanah

Ep = Elevasi Patok

Tp = Tinggi Patok

Jadi :

BC-1 = 3.000 - 0.335

= 2.665

BC-2 = 2.962 - 0.300

= 2.662

BC-3 = 2.667 - 0.300

= 2.367

BC-4 = 2.856 - 0.330

= 2.526

BC-5 = 2.686 - 0.335

= 2.336

73
3.3.3 Pengukuran Potongan Melintang (Cross Section)

3.3.3.1Perhitungan Jarak

Rumus perhitungan jarak pada pengukuran potongan melintang


(crosssection) adalah:

D = (BA – BT) × 100 × 2

Keterangan:

D = Jarak

BA = Benang atas

BT = Benang tengah

3.3.3.2 Perhitungan Beda Tinggi

Rumus perhitungan beda tinggi pada pengukuran potongan melintang

(cross section) adalah:

Δh = BA – BT

Keterangan:

BA = Benang atas

BT = Benang tengah

3.3.3.3 Perhitungan Elevasi Titik Pengukuran

Rumus perhitungan beda tinggi pada pengukuran potongan melintang

(cross section) adalah:

Elevasi = Elevasi Awal + Beda Tinggi

3.3.4 Penggambaran Praktikum Pemetaan dan SIG

Data yang diambil:

1. Bacaan benang (Ba, Bt, dan Bb) kekiri dan kekanan.

74
2. Tinggi alat.

3. Tinggi titik tempat dari profil memanjang.

4. Sket gambar penampang.

Pengolahan data:

 Cek Bt = ½ (Ba + Bb).


 Jarak optis = (Ba – Bb) 100

Kesetiap titik-titik pengukuran dari setiap titik profil memanjang.

 Tinggi titik = Tinggi titik profil memanjang Beda tinggi.

3.3.4.1 Penggambaran Peta Layout (ArcGIS)

a) Klik layout view.

b) Ubah orientation dengan menu file, page and print setup,


landscape,page and print setup.

c) Untuk memberi grid pada peta tersebut klik kanan pada layers,
grids,new grid, measured, pilih intervals.

d) Klik new grid.

e) Pilih measure grid.

f) Pilih jenis grid dan internal yang diinginkan.

g) Jenis line yang diinginkan.

h) Klik finish.

i) Klik insert.

j) Kemudian untuk membuat arah utara klik insert, north arrow.

k) Jenis north arrow.

i) Selanjutnya buat skala, scale bar.

75
m) Jenis skala bar.

n) Kemudian hasil dari layout peta di export dalam bentuk PDF.

3.3.4.2 Penggambaran Peta Situasi (Polygon)

a) Menentukan titik-titik koordinat polygon masing-masing patok didapat

berdasarkan hasil perhitungan polygon.

b) Pastikan besar sudut polygon sesuai dengan pengolahan data.

c)Setelah titik koordinat didapat, hubungkan ke semua titik tersebut dan

beri nama sesuai data yang telah diolah.

d) Tentukan letak titik situasi masing-masing patok berdasarkan sudutdan


jarak. Untuk penentuan jarak titik dari patok, jarak yang terdapat pada
data disesuaikan dengan skala penggambaran.

e) Hubungkan titik-titik tersebut sesuai dengan dimana letaknya pada


sketsa lapangan. Sehingga didapat kesamaan antara penggambaran
dengan keadaan sebenarnya.

3.3.4.3 Penggambaran titik ukur (Waypoint Marking)

Waypoint marking adalah memperoleh koordinat dari suatu titik lokasi


yang di survey. Syarat marking adalah: Pada saat marking titik koordinat, tidak
boleh bergerak, cukup berhenti di tempat sesaat sampai anda tekan Enter untuk
OK, menerima hasil yang diperoleh dan anda simpan, baik anda ubah namanya
ataupun default nama yang diberikan oleh GPS. GPS sudah dikalibrasi, baik
kompas ataupun altimeternya. Unit sudah disetting, datum dan koordinat
formatnya.

Langkah untuk melakukan marking adalah dengan menekan tombol Enter


agak lama, hingga muncul tampilan page Mark Waypoint Ini adalah teknik
standar perolehan data koordinat, tetapi jika anda tidak dapat berhenti secara

76
langsung, ataupun harus gergerak terus, maka dapat menggunakan fasilitas Man
Over Board (MOB) untuk memperoleh/capturing data koordinatWaypoint. Seperti
misal anda berada di atas kapal atau sampan. Cara MOB ini dengan menekan
tombol Find agak lama untuk melakukan marking, dan tekan Enter untuk
menampilkannya arah lokasi anda ke titik MOB di dalam peta GPSTracking.
Tracking dalam peristilahan Global Positioning System (GPS) adalah melakukan
akuisisi data koordinat secara otomatis berdasarkan jalur yang kita lalui dan data
tersebut disimpan dalam kartu memori Global Positioning System (GPS) secara
otomatis pula. Untuk memulai tracking tekan tombol menu dua kali, maka akan
muncul Menu Utama, pilih track untuk menyiapkan track logger agar pemncatat
per jarak atau per waktu highlight kuning ke arah setup dan teken Enter. Akan
muncul pilihan by distance/jarak, by time/waktu. Untuk menyimpan hasil tracking
dalam sebuah nama, tekan enter setelah kursor berada pada button Save. Anda
bisa mengubah nama atau membiarkan nama default. Pada saat menyimpan ini
anda akan diberi pilihan menyimpan seluruh track, atau menyimpan track yang
baru saja anda lakukan. Untuk menampilkan dalam peta GPS klik pada salah satu
dari daftar track yang ada. Pilih Map/maka peta dengan tracking yang anda
lakukan akan muncul.

3.3.4.4 Penggambaran Garis Ketinggian (Kontour)

a) Misal kita melakukan sebuah pengukuran suatu bidang tanah sehingga


mendapat data ukuran tanah dan hasil perhitungan pengukuran tanah
untuk peta kontur.

b) Setelah melihat dan mempelajari data pengukuran tersebut kemudian


kita lanjutkan kelangkah selanjutnya.

c) Data yang akan digunakan untuk membuat peta kontur adalah tinggi
tiap titik.

d) Pertama kali kita tentukan skala jarak untuk menggambar denah dan
skala tinggi untuk menggaambar potongan kontur

77
e) Selanjutnya menentukan koefisien garis tinggi yang akan digambar.

Gambar 3.8 Garis ketinggian (Kontur)

3.3.4.5 Penggambaran Potongan Melintang

Penggambaran potongan melintang dilakukan berdasarkan data


pengukuran Waterpass, dimana gambar ini juga dapat diskalakan bergantung pada
ukuran kertas.

Gambar 3.9 Hasil Potongan Melintang (Cross Section)

78

Anda mungkin juga menyukai