TIJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1.2 Theodolite
Fungsi dari theodolite yaitu untuk pengukuran polygon,pemetaan situasi
dan juga pengamatan matahari. Tidak hanya itu, theodolite juga bisa berfungsi
seperti PPD jika sudut vertikalnya diubah menjadi 90°. Teropong yang ada di
theodolite, membuatnya dapat membidik ke segala arah.
5
2.1.3 Waterpass
Fungsi Dari Waterpass untuk mengukur beda tinggi dari satu titik atau
lebih, penggunaan waterpas saat ini sangat luas. Terdapat beberapa syarat dalam
menggunakan waterpas, yaitu syarat dinamis (sumbu 1 vertikal) dan syarat statis
(garis yang mendatar pada bagian diafragma sejajar sumbu 1, garis nivo tegak
lurus sumbu 1, garis bidik pada teropong sejajar dengan garis arah nivo).
2.1.4 Kompas
Fungsi dari kompas yaitu menentukan arah dari mata angin dan penunjuk
arah terutama utara dan selatan. Selain itu, kompas bisa juga sebagai penentu arah
dari suatu titik ke titik lain yang ditunjukan pada besaran azimut (besarnya sudut
yang dimulai dari arah utara ke selatan), membuat siku – siku dan mengukur sudut
horisontal.
6
2.1.5 GPS Handheld
7
Gambar 2.6. GPS Geodetik
Pada dasarnya pemetaan topografi ini terbagi atas tiga macam pekerjaan,
yaitu pengukuran topografi, pengolahan data ukuran dan pencetakan peta.
8
Pada dasarnya metode fotogametris ini mencakup fotogametris metrik dan
interprestasi citra. fotogametris metrik merupakan ilmu dan teknik pengukuran
citra, sedangkan interprestasi citra merupakan pengenalan serta identifikasi suatu
objek pada foto. Dengan metode fotogametris ini, pengukuran tidak perlu
dilakukan lansung dilapangan tetapi cukup dilaksanakan di laboratorium melalui
pengukuran pada citra foto. untuk dapat melaksanakan pengukuran tersebut,
diperlukan beberapa titik kontrol pada setiap foto udara. Titik kontrol ini dapat
dihasilkan dari proses fotogametris selanjutnya yaitu proses triangulasi udara yang
bertujuan memperbanyak titik kontrol foto (titik kontrol minor) beradasarkan titik
kontrol tanah yang ada.
9
2.3 JENIS – JENIS PETA
Atas dasar perbedaan-perbedaan yang ada pada peta, secara garis besar
peta dapat diklasifikasikan berdasarkan skalanya dan isinya.
1. Peta umum
Adalah peta yang menggambarkan segala sesuatu yang bersifat umum dari
kenampakan yang ada di permukaan bumi. Kenampakan umum, seperti
gunung, sungai, sawah, jalan raya, jalan kereta api, laut, lautan dan
sebagainya.
a. Peta chorografi.
yaitu peta yang berisikan kenampakan yang bersifat umum dan global dari
daerah yang luas. Biasanya berskala kecil sampai berskala sedang, seperti
Peta Dunia dalam atlas.
b. Peta topografi.
10
Peta topografi juga biasa digunakan untuk memetakan wilayah yang
sempit. Di Indonesia, peta topografi menggunakan skala 1:10.000,
1:25.000, 1:50.000, 1:125.000.
a. Peta iklim, yaitu peta yang menggambarkan iklim suatu wilayah atau
negara di dunia.
b. Peta perhubungan, yaitu peta yang menggambarkan perhubungan udara,
laut antarwilayah atau antarnegara lain.
c. Peta persebaran penduduk, yaitu peta yang menggambarkan persebaran
penduduk dalam suatu wilayah atau negara.
11
d. Peta persebaran hasil pertanian, yaitu peta yang menggambarkan
persebaran hasil pertanian di suatu wilayah atau negara.
e. Peta pariwisata, yaitu peta yang menunjukkan tempat-tempat pariwisata di
suatu wilayah atau negara.
f. Peta geologi, yaitu peta yang menggambarkan struktur batuan pada lapisan
kulit bumi (litosfer).
g. Peta tanah, yaitu peta yang menggambarkan jenis-jenis tanah.
h. Peta tata guna tanah atau lahan, yaitu peta yang menggambarkan bentuk-
bentuk penggunaan tanah atau lahan yang ada hubungannya antara
aktivitas manusia dan lingkungan geografisnya.
Selain macam-macam peta seperti yang telah dikemukakan, ada pula peta
yang disebut sebagai berikut :
12
2.3.2 Jenis Peta Berdasarkan Bentuk
1. Peta datar
Disebut juga dengan peta dua dimensi atau peta biasa. Peta ini dibuah di
atas bidang datar seperti kertas, kanvas, kain, dll. Seperti peta pada
umumnya, terdapat berbagai macam simbol yang digambarkan dengan
bentuk dan warna yang berbeda-beda.
2. Peta timbul
Disebut juga dengan peta tiga dimensi atau peta stereometri. Peta ini
adalah peta yang dibuat dengan bentuk 3 dimensi sesuai dengan bentuk
dari permukaan bumi yang sebenarnya. Jadi akan terbentuk miniatur
gunung-gunung yang tampak tinggi, perbedaan ketinggian antara dataran
tinggi dan rendah, dll.
3. Peta Digital
Merupakan peta yang tidak nyata karena tidak bisa disentuh secara
langsung oleh tangan kita. Proses pembuatan peta digital adalah dengan
menggunakan komputer. Salah satu contoh dari peta digital saat sekarang
ini adalah Google Mapas. Di jaman sekarang ini, peta ini yang paling
banyak digunakan karena telah dilengkapi oleh berbagai macam.
Terdapat 4 macam peta apabila ditinjau dari skala yang dimilikinya yaitu
pata kadaster, skala besar, skala menengah dan skala kecil. Penjelasannya adalah
sebagai berikut :
13
1. Peta Kadaster
Merupakan peta yang memiliki skala 1:100 sampai 1:5000. Biasanya peta
kadaster digunakan untuk menggambarkan peta yang ada pada sertifikat
tanah.
Peta skala besar memiliki skala 1:5000 sampai 1:250.000. Biasanya peta
ini digunakan untuk menggambarkan suatu wilayah yang sempit seperti
Kelurahan, Kecamatan dan Kota.
Skala yang dimiliki oleh peta skala kecil adalah 1:500.000 atau lebih. Peta
skala kecil digunakan untuk menggambarkan wilayah yang paling luas di
bumi seperti negara, benua dan seluruh dunia.
14
2. Peta Turunan (Derived Map)
Peta turunan merupakan peta yang dibuat berdasarkan pada acuan peta
yang sudah ada sehingga tidak memerlukan survei langsung ke lapangan.
Peta jenis ini tidak bisa digunakan sebagai peda dasar.
1. Peta denamik
2. Peta Statik
Jenis peta statistik terdiri dari dua macam, yaitu peta statistik kualitatif dan
kuantitatif.
15
2. Peta Statistik distribusi kualitatif
1. Polygon Terbuka
Polygon terbuka adalah suatu polygon dimana titik awal dan titik akhirnya
berbeda.
16
Jenis-jenis polygon terbuka adalah :
2. Polygon Tertutup
Polygon tertutup adalah suatu polygon dimana titik awal dan titik akhirnya
mempunyai posisi yang sama atau berhimpit, sehingga polygon ini adalah
suatu rangkaian tertutup. Berdasarkan fungsinya, polygon dibedakan
menjadi ;
17
Fungsi dari pengukuran beda tinggi ini, antara lain :
Adalah pengukuran sipat datar dimana alat sipat datar tidak dapat
ditempatkan antara dua station. Misalnya pengukuran sipat datar
menyeberangi sungai/lembah yang lebar.
18
dilakukan dengan menggunakan peralatan dengan teknologi lensa optis dan
elektronis digital. Dalam pengukuran titik-titik detail pada prinsipnya adalah
menentukan koordinat dan tinggi titik –titik detail dari titik-titik ikat.
Pengukuran tiitk-titik detail metode tachymetri ini relatif cepat dan mudah karena
yang diperoleh dari lapangan adalah pembacaan rambu, sudut horizontal
(azimuthmagnetis), sudut vertikal (zenithatau inklinasi) dan tinggi alat. Hasil yang
diperoleh dari pengukuran tachymetry adalah posisi planimetris X, Y, dan
ketinggian Z.
19
Pada pengukuran potongan melintang sungai bisa dipahami bahwa sumbu sungai
tidak selalu merupakan bagian terdalam sungai. Data lain yang harus disajikan
pada potongan melintang sungai adalah ketinggian muka air terendah dan
ketinggian muka air tertinggi atau banjir. kegunaan dari pengukuran profil
melintang untuk pekerjaan penggalian dan penimbunan tanah.
1. Astronomi Geodesi
a. Karakteristik Umum
b. Parameter
20
c. Besaran
2. Satelit Fotografi
a. Karakteristik Umum
Metode fotografi satelit ini berbasiskan pada pengukuran ke arah satelit, yaitu
dengan pemotretan satelit berlatar belakang bintang-bintang yang telah diketahui
koordinatnya. Metode fotografi satelit digunakan antara tahun 1964 sampai 1975
untuk pembentukan jejaring geometrik regional, kontinental, dan global, dalam
proyek-proyek nasional dan internasional. Dengan menggunakan jaringan kamera
Baker-Nunn, metode ini telah dimanfaatkan untuk menjejak satelit-satelit buatan
generasi awal seperti Sputnik-1 dan 2, Vanguard-1, dan GEOS-1 pada era 1957
sampai awal 1960-an; dan telah berhasil mengestimasi penggepengan serta bentuk
“pear - shape” 7 dari Bumi.
Langkah-langkah fundamentalnya:
- Pengamatan kamera
- Perhitungan dan koreksi koordinat
- Plate reduction
21
b. Parameter.
c. Besaran
Cara mendapatkan posisi titik dari parameter dan besaran diatas adalah
dengan menghitung jarak dan sudut dari satelit ke objek. Diberikan
elemen orbit awal dari satelit, serta diberikan besaran dan arah tenaga
dari tiap tempat dan waktu. Dari parameter diatas kita dapat
menentukan orbit dengan mengacu pada geosentriknya. Waktu
observasi dicocokkan dengan jarak ke ground station sehingga
menghasilkan koordinat stasiun dengan kerangka acuan yang sama.
Sehingga observasi ke ground station tidak perlu dilakukan secara
bersamaan. Hasil dari tiap hitungan tersebut kita masukan ke
persamaan observasi.
3. Transit (Doppler)
a. Karakteristik Umum
Transit Doppler merupakan salah satu sistem satelit yang digunakan untuk
menentukan posisi dengan menunjukkan perbedaan antara frekuensi
radiasi yang diterima disuatu titik dan frekuensi radiasi di sumbernya.
Ketika pengamat dan sumber bergerak terhadap satu sama lain. Posisi
satelit dapat diketahui dengan menganalisis Doppler shift sinya radionya.
22
Jika posisi satelit diketahui, maka Doppler shift dapat digunakan untu
menentukan posisi receiver di Bumi.
Ide ini memulai perkembangan sistem navigasi satelit yang pertama, yaitu
Navy Navigation Satellite System(NNSS), juga dikenal sebagai sistem
NAVSAT atau TRANSIT. Semua satelit yang mentransmisikan frekuensi
yang stabil dapat digunakan untuk perhitungan Doppler. Prinsip Doppler
bekerja secara terbalik, yaitu receiver di bumi mentransmisikan frekuensi
yang stabil, dan receiver di satelit menghitung perhitungan Doppler.
b. Perameter
c. Besaran
23
Cara mendapatkan posisi titik dari parameter dan besaran diatas adalah
dengan prinsip yang digunakan adalah cepat rambat gelombang dan
trilaterasi. Sedangkan parameter yang diketahui adalah kecepatan cahaya
dan panjang gelombang yang diterima. Besaran yang diukur adalah
frekuensi fs, yang diperoleh dari electromagnetic wave yang bergerak
dengan kecepatan V mendekati penerima stasioner di bumi yang diterima
dalam arah radial berupa frekuensi yang telah berubah yaitu frekunsi fr
yang memiliki hubungan fr = fs + V/λ.
dimana :
Sistem SLR (Satellite Laser Ranging) adalah salah satu system penentuan
posisi absolut yang paling teliti saat ini. Sistem SLR mulai dikembangkan
NASA pada tahun 1964 dengan peluncuran satelit Beacon Explorer B.
Sistem ini berbasiskan pada pengukuran jarak dengan laser ke satelit yang
dilengkapi dengan retro reflector laser. Prinsip kerja dari SLR adalah
menggunakan pengukuran jarak dengan pulsa laser yang ditembakkan dari
stasiun bumi ke satelit yang dilengkapi dengan sejumlah retro-reflektor
laser yang kemudian dipantulkan kembali ke stasiun yang bersangkutan.
Untuk dapat menentukan koordinat dari stasiun bumi, maka dilakukan
pengukuran jarak ke satelit yang dilakukan ketika satelit melintas diatas
stasiun pengamat dan juga perlu diketahui informasi mengenai orbit satelit
tersebut.
b. Perameter
Pada penentuan posisi dengan sistem satelit SLR, parameter yang harus
diketahui adalah kecepatan cahaya, frekuensi sinar yang digunakan,
panjang gelombang yang digunakan, dan orbit satelit.
24
c. Besaran
Besaran yang diukur dalam penentuan posisi dengan sistem SLR adalah
waktu tempuh bolak-balik yang diperlukan oleh sinar laser dari Bumi ke
Satelit.
Cara mendapatkan posisi titik Dengan ini, jarak ke satelit (D) dapat
ditentukan dengan persamaan:
D = c.Δt / 2
Dimana :
D : Jarak
c : Kecepatan cahaya
Δt : waktu tempuh laser dari stasiun Bumi ke satelit dan kembali lagi
ke stasiun Bumi.
Control segmen
25
1. Menjaga agar semua satelit berada pada posisi orbit yang seharusnya.
2. Memantau status dari kesehatan dari semua subsistem satelit
3. Memantau panel matahari satelit, level daya baterai, dan propellant level
yang digunakan untuk manuver satelit.
a. Perameter
b. Besaran
a. Karakteristik Umum
Pada dasarnya, sistem kerja LLR sama dengan SLR. Hanya saja, jika
pada SLR retro-flektor ditempatkan di satelit, pada LLR retro-flektor
ditempatkan di permukaan bulan. Reflektor-reflektor LLR ditempatkan
di bulan pada misi Apollo (USA) dan Luna (Rusia)
b. Parameter
26
Pada penentuan posisi dengan sistem LLR, parameter yang harus
diketahui adalah koordinat teleskop dalam sistem CTS(rE), koordinat
reflector di bulan dalam sistem barisentris(mR), koordinat teleskop
dalam sistem barisentris(r0), koefisien bulan, dan kecapatan cahaya.
c. Besaran
Cara mendapatkan posisi titik dari parameter dan besaran diatas seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa prinsip kerja sistem LLR
yaitu dengan menembakkan sinar laser dari stasiun di Bumi kepada
raflektor yang terletak di bulan, kemudian sinar tersebut akan
dipantulkan kembali ke Bumi. Perlu diketahui disini, bahwa sistem
CST berbeda dengan sistem barisentris karena adanya pengaruh rotasi
bumi, pergerakan kutub, presesi dan nutasi. Selain itu, pengamat juga
harus mempertimbangkan beberapa fenomena alam yang
mempengaruhi ukuran jarak tersebut dengan memberikan koreksi pada
hitungan jarak tersebut. Selanjutnya, dengan menganalisa data ukuran
dari bumi ke bulan para ahli dapat mengetahui parameter rotasi bumi
ke bulan, dinamika sistem bumi-bulan, serta parameter relativitas.
Selain itu juga dapat ditentukan koordinat stasiun pengamat , koordinat
reflektor, posisi bulan dan banyak hal lainnya yang berhubungan
dengan posisi.
a. Karakteristik Umum.
27
rinci struktur sumber-sumbergelombang radio di luar angkasa dengan
resolusi ketinggian angular yang tinggi. Teknik VLBI dapat dipandang
sebagai teknik penentuan posisi relative dengan menggunakan data fase
darigelombang radio yang dipancarkan oleh kuasar, yaitu benda langit
pemancar gelombang radioalamiah. Dalam geodesi satelit, VLBI adalah
teknik penentuan posisi relative yang paling telitiuntuk baseline (jarak
antar titik) yang relative panjang.
b. Parameter.
c. Besaran.
Besaran yang diukur dalam penentuan posisi dengan sistem VLBI adalah
perbedaan waktu tempuh sinyal dari kuasar ke dua sistem stasiun,
perbedaan fase dari kedua sinyal, dan laju dari kedua delay.
Cara mendapatkan posisi titik dari parameter dan besaran diatas dengan
mengetahui parameter dan besaran diatas, kita dapat menghitung posisi
dari stasiun. Sesuai dengan prinsip kerja kuasar, yang memanfaatkan
pemantulan frekuensi gelombang radio dari 2 stasiun pemancar.
28
2.5 Metode Perhitungan Pengukuran Langsung (Teristerial)
Dimana:
n = Banyak Titik
10√n
Dimana:
n = Banyak Titik
Maka Hasil Perhitungan sudut yang di dapat tidak boleh melebihi hasil
toleransi yang sudah di tentukan oleh rumus toleransi.
29
Rumus : n1 = Azimuth Awal + Sudut Bersih + Koreksi Sudut + 180°
Sedangkan Jarak yang digunakan dalam poligon adalah jarak datar yang
dapat dihasilkan dari berbagai cara diantaranya :
hal ini bersifat kasar dikarenakan ketelitian dari pita ukur hanya mencapai
cm dan untuk memenuhi metode pengukuran jarak datar sangatlah susah
untuk diterapkan.
bersifat kasar karena ketelitian 5cm dan tergantung dari jauh dan dekatnya
jarak tersebut.
ba = 04.50 dm
bt = 04.25 dm
bb = 04.00 dm
30
jika V = 30º00‟20”
d = 100*(4.50-04.00)
d = 100*0.50
d = 50 dm
d = 5m
jika d sudah diketahui maka kita sudah dapat menghitung jarak datar
dengan cara:
hd = d*cosV
hd = 5*cos30º00‟20”
hd = 4.33 m
d = 89 m (jarak miring)
v = 90 º - 51º30‟40” = 38º29‟20”
31
jarak datar (hd)
hd = d * cosV
hd = 89 * cos 38º29‟20”
hd = 69.663 meter
Dari hasil penghitungan instant oleh Total Station, sebenarnya pada Total
station sudah terdapat bacaan HD (Horizontal Distance) yang muncul secara
otomatis.
Koordinat adalah suatu titik yang didapatkan dari hasil perpotongan dari
garis latitude lintang) dengan garis bujur (longitude) sehingga akan menunjukan
lokasi pada suatu daerah. Umumnya koordinat dibedakan menjadi koordinat
Geographic dan Universal Transver Mercator (UTM). Pada Koordinat Geogprahic
dibedakan menjadi tiga berdasarkan satuannya yaitu :
32
lintang akan membentuk suatu titik pertemuan yang biasa disebut dengan titik
koordinat.
Dimana:
Sipat datar (levelling) adalah suatu operasi untuk menentukan beda tinggi
antara dua titik di permukaan tanah. Sebuah bidang datar acuan, atau datum,
ditetapkan dan elevasi diukur terhadap bidang tersebut. Beda elevasi yang
ditentukan dikurangkan dari atau ditambah dengan nilai yag ditetapkan tersebut,
dan hasilnya adalah elevasi titik-titik tadi.
33
yang berdiri vertical. Maka beda tinggi dapat dicari dengan menggunakan
pengurangan antara bacaan muka dan bacaan belakang.
BT = BTA - BTB
Keterangan :
BT = beda tinggi
BT = BTA + BTB / 2
Keterangan :
Elevasi Adalah Ketinggian sebuah titik di atas muka bumi dari permukaan
Air laut, untuk mengetahui elevasi sebuah titik di atas permukaan bumi bisa
menggunakan GPS, Google Earth, Dll. Maka untuk menghitung ketinaggian suatu
benda atau hasil pengukuran maka dapat di hitung denga rumus :
34
2.6 Metode Penggambaran
Peta tematik disebut juga sebagai peta statistik atau peta tujuan khusus.
Dilihat dari namanya, peta tematik ini dibuat dengan tujuan tertentu. Pengertian
peta tematik adalah peta yang menyajikan patron penggunaan ruangan pada
tempat tertentu sesuai dengan tujuan tertentu. Bisa dikatakan bahwa peta tematik
merupakan peta yang hanya menggambarkan satu tema saja, seperti peta yang
dibuat khusus untuk menggambarkan kepadatan penduduk suatu negara, jenis
iklim, persebaran jenis tanaman tertentu, data perubahan iklim, dan lain
sebagainya.
Ciri- ciri dari peta tematik lainnya adalah datanya berasal dari berbagai
peta yang telah di overlay. Karena peta tematik ini merupakan peta khusus,
maka keterangan yang termuat di dalamnya pun lebih sedikit namun detail.
Data- data yang mendetail ini berasal dari berbagai peta lain yang telah
35
diolah kemudian disajikan ulang sehingga tampak lebih rapi dan mudah
untuk dibaca dan juga dipahami.
3. Informasi yang disajikan hanya terbatas pada tema yang telah dipilih
peta curah hujan atau yang disebut dengan peta isohyet. Peta tematik
mengenai curah hujan ini merupakan peta khusus yang menampilkan
mengenai informasi persebaran curah hujan yang ada di suatu wilayah,
misalnya di Indonesia. Peta curah hujan ini menampilkan persebaran curah
hujan secara mendetail di suatu wilayah. Peta curah hujan ini hanya akan
berisikan mengenai curah hujan saja dan tidak ada hal- hal lainnya yang
tidak berhubungan dengan curah hujan.
36
3. Peta penyebaran hasil tambang
Layout adalah tata letak dari suatu element desain yang berupa gambar dan
teks sehingga hasil menjadi lebih baik dan mudah untuk dipresentasikan.
Pembuatan layout peta merupakan pekerjaan terakhir setelah input data , editing
data , analisis data , penambahan label dan pembahasan-pembahasan lainnya.
Layout ini akan bermanfaat untuk memperjelas peta dan memperindah secara
tampilan selain itu tujuan yang lebih penting mengenai layout peta adalah sebagai
37
atribut pelengkap yang mampu menjelaskan isi peta yang merupakan isi-isi
penting dari peta tersebut. Tanpa adanya layout sebuah peta tidak akan berarti
apa-apa karena sistem peletakan desain peta ada dilayot, tanpa layout peta akan
sulit dimengerti dan sukar untuk dipahami sehingga akan bermakna seperti
gambar biasa, sehingga perlu dilakukan pelatihan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampiran layout yang baik. Pengetahuan tentang layout ini
sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampiran dalam
desain peta.
Peta topografi merupakan salah satu jenis peta yang mempunyai ciri
khusus yang ditandai dengan skala besar dan juga detail. Peta topografi biasanya
menggunakan garis kontur dalam pemetaan modern. Peta topografi ini pada
umumnya terdiri atas dua atau lebih peta yang kemudian digabung untuk
membentuk suatu keseluruhan peta.
Garis kontur sendiri merupakan komponen peta yang tidak lepas dari peta
topografi. Garis kontur merupakan kombinasi dari dua segmen garis yang saling
berhubungan namun tidak saling berpotongan. Ini merupakan titik elevasi pada
peta topografi.
b. Karakteristik petatopografi.
38
untuk memberikan informasi tentang keberadaan, lokasi, dan juga jarak
seperti lokasi penduduk, rute perjalanan dan komunikasi. Peta topografi ini
tidak digunakan oleh masyarakat umum namun digunakan oleh lembaga
tertentu.
39
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM PEMETAAN DAN SIG
3.1 Persiapan Praktikum Pemetaan dan SIG
Dilaksanakan Pada
Hari : Sabtu
Tanggal : 25 juni 2022
Waktu : 08:30 Sampai dengan selesai
Tempat : Kampus Universitas Muhammadiyah Aceh
(UNMUHA) Jl. universitas muhammadiyah nomor
19, batoh, lueng bata, kota banda aceh.
2. Tahap Praktikum Dilapangan.
Dilaksanakan Pada
Hari : Sabtu
Tanggal : 25 juni 2021
Waktu : 08:30 Sampai dengan selesai
Tempat : Kampus Universitas Muhammadiyah Aceh
(UNMUHA). Jl. universitas muhammadiyah nomor
19, batoh, lueng bata, kota banda aceh.
40
3.1.2 Peralatan Praktikum Pemetaan dan SIG
41
Gambar 3.2 Theodolite
5. Rambu Ukur.
Pada praktikum ini Rambu ukur digunakan untuk dijadikan sasaran
bidik Terbuat dari kayu atau aluminium memiliki panjang 3-4 meter
dapat dipendekkan atau dipanjangkan.
42
6. Patok.
Pada praktikum ini Patok digunakan untuk menandakan titik – titik
yang akan di ukur menggunakan alat ukur atau tempat meletakkan
rambu ukur pada saat pengukuran di lakukan.
7. Meteran.
Pada praktikum ini Meteran digunakan untuk mengukur jarak antara
patok satu ke patok lainnya, dan untuk mengukur ketinggian patok
dari permukaan tanah.
8. Payung.
Pada praktikum ini payung di gunakan untuk menutupi alat ukur
supaya terhindar dari cahaya matahari langgung pada saat pengukuran
di lakukan.
Pada pratikum ini paku payung digunakan untuk bisa melihat titik
tengah patok supaya mempermudah penyetelan nivo pada alat
theodolite.
11. Spidol
Pada pratikum ini spidol digunakan untuk manulis nama patok supaya
tidak tertukar oleh kelompok lainnya.
43
3.2 Pelaksanaan Praktikum Pemetaan dan SIG
44
3.2.2 Pengukuran kerangka utama/polygon (Theodolite)
2. Ukur terlebih dahulu ketinggian patok dari permukaan tanah dan jarak
antara patok satu dengan patok lainnya. Pada praktikum ini jarak di
ukur menggunakan meteran gulung dengan jarak keseluruhan 182,6
Meter
8. Buka kunci penjepit horizontal atas, dan putar theodolite hingga panah
di tempat yang kasar berbaris dengan titik yang ingin ukur, lalu kunci
45
klem. Gunakan adjuster horizontal atas (bukan klem) untuk
menyelaraskan objek antara dua lampu vertikal dalam penglihatan.
Pada saat membaca rambu ukur atau pengambilan data jangan lupa
memayungi alat ukur theodolit yang berguna untuk kejelasan bacaan
rambu, karna apa bila lensa terkena cahaya matahari secara berlebihan
“Cuaca panas” maka kejelasan pada saat membaca rambu ukur akan
terganggu.
Dimana :
BT = Benang Tengah
BA = Benang Atas
BB = Benang Bawah
46
patok BC2, kemudian arah bidikan ke bacaan benang sebelumnya,
lalu bidik ke bagian atas permukaan patok.
11. Setelah bacaan sudut selesai maka pindahkan alat ukur theodolite ke
patok selanjut nya, pada praktikum ini patok yang di letakkan alat
selanjutnya adalah patok BC2.
12. Untuk cara pengambilan datanya sama seperti pada saat alat di letak
kan pada patok BC1.
13. Lakukan pemindahan alat dan pengambilan data sampai pada patok
BC5.
14. Jika sudah di ambil semua data sampai ke patok BC5 maka tahap
pengambilan data dengan alat ukur theodolite sudah selesai.
47
3.2.3 Pengukuran beda tinggi (Waterpas)
2. Ukur terlebih dahulu ketinggian patok dari permukan tanah dan jarak
antara patok satu dengan patok lainnya. Pada praktikum ini jarak di
ukur menggunakan meteran gulung dengan jarak keseluruhan 182,6
Meter
5. Atur Statif sehingga Waterpass akan berada pada tingkat yang nyaman
untuk gunakan.
48
8. Kemudian baca rambu ukur, dengan cara menyoroti rambu ukur
melalui Lensa objek kemudian catat hasil bidikan benang tengah,
benang atas, dan benang bawah,
Pada saat membaca rambu ukur atau pengambilan data jangan lupa
memayungi alat ukur Waterpass yang berguna untuk kejelasan bacaan
rambu, karna apa bila lensa terkena cahaya matahari secara berlebihan
“Cuaca panas” maka kejelasan pada saat membaca rambu ukur akan
terganggu. Tapi pada praktikum ini tidak memakaki payung karena
cuaca tidak terlalu panas.
Pada saat membaca rambu ukur tentu akan ada kekeliruan yang terjadi
untuk mengecek ketelitian pembacaan benang maka gunakan rumus :
Dimana :
BT = Benang Tengah
BA = Benang Atas
BB = Benang Bawah
10. Untuk cara pengambilan datanya sama seperti pada saat alat di letak
kan pada patok BC1dan BC2.
11. Lakukan pengambilan data sampai selesai, pada praktikum ini sampai
dengan patok BC5 dan BC1.
12. Jika sudah di ambil semua data sampai ke patok BC5 dan BC1 maka
tahap pengambilan data dengan alat ukur waterpass sudah selesai.
49
Gambar 3.5 Foto Pengukuran Tanah Menggunakan Waterpass.
50
Gambar 3.6 potongan melintang (Cross Section)
Tapi pada praktikum kali ini pengukuran potongan melintang tidak di lakukan
karena terkendala satu dan lain hal.
Pada praktikum kali ini GPS di gunakan hanya untuk mengambil titik koordinat
pada setiap patok.
51
3. Setelah titik koordinat di dapat kan maka titik koordinat tersebut bisa
di catat atau di simpan di GPS,
Perhitungan sudut bersih dapat di lakukan setelah sudut Biasa (B) dan
Sudut Luar Biasa (LB) di lapangan di dapatkan. Dimana sudut tersebut di
dapatkan dari hasil pengukuran menggunakan alat ukur Theodolite.
52
Contoh perhitungan sudut dari hasil praktikum.
Contoh :
BC-1 = 117˚ 41‟ 20” - 00˚ 00‟ 00” = 117˚ 41‟ 20” (Biasa)
BC-1 = 297˚41‟ 40” - 179 ˚ 59‟ 20” = 111˚ 42‟ 20” (Luar Biasa)
53
= 68˚ 00‟ 00”
= (87˚ 14‟10”)
54
Contoh hasil perhitungan Jarak dari praktikum yang sudah di lakukan :
55
Maka:
Jarak BC-1 ke BC-2 = 1.633 – 1.166 x 100
= 46.60
Jarak BC-2 ke BC-3 = 1.682 – 1.318 x 100
= 36.40
Jarak BC-3 ke BC-4 = 1.705 – 1.265 x 100
= 44.00
Jarak BC-4 ke BC-5 = 1.285 – 0.995 x 100
= 29.00
Jarak BC-5 ke BC-1 = 1.322 – 1.078 x 100
= 24.40
Sedangkan untuk mendapatkan jarak datar adalah sebagai berikut:
Rumus mencari jarak datar:
Jarak BC awal ke BC tujuan = x jarak
Jadi:
Jarak BC-1 ke BC-2 = x 46.600
= 46.600
Jarak BC-2 ke BC-3 = x 36.400
= 36.400
Jarak BC-3 ke BC-4 = x 43.998
= 43.998
Jarak BC-4 ke BC-5 = x 28.994
= 28.994
Jarak BC-5 ke BC-1 = x 24.399
= 24.399
56
3.3.1.3 Sudut pengukuran polygon
Sudut pengukuran polygon dapat di hitung dari hasil sudut bersih atau
bisa dikatakan cara untuk mengecek ketelitian pada saat menggunakan alat
Theodolite di lapangan dan apabila ada keselisihan maka dapat di sesesuaikan
dengan rumus yang telah di tentukan.
2
NOMOR SUDUT BERSIH KOREKSI
TITIK (PENGUKURAN. POLYGON) SUDUT
(A) (B)
0
BC-5 0
o
BC-1 117 41 ' 50 " -8.0 ''
o
BC-2 111 27 ' 40 " -8.0 ''
o
BC-3 68 ,00 ' ,00 " -8.0 ''
o
BC-4 155 37 ' ,00 " -8.0 ''
o
BC-5 87 14 ' 10 " -8.0 ''
0
0 0 00 00.00 0 00.00
o ' " "
S (n) 5 1259 58 10 110 ''
57
3.3.1.4 Toleransi Pengukuran (10√n)
√ .
Dimana :
n : Jumlah Titik
Jadi :
= √ Atau = 0 º 0 º 10”√
= 22.360 = 0 º 0 º 22,36”
58
Contoh hasil Perhitungan Azimuth yang di dapatkan dari hasil praktikum
yang sudah dilakukan :
BC 5 o
265 14 ' 10.88 "
BC 1 117 o
41 ' 50.0 " -8.0 ''
o
202 55 ' 52.88 "
BC 2 111 o 27 ' 40.0 " -8.0 ''
o
134 23 ' 24.87 "
BC 3 68 o 00 ' 00 " -8.0 ''
o
22 23 ' 16.87 "
BC 4 155 o 37 ' 00 " -8.0 ''
o
358 00 ' 08.87 "
BC 5 87 o 14 ' 10.0 " -8.0 ''
o
265 14 ' 10.86 "
BC 1 0 00 00.00
0
0 00 00.00
0 0 00 00.00
0
0 00 00.00
0
0
0 00 00.00
0
0
0 00 00.00
0
0 00 00.00
00 ' " "
o
S (n) 5 540 40 -40
Dimana :
59
Maka :
Untuk mencari ∆x dan ∆y adalah sebagai berikut :
KOORDINAT (UTM)
NO.TITIK
X (m) Y(m)
BC1 758550 612307
BC2 758532 612264
BC3 758558 612240
BC4 758575 612281
BC5 758574 612310
BC 5 = 758574……………..( X1 )
= 612310 …………….( Y1 )
BC 1 = 758550……………..( X2 )
= 612307 …………….( Y2 )
Mencari ∆x : ( X2 - X1 )
Mencari ∆y : ( Y2 - Y1 )
60
Acuan :
( )
( )
61
Jadi :
BC.4 = 22º 23‟ 16,88‟‟+ 155º 37‟ 00‟‟ + (-8‟‟) – 180 - 360º
= 358º 00‟ 8,88‟‟
Pada praktikum ini pengambilan titik koordinat dilakukan dengan dua (2)
cara yaitu :
62
HITUNGAN POLYGON
KEGIATAN
KELOMPOK TANGGAL : ……………….
TANGGAL PARAF : …...………….
2
NOMOR JARAK ∆X Koreksi ∆Y Koreksi KOORDINAT
TITIK KKKe
Ke: : Y
PENG. POLYGON D. Sin (C) Dx D . Cos (D) Dy X
(D) (E) (F) (G) (H) (Kord. Awal + (E) + (F) (Kord. Awal + (G) + (H)
= 758532.124
= 758558.383
= 758575.442
= 758574.630
63
BC-5 = 758574.630 + -24.801 + 0.171
= 758550.000
= 612264.219
= 612240.934
= 612281.828
= 612310.917
= 612308.973
64
3.3.2 Pengukuran beda tinggi (Waterpass)
Pengukuran beda tinggi adalah perbedaan antara satu titik dengan titik
lainnya, pada praktikum kali ini alat yang di gunakan untuk mengukur beda tinggi
adalah Waterpass, dimana Waterpass adalah alat yang mudah dan praktis di
gunakan untuk mengukur beda tinggi.
Pengukuran menggunakan Waterpass juga bisa nenentukan jarak antara satu titk
ke titik lain nya.
65
Contoh hasil perhitungan Jarak dari praktikum yang sudah di lakukan :
TITIK ARAH
BERDIRI ALAT
STAND - I STAND - II JARAK
NOMOR
Jadi :
66
BC.1 ( Belakang) = 1.039 - 0.805 x 100
jarak Antara
= 23.40 Meter
BC.1 dengan
BC.2
BC.2 ( Depan) = 1.078 - 0.844 x 100
= 23.40 Meter
67
Contoh hasil perhitungan Jarak dari praktikum yang sudah di lakukan :
Jadi :
68
BC-1 BC-2 = 0.922 - 0.961 Stan I
= -0.039
= -0.040
= -0.294
= -0.296
= 0.189
= 0.189
= -0.171
= -0.169
= 0.314
= 0.314
69
3.3.2.3 Toleransi pengukuran (10√D)
10√D
70
Dimana :
Maka :
Toleransi = 0,010√0,14600
= 0,003
71
BEDA TINGGI ELEVASI ELEVASI
TITIK ARAH
BEDA TINGGI (∆H)
NO. TITIK
STAND - I STAND - II JARAK
BERDIRI
NOMOR
TINGGI
PATOK
(∆H) PATOK TANAH
ALAT
KOREKSI
B. Atas B. Atas Belakang Depan STAND - I STAND - II Rata - rata EL. (±) ∆H El. Patok -
B. Tengah B. Tengah
B. Bawah B. Bawah (BA - BB) x 100 (BT. Bel - BT. mk) (ST.I +ST.II) : 2 (±) Σ∆H Rerata (±) Kor Tinggi Patok
1.039 1.100
BC 1 0.922 0.980 23.40 -0.039 3.000 2.665 BC 1 0.335
0.805 0.860
A
1.078 1.135
BC 2 0.961 1.020 23.40 -0.040 -0.040 2.962 2.662 BC 2 0.300
0.844 0.905
1.192 1.175
BC 2 1.119 1.104 14.60 -0.294
1.046 1.035
B
1.525 1.517
BC 3 1.413 1.400 22.40 -0.296 -0.295 2.667 2.367 BC 3 0.300
1.301 1.226
1.425 1.481
BC 3 1.313 1.369 22.40 0.189
1.201 1.258
C
1.242 1.300
BC 4 1.124 1.180 23.60 0.189 0.189 2.856 2.526 BC 4 0.330
1.005 1.060
1.168 1.167
BC 4 1.074 1.070 18.80 -0.171
0.979 0.973
D
1.295 1.288
BC 5 1.245 1.239 10.00 -0.169 -0.170 2.686 2.336 BC 5 0.350
1.195 1.191
1.327 1.310
BC 5 1.275 1.260 10.40 0.314
1.224 1.210
E
1.031 1.018
BC 1 0.961 0.946 14.00 0.314 0.314 3.000 2.665 BC 1 0.335
0.89 0.874
0.00 0.000
Patok = Δt +Koreksi
Dimana :
Jadi :
= 2.962
= 2.667
= 2.856
= 2.686
72
E = 2.686 + 0.314 + (-0.001)
= 3.000
Et = Ep – Tp
Dimana :
Et = Elevasi tanah
Ep = Elevasi Patok
Tp = Tinggi Patok
Jadi :
= 2.665
= 2.662
= 2.367
= 2.526
= 2.336
73
3.3.3 Pengukuran Potongan Melintang (Cross Section)
3.3.3.1Perhitungan Jarak
Keterangan:
D = Jarak
BA = Benang atas
BT = Benang tengah
Δh = BA – BT
Keterangan:
BA = Benang atas
BT = Benang tengah
74
2. Tinggi alat.
Pengolahan data:
c) Untuk memberi grid pada peta tersebut klik kanan pada layers,
grids,new grid, measured, pilih intervals.
h) Klik finish.
i) Klik insert.
75
m) Jenis skala bar.
76
langsung, ataupun harus gergerak terus, maka dapat menggunakan fasilitas Man
Over Board (MOB) untuk memperoleh/capturing data koordinatWaypoint. Seperti
misal anda berada di atas kapal atau sampan. Cara MOB ini dengan menekan
tombol Find agak lama untuk melakukan marking, dan tekan Enter untuk
menampilkannya arah lokasi anda ke titik MOB di dalam peta GPSTracking.
Tracking dalam peristilahan Global Positioning System (GPS) adalah melakukan
akuisisi data koordinat secara otomatis berdasarkan jalur yang kita lalui dan data
tersebut disimpan dalam kartu memori Global Positioning System (GPS) secara
otomatis pula. Untuk memulai tracking tekan tombol menu dua kali, maka akan
muncul Menu Utama, pilih track untuk menyiapkan track logger agar pemncatat
per jarak atau per waktu highlight kuning ke arah setup dan teken Enter. Akan
muncul pilihan by distance/jarak, by time/waktu. Untuk menyimpan hasil tracking
dalam sebuah nama, tekan enter setelah kursor berada pada button Save. Anda
bisa mengubah nama atau membiarkan nama default. Pada saat menyimpan ini
anda akan diberi pilihan menyimpan seluruh track, atau menyimpan track yang
baru saja anda lakukan. Untuk menampilkan dalam peta GPS klik pada salah satu
dari daftar track yang ada. Pilih Map/maka peta dengan tracking yang anda
lakukan akan muncul.
c) Data yang akan digunakan untuk membuat peta kontur adalah tinggi
tiap titik.
d) Pertama kali kita tentukan skala jarak untuk menggambar denah dan
skala tinggi untuk menggaambar potongan kontur
77
e) Selanjutnya menentukan koefisien garis tinggi yang akan digambar.
78