PENDAHULUAN
Batimetri adalah kesamaan topografi namun untuk lokasi di bawah laut atau air.
Peta batimetri memberi informasi mengenai kedalaman kontour pasir, bebatuan, tanah
dan sejenisnya yang ada di dasar laut atau air seperti danau dan sungai. Peta batimetri
berguna untuk informasi navigasi (Anonim,2012).
Peta batimetri disajikan dalam proyeksi Mercator, Spheroida WGS 84 bersekala 1
: 250.000 dengan klasifikasi terbatas. Informasi utama yang disajikan berupa kedalaman
laut (topografi dasar laut) juga tanda-tanda (benda-benda) di darat, pelampung-
pelampung, lampu-lampu suar sesuai dengan standar internasional. Peta ini dapat
digunakan untuk bernavigasi selain kegunaan utama untuk kepentingan ilmiah
(Anonim,2012).
Survei dan pemetaan batimetri menjadi sangat penting kaitannya dengan masalah
perbatasan maritim baik melalui survey titik dasar untuk menentukan garis pangkal,
survei batimetri untuk mengetahui kondisi topografi dasar laut di perbatasan, dan survei
batimetri untuk menentukan batas landas kontinen yang lebih dari 200 mil sesuai dengan
UNCLOS (Anonim,2012).
Menurut Davis (1974), peta batimetri adalah peta kedalaman laut yang
dinyatakan dalam angka kedalaman atau kontur kedalaman yang diukur terhadap datum
vertikal. Peta batimetri disajikan dalam proyeksi Mercator, Spheroida WGS 84 dengan
klasifikasi terbatas. Informasi utama yang disajikan berupa kedalaman laut (topografi
dasar laut) juga tanda-tanda (benda-benda) di darat, pelampung-pelampung, lampu-
lampu suar sesuai dengan standar imternasional (Davis, 1974).
Peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau
keseluruhan permukaan bumi yang dilihat dari atas, kemudian diperbesar atau diperkecil
dengan perbandingan tertentu. Dalam navigasi laut digunakan peta bathimetri. Peta ini
memetakan tempat-tempat di dalam/dasar laut yang berkedalaman sama dari permukaan
laut menjadi bentuk garis kontur (Anonim,2012).
Data satelit beresolusi moderat dan tinggi (Landsat dan NOAA) dan data
sekunder (Peta Bathimetri dan Peta Rupa Bumi) dapat dimanfaatkan untuk mengamati
parameter fisik perairan (Bathimetri, Suhu Permukaan Laut (SPL), Massa Padatan
Tersuspensi (MPT), Kecerahan, parameter fisik daratan (Landuse, sungai, DEM),
sumberdaya alam (terumbu karang, pasir, mangrove, lamun) dan parameter sosek
(sarana/prasarana) di wilayah pesisir. Parameter-parameter tersebut akan digunakan
untuk menganalisis dan menilai potensi wilayah pesisir sebagai informasi awal berbasis
teknologi penginderaan jauh bagi pengembangan budidaya ikan karang menggunakan
keramba jaring apung dan pariwisata bahari di wilayah pesisir (Sutanto, 1986).
Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap
titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60
LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan
horizontal dari barat ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6
angka dan 8 angka. Pada peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu
karvak sebanding dengan 2 cm. Karena itu untuk penentuan koordinat koordinat
grid 4 angka, dapat langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu
karvak dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan
koordinat grid 8 angka dibagi menjadi sepuluh bagian (per 1mm)
(www.gappala.or.id).
Pada era komputerisasi pada saat ini, kebutuhan akan informasi geografi untuk
menganalisa permukaan tanah dari suatu daerah juga dapat dilakukan dengan bantuan
komputer. Peta topografi memiliki informasi tentang ketinggian permukaan tanah pada
suatu tempat dari permukaan laut, yang digambarkan dengan garis-garis topografi.
Informasi topografi yang terdapat pada peta topografi ini dapat digunakan untuk
membuat model tiga dimensi dari permukaan bumi pada peta tersebut. Dengan model
tiga dimensi, maka objek pada peta dapat dilihat lebih hidup seperti pada keadaan
sesungguhnya di alam, sehingga untuk menganalisa suatu peta topografi dapat lebih
mudah dilakukan (Anonim,2012).
Peta topografi adalah peta yang memiliki informasi tentang ketinggian permukaan
tanah pada suatu tempat terhadap permukaan laut,yang digambarkan dengan garisgaris
kontur.Informasi topografi yang terdapat pada peta topografi dapat digunakan untuk
membuat model tiga dimensi dari permukaan tanah pada peta tersebut. Dengan model
tiga dimensi maka objek pada peta dilihat lebih hidup seperti pada keadaan
sesungguhnya dialam, sehingga untuk menganalisa suatu peta topografi dapat lebih
mudah dilakukan (Rostianingsih dan Gunadi,2004).
Peta topografi / peta dasar memuat keadaan permukaan bumi beserta informasi
ketinggiannya menggunakan garis kontur (Lillesand, T.Mdan R.W. Kiefer. 1994).
1. Makin rapat jarak kontur yang satu dengan yang lainnya menunjukkan daerah
tersebut semakin curam.Sebaliknya semakin jarang jarak antara kontur menunjukkan
daerah tersebut semakin landai.
2. Garis kontur yang diberi tanda bergerigi menunjukkan depresi (lubang/cekungan) di
puncak, misalnya puncak gunung yang berkawah.
3. Peta topografi menggunakan skala besar,antara1:50.000 sampai1:100.000
Peta topografi dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan,serta dapat digunakan sebagai
peta dasar (basemap) dalam pembuatan peta tematik, seperti peta arkeologi dan peta turis.
Dalam survey arkeologi ,peta topografi berguna untuk memperoleh gambaran umum tentang
wilayah yang diteliti. Dalam kondisi tertentu, misalnya medan survey yang terlalu berat,peta
yang sudah ada dapat dipakai untuk memplotkan temuan arkeologis. Pemetaan
tersebut,meskipun hanya bersifat sementara, sangat efektif untuk menyimpan dan
menyelamatkan data arkeologis (Anggraeni, 2004)
Suatu tipe data diatas tipe data lain , sehingga membentuk kombinasi tampilan yang
memungkinkan analis terhadap dua atau tiga variabel . Tampilan 3D juga dapat menyajikan
permukaan dan informasi pada birds eyes view , azimuth , attitude dengan permukaan dapat
ditentukan . ( Davis 1974)
III. MATERI DAN METODE
3.2 Materi
Menganalisa morfologi dasar laut (menggunakan data bathimetri berbasis raster) dengan
menggunakan perangkat lunak ER Mapper 7.0.
1. Color Dropping
Color Dropping merupakan metode untuk mengubah warna pada citra. Pemberian
warna ini dilakukan dengan tujuan melihat adanya perbedaan wilayah (lautan atau
daratan), kedalaman ataupun ketinggian dari suatu daerah tertentu.
2. Ekstraksi Garis Bathimetri
Pada materi ekstraksi batimetri, dilakukan metode pendefinisian kedalaman laut
dengan menggunakan garis-garis kontur. Dengan menggunakan garis kontur kita
dapat mengetahui titik-titik dari suatu daerah dengan kedalaman yang sama.
3. Pembuatan Profil Dasar Laut
Pada materi ini, kita akan membuat profil dasar laut secara melintang. Dengan
menggunakan metode ini kita dapat melihat muka dasar laut antara 2 titik dari suatu
daerah laut.
4. Pemetaan Kedalaman Laut
Pemetaan kedalaman dilakukan dengan tujuan untuk memetakan kedalaman dari
daerah perairan yang berada di sekitar dan sela-sela daratan (pulau-pulau). Sebagai
penunjuk variasi kedalaman, digunakan warna sebagai pembedanya, yang
diidentikan dengan karakteristik kedalamannya (perbedaan kontur kedalmannya).
3. Klik Load Data Set pada window Algorithm, kemudian buka data
Bathi_Indonesia_Timur.ers pada folder penyimpanan, kemudian klik OK.
4. Kemudian pada window Algorithm pilih icon Edit Transform Limits , klik Limits,
lalu pilih Limit to actual. Maka tampilan citra akan berubah menjadi seperti gambar
dibawah ini.
5. Duplikasi pseudo layer menjadi 3, kemudian klik kanan pada pseudo layer pertama
pilih Classification Layer.
8. Klik kanan pada Sun Angle Shading, ubah layer menjadi Intensity. Maka tampilan
citra berubah menjadi:
9. Kemudian pada window Algorithm, pilih Edit Real Time Sun Shading .
Kemudian beri tanda check pada Do Sun Shading. Sehingga citra berubah menjadi
seperti berikut:
10. Untuk melihat nilai limit pixel-nya maka pilih View kemudian pilih Cell Values
Profile. Pilih tiga titik piksel yang mewakili tiga daerah (daratan, slope, laut dalam)
dengan meng-klik satu-persatu pada window citra. kemudian lakukan analisa terhadap
setiap nilai setiap piksel tersebut.
Pada Slope:
Pada Daratan:
Pada lautan:
3. Kemudian klik Next, akan muncul tampilan window Set Contour Style. Pada First
contour level (0 for automatic), isikan -8000 dan Contour interval isi dengan
nilai 100, Every Nth isi dengan nilai 5, Secondary contour style pilih nomor
4(.....). Klik Next.
4. Kemudian akan muncul window Set Labels Style, akan muncul format dari kontur
yang akan ditampilkan. Pada Label Font Color pilih Red, kemudian Label Font
Size diganti 10, Label Front Style diubah menjadi Times New Roman. Klik
Finish.
5. Akan muncul tampilan garis kontur pada peta yang menyatakan kedalaman.
6. klik icon Dynamic Link lagi, untul melakukan penyimpanan data. Klik Save
as dengan nama Bathi_Indonesia_Timur_nova putri
dewanti_26020211120002.erv. Akan muncul window Contour Wizard, untuk
menunjukkan proses penyimpanan data.
3. Duplikasi pseudo layer menjadi 3, kemudian klik kanan pada pseudo layer pertama
pilih Classification Layer.
4. Kemudian pilih icon , masukkan rumus pada window Formula Editor. Rumusnya
yaitu if i1>0 then 1 else null, kemudian klik Apply Changes.
6. Klik kanan pada Sun Angle Shading, ubah layer menjadi Intensity. Maka tampilan
citra berubah menjadi:
7. Kemudian pada window Algorithm, pilih Edit Real Time Sun Shading .
Kemudian beri tanda check pada Do Sun Shading. Sehingga citra berubah menjadi
seperti berikut:
9. Klik pada icon Edit Algorithm lalu klik load dataset, dan buka file
Bathi_Indonesia_Timur.ers.
10. Lalu ubah Pseudo Layer menjadi Classification layer.
13. Pindah layer Classification ke atas Default surface citra pertama dengan klik ikon
Move up.
14. Pada Classification Layer pilih icon Edit TransformLimitLimit to actualClose.
15. Pada window algorithm, klik Formula Editor kemudian masukkan rumusan umum ;
If i1>=depth1 and i1<depth2 then i1 else null. Dengan depth1 dan depth2 adalah
variabel.
16. Pada Classification layer, lakukan penggandaan hingga didapat 6 layer baru,
kemudian, masing-masing dengan; 0-200m; 201-500m; 501-700m; 701-1000m; 1001-
2500m; dan >2500m.
18. Klik Edit Layer Color. Lalu berikan warna yang berbeda-beda untuk tiap layernya.
Layer 1
Layer 2
Layer 3
Layer 4
Layer 5
Layer 6
19. Kemudian untuk melihat perubahan citra, maka pada bagian Surface, tranparency
diubah secara bertahap 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%.
Untuk 0%:
Untuk 25%
Untuk 50 %
Untuk 75 %
Untuk 100%
8. Lalu pada window Algorithm, klik bagian 3D Perspective, maka akan tampil
gambaran 3 dimensinya.
9. Pilih layer height, dan di bagian surface, perbesar z scale-nya menjadi 500000
sehingga tampilan tampak lebih terjal.
10. Di bagian 3D View, pada Draw Mode, pilih Wireframe.
Untuk 18 Mb:
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Color Dropping
Identifikasi nilai piksel:
Pada Slope:
Pada Daratan:
Pada lautan:
4.1.2 Ekstraksi Batimetri
Sebelum Add Vector Layer
Untuk transparency 50 %
Untuk transparency 75 %
b.Bounding Box
Untuk 3D Flytrough
Untuk 3 Mb:
Untuk 18 Mb:
4.2 Pembahasan
4.2.1 Color Dropping
Metode Color Dropping dilakukan dengan memunculkan warna yang
berbeda-beda pada suatu citra. Pemunculan warna ini ditujukan untuk mengetahui
karakteristik kontur muka bumi dan bentang alam yang berbeda, baik berupa di
daratan (ketinggian), maupun di lautan (kedalaman).
Pada metode ini dilakukan identifikasi nilai piksel pada citra peta bathymetri
Indonesia. Nilai piksel diambil dari 3 titik yaitu titik daratan, titik lautan dan titik
slope (transisi daratan dan lautan). Hasil yang didapatkan yaitu nilai pixel untuk
daratan menunjukkan angka positif, sedangkan nilai pixel untuk lautan dan slope
menunjukkan angka negatif.
4.2.2 Ekstraksi Garis Bathimetri
Dari gambar dapat dilihat bahwa garis kontur batimetri untuk daerah yang
terjal dan curam ditunjukkan oleh garis kontur yang rapat contohnya palung laut.
Sedangkan jika jarak antar garis kontur renggang berarti daerah tersebut merupakan
daerah yang landai contohnya bukit laut.
IV. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa :
DAFTAR PUSTAKA
Davis. 1974. Information Technology, John Wiley and Sons. New York.
Lillesand, Thomas M. dan Ralph W. Kiefer. 1997. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.
Diterjemahkan oleh Dulbahri, Prapto Suharsono,