Anda di halaman 1dari 19

PENDAHULUAN

Sebagai penggiat kegiatan alam bebas, pengetahuan tentang medan


merupakan sebuah modal yang harus dimiliki. Pengetahuan penguasaan
medan akan mempermudah kita untuk mencapai tujuan dan target tertentu
dalam berkegiatan di alam bebas. Selain itu penguasaan medan ini juga
dapat berguna dalam kegiatan-kegiatan kemanusiaan. Untuk pelaksanaan
tugas SAR, evakuasi, dll. Pengetahuan tentang medan ini antara lain
meliputi survival, teknik hidup di alam bebas, dan navigasi darat. Selain
mungkin ada bebarapa materi pendukung seperti perencanaan perjalanan,
kesehatan perjalanan, komunikasi lapangan, pengetahuan geologi,
pengetahuan lingkungan, dll.
Navigasi darat adalah ilmu praktis. Kemampuan bernavigasi dapat terasah
jika sering berlatih. Pemahaman teori dan konsep hanyalah faktor yang
membantu, dan tidak menjamin jika mengetahui teorinya secara lengkap,
maka kemampuan navigasinya menjadi tinggi. Bahkan seorang jago
navigasi yang tidak pernah berlatih dalam jangka waktu lama, dapat
mengurangi kepekaannya dalam menerjemahkan tanda-tanda di peta ke
medan sebenarnya, atau menerjemahkan tanda-tanda medan ke dalam
peta. Untuk itu, latihan sesering mungkin akan membantu kita untuk dapat
mengasah kepekaan, dan pada akhirnya navigasi darat yang telah kita
pelajari menjadi bermanfaat untuk kita dan orang lain.

DEFINISI
Navigasi Darat adalah suatu tekhnik untuk menentukan kedudukan suatu
tempat dan arah lintasan perjalanan secara tepat baik di medan
sebenarnya maupun pada peta, ssedangkan personil yang
menggunakannya disebut NAVIGATOR. Berkaitan dengan pengertian
tersebut, pemahaman tentang kompas dan peta serta cara
penggunaannya mutlak harus dikuasai.
Pada prinsipnya navigasi adalah cara menentukan arah dan posisi, yaitu
arah yang akan dituju dan posisi keberadaan navigator berada di medan
sebenarnya yang diproyeksikan pada peta. Kunci pemahaman navigasi
hanya 2 macam, yaitu :
1. Mampu merekam dan membaca gambar permukaan fisik bumi
2. Mampu menggunakan peralatan pedoman arah.
Alat yang diperlukan untuk melakukan Navigasi Darat, antara lain :
Peta – Kompas – Altimeter – Protaktor – Alat Tulis – Penggaris.

I. PETA
A. PENGERTIAN
Peta merupakan penggambaran dua dimensi sebagian atau seluruh
permukaan fisik bumi pada bidang datar dari yang dilihat dari atas, dan
diperkecil atau diperbesar dengan perbandingan tertentu yang disebut
kedar / skala.
Peta yang diperlukan untuk keperluan navigasi darat adalah peta topografi
atau peta rupa bumi atau peta kontur dengan skala sedang. Peta topografi
memetakan tempat-tempat di permukaan bumi yang berketinggian sama
dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis
kontur mewakili satu titik ketinggian.
Di Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat
Geologi Bandung, lalu peta dari Jawatan Topologi, yang sering disebut
sebagai peta AMS (American Map Service) dibuat oleh Amerika dan rata-
rata dikeluarkan pada tahun 1960. Peta AMS biasanya berskala 1:50.000
dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta
keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional)
yang lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval
kontur 12,5 m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.
B. JENIS-JENIS PETA
Dengan kemajuan teknologi, seluruh wujud fisik muka bumi ini dapat kita
pelajari dengan seksama dari peta sesuai dengan banyaknya data dan
informasi yang disajikan (berdasarkan luas daerah yang tergambar) maka
peta dapat dibedakan menurut :
1. INFORMASI
Menurut informasi atau isinya peta dibedakan menjadi :
A. Peta Geografis
Peta Geografis (Geo=Bumi, Grafos=Catatan) menyajikan gambaran dari
seluruh permukaan fisik bumi ini, seperti Atlas Globe.
B. Peta Topografi
Menyajikan gambaran-gambaran proyeksi dari bagian-bagian permukaan
bumi, seperti peta Indonesia, peta G.Burangrang. Peta ini berskala
1:25000 – 1:250000.
C. Peta Tekhnis
Menyajikan gambaran proyeksi permukaan fisik bumi unntuk menunjang
kebutuhan-kebutuhan tekhnik tertentu, seperti peta tekhnis jaringa jalan
raya, jaringan rel KA. Peta ini berskala antara 1:25000.
D. Peta Tematik
Menyajikan data dan informasi yang mempunyai tema (topik) tertentu
sehubungan dengan kedudukan geografi-nya, sebagai contoh peta
distribusi peluru kendali AS, peta kepadatan penduduk di Indonesia, peta
lahan pertanian.
E. Foto Udara
Peta yang memberikan gambaran yang aktual dari permukaan bumi.

2. SKALA
Penggolongan peta berdasarkan skala ini dibedakan menjadi peta skala
besar, skala menengah dan skala kecil, yaitu sebagai berikut :
A. Peta Skala Besar ( 1 : 1.000 s/d 1 : 25.000 )
B. Peta Skala Sedang ( 1 : 25.000 s/d 1 : 50.000 )
C. Peta Skala Kecil ( 1 : 50.000 s/d 1: 500.000 atau lebih kecil lagi )

3. TUJUAN dan PENGGUNAAN PETA


- Untuk tujuan militer, contoh : peta strategis 1 : 500.000, peta taktis 1 :
25.000, peta penerjunan 1 : 10.000 dan lain sebagainya
– Untuk tujuan pembangunan, contoh : peta pengenalan wilayah, peta pra-
rencana, peta rencana, peta studi kelayakan dan lain-lain.

4. LUAS DAERAH
Menurut luas cakupan daerah yang dipetakan, contoh : peta Desa, peta
kecamatan, peta kabupaten, dsb.

5. PROYEKSI
Proyeksi peta adalah suatu teknik pemindahan gambar peta ke berbagai
macam bentuk peta. Proyeksi yang biasa digunakan, contoh peta Proyeksi
Polieder (terbitan Jantop Hindia Belanda), peta Proyeksi LCO (Lambert
Conical Ortomorfik) terbitan sekutu, peta Proyeksi UTM (Universal Tranfer
Mercator) atau sistem perpetaan yang digunakan secara Internasional dan
peta Proyeksi lainnya.
C. BAGIAN-BAGIAN PETA
1. JUDUL PETA
Merupakan lokasi yang ditunjukkan oleh peta bersangkutan. Judul peta
tertera di bagian atas tengah peta.

2. NOMOR PETA
Nomor peta merupakan nomor registrasi dari badan pembuat peta. Selain
itu juga sebagai petunjuk apabila kita memerlukan peta daerah lain di
sekitar daerah yang dipetakan tersebut. Nomor peta terdapat di sebelah
kanan atas peta. Elemen pokok untuk mengidentifikasi peta adalah :
A. Nomor Seri Peta
B. Nomor Lembar Peta
C. Keterangan Edisi
Peta topografi di Indonesia, nomor seri peta dan lembar peta merupakan
satu bagian dengan judul peta. Nomor seri peta merupakan identitas untuk
daerah dan skala peta. Nomor edisi merupakan identitas kemutakhiran dari
informasi yang disajikan pada peta.

3. TAHUN PETA
Menunjukkan tentang tahun pembuatan peta tersebut. Semakin baru tahun
peta, maka data pada peta tersebut semakin akurat.

4. LEGENDA PETA
Memuat keterangan-keterangan pada peta yang berupa symbol / tanda,
misalnya jalan, sungai, pemukiman, dll.

5. KARVAK
Yaitu Daerah tertentu di peta yang dibagi menjadi bagian berupa bujur
sangkar.
Caranya :
1. Dua angka terakhir yang berada disebelah barat / kiri dari daerah / titik
yang dimaksud
2. Dua angka terakhir yang berada di debelah selatan / bawah dari daerah
atau titik yang dimaksud
3. Lembaran Peta selalu disebutkan lebih dahulu, diberi garis pemisah (
garis penghubung ), selanjutnya disebut bujur sangkar / KARVAK.
6. ARAH UTARA
I. Utara sebenarnya/True North : Arah utara yang ditunjukkan oleh garis meridian
dan menuju ke kutub utara, atau pertemuan garis-garis meridian yang
terdapat di kutub utara atau titik poros bumi.
II. Utara Magnetis/Magnetic North : Yaitu arah utara yang ditunjukkan oleh garis
tangah jarum kompas, dan tujuannya ke kutub magnetis bumi, yaitu di
pulau Ellesmere, Canada, daerah Greenland dan adanya hanya di
kompas.
III. Utara Peta/Map North : Arah utara yang terdapat pada peta. Yaitu arah utara
yang ditujukkan oleh garis tegak pada peta dan adanya hanya di peta.
7. KOORDINAT
Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Secara teori, koordinat
merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Dalam menentukan
Koordinat dilakukan diatas Peta dan bukan dilapangan. Penunjukannya
dengan system Koordinat 6 atau 8 angka.
Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak (karvak) untuk membantu
menentukan posisi dipeta dalam hitungan koordinat. Untuk daerah yang
luas dipakai penomoran 6 angka, dan untuk daerah yang lebih sempit
dengan penomoran 8 angka. Koordinat ditentukan dengan sistem sumbu
yaitu garis-garis yang saling berpotongan tegak lurus (garis bujur dan
lintang).

Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua macam yaitu :

1. Koordinat Geografis (Geographical Coordinate)


Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur)
yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara
dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat
geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit, detik dan second. Pada
peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis sebagai
koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut satu
karvak) lebarnya adalah 3,71 cm. Pada skala 1:25.000, satu karvak sama
dengan 30 detik (30″), dan pada peta skala 1:50.000, satu karvak sama
dengan 1 menit (60″).
2. Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM)
sering disebut koordinat peta. Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik
dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah Indonesia,
titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis vertikal
diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat ke
timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8
angka. Pada peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu
karvak sebanding dengan 2 cm pada Peta 1 : 50.000 dan 4 cm pada Peta
1 : 25.000. Karena itu untuk penentuan koordinat koordinat grid 4 angka,
dapat langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak
dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan
penentuan koordinat grid 8 angka dibagi menjadi sepuluh bagian (per 1
mm).
Dalam menunjukkan koordinat, disebutkan dari barat ke timur dan dari
selatan ke utara, atau dengan kata lain garis tegak dan garis datar, cara
menyebutkannya :
1. Sebut dahulu ► OBJEK
2. Sebutkan ► NOMOR LEMBAR PETA
3. Kemudian sebutkan ► KOORDINAT

5. SKALA PETA
Adalah perbandingan jarak antara 2 titik di peta dengan jarak mendatar
(horizontal) antara 2 titik yang serupa di medan sebenarnya.

Rumus Dasarnya
Jarak Peta x Skala = Jarak Mendatar
Sifat Skala
– semakin besar angka dibelakang tanda ( : ), makin Kecil skala petanya.
– semakin kecil angka dibelakang tanda ( : ), makin Besar skala petanya.
Macam-macam Skala :
A. Skala Angka / Skala Pecahan
Contohnya seperti 1 : 1000 yang berarti 1 cm di peta sama dengan 1000
cm jarak aslinya di dunia nyata.
B. Skala Satuan
Misalnya seperti 1 inchi to 5 miles dengan arti 1 inch di peta adalah sama
dengan 5 mil pada jarak sebenarnya.

C. Skala Garis
Skala garis menampilkan suatu garis dengan beberapa satuan jarak yang
menyatakan suatu jarak pada tiap satuan jarak yang ada. Skala ini dibuat
dalam bentuk garis horisontal yang memiliki panjang tertentu dan tiap ruas
berukuran 1 cm/lebih untuk mewakili jarak tertentu yang diinginkan oleh
pembuat peta.

Menyatakan skala
Dengan perkataan : 1 cm = 500 m
Dengan perbandingan : 1 : 50000
Dengan pecahan : 1 / 50000
7. CONTOUR – GARIS KETINGGIAN
Merupakan Garis Khayal di atas permukaan tanah yang menghubungkan
titik-titik yang sama tingginya dan biasanya berkelok-kelok serta tertutup,
atau garis yang menghubungkan titik – titik ketinggian yang sama dari
permukaan laut dan digambarkan dengan warna Coklat di atas Peta (pada
peta berwarna).
Dalam membaca Garis Ketinggian, yang perlu diperhatikan adalah
mengetahui Sifat – Sifat dari Garis Ketinggian.

Macam-macam Garis Ketinggian antara lain :


1. Garis Ketinggian yang digambarkan Tipis.
2. Garis Ketinggian yang digambarkan Tebal
3. Garis Ketinggian yang digambarkan Terputus-Putus.
Maksud adanya garis ketinggian, yaitu :
1. untuk mengetahui tinggi suatu tempat dari permukaan air laut
2. untuk mengetahui bentuk medan yang sebenarnya.
Sifat – Sifat dari Garis Ketinggian
1. Garis Ketinggian satu dengan yang lainnya tidak saling berpotongan dan
tidak bercabang.
2. Garis ketinggian pertama telah mempunyai harga yang paling tinggi
(puncak).
3. Garis ketinggian yang lebih rendah selalu mengelilingi garis ketinggian
yang lebih tinggi, kecuali daerah depresi / cekungan yang diberi
keterangan secara khusus, misalnya kawah, danau, dll.
4. Untuk daerah yang Landai, Garis Ketinggian akan saling berjauhan,
sedangkan daerah Terjal mempunyai Contour yang saling berdekatan /
rapat.
5. Garis ketinggian berbentuk U yang ujungnya melengkung menjauhi
puncak merupakan Punggungan
6. Garis ketinggian yang berbentuk n yang ujungnya tajam menjorok
mendekati kepuncak merupakan Lembahan. Kontur lembahan biasanya
rapat dan terdapat sungai.
7. Pelana / Saddle, daerah lembah tidak terlalu dalam (landai), rendah dan
sempit diantara dua garis ketinggian yang sama tingginya, tetapi terpisah
antara satu dengan lainnya. Pelana yang terdapat diantara 2 gunung
besar, disebut Pass.
8. Coll, daerah lembah yang dalam diantara 2 titik ketinggian.
9. Garis ketinggian ke-sepuluh (10) digambarkan lebih tebal, kecuali
ditentukan lain.
10. Sungai, terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian kontur,
biasanya ada di lembahan, dan namanya tertera mengikuti alur sungai.
Dalam membaca alur sungai ini harap diperhatikan lembahan curam,
kelokan-kelokan dan arah aliran.
11. Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda medan yang
sangat jelas, begitu pula pulau-pulau kecil, tanjung dan teluk .
12. Interval garis kontur adalah skala : 2000

NB: ketentuan lain tersebut terdapat pada legenda peta


8. TITIK TRIANGULASI
Selain dari garis – garis ketinggian kita dapat pula mengetahui tingginya
suatu tempat dengan pertolongan titik ketinggian. Titik ketinggian ini
biasanya dinamakan Titik Triangulasi.
Titik Triangulasi adalah suatu titik atau tanda merupakan Pilar / Tonggak
yang menyatakan Tinggi Mutlak suatu tempat dari permukaan Laut.
Titik Triangulasi ini digunakan oleh Jawatan Topografi untuk menentukan
tinggi suatu tempat atau letak suatu tempat dalam pengukuran secara ilmu
pasti pada waktu pembuatan peta.
TINGGI MUTLAK
1. Diukur dari permukaan Laut, merupakan Standarisasi pengukuran
2. Tinggi Mutlak digunakan untuk menentukan Tinggi Sebenarnya dari
permukaan Laut.

TINGGI NISBI
Diukur dari tempat dimana benda itu berada, biasanya diukur dari
permukaan tanah.

10. IKHTILAF – IKHTILAF


Karena pengaruh rotasi bumi, letak Kutub Magnetis bumi bergeser dari
tahun ke tahun. Oleh karena itu, untuk keperluan yang menuntut ketelitian
perlu dipertimbangkan adanya deklinasi ( penyimpangan ), diantaranya
ikhtilaf peta, ikhtilaf magnetis, ikhtilaf peta magnetis, dan variasi magnetis.

1. Ikhtilaf Peta
Ialah Sudut yang dibentuk oleh Utara Sebenarnya dengan Utara Peta, baik
ke Barat maupun ke Timur. Yang jadi patokan adalah Utara Sebenarnya.
IP = US + UP
2. Ikhtilaf Magnetis
Ialah Sudut yang dibentuk oleh Utara Sebenarnya dengan Utara Magnetis,
baik ke Barat maupun ke Timur. Yang jadi patokan adalah Utara
Sebenarnya.
IM = US + UM
3. Ikhtilaf Utara Peta – Utara Magnetis ( Sudut Peta Magnetis )
Merupakan Sudut yang dibentuk oleh Utara Peta dengan Utara Magnetis,
baik ke Barat maupun ke Timur. Yang jadi patokan adalah Utara Peta.
SPM = UP ± UM
Membaca Peta
Yang terpenting dalam bernavigasi adalah kemampuan membaca peta dan
menginterpretasikan / membayangkan keadaaan medan sebenarnya, yang
meliputi kemampuan membaca kontur, menentukan ketinggian tempat
dengan pertolongan titik triangulasi dan kemampuan mengenal tanda-
tanda medan. Pengertian akan tanda medan ini mutlak diperlukan, sebagai
asumsi awal dalam menyusun perencanaan perjalanan.
VARIASI MAGNETIS
Ialah Perbedaan Ikhtilaf Magnetis pada waktu – waktu yang berlainan.
Variasi Magnetis pada beberapa tempat tidak sama, variasi magnetis ini
ditulis dibagian bawah Peta Topografi untuk menentukan deklinasi dan
Variasi Magnetis untuk Peta Topografi Indonesia yang baru digambarkan
dengan diagram sudut yang terdapat disebelah kiri bawah Peta.

Disamping itu juga dinyatakan beberapa Variasi Magnetis rata – rata tiap
tahun. Ada juga diantaranya yang tidak menggambarkan Ikhtilaf Peta yang
ada hanya Ikhtilaf Magnetisnya saja.
Untuk mencari Ikhtilaf Petanya harus dilihat dekat batas kiri / kanan peta
tertulis kata- kata GRID DECLINATION yang artinya sama dengan
IKHTILAF PETA.
Kalau GRID DECLINATION tidak ada berarti Utara Peta dengan Utara
Sebenarnya sejajar.

INCREASE – DECREASE
Bilamana suatu Variasi Magnetis Bertambah sehingga setiap tahunnya makin
lama makin bertambah, maka disebut Increase.
Bilamana suatu Variasi Magnetis berkurang sehingga setiap tahunnya makin
lama makin berkurang, maka disebut Decrease.
SUDUT PETA
Ialah Sudut yang dibentuk oleh 2 buah garis, yaitu satu menuju Utara Peta
dan satunya lagi menuju Sasaran.

CARA MENGUKUR SUDUT PETA


Misalnya kita mengukur Sudut Peta dari titik A ke titik B diatas Peta,
dengan cara sebagai berikut :
• Tarik 2 buah garis dari titik A, masing-masing menuju ke arah Utara Peta
dan menuju ke arah Sasaran
• Ukur sudutnya dari arah garis yang menuju Utara Peta ke garis yang
menuju titik B dengan menggunakan Busur Derajat / Protractor sesuai
dengan arah Perputaran Jam.
Catatan :
• 0 derajat harus ditempatkan / disimpan paling atas
• Jika sudutnya 180 derajat ke arah kiri
• Setelah itu baca pada Busur Derajat / Protractor berapa Sudut Petanya
atau berapa Skala Derajatnya

SUDUT PETA = SUDUT KOMPAS ± (UP.UM)


SUDUT KOMPAS
Ialah Sudut yang dibentuk oleh 2 buah garis, yang satu menuju Utara
Magnetis dan satu lagi menuju Sasaran.

CARA MENGUKUR SUDUT KOMPAS


Menentukan Sudut Kompas dengan Kompas Prisma di suatu medan sbb :
• Buka Kompas dan tutupnya tegakkan ke atas
• Tutupkan Prisma ke atas Kaca Kompas
• Tarik cincin Ibu Jari jauh ke bawah, lalu masukkan Ibu Jari ke dalam
cincin dan letakkan jari telunjuk menekan kotak kompas.
• Bawalah atau dekatkan Kompas kedepan mata.
• Arahkan Kompas pada Sasaran yang dituju dengan melihat celah melalui
bidikan pada prisma, sejajarkan garis rambut / gari tengah dengan Sasaran
• Lalu lihat angka yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk didalam kompas,
itulah Sudut Kompas yang dimaksud.

SUDUT KOMPAS = SUDUT PETA ± (UP.UM 2013)


II. KOMPAS
A. PENGERTIAN
Merupakan penunjuk arah mata angin dengan ketentuan sudut derajat dari
arah utara magnetis bumi. Kompas yang biasa digunakan untuk keperluan
navigasi darat dapat dibedakan menurut kegunaannya dan menurut cara
melihat angka di dalam lingkaran sudutnya.

B. FUNGSI
Kompas adalah alat penunjuk arah yang digunakan untuk mengetahui arah
utara magnetis. Karena sifat kemagnetannya, jarum kompas akan
menunjuk arah utara-selatan (jika tidak dipengaruhi oleh adanya gaya-gaya
magnet lainnya selain magnet bumi). Tetapi perlu diingat bahwa arah yang
ditunjuk oleh jarum kompas tersebut adalah arah utara magnet bumi, jadi
bukan arah utara sebenarnya.
Secara fisik, kompas terdiri atas :
a) Badan, yaitu tempat komponen-komponen kompas lainnya berada.
b) Jarum, selalu mengarah ke utara-selatan bagaimanapun posisinya.
c) Skala penunjuk, menunjukkan derajat sistem mata angin.

C. JENIS-JENIS KOMPAS
Berdasarkan kegunaannya ada Kompas Bidik, yaitu kompas yang
penggunaannya dikhususkan untuk menentukan azimuth dengan cara
dibidik. Kompas Orienteering, yaitu jenis kompas yang penggunaannya
khusus untuk orientasi peta, tetapi masih bisa digunakan untuk membidik
walaupun kurang tepat (kecuali model-model tertentu).
Berdasarkan cara melihat lingkaran derajatnya, ada Kompas Prisma,
Kompas Lensa dan Kompas Cermin.
Kompas yang baik pada ujungnya dilapisi fosfor agar dapat terlihat dalam
keadaan gelap.

D. PEMAKAIAN KOMPAS
Kompas dipakai dengan posisi horizontal sesuai dengan arah garis medan
magnet bumi. Dalam memakai kompas, perlu dijauhkan dari pengaruh
benda-benda yang mengandung logam, seperti pisau, golok, karabiner,
jam tangan dan lainnya. Kehadiran benda-benda tersebut akan
mempengaruhi jarum kompas sehingga ketepatannya akan berkurang.
Pada dasarnya cara pengggunaan kompas ditekankan pada urutan-urutan
yang benar menggunakan kompas, yaitu sebagai berikut :
1. Buka bagian penutup (untuk kompas yang ada penutupnya)
2. Jauhkan kompas dari gangguan lokal dan benda-benda yang
mengandung medan magnet
3. Pegang / letakkan kompas dengan datar ( horizontal )
4. Bidik sasaran yang dituju dimana celah bidik, garis bidik dan sasaran
bidik berada pada satu garis lurus.
5. Baca / lihat besar sudut dari bagian untuk melihat angka-angka derajat
(untuk kompas bidik).

E. BERJALAN MENURUT ARAH KOMPAS


Kadangkala di lapangan kita dituntut untuk melakukan pergerakan menurut
arah kompas yang telah kita tentukan. Pada prinsipnya dalam melakukan
pergerakan dengan sasaran bidik yang telah ditentukan harus kontras
dengan keadaan sekitarnya dan sejauh mata memandang, tetapi di
lapangan kita sulit untuk menentukan sasaran bidik yang kontras dengan
keadaan sekitarnya, untuk mengatasinya dengan bantuan teman kita
sebagai sasarannya (man to man) dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
– Ikuti urutan menggunakan kompas yang benar
– Bidik sasaran / tujuan dengan kompas melalui celah bidik
– Sejajarkan garis pada permukaan kaca kompas dengan arah utara
kompas.
– Dengan sejajarnya arah utara kompas dengan garis pada permukaan
kaca kompas, maka Arah celah bidik kompas adalah arah yang kita tuju.

III. ALTIMETER
Altimeter merupakan alat Pengukur Ketinggian yang bisa membantu dalam
menentukan posisi.
Pada medan yang bergunung tinggi, resection dengan menggunakan
kompas sering tidak banyak membantu, disini altimeter lebih bermanfaat.
Dengan menyusuri punggungan-punggungan yang mudah dikenali di peta,
altimeter akan lebih berperan dalam perjalanan, yang harus diperhatikan
dalam pemakaian altimeter :
setiap altimeter yang dipakai harus dikalibrasi, dengan cara periksa
ketelitian altimeter di titik-titik ketinggian yang pasti. Contohnya di tepi laut
atau Stasiun kereta api.
Altimeter sangat peka terhadap guncangan, perubahan cuaca, dan
perubahan temperatur.
IV. PROTRACTOR
Protractor adalah alat yang berbentuk persegi empat yang digunakan untuk
mempermudah kita menentukan koordinat dan sudut pada peta.
Biasanya 1 buah protaktor memiliki 3 skala yang berbeda, namun tidak
dapat digunakan untuk membaca koordinat geografis yang di dalamnya
terdapat :
• Pembagian Derajat
• Pembagian Peribuan
• Skala Koordinat 1 : 100.000 1 : 50.000 1 : 25.000
• Titik Pusat untuk Pembagian Derajat dan Peribuan adalah titik silang
pada tengah – tengah Protractor.
• Tanda Indeks dan untuk Skala Koordinat adalah Sisi Tegak dan Siku –
siku segi-tiga

Protractor dapat dipergunakan untuk :


1. Menentukan Sudut Peta
2. Plotting Sudut Peta
3. Plotting Koordinat
4. Menentukan Koordinat

MENGENAL TANDA MEDAN


Kemampuan mengenal tanda medan sangatlah mutlak untuk dikuasai jika
kita hendak melakukan navigasi darat. Tanda-tanda medan dapat dijadikan
acuan untuk penentuan lokasi dan pengenalan medan supaya arah
perjalanan tidak melenceng hingga terjadi hal-hal buruk seperti tersesat.
Tanda-tanda medan dapat dikenali dari bentang alam yang ada di sekitar,
misalnya punggungan, puncak bukit, jalan setapak, jalan raya, sungai,
tebing, muara, anak sungai, pemukiman atau daerah tertentu.
Disamping kita mengenal tanda medan / objek di peta, kita juga bisa
menggunakan tanda-tanda medan / objek sebenarnya di lapangan yang
mudah dikenali di peta. Beberapa tanda medan dapat kita baca di peta
sebelum kita berangkat menuju lokasi, tapi kemudian kita harus cari tanda
tersebut di lokasi :
– Puncak gunung atau bukit, punggungan, lembah diantara dua puncak
dan bentuk-bentuk tonjolan lainnya yang menyolok
– Lembah yang curam, jembatan (perpotongan sungai dengan jalan), ujung
desa, samping jalan
– Bila kita berada di pantai, muara sungai dapat menjadi tanda medan
yang sangat jelas, begitu juga tanjung yang menjorok ke laut, teluk-teluk
yang menyolok, pulau-pulau kecil, pemukiman penduduk dan lain
sebagainya.

TEKNIK PETA KOMPAS


Azimuth dan Back Azimuth, Resection, Intersection, Analisa Perjalanan
TAK AKAN LUPUT DARI PETA DAN KOMPAS JIKA ANDA BERADA DI
SUATU TEMPAT
1. TEKNIK PETA KOMPAS
adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan
Orientasi peta
sebenarnya (secara praktis menyamakan utara peta dengan utara
magnetis).
Langkah-langkah Orientasi Peta adalah sebagai berikut :

a) Letakkan peta pada bidang datar.


b) Buka tutup kompas prisma dan Letakkan kompas diatas peta
c) Sejajarkan antara sumbu utara peta dengan utara magnetis/utara
kompas, dengan demikian letak peta akan sesuai dengan bentang alam
yang dihadapi.

Orientasi Medan,
gunanya untuk mengenali posisi medan sebenarnya di peta
dan mengenali tanda di peta pada medan sebenarnya.
Orientasi Medan dapat dilakukan dengan langkah – langkah sebagai
berikut :
a) Cari tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang
mencolok dengan mudah.
b) Lakukan Orientasi Peta
c) Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekeliling dan temukan
tanda medan tersebut dipeta, lakukan untuk beberapa tanda medan.
d) Ingat tanda medan itu, bentuknya dan tempatnya dimedan sebenarnya
maupun dipeta, ingat-ingat tanda medan yang khas dari setiap tanda
medan.

Sebelum anda mulai orientasi medan, kenali dulu tanda-tanda medan yang
ada dilokasi. Ini bisa dilakukan dengan menanyakan kepada penduduk
setempat nama-nama gunung, bukit, sungai, atau tanda-tanda medan
lainnya, atau dengan mengamati kondisi bentang alam yang terlihat dan
mencocokkan dengan gambar kontur yang ada dipeta.

2. AZIMUTH DAN BACK AZIMUTH


Azimuth ialah Sudut Mendatar yang besarnya dihitung dan diukur sesuai
dengan arah jalannya jarum jam dari suatu garis yang tetap, yaitu arah
utara.
Secara praktis adalah besar sudut yang dibentuk antara utara magnetis
(nol derajat) dengan titik/sasaran yang kita tuju, azimuth juga sering
disebut Sudut Kompas. Ada tiga macam Azimuth yaitu :
a) Azimuth Sebenarnya, yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara
sebenarnya dengan titik sasaran;
b) Azimuth Magnetis, yaitu sudut yang dibentuk antara utara kompas
dengan titik sasaran;
c) Azimuth Peta, yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara peta dengan
titik sasaran.
Untuk keperluan praktis, pada navigasi ini kita gunakan Azimuth Magnetis.
Back Azimuth adalah Besar Sudut kebalikan / kebelakang dari Azimuth.
Cara menghitungnya :
Jika, Az 180 derajat , Maka; Baz = Az – 180 derajat
Jika, Az = 180 derajat , Maka; Baz = 0 derajat atau 360 derajat

3. ANALISA PERJALANAN
Analisa perjalanan perlu dilakukan agar kita dapat membayangkan kira-kira
medan apa yang akan kita lalui, dengan mempelajari peta yang akan
dipakai. Yang perlu di analisa adalah jarak, waktu dan tanda medan.

a. Jarak
Jarak diperkirakan dengan mempelajari dan menganalisa peta, yang perlu
diperhatikan adalah jarak yang sebenarnya yang kita tempuh bukanlah
jarak horizontal. Kita dapat memperkirakan jarak (dan kondisi medan)
lintasan yang akan ditempuh dengan memproyeksikan lintasan, kemudian
mengalikannya dengan skala untuk memperoleh jarak sebenarnya.
Perhitungan untuk menentukan jarak :
Skala = Jarak Peta : Jarak Datar
Jarak Datar = Skala x Jarak Peta

Jarak Peta = Jarak Datar : Skala

b. Waktu
Bila kita dapat memperkirakan jarak lintasan, selanjutnya kita harus
memperkirakan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak
tersebut. Tanda medan juga bisa untuk menganalisa perjalanan dan
menjadi pedoman dalam menempuh perjalanan.
c. Medan Tidak Sesuai Peta
Jangan terlalu cepat membuat kesimpulan bahwa peta yang kita pegang
salah. Memang banyak Sungai-sungai kecil yang tidak tergambarkan di
peta, karena sungai tersebut kering ketika musim kemarau. Ada kampung
yang sudah berubah, jalan setapak yang hilang, dan banyak perubahan-
perubahan lain yang mungkin terjadi.
Bila anda menjumpai ketidaksesuaian antara peta dengan kondisi
lapangan, baca kembali peta dengan lebih teliti, lihat tahun keluaran peta,
karena semakin lama peta tersebut maka banyak sekali perubahan yang
terdapat pada peta tersebut. Jangan hanya terpaku pada satu gejala yang
tidak ada di peta sehingga hal-hal yang yang dapat dianalisa akan
terlupakan. Kalau terlalu banyak hal yang tidak sesuai, kemungkinan besar
anda yang salah (mengikuti punggungan yang salah, mengikuti sungai
yang salah, atau salah dalam melakukan resection). Peta 1:50.000 atau
1:25.000 umumnya cukup teliti.
4. RESECTION
Resection adalah menentukan kedudukan/ posisi di peta dengan
menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali.

Teknik resection membutuhkan bentang alam yang terbuka untuk dapat


membidik tanda medan. Tidak selalu tanda medan yang harus selalu
dibidik, jika kita berada di tepi sungai, sepanjang jalan, atau sepanjang
suatu punggungan, maka hanya perlu satu tanda medan lainnya yang
dibidik.

Langkah – Langkah melakukan Resection :

a) Lakukanlah orientasi medan (dapatkan minimal 2 tanda medan)


b) Tandai kedudukan tanda medan tersebut di peta dengan membuat salib
sumbu pada pusat tanda-tanda medan yang sudah dikenali di peta dan di
lapangan.
c) Bidikkan kompas ke tanda medan tersebut dan catat sudut kompasnya
(Azimuth).
d) Hitung SPM tahun berjalan dan pindahkan hasilnya ke sudut peta
e) Hitung Back Azimuth dari hasil perhitungan tersebut.
f) Tarik garis sudut peta dari tanda medan yang sudah kita bidik sesuai
dengan hasil perhitungan, hingga garisnya berpotongan.
g) Perpotongan garis tersebut adalah kedudukan kita di peta.

Resection dapat dilakukan dengan minimal 2 tanda medan, yaitu :


1) 2 titik ketinggian
2) 1 titik ketinggian dengan sungai
3) 1 titik ketinggian dan jalan setapak
4) Jalan setapak / sungai dengan altimeter
5) 1 titik ketinggian dengan altimeter.

5. INTERSECTION
Intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan
menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali dilapangan.

Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu


benda yang terlihat dilapangan, tetapi sukar untuk dicapai. Pada
intersection, kita sudah yakin pada posisi kita di peta dan kondisikan agar
objek tetap dapat terlihat saat kita berpindah posisi.

Langkah – Langkah melakukan Intersection :

a) Lakukan orientasi medan, dan pastikan posisi kita di peta.


b) Bidik obyek yang kita amati.
c) Hitung SPM tahun berjalan, pindahkan hasilnya ke sudut peta.
d) Bergerak ke posisi lain, dan pastikan posisi tersebut di peta, lakukan
langkah b dan c;
e) Tarik garis sudut peta dari posisi kita di peta sesuai dengan hasil
perhitungan, hingga garisnya berpotongan. Perpotongan garis dari dua
sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.

6. Menentukan Arah Lintasan


Dalam menentukan arah lintasan dapat mempergunakan 2 cara, yang
pertama dengan tracking kompas, atau mengunci arah kompas searah
dengan sudut peta sesuai dengan arah yang dituju. Yang kedua adalah
dengan mencari punggungan yang paling lebar untuk mencapai tempat
yang dituju.
kedua cara ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dimana
sebaiknya cara yang dipilih disesuaikan dengan jenis kegiatan yang akan
dilakukan.

SEBELUM, KETIKA DAN SETELAH SELESAI BERNAVIGASI , JAGALAH PERALATAN YANG


KITA GUNAKAN AGAR TETAP BAIK KONDISINYA.
Share this:

Anda mungkin juga menyukai