Anda di halaman 1dari 25

BAB II DASAR TEORI

2.1 Peta
Peta adalah lembaran seluruh atau sebagian permukaan bumi pada bidang datar
yang diperkecil dengan menggunakan skala tertentu. Sebuah peta adalah
representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga dimensi. Pengertian peta menurut
para ahli, diantaranya adalah:
a. Menurut Aryono Prihandito (1998) Peta adalah gambaran permukaan
bumi dengan skala tertentu, digambar pada bidang datar melalui sistem
proyeksi tertentu.
b. Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional
(Bakosurtanal 2005) Peta adalah wahana bagi penyimpanan dan penyajian
data kondisi lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para perencana
dan pengambilan keputusan pada tahapan pada tingkatan pembangunan.
c. Menurut Erwin Raisz Peta adalah gambaran konvensional permukaan bumi
yang diperkecil dengan berbagai kenampakan dan ditambah tulisan-tulisan
sebagai tanda pengenal.

Menurut ICA (International Cartographic Association) Peta adalah gambaran


atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari permukaan
bumi yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa,
yang pada umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil atau
diskalakan.

Peta Sketsa adalah gambaran mengenai lintasan dimana titik melakukan pendirian
alat dan stik berdiri yang dihubungkan sehingga bentuk lintasan menutup, sesuai
dengan metode yang digunakan yaitu Polygon tertutup. Fungsi dari dibuatnya peta
sketsa adalah memastikan bahwa lintasan pengukuran menutup dari titik akhir
pengukuran kembali ke titik awal pengukuran, dan juga mengetahui arah lintasan
pengukuran yang dilakukan dilapangan.

LAPORAN UJI KOMPETENSI KEAHLIAN 6


Gambar 2.1 Peta sketsa

2.1.1 Peta Topografi


Peta topografi adalah peta yang menggambarkan relief permukaan bumi. Relief
adalah perbedaan tinggi rendahnya permukaan bumi. Dalam peta topografi, relief
digambar menggunakan garis kontur elevasi (ketinggian). Pengertian lain
mengenai Peta Topografi ada dua, yaitu:
a. Peta yang menggambarkan relief permukaan bumi beserta bangunan alami
maupun buatan manusia yang ada di atasnya.
b. Peta adalah bayangan rupa bumi yang digambarkan dibidang datar (bidang
gambar) dengan skala tertentu.

Gambar 2.2 Peta Topografi

LAPORAN UJI KOMPETENSI KEAHLIAN 7


Pada Peta Topografi terdapat garis-garis kontur yang menunjukkan relief muka
bumi. Garis kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan titik-titik yang
mempunyai ketinggian yang sama terhadap bidang referensi yang digunakan.
Kecuraman dari suatu lereng (stepness) dapat ditentukan dengan adanya interval
kontur dan jarak antara dua kontur, sedangkan jarak horizontal antara dua garis
kontur dapat ditentukan dengan cara analisis. Garis kontur tidak boleh saling
berpotongan satu sama lain. Selain itu, garis kontur harus merupakan garis yang
tertutup baik di dalam maupun di luar peta.
Interval kontur adalah perbedaan ketinggian antar dua garis kontur di dunia nyata.
Interval kontur dalam satu peta harus sama agar peta dapat diukur dengan akurat.
Interval kontur dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut

CI = penyebut dalam skala × (1/2000).

Keterangan:
CI = Interval Kontur
Rumus diatas umumnya digunakan ketika hendak menggambar garis kontur pada
peta yang skalanya diketahui.

Gambar 2.3 Garis Kontur

Sifat-sifat garis kontur adalah sebagai berikut:


a. Garis kontur merupakan garis yang selalu tertutup (loop), kecuali pada batas
peta.
b. Dua buah garis kontur dengan ketinggian yang berbeda tidak mungkin
saling berpotongan.

LAPORAN UJI KOMPETENSI KEAHLIAN 8


c. Garis kontur tidak bercabang (dalam hubungannya dengan keaslian alam,
kecuali buatan manusia).
d. Garis-garis kontur yang melalui lidah bukit atau tanjung akan cembung
kearah turunnya tanah.
e. Garis kontur yang memotong sungai akan cembung ke arah hulu sungai dan
semakin cembung jika semakin bertambah dalam.
f. Semakin miring keadaan tanah akan semakin rapat garis kontur
digambarkan, semakin landai kemiringan tanah akan semakin jarang garis
kontur di gambarkan.
g. Pada daerah yang sangat curam garis kontur membentuk satu garis.
h. Garis-garis kontur saling melingkari satu sama lain dan tidak akan saling
berpotongan.
Garis kontur merupakan ciri khas yang membedakan peta topografi dengan peta
lainnya dan digunakan untuk penggambaran relief atau tinggi rendahnya
permukaan bumi yang dipetakan. Pentingnya garis kontur dalam peta topografi
adalah untuk pembuatan trace jalan/rel.
Garis kontur dibuat dengan cara memetakan informasi ketinggian suatu obyek
yang didapat dari survei dunia nyata dan menginterpretasikannya dengan
menggunakan garis-garis.
Dari peta topografi tersebut akan dibuat penampang topografi. Penampang
topografi adalah profil yang menunjukkan muka bumi sepanjang garis penampang
tertentu. Penampang ini dibuat dengan memproyeksikan titik potong kontur dan
garis penampang pada ketinggian.
Tahapan penampang melintang pada peta topografi sebagai berikut:
1. Tentukan wilayah yang akan dibuat diagram penampang melintang.
2. Buat garis penampang pada peta kontur yaitu dengan membuat garis
melintang/garis horizontal.
3. Buat grafik/diagram ketinggian di bawah peta yang sudah dibuat garis
penampang.

LAPORAN UJI KOMPETENSI KEAHLIAN 9


4. Tepat di titik per potongan antara garis penampang dan kontur pada peta,
tarik garis ke bawah untuk dihubungkan ke grafik/diagram, sehingga
dihasilkan titik per potongan ketinggian pada grafik ketinggian.
5. Hubungkan titik-titik per potongan pada grafik ketinggian sehingga
dihasilkan pola bentuk bumi sesungguhnya.
Apabila ketinggian wilayah pada peta semakin keluar semakin tinggi maka, hasil
penampang nya berbentuk lembah. Apabila ketinggian wilayah pada peta semakin
ke dalam semakin tinggi maka, hasil penampang nya akan berbentuk dataran
tinggi

Gambar 2.4 Penampang Topografi

2.1.2 Peta Geomorfologi


Ada beberapa pengertian geomorfologi menurut beberapa ahli yaitu, sebagai
berikut :
a. Geomorfologi adalah studi tentang bentuk lahan (Lobeck, 1939).
b. Geomorfologi adalah ilmu tentang bentuk lahan (Thornbury, 1954).
c. Geomorfologi adalah studi tentang bentuk lahan, dan terutama pada asal
mula terbentuknya, proses-proses perkembangannya, dan komposisi
material penyusunnya (Cook, at al., 1976).
d. Geomorfologi adalah studi yang mendeskripsi bentuk lahan dan proses serta
mencari antar hubungan antara bentuk lahan dan proses dalam susunan
keruangannya (Van Zuidam at al., 1978).

LAPORAN UJI KOMPETENSI KEAHLIAN 10


e. Geomorfologi didefinisikan sebagai suatu ilmu yang membicarakan tentang
bentuk lahan yang mengukir permukaan bumi baik di atas maupun di bawah
permukaan laut, dan menekankan pada asal mula terbentuknya (genesis)
serta perkembangan yang akan datang, dan hubungan dengan
kelingkungannya (Verstappen, 1983).

Peta Geomorfologi didefinisikan sebagai peta yang menggambarkan bentuk lahan,


genesa beserta proses yang mempengaruhinya dalam berbagai skala. Berdasarkan
definisi diatas maka suatu peta geomorfologi harus mencakup hal hal sebagai
berikut:
a. Peta geomorfologi menggambarkan aspek-aspek utama lahan atau terrain
disajikan dalam bentuk simbol huruf dan angka, warna, pola garis dan hal
itu tergantung pada tingkat kepentingan masing-masing aspek.
b. Peta geomorfologi memuat aspek-aspek yang dihasilkan dari sistem survei
analitik (diantaranya morfologi dan morfogenesa) dan sintetik (diantaranya
proses geomorfologi, tanah /soil, tutupan lahan).
c. Unit utama geomorfologi adalah kelompok bentuk lahan didasarkan atas
bentuk asalnya (struktural, denudasi, fluvial, marin, karts, angin dan es).
d. Skala peta merupakan perbandingan jarak peta dengan jarak sebenarnya
yang dinyatakan dalam angka, garis atau kedua-duanya.

Gambar 2.5 Peta Geomorfologi

LAPORAN UJI KOMPETENSI KEAHLIAN 11


Adapun informasi yang terdapat dalam peta geomorfologi berupa bentuk,
geometri, serta proses-proses yang telah maupun sedang terjadi, baik proses
endogenik maupun eksogenik. Informasi utama yang dimuat peta geomorfologi
versi ITC (Verstappen dan Zuidam, 1975) adalah unit bentuk lahan genetik
utama, litologi, dan bentuk lahan genetik minor serta proses. Informasi lain
sebagai informasi tambahan adalah topografi, morfometri, dan kronologi.
Pembuatan Peta Geomorfologi dapat dilakukan dengan cara, yaitu sebagai
berikut:
a. Metode Pola Kerapatan Kontur
Metode ini berdasarkan pada rangkaian bentuk kerapatan garis kontur.
Kondisi lereng di lapangan akan lebih terwakili dan lebih baik lagi bila
menggunakan peta topografi berskala besar. Cara ini sangat mudah,
cepat, dan cukup representatif. Prinsipnya adalah dengan membagi
variasi pola kerapatan garis kontur. Berikut ini adalah langkah kerja
metode pola kerapatan garis kontur:
1. Amati pola garis kontur pada lembar kerja peta topografi anda.
Batasi variasi kerapatan garis kontur: rapat sekali, rapat, renggang,
agak renggang, hingga sangat renggang tergantung kondisi pola garis
konturnya .
2. Tarik garis tegak lurus terhadap pola kerapatan garis kontur pada
setiap pola kerapatan garis kontur. Garis tegak lurus tersebut adalah
jarak horizontal, lalu ukur jaraknya (M).
3. Hitung beda tinggi antara titik tertinggi dan terendah sepanjang garis
M, disebut sebagai H.
4. Persen lereng dapat dihitung dengan membagi beda tinggi (H dalam
meter) dengan M (jarak horizontal dalam meter), lalu dikali 100%.
5. Untuk menghitung derajat lereng, caranya dengan menggunakan
perhitungan tangen terhadap jarak datar dan vertikal.

LAPORAN UJI KOMPETENSI KEAHLIAN 12


b. Metode Wenworth
Prinsip metode ini adalah membuat jaring bujursangkar/grid. Kemudian tarik garis
tegak lurus pola umum kontur yang memotong grid bujursangkar. Semakin kecil
ukuran grid, maka tingkat ketelitiannya menjadi semakin tinggi, tetapi
memerlukan waktu yang lama apabila dikerjakan secara manual. Sudut lereng
dlitentukan dengan rumus:

(𝑛−1) ×𝐼𝑘
S = × 100%
𝑎 ×𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑏𝑢𝑡 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎

Ket :
S = Sudut lereng
n = Jumlah kontur yang terpotong garis sayatan
Ik = Interval kontur (cm)
a = panjang sayatan (cm)

Tabel 2.1 Klasifikasi Lereng


No. Lereng ( ...°) Lereng ( ...%) Tingkat Warna
1. 0–2 0–2 Datar/Hampir Datar Hijau Tua
2. 3–4 3–7 Landai Hijau Muda
3. 5–8 8 – 15 Miring Kuning
4. 9 – 16 16 – 30 Agak Curam Jingga
5. 17 – 35 31 – 70 Curam Merah Muda
6. 36 – 55 71 – 140 Sangat Curam Merah Tua
7/ >56 >141 Terjal Ungu

Tabel 2.2 Klasifikasi Lereng dan Satuan Relief (Van Zuidam 1983)
Kemiringan Beda Tinggi
No. Relief Warna
Lereng (%) (M)
1. Topografi daratan 0–2 >5 Hijau
Topografi bergelombang
2. 3–7 5 – 50 Hijau muda
lemah

LAPORAN UJI KOMPETENSI KEAHLIAN 13


Topografi bergelombang
3. 8 – 13 25 – 75 Kuning
lemah-kuat
Topografi bergelombang
4. 14 – 20 50 – 200 Jingga
kuat-perbukitan
Topografi perbukitan-
5. 21 – 55 200 – 500 Merah muda
tersayat kuat
Topografi perbukitan-
6. 56 – 140 500 – 1000 Merah tua
tersayat-kuat-pegunungan

Topografi pegunungan >140 >1000 Ungu


7.

c. Prosedur Penampang Geomorfologi


Penampang Geomorfologi adalah irisan berbentuk tegak bentuk lahan yang
mencerminkan hubungan konfigurasi bentang alam.
Adapun Tahapan pembuatan penampang geomorfologi sebagai berikut:
1. Amati peta geomorfologi pada lembar kerja peta anda.
2. Tarik garis pada peta usahakan tegak lurus terhadap pola memanjang
garis kontur.
3. Kemudian buat penampang geomorfologi berdasarkan skala peta yang
digunakan.
4. Lakukan lagi dan buat beberapa penampang geomorfologi yang lain.

Gambar 2.6 Penampang Geomorfologi

LAPORAN UJI KOMPETENSI KEAHLIAN 14


2.2 Polygon Tertutup
Polygon memiliki arti banyak titik, yang digunakan sebagai kerangka dasar
pemetaan yang memiliki banyak titik-titik. Polygon digunakan untuk mewakili
bentuk obyek gambar dengan cara mempresentasikan tepi obyek dengan polygon.
Polygon tertutup adalah titik yang bermula dan berakhir disatu titik yang sama,
sehingga membentuk segi banyak. Fungsi dari kembali ke titik awal adalah untuk
digunakan mengoreksi besaran sudut pada tiap segi tersebut.
Dalam pengukuran polygon tertutup ada keuntungan dan kelemahannya, sebagai
berikut:
a. Keuntungan Polygon tertutup yaitu, walaupun tidak ada ikatan sama sekali,
namun koreksi sudut dapat dicari dengan adanya sifat polygon tertutup yang
jumlah sudut dalamnya sama. Selain itu, terdapat pula koreksi koordinat
dengan adanya konsekuensi logis dari bentuk geometrisnya bahwa jumlah
selisih absis dan jumlah selisih ordinat sama dengan nol.
b. Kelemahan Polygon tertutup yaitu, bila ada kesalahan dengan jarak (salah
satu salah sistematis) tidak akan ketahuan. Dengan kata lain, walaupun ada
kesalahan, namun polygon tertutup tetap kelihatan baik.

Gambar 2.7 Polygon Tertutup

LAPORAN UJI KOMPETENSI KEAHLIAN 15


2.3 Peralatan Pemetaan
Peralatan pemetaan adalah beberapa alat yang digunakan untuk membantu dan
mendukung kegiatan pengukuran yang dilaksanakan di lapangan. Berikut
beberapa peralatan yang digunakan untuk pemetaan:

A. Total Station Minds M4i


Total station merupakan theodolite terintegrasi dengan komponen pengukur jarak
elektronik (Electronic Distance Meter (EDM)) untuk membaca jarak dan
kemiringan dari instrumen ke titik tertentu dengan unit memori. Theodolite digital
elektronik pertama kali diperkenalkan pada akhir 1960-an oleh Carl Zeiss Inc
dan ditujukan membantu mengatur panggung untuk pengumpulan maupun
pemrosesan data lapangan yang modern. Total station adalah instrumen
optis/elektronik yang digunakan dalam pemetaan dan konstruksi bangunan.

Gambar 2.8 Total Station M4i

B. Prisma
Prisma Ialah suatu target bidikan yang terbuat dari kaca cekung yang mempunyai
tanda bidik berupa garis silang dengan guna memantulkan laser dari alat total
station dalam pengambilan data. Prisma ini bisa dipakai dengan statif (titik base)
maupun tongkat (pole) + terpasang nivo.

LAPORAN UJI KOMPETENSI KEAHLIAN 16


Gambar 2.9 Prisma

C. Kompas
Kompas adalah alat pemetaan yang digunakan untuk mencari arah berupa sebuah
panah penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan
magnet bumi secara akurat.

Gambar 2.10 Kompas

D. GPS
GPS (Global Positioning System) merupakan sistem navigasi berbasis satelit yang
menentukan koordinat letak permukaan bumi dengan bantuan dari satelit. Sistem
ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan gelombang mikro ke bumi, lalu
diterima oleh GPS yang ada dibumi. GPS digunakan untuk menentukan koordinat
posisi, kecepatan, arah dan waktu saat survey.

LAPORAN UJI KOMPETENSI KEAHLIAN 17


Gambar 2.11 GPS

E. Meteran
Meteran ialah alat yang digunakan untuk mengukur panjang lintasan atau
ketebalan lapisan, namun pada saat pengukuran meteran juga digunakan untuk
mengukur tinggi alat.

Gambar 2.12 Meteran

F. Payung
Payang digunakan sebagai pelingdung alat total station dari terpaparnya sinar
matahari secara langsung, agar alat total station yang digunakan pada saat
pengukuran tidak eror atau rusak

LAPORAN UJI KOMPETENSI KEAHLIAN 18


Gambar 2.13 Payung

G. Buku Catatan dan Alat Tulis


Buku dan alat tulis ini digunakan untuk mencatat semua hasil dari survey yang
dilakukan. Mulai dari hasil data ukur, sketsa, deskripsi, letak singkapan dan lain-
lain yang perlu dicatat.

Gambar 2.14 Buku catatan dan alat tulis

H. Kamera
Kamera digunakan sebagai alat untuk mempublikasikan hasil kegiatan lapangan
yang dilakukan, mulai dari lokasi kegiatan, sampel batuan dan juga untuk
mengambil beberapa gambar kerja. Kamera yang digunakan adalah kamera
handphone.

LAPORAN UJI KOMPETENSI KEAHLIAN 19


Gambar 2.15 Kamera

I. Tas Lapangan
Tas ini merupakan alat vital yang sangat penting jika ingin melakukan survey. Tas
digunakan untuk meletakkan semua perlengkapan-perlengkapan yang akan
digunakan pada saat dilapangan.

Gambar 2.16 Tas lapangan

J. Tripod ( Statif )
Tripod (statif) Ialah kaki tiga yang digunakan untuk menempatkan total station di
atasnya selama diadakan pengukuran. Tripod itu yang nantinya akan
dihubungkan dengan Total Station.

LAPORAN UJI KOMPETENSI KEAHLIAN 20


Gambar 2.17 Tripod

K. Tongkat Pole Prisma (stick pole prism)


Tongkat Pole Prisma ialah suatu alat bantu prisma yang terbuat dari logam yang
mempunyai tanda berupa garis merah putih dan dilengkapi oleh ukuran serta
gelembung. Tingkat prisma ada yang ukuran 2 - 5 meter untuk prisma melingkar
dan prisma 360, sedangkan ukuran 30 cm untuk mini prisma.

Gambar 2.18 Tongkat pole prisma

L. Parang
Parang adalah benda tajam yang digunakan sebagai alat potong atau alat tebas
kala keluar masuk hutan.

LAPORAN UJI KOMPETENSI KEAHLIAN 21


Gambar 2.19 Parang

2.4 Langkah Pengoperasian Total Station M4i

Ada beberapa langkah-langkah pengoperasian total station yaitu sebagai berikut:


A. Mendirikan alat
a. Tegakkan tripod. Usahakan tripod dalam keadaan datar.

Gambar 2.20 Mendirikan Tripod


b. Letakkan total station ke atas tripod lalu kunci sekrup yang menghubungkan
tripod dengan Total Station.

LAPORAN UJI KOMPETENSI KEAHLIAN 22


Gambar 2.21 Memutar Skrup Pengunci Total Station
c. Centringkan alat hingga benang centring tepat berada di atas patok dengan
menggerakkan dua kaki tripod. Sedangkan kaki yang lain sebagai tumpuan.
Setelah mendekati atau berada pada patok, turunkan kedua kaki tripod, lalu kunci
sekrupnya.

Gambar 2.22 Centring Alat

d. Centringkan alat dengan menggunakan kaki tripod secara bergantian hingga


nivo lingkaran tepat berada di tengah paku. Benang silang lensa centring harus
tepat berada di tengah paku.

LAPORAN UJI KOMPETENSI KEAHLIAN 23


Gambar 2.23 Centring Nivo Lingkaran ABC
e. Centringkan nivo tabung menggunakan sekrup ABC.

Gambar 2.24 centring nivo tabung


f. Ukur tinggi alat hingga batas yang sudah ditentukan..

LAPORAN UJI KOMPETENSI KEAHLIAN 24


Gambar 2.25 Highting
g. Carilah titik koordinat tempat alat berdiri menggunakan GPS. Lalu tekan
tombol power untuk menghidupkan total station.

B. Memulai Job Baru


1. Tekan tombol untuk masuk ke menu utama alat, setelah itu pilih menu “data
collect”

Gambar 2.26 Menu


2. Setelah muncul tampilan “FILE”, maka buatlah job baru dengan memilih
“LIST”. Jika ingin mengetik huruf maka ubahlah tampilan “NUM” menjadi
“ALPH” setelah itu ketik nama job baru yang diinginkan. Apabila terjadi
kesalahan pengetikkan maka tekan tombol “ESC” untuk menghapusnya.
3. Setelah nama job baru di isi selanjutnya tekan “ENT”.

LAPORAN UJI KOMPETENSI KEAHLIAN 25


Gambar 2.27 Pembuatan Job Baru

C. Melakukan pengukuran (Surveying)


a. OCC PT INPUT
1. Masuk ke menu OCC PT INPUT dengan menekan tombol 1. Lalu isi data yang
dibutuhkan, yaitu nomor OCC PT, PCODE, nilai koordinat X, Y, Z dan tinggi
alat.

a b
Gambar 2.28 a. Tampilan OCC PT INPUT
b. Input Tinggi Alat

2. Setelah semua diisi maka pilih “ENTER” dengan tekan tombol F4. Setelah itu
akan muncul “RECORD STN ?” lalu pilih “YES” dengan tekan tombol F4 untuk
merekam semua data yang dimasukkan. Setelah itu “ESC”.
b. Backsight
1. Setelah itu masuk ke pilihan “BACKSIGHT”. Lalu pilih “BS COORD”.
Setelah itu akan muncul tampilan seperti dibawah ini. Lalu isi data-data yang
tertera.

LAPORAN UJI KOMPETENSI KEAHLIAN 26


Gambar 2.29 Tampilan BACKSIGHT

2. Setelah itu tekan “ENT” lalu pilih “YES”. Setelah itu akan muncul nilai sudut
(HR) lalu pilih “YES”.
3. Setelah itu arahkan teropong ke arah backsight berdiri. Lalu pilih “MEAS”
dengan menekan F3.

Gambar 2.30 Membidik Lensa Backsight

4. Setelah itu akan muncul nilai selisih koordinat X, Y, Z. Lalu pilih “ENT”.
Untuk mengubahnya kedalam bentuk koordinat dapat memilih “NEZ”. Setelah itu
“ESC”.

LAPORAN UJI KOMPETENSI KEAHLIAN 27


a b
Gambar 2.31 a. Pilih MEAS pada F3
b. Nilai Backsight

c. Foresight (FS/SS)
1. Masuk ke menu “FS/SS” dengan menekan tombol 3, setelah itu maka akan
muncul tampilan seperti gambar di bawah ini. Lalu isi keterangan yang ada
dengan menekan F1. Setelah semuanya terisi makan tekan F4 untuk enter dan
pilih “MEAS” pada F3

Gambar 2.32 Tampilan FS/SS

2. Setelah itu akan muncul tampilannya, Anda bisa memilih “*DIST” untuk
mengetahui jarak dan “NEZ” unutk mengetahui nilai koordinat. Setelah itu
simpan data dengan memilih “YES” pada F4 atau membatalkan penyimpanan
dengan memilih “No.” pada F3.
Lakukakan kegiatan sampai survei selesai. Setelah berakhir tekan tombol
“POWER”.

LAPORAN UJI KOMPETENSI KEAHLIAN 28


2.5 Penganalisaan Data Pengukuran

Dalam melakukan pemetaan ini penulis menganalisa hasil pengukuran


menggunakan rumus sebagai berikut:
a. Menghitung koreksi selisih koordinat X (∆𝑋)
Rumus:

∑∆𝑋
∆𝑋𝑘𝑜𝑟 = ∆𝑋 − ( )
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖𝑢𝑛

Keterangan :
∑∆𝑋 = Jumlah keseluruhan selisih absis
∆𝑋 = Selisih nilai abis

b. Menghitung koreksi selisih koordinat Y (∆𝑌)


Rumus:

∑∆𝑌
∆𝑌𝑘𝑜𝑟 = ∆𝑌 − ( )
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖𝑢𝑛

Keterangan :
∑∆𝑌 = Jumlah keseluruhan selisih ordinat
∆𝑌 = Selisih nilai ordinat

c. Menghitung koreksi selisih koordinat Z (∆𝑍)


Rumus:

∑∆𝑍
∆𝑍𝑘𝑜𝑟 = ∆𝑍 − ( )
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖𝑢𝑛

Keterangan :
∑∆𝑍 = Jumlah keseluruhan selisih ketinggian
∆𝑍 = Selisih nilai ketinggian

LAPORAN UJI KOMPETENSI KEAHLIAN 29


d. Menghitung koreksi koordinat X
Rumus:

X = 𝑋0 + ∆𝑋𝑘𝑜𝑟

Keterangan :
𝑋0 = Nilai koorinat X awal
∆𝑋𝑘𝑜𝑟 = Selisih koordinat X

e. Menghitung koreksi koordinat Y

Y = 𝑌0 + ∆𝑌𝑘𝑜𝑟

Keterangan :
𝑌0 = Nilai koorinat Y awal
∆𝑌𝑘𝑜𝑟 = Selisih koordinat Y

f. Menghitung koreksi koordinat Z

Z = 𝑍0 + ∆𝑍𝑘𝑜𝑟

Keterangan :
𝑍0 = Nilai koorinat Z awal
∆𝑍𝑘𝑜𝑟 = Selisih koordinat Z

g. Menghitung luas daerah (m²)

Rumus: :

L = ½ [{(X1.Y2) + (X2.Y3) + (X3.Y4)}–{(Y1.X2) + (Y2.X3) + (Y3.X4)}]

Keterangan :
X = Nilai Absis pada analisa koordinat
Y = Nilai Ordinat pada analisa koordinat
L = Luas Daerah Pengukuran (m²)

LAPORAN UJI KOMPETENSI KEAHLIAN 30

Anda mungkin juga menyukai