Anda di halaman 1dari 25

Keterampilan Dasar Peta dan

Pemetaan
Claudius Ptolomaeus,
pada abad ke-2 (87150 M) mengemukakan
mengenai pentingnya peta dalam kehidupan
manusia. Kumpulan dari peta karya Claudius
Ptolomaeus dibukukan dan diberi nama Atlas
Ptolomaeus
A. Prinsip-Prinsip Dasar Peta dan
Pemetaan
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Peta

Menurut Perhimpunan Kartografi Internasional


(International Cartographic Association, 1976).
Peta adalah suatu gambaran atau representasi
unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari
permukaan bumi, yang ada kaitannya dengan
permukaan bumi atau benda-benda angkasa.
tiga hal penting yang berkaitan dengan peta,
yaitu sebagai berikut.

a. Dipilih
ex : Peta Administratif Kepulauan Papua
Pemilihan objek yang akan digambarkan pada sebuah
peta hendaknya dipilih sesuai dengan tujuan pembuatan
peta.
b. Ditransformasikan dalam Bidang Datar
Bentuk silinder dan kerucut dibangun dari bentuk
geometrik.

c. Diperkecil
Penentuan sebuah tempat dapat dengan mudah
ditentukan hanya dengan kemampuan dalam
membaca sebuah peta.
Beberapa fungsi peta lainnya secara umum
adalah sebagai berikut.
1) Menunjukkan posisi atau lokasi suatu wilayah
atau objek geografi di muka bumi, baik letak
absolut yang didasarkan atas koordinat garis
lintang dan bujur, maupun posisi relatif (letak
suatu tempat dalam hubungannya dengan
tempat lain di sekitarnya).
2) Memperlihatkan ukuran (diukur luas daerah dan
jarak).
3) Memperlihatkan kecenderungan bentuk (benua,
pulau, negara, gunung, arah pembangunan).
4) Menunjukkan ketinggian tempat atau sudut elevasi
berbagai wilayah dan objek geografi lainnya.
5) Mengumpulkan dan menyeleksi data atau informasi
dari suatu daerah dan menyajikannya secara grafis
dan nongrafis di atas peta sehingga dapat dijadikan
salah satu dasar pertimbangan dalam perencanaan
pembangunan suatu wilayah atau kawasan.
Cabang ilmu geografi yang secara khusus
mengkaji mengenai seluk beluk peta
dinamakan Kartografi, sedangkan orang yang
ahli dalam ilmu perpetaan dinamakan
Kartografer atau Kartograf.
2. Proyeksi Peta
Proyeksi peta adalah suatu sistem yang
memberikan hubungan Kutub antara posisi
titik-titik di bumi dan di peta
Menurut Arthur H. Robbinson (1963) esensi
proyeksi peta adalah penyajian bidang
lengkung ke bidang datar atau bidang
konvensional.
Beberapa ketentuan umum dalam proyeksi peta,
antara lain sebagai erikut:
a. bentuk yang diubah harus tetap;
b. luas permukaan yang diubah harus tetap;
c. jarak antara satu titik dengan titik lainnya di atas
permukaan yang diubah harus tetap; dan
d. sebuah peta yang diubah tidak mengalami
penyimpangan arah.
Secara umum metode proyeksi peta dapat diklasifikasikan
menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut.
a. Proyeksi Langsung (Direct Projection), yaitu metode
transformasi atau penggambaran obyek geografis secara
langsung dari bidang elipsoida bidang proyeksi, seperti
kertas (bidang datar), silinder, atau kerucut.
b. Proyeksi Double merupakan transformasi atau
penggambaran obyek geografis secara bertingkat, dari
bidang elipsoida bidang bola kemudian bidang bola ke
bidang proyeksi.
Adapun pemilihan jenis proyeksi yang digunakan
sangat bergantung pada dua hal berikut ini.
a. Bentuk, letak, dan luas daerah yang
dipetakan.
b. Ciri-ciri tertentu atau ciri-ciri asli yang akan
dipertahankan.
Beberapa dasar pertimbangan dalam sistem klasifikasi
proyeksi peta dapat digolongkan sebagai berikut.

a. Pertimbangan Ekstrinsik
Berdasarkan pertimbangan ekstrinsik, proyeksi dibedakan
atas tiga, yaitu sebagai berikut.
1) Bidang Proyeksi
Berdasarkan proyeksi yang digunakan dapat dibedakan ke
dalam tiga jenis proyeksi, yaitu sebagai berikut.
a) Sistem proyeksi azimuthal (zenithal projection) yang
menggunakan bidang datar atau sehelai kertas
sebagai bidang proyeksi.
b) Sistem proyeksi kerucut (conical projection).
c) Sistem proyeksi silinder (mercator projection).
2. Persinggungan

Berdasarkan persinggungannya, proyeksi peta


dapat dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu
sebagai berikut.
a) Tangen, yaitu apabila bola bumi
bersinggungan dengan bidang proyeksi.
b) Secan, yaitu apabila bola bumi berpotongan
dengan bidang proyeksi.
c) Polysuperficial, yang terdiri atas banyak
bidang proyeksi
3) Posisi Sumbu Simetri terhadap Bidang
Proyeksi
Ditinjau dari posisi sumbu simetri terhadap bidang proyeksi
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
a) Proyeksi normal (Ortho Projection) yaitu jenis proyeksi
peta di mana sumbu simetri bidang proyeksi berimpit
dengan sumbu bumi.
b) Proyeksi miring (Oblique Projection), yaitu jenis proyeksi
peta di mana sumbu simetri bidang proyeksi membentuk
sudut (miring) dengan sumbu bumi.
c) Proyeksi transversal (Tranversal Projection), yaitu jenis
proyeksi peta di mana sumbu simetri bidang proyeksi
dalam posisi tegak lurus sumbu Bumi atau terletak pada
bidang ekuator.
b. Pertimbangan Intrinsik
Berdasarkan pertimbangan intrinsik, proyeksi dibagi menjadi dua, yaitu
sebagai berikut.
1) Sifat-Sifat Asli
Dilihat dari sifat-sifat asli yang dipertahankan, sistem proyeksi
peta dapat dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
a) Proyeksi Ekuivalen. Dalam hal ini, luas daerah dipertahankan
sama, artinya luas di atas peta sama dengan luas di atas muka
bumi setelah dikalikan skala.
b) Proyeksi Konform. Dalam hal ini, sudut-sudut dipertahankan
sama.
c) Proyeksi Ekuidistan. Dalam hal ini, jarak dipertahankan sama,
artinya jarak di atas sama dengan jarak di atas muka bumi
setelah dikalikan skala.
2) Generasi
Ditinjau dari generasinya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
sebagai berikut.
a) Geometris, terdiri atas proyeksi perspektif atau proyeksi
sentral.
b) Matematis, dalam arti tidak dilakukan proyeksi, semuanya
diperoleh dengan perhitungan matematis.
c) Semi geometris, sebagian peta diproyeksikan
secarageometris dan sebagian titik-titik diperoleh
denganperhitungan matematis.
3. Komponen atau Kelengkapan Peta
Beberapa komponen yang harus dipenuhi dalam
suatu peta, antara lain sebagai berikut.
a. Judul Peta
Judul peta harus ringkas, padat, dan
informatif
Contoh : Peta Penyebaran SMA Negeri dan
Swasta di Kota Kepahiang Tahun 2005.
b. Skala Peta
skala adalah perbandingan jarak lurus
antara dua titik sembarang atau luas wilayah di
peta dengan jarak sebenarnya di lapangan atau
di permukaan bumi, dengan satuan ukuran yang
sama.
Skala umumnya dinyatakan dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut.
1) Skala Pecahan (Numerik), yaitu skala yang dinyatakan dalam bentuk
angka perbandingan atau pecahan.
Contoh : Skala peta 1 : 50.000, skala pecahan ini bisa diinterpretasikan
dengan 1 cm pada peta sama dengan 50.000 cm di lapangan atau 1 cm
mewakili 0,5 km.

2) Skala Garis (Gras), yaitu skala yang dinyatakan dalam bentuk


sebuah ruas garis bilangan atau batang pengukur.

3) Skala Kata (Verbal), yaitu skala yang dinyatakan dalam bentuk


kalimat lengkap.
Contoh : 1 sentimeter pada peta berbanding dengan 500 meter di
muka bumi.
c. Legenda atau Keterangan
d. Tanda Orientasi
e. Diagram Deklinasi
Pada peta topogra, penunjukkan diagram arah utara
biasanya terdiri atas tiga macam arah utara, yaitu sebagai
beikut.
1) Utara peta atau utara grid (Grid North), yaitu arah utara
dari peta topogra tersebut yang arahnya sejajar dengan
garis-garis vertikal grid.
2) Utara magnetik (Magnetic North), yaitu arah utara yang
menunjuk ke titik kutub utara magnet bumi.
3) Utara sesungguhnya (True North), yaitu arah utara yang
menunjuk ke titik kutub utara bumi.
f. Simbol dan Warna
1) Simbol Peta
Beberapa syarat tersebut antara lain:
a) sederhana;
b) mudah dimengerti tidak membingungkan;
c) bersifat umum.
Dari berbagai macam jenis simbol tersebut, dapat
dikelompokkan berdasarkan bentuk, sifat, dan fungsinya.
a) Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan bentuknya, simbol peta dapat dibedakan
menjadi enam kategori, yaitu sebagai berikut.
(1) Simbol titik, digunakan untuk menyajikan tempat atau data
(2) Simbol garis, digunakan untuk menyajikan data geogras
yang bersifat kualitatif, seperti sungai, batas wilayah, dan
jalan.
(3) Simbol wilayah (area), digunakan untuk menunjukkan
ketampakan wilayah, seperti rawa, hutan, dan padang pasir
4) Simbol aliran, untuk menyatakan alur dan gerak suatu
fenomena.
5) Simbol batang, digunakan untuk menyatakan harga suatu
fenomena dibandingkan dengan harga fenomena yang lain.
6) Simbol lingkaran, digunakan untuk menyatakan kuantitas
dalam bentuk rasio dan persentase.
b) Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya, simbol dapat dibedakan ke
dalam dua kategori, yaitu sebagai berikut.

(1) Simbol Kualitatif


(2) Simbol Kuantitatif
c) Berdasarkan Lokasi dan Fungsinya

2) Warna
Pemakaian warna pada suatu peta tentu akan memberikan
maknatersendiri bagi pembuat dan juga para penggunanya. Tidak ada

g. Sumber dan Tahun Pembuatan Peta


Pencantuman sumber kutipan data yang dipakai dalam peta dapat
menunjukkan:
1) pengakuan pembuat peta akan validitas data yang telah
dihasilkan oleh si pembuat data atau pengumpul data;
2) legalisasi peta yang dihasilkan.

Anda mungkin juga menyukai