BBWS Brantas
Profil Wilayah Sungai Brantas
5 Pilar BBWS
Brantas
Konservasi SDA
Pendayagunaan SDA
Pengendalian Daya
Rusak Air
Data dan Informasi
SDA
Pemberdayaan
Masyarakat
Daftar Isi :
Profil Wilayah
Sungai Brantas
TUPOKSI
BBWS Brantas
11
Wilayah Sungai Brantas merupakan wilayah sungai strategis nasional dan menjadi kewena-ngan
Pemerintah Pusat berdasarkan Permen PU No.
11A Tahun 2006. WS Kali Brantas merupakan WS
terbesar kedua di Pulau Jawa, terletak di Propinsi
Jawa Timur pada 11030' BT sampai 11255' BT
dan 701' LS sampai 815' LS. Sungai Kali Brantas
mempunyai panjang 320 km dan memiliki luas
cacthment area 14.103 km2 yang mencakup
25% luas Propinsi Jawa Timur atau 9% luas
Pulau Jawa. Curah hujan rata-rata mencapai
2.000 mm/tahun sekitar 85% jatuh pada musim
hujan. Potensi air permukaan per tahun rata-rata
13,232 milyar m3, termanfaatkan sebesar 5-6
Peta Wilayah Sungai Brantas
milyar m3/tahun. WS Brantas terdiri dari DAS
Brantas seluas 11.988 km2 dan lebih dari 100 DAS kecil yang mengalir ke pantai selatan P.
Jawa antara lain DAS Kali Tengah, DAS Ringin Bandulan, DAS Kondang Merak dan DAS
kecil lainnya dengan total luas sekitar 2115 km2 .
Batas administrasi Wilayah Sungai (WS) Kali Brantas meliputi 9 Kabupaten
(Malang, Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Kediri, Nganjuk, Jombang, Mojokerto dan Sidoarjo) dan 6 Kota (Batu, Malang, Blitar, Kediri, Mojokerto dan Surabaya) atau sebesar 26,5%
dari wilayah Prop. Jatim, Disamping itu ada kegiatankegiatan lainnya diluas Wilayah
Sungai Brantas, yaitu P.L. G.Semeru, Irigasi >3.000 Ha, PAT.
Pengembangan Wilayah Sungai Brantas dilaksanakan berdasarkan Rencana Induk
yang telah 4 (empat) kali disusun (1961,1973,1985,1998), yang dilakukan dengan
pendekatan yang terencana, terpadu, menyeluruh, berkesinambungan dan berwawasan
lingkungan serta dengan sistem pengelolaan terpadu berlandaskan one river, one plan, one
integrated management. Kondisi Wilayah Sungai Brantas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Penyelenggaraan SDA WS
Brantas
21
2.
3.
4.
Jumlah penduduk di WS Kali Brantas tahun 2008 adalah sebesar 16.194.400 jiwa (42,16%
Jawa Timur), dengan pertumbuhan rata-rata 0,99 % lebih rendah dari Prop. Jatim dan
Indonesia dan kepadatan 1.272 jiwa/km2
Jumlah penduduk di wilayah Kota tahun 2008 sebesar 27,07% dengan luas wilayah
sebesar 5,21% sisanya di wilayah Kabupaten, dengan mata pencaharian terutama dari
sektor pertanian
Usia penduduk terkonsentrasi pada usia produktif yaitu usia 15-59 tahun (angkatan
kerja) sebesar 67,7%
Kepadatan penduduk pada tahun 2008 sebesar 1.317 jiwa/km2 jauh lebih tinggi dari
Prop. Jatim (827 jiwa/km2)
Page 2
Profil WS Brantas
Perekonomian
Produk Domestik Regional Bruto
1.
2.
Sektor Pertanian :
1.
2.
Konsumsi beras Jawa Timur sebesar 4,1 juta ton, sedangkan produksi
beras Jawa Timur sebesar 8,3 juta ton, sehingga produksi beras Jawa
Timur surplus 4,2 juta ton, dimana 50% dari surplus tersebut merupakan
kontribusi dari Wilayah Sungai Brantas.
Menyumbang 15,75% pada PDRB (2010) dan terutama berasal dari sub
sektor tanaman pangan yaitu padi dan palawija (jagung, ubi, kacangkacangan dll).
Sektor Pariwisata
1.
2.
Sub sektor Hotel menyumbang 0,7% dari PDRB (harga berlaku) dengan
tingkat pertumbuhan rata-rata 14,9%
Sub sektor Restoran menyumbang sekitar 4,4% dari PDRB (harga
berlaku) dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 18,9%
2.
Produksi listrik dari PLTA untuk WS Brantas tahun 2005 sebesar 954 juta kWh.
2.
Konsumsi energi listrik di WS Brantas sebesar 10,4 juta MWh atau 63,6% dari konsumsi Propinsi Jatim, dengan
konsumen terbesar oleh sektor industri (48,4%) dan rumah tangga (35,9%).
3.
Produksi air minum di WS Brantas sebesar 253,5 juta m atau 73,1% dari produksi Propinsi Jatim.
4.
Jumlah pelanggan PDAM di WS Brantas sejumlah 639,6 ribu pelanggan atau 61,1% dari pelanggan Propinsi
Jatim. Pelanggan terbesar dari Kota Surabaya sebesar 52,6%.
Page 3
Page 4
BBWS Brantas
merupakan Balai
PPK Ketatalaksanaan
pendayagunaan
Page 6
TUPOKSI BBWS Brantas
Page 8
35 % Non Teknis
Permasalahan SDM
1.
Terdapat 37,5% dari jumlah pegawai masih berstatus tenaga Non Pegawai
negeri Sipil (NPN) dengan usia diatas 46 tahun dan kebanyakan
kompentensinya tidak sesuai kebutuhan.
Perlunya
2.
peningkatan
POTENSI PEGAWAI TAHUN 2011
kualitas Sumber
PENDIDIKAN
PNS
NPN
CPNS
guna menghadapi
S2
41
41
perbaikan sistem
S1
118
47
171
D3
51
20
71
SMA
259
171
430
SMP
39
78
117
SD
22
104
126
Daya Manusia
pelayanan publik
secara
menyeluruh
Jumlah
530
359
TOTAL
67
956
Pengarahan ke petugas
lapangan yang dilakukan oleh
Pegawai terlatih.
Jumlah Pegawai
800
PNS
600
NPN
CPNS
400
TOTAL
200
0
S2
S1
D3
SM A
SM P
Tingkat Pendidikan
SD
Juml ah
Page 9
S2
S1
D3
Jumlah
NPN
TOTAL
PNS
CPNS
Teknis
27
27
Non Teknis
14
14
Teknis
52
33
85
Non Teknis
67
14
Teknis
43
13
56
Non Teknis
15
Teknis
122
46
168
Non Teknis
89
21
116
70
60
50
Jumlah Pegawai
87
40
30
PNS
20
CPNS
10
NPN
0
Teknis
Non Teknis
Teknis
S2
Non Teknis
S1
Teknis
Non Teknis
D3
Tingkat Pendidikan
S2
S1
D3
TOTAL
CPNS
Sipil
27
27
peningkatan
Non Sipil
14
14
Sumber Daya
Sipil
48
27
75
Manusia baik
Non Sipil
11
15
dari segi
Sipil
41
10
51
Non Sipil
Jumlah
136
NPN
Perlunya
PNS
55
kualitas
maupun
191
kuantitas
Jumlah Anggota
40
PNS
35
CPNS
30
NPN
25
20
15
10
5
Sipil
Non Sipil
S2
Sipil
Non Sipil
S1
Pendidikan
Sipil
Non Sipil
D3
Page 10
Stra ta
S2
Kua lifika si
Ekonomi
PNS
CPNS
TOTAL
NPN
14
14
Hukum
Sospol/Lainnya
2
S1
D3
Ekonomi
37
Hukum
17
Sospol/Lainnya
12
Ekonomi
44
18
19
7
Hukum
Sospol/Lainnya
Jumlah
88
4
12
106
memerlukan
40
penanganan serius
35
dalam
Juml ah Anggota
pemanfaatannya,
sehingga
dibutuhkan tenaga
30
PNS
25
CPNS
20
NPN
15
10
5
-tenaga yang
S1
Sospol/Lainnya
Hukum
Ekonomi
Hukum
Ekonomi
S2
Sospol/Lainnya
didalamnya
Sospol/Lainnya
handal
Hukum
Ekonomi
D3
Pendidikan
No
Strata
2011
2012
2013
2014
TOTAL
45
Teknis
45
25
24
14
108
Non Teknis
19
17
14
54
Jumlah
64
42
38
18
162
40
35
30
25
20
Teknis
15
Non Teknis
10
5
0
2011
2012
2013
Tahun
2014
Page 11
Sasaran :
Sasaran dari penyusunan pola pengelolaan SDA WS Brantas adalah:
1. Memberikan arahan kebijakan yang menyangkut tata guna air, tata guna sumber
daya alam, tata guna tanah serta kebijakan penataan ruang.
2. Memberikan arahan terjaminnya ketersediaan air untuk kepentingan masa kini dan
masa yang akan datang
3. Memberikan arahan pengembangan kawasan pembangunan yang berkaitan dengan
SDA antara lain kawasan budidaya, pusat-pusat perkembangan pemukiman, sistem
sarana dan prasarana wilayah.
VISI :
Pengelolaan
Sumber Daya Air
Berkelanjutan
sebagai Landasan
Kesejahteraan
Masyarakat
Visi pola pengelolaan sumber daya air di WS Kali Brantas ini adalah Pengelolaan sumber
daya air berkelanjutan sebagai landasan kesejahteraan masyarakat
Di dalam visi ini termaktub pengertian bahwa sumber daya air di WS Kali Brantas
merupakan faktor dasar yang bila dikelola dengan baik akan memberikan jaminan
keberlanjutan bagi pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat. Sepanjang
sejarah peradaban di WS Kali Brantas, sungai beserta air yang mengalir padanya telah
membentuk karakter ekonomi dan sosial masyarakat. Demikian pula pada zaman modern
ini, khususnya sejak Republik Indonesia berdiri hingga kini, sungai beserta potensi airnya
telah menjadi pendukung utama kemajuan ekonomi, sosial dan budaya di WS Kali
Brantas.
Adapun misi untuk pola pengelolaan sumber daya air WS Kali Brantas adalah:
1.
2.
3.
Kondisi Pemukiman di
Sekitar Aliran Sungai
Brantas
Page 12
Page 13
Neraca Air
Potensi air yang tersedia di WS Brantas adalah 13,232 milyar meter kubik per tahun, dimana telah digunakan
sebesar 3,7 4 milyar m3 atau sekitar 28,24 persen, untuk keperluan irigasi, air rumah-tangga, perkotaan dan industri.
Sisanya lebih dari 9,532 milyar m3 per tahun atau sekitar 71,7 persen masih terbuang ke laut. Untuk mengoptimalkan
potensi air yang ada diperlukan beberapa bangunan prasarana pengairan.
Mass Curve Ketersediaan Air terhadap Kebutuhan Air di Wilayah Sungai Brantas sampai dengan tahun 2030
disajikan seperti gambar di bawah ini :
Pemanfaatan Air di Wilayah Sungai Brantas meliputi kebutuhan air untuk irigasi, domestik / non domestik, PDAM,
dan industri. Sedangkan kedepan, pemanfaatan kebutuhan air akan bertambah untuk kebutuhan tambak. Proyeksi
kebutuhan air untuk masing-masing pemanfaatan air, mulai tahun 2005, 2020 dan 2030 adalah sebagai berikut :
PEMANFAATAN
TAHUN PROYEKSI
2005
2020
2030
3.610
3.765
3.718
65,044
81,336
90,510
PDAM (m3/det)
12,399
20,732
25,239
4,74
6,38
7,48
2,1
2,3
INDUSTRI (m3/det)
TAMBAK(m3/det)
Page 14
Berdasarkan hasil simulasi DSS Ribasim kebutuhan air irigasi pada umumnya dapat
dipenuhi, dengan tingkat keberhasilan diatas 80%, kecuali untuk DI Siman di Sub DAS
Konto. Jenis industrinya untuk WS. Brantas dikelompokkan sebagai berikut :
Industri kertas
Industri gula
Industri lainnya (industri baja, rokok, pewarna textil dan makanan)
Tambak di WS Brantas kebanyakan berada di kawasan pantai. Luas total tambak di WS
Brantas adalah 19,696 ha (th 2004). Luas tambak di WS Brantas berdasarkan trend selama 5
(lima) tahun terakhir cenderung meningkat dari tahun ke tahun, meskipun kenaikannya
relatif kecil yaitu sekitar 1% per tahun.
Namun demikian, akibat sedimentasi yang tinggi, menyebabkan berkurangnya kapasitas
akibat
Perubahan/Berkurangnya
sedimentasi yang
Kapasitas Tampungan
tinggi,
Efektif
menyebabkan
Sengguruh
berkurangnya
Sutami
kapasitas
Lahor
tampungan efektif
Wlingi
waduk-waduk di
Lodoyo
Wilayah Sungai
Selorejo
Nama Waduk
Brantas
Waduk Sengguruh
Waduk Sutami
Waduk Lahor
Tingkat Sedimentasi Waduk
Sutami/Karangkates di Malang
Waduk Wlingi
Waduk Lodoyo
Waduk Selorejo
Page 15
Perlu adanya
Nama
Bendung
Lokasi
Tampungan (Juta
m3 )
70
Fungsi
1.
Genteng I
S.Genteng, Kab.
Malang
2.
Tugu
S.Keser,
Kab.
Trenggalek
21,2
3.
Beng
S.Beng,
Jombang
Kab.
147
4.
Kedungwarak
S.Kedungwarak,
Kab. Nganjuk
54
konservasi dan
5.
Ketandan
11,7
pengendalian daya
6.
Semantok
S.Ketandan,
Kab. Nganjuk
S.Semantok,
Kab. Nganjuk
40
7.
Kuncir
S.Kuncir,
Nganjuk
22,5
8.
Babadan
S.Bendokkrosok,
Kab. Kediri
84
9.
Lesti III
S.Lesti,
Malang
10.
Kepanjen
S.Brantas,
Kab.Malang
0,5
11.
Lumbangsari
S.Brantas,
Malang
Kab.
0,9
12.
Kesamben
S.Brantas,
Kab.Malang
6,2
PLTA
13.
Konto II
S.Konto,
Malang
63
14.
Karangkates IV&V
S.Brantas,
Kab.Malang
Skenario dalam
Pengelolaan Sumber
Daya Air dengan
melalui 3 tahapan,
yakni dengan
penambahan
tampungan,
rusak dan
peningkatan
efektivitas dan
efisiensi
Pendayagunaan air
dan kelembagaan
Bendung Karangkates,
Kab. Malang
Kab.
Kab.
Kab.
dan
PLTA
Page 16
13
15
19
21
22
RENCANA BANGUNAN
KD
SP
Tipe
Tipe
Tipe
Tipe
Dike
Terbuka Tertutup Terbuka Tertutup
CD
K. Lekso
K. Baraan
K. Semut
K. Putih
K. Badak
K. Konto Utama
K. Konto Kiri
K. Ngobo
15
19
14
30
Sub-Total
Total
Total
19
14
10
28
44
78
NO
TIDAK
BASIN
NAMA SUNGAI
BAHAYA
BLOCK
13
Anak K. Lekso
K. Jari
14
19
22
Petung Kobong
K. Serinjing
Sub-Total
RENCANA BANGUNAN
CD
KD
SP
Tipe
Tipe
Tipe
Tipe
Dike
Terbuka Tertutup Terbuka Tertutup
2
-
Total
2
13
13
14
11
17
27
12
62
Total
19
31
RENCANA BANGUNAN
NO
TIDAK
BASIN
NAMA SUNGAI
BAHAYA
BLOCK
16
K. Abab
Sub-Total
Total
CD
KD
SP
Tipe
Tipe
Tipe
Tipe
Terbuka Tertutup Terbuka Tertutup
-
Dike
Total
Page 17
dan
Efisiensi
Page 18
KARAKTERISTIK MASING-MASING
Page 19
Page 20
ISU-ISU STRATEGIS
Millennium Development Goals (MDG) 2015
Dalam rangka menyongsong MDG tahun 2015, air sungai di WS Kali Brantas dimanfaatkan juga untuk memenuhi
kebutuhan air baku untuk air minum. Dengan berkembangnya kota-kota besar yang dilalui aliran Kali Brantas,
mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan air baku untuk air minum, dimana tingkat kebutuhan air tersebut
sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan penduduk. Di samping itu, semakin tingginya konsentrasi penduduk dan
industri di daerah perkotaan menimbulkan masalah antara lain menurunnya kualitas air.
Potensi air yang ada di WS Kali Brantas dapat dimanfaatkan secara optimal untuk memenuhi kebutuhan air tersebut
terutama pada musim kemarau dan dapat meningkatkan pelayanan memenuhi kebutuhan air penduduk pada masa
yang akan datang.
Ketahanan Pangan
WS Kali Brantas mempunyai peran yang cukup besar dalam menunjang Propinsi Jawa Timur sebagai lumbung pangan
nasional. Pada tahun 1994 - 1997, Propinsi Jawa Timur memberikan kontribusi lebih dari 2 juta ton beras/tahun atau
sebesar 25% dari stok pangan nasional. Produksi padi di WS Kali Brantas pada tahun 2004 sebesar 2,2 juta ton, lebih
besar dari kebutuhan penduduk sebesar 1,33 juta ton (tahun 2005). Dari proyeksi kebutuhan beras dan realisasi produksi padi pada tahun 2004, maka tahun 2030 diharapkan kebutuhan pangan jenis beras masih dapat dipenuhi dan
mengalami surplus.
Semakin
tingginya
konsentrasi
penduduk dan
industri di
daerah
perkotaan
menimbulkan
masalah
antara lain
menurunnya
kualitas air
Perubahan Iklim
Perubahan iklim merupakan tantangan serius terhadap kemanusiaan dan pembangunan
berkelanjutan sehingga memerlukan tanggapan yang proaktif serta usaha bersama oleh para
pemangku kepentingan (stake holder) melalui upaya-upaya : usaha keras mengurangi emisi
karbondioksida; meningkatkan penggunaan bahan bakar nonfosil dalam konsumsi energi;
kegiatan perekonomian dengan tingkat karbon yang rendah dan menggunakan produk yang
bisa didaur ulang; serta upaya keras menambah luas hutan.
Degradasi Lingkungan
Kondisi DAS di WS Kali Brantas yang telah banyak mengalami kerusakan dan penurunan
fungsi, banyak dijumpai di DAS Kali Brantas, khususnya di sub DAS Kali Brantas Hulu, sub
DAS Kali Lekso, sub DAS Kali Konto Hulu dan sub DAS Kali Brangkal. Karena kondisinya
yang sangat parah, keempat sub DAS tersebut telah ditetapkan sebagai target area untuk
pelaksanaan Rencana Induk Konservasi DAS yang dihasilkan dari Studi Water Resources
Existing Facilities Rehabilitation and Capacity Improvement Project (WREFR & CIP) yang disusun
pada tahun 2005.
Penggunaan Lahan
WS Brantas merupakan WS terbesar kedua di Pulau Jawa menempati 25% luasan propinsi
Jawa Timur dilewati Lajur Gunung Berapi dan Pegunungan, mengakibatkan kondisi
topografinya sangat bervariasi mulai dari datar, berbukit, lembah dan bergunung. Hal ini
menyebabkan lahan yang tersedia tidak seluruhnya dapat dibudidayakan untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat, karena harus terdapat kawasan lindung yang harus dijaga dan
dilestarikan keberadaannya untuk menjaga keseimbangan lingkungan dan mencegah
berulangnya kerusakan lingkungan, khususnya tanah longsor dan banjir akibat
berkurangnya tutupan lahan.
WS Brantas mempunyai potensi yang besar bagi pengembangan sektor unggulan khususnya
bidang industri, perdagangan jasa, pariwisata, pertanian dan perkebunan. Potensi tersebut
jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan permasalahan lingkungan dalam arahan
pemanfaatan ruang pada masa yang akan datang, karena terganggunya kawasan lindung
dan kawasan pelestarian alam akibat perkembangan penduduk dan aktivitasnya.
Semburan lumpur panas di Sidoarjo pada tahun 2006 ini, merupakan suatu bencana yang
bermula dari usaha pengeboran gas/minyak yang dilakukan oleh PT. Lapindo Brantas di
Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Sejak awal
terjadinya semburan lumpur panas telah menenggelamkan 8 (delapan) desa seluas + 400 ha
yang meliputi Desa Mindi, Renokenongo, Jatirejo, Kedungkancing, Siring, Pejarakan, Besuki
dan Desa Kedungrejo, termasuk 23 pabrik dan menyebabkan 2.700 KK mengungsi.
Dengan adanya semburan tersebut maka Kali Porong dimanfaatkan sebagai sarana
pengaliran lumpur, oleh karena itu perlu kiranya kajian hidraulik lebih lanjut dan dicarikan
alternatif suatu sistem pengaliran lumpur yang secara hidraulik tidak mengganggu terhadap
sistem pengelolaan Sumber Daya Air termasuk pengendalian banjir yang sudah ada.
Page 21
KONSERVASI SDA
Aspek Konservasi Sumber Daya Air
Beberapa permasalahan pokok terkait dengan kelestarian sumber daya air di WS Brantas adalah:
1.
Terus menurunnya luas dan kondisi hutan. Kerusakan hutan tersebut menimbulkan dampak yang luas, yaitu
kerusakan ekosistem dalam tatanan WS, demikian pula dipacu oleh pengelolaan WS yang kurang terkoordinasi
antara hulu dan hilir serta kelembagaan yang masih lemah.
2.
3.
Rendahnya kapasitas pengelola kehutanan, sumber daya manusia, pendanaan, sarana-prasarana, kelembagaan,
serta insentif bagi pengelola kehutanan
sangat terbatas.
4.
5.
Belum
harmonisnya
peraturan
Pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan aktifitasnya mendorong terjadinya erosi dan sedimentasi relatif
pemanfaatan lahan yang tidak memperhatikan aspek konservasi. Untuk mengetahui
Lahan kritis pada awal tahun 2005 di WS Brantas mencapai sekitar 280.258 ha, terdiri
dari kategori sangat kritis seluas 26.267 ha, kritis seluas 93.459 ha, agak kritis seluas
tengah (Tulungagung
120.953 ha dan potensial kritis 39.569 ha. Selengkapnya untuk luas lahan kritis per
sampai Mojokerto)
yang berlebihan di WS
mengakibatkan terjadinya
degradasi dasar sungai
55 0 0 00
57 5 0 00
60 0 0 00
62 5 0 00
65 0 0 00
67 5 0 00
D E P A
70 0 0 00
D I R E K
IN DU K
PEL
SA TU AN K ER J
BAG I AN P
JL. M E N GA N T I N
92 0 0 00 0
92 0 0 00 0
32
27
91 7 5 00 0
P ETA
W IL A Y A H
91 7 5 00 0
LE G E N DA :
26
A ir T
29
25
24
30
23
Emp
31
Hu ta
91 5 0 00 0
91 5 0 00 0
28
K e bu
P e ng
22
P a s ir
21
20
91 2 5 00 0
Pem
Ra w a
91 2 5 00 0
19
P a da
2
13
18
14
16
15
8
11
91 0 0 00 0
91 0 0 00 0
17
TE N G A H
12
10
RIN G IN B A N D U L A N
KO N D A N G M ER A K
90 7 5 00 0
90 7 5 00 0
10 0 0 0
90 5 0 00 0
90 5 0 00 0
55 0 0 00
57 5 0 00
60 0 0 00
62 5 0 00
65 0 0 00
(P E R S E
67 5 0 00
CO N SU L
70 0 0 00
J a l a n S u ra b
E - M a i l : ik a
Tabel. Kondisi Lahan Kritis Wilayah Sungai Brantas Awal Tahun 2005
Kawasan
Sangat
Kritis
Potensial
Kritis
5.406
7.067
3.930
10.997
16.761
26.339
4.238
47.338
456
4.300
9.046
674
14.476
47.216
70.707
37.794
158.948
93
21.907
1.
Hutan Lindung
4.706
2.
Hutan Konservasi
3.
Hutan Produksi
4.
5.
Budidaya Pertanian
3.231
6.
3.284
18.530
7.
1.014
1.815
1.113
3.549
12.529
8.
Total
Agak
Kritis
Kritis
700
158
1.008
-
2.829
18.119
158
Kawasan Banjir
Jumlah
Sumber: BP DAS Brantas
26.267
93.469
120.953
39.569
280.258
Page 23
Konservasi Secara Kimiawi, usaha untuk memperbaiki kemantapan struktur tanah melalui pemberian preparatpreparat kimia yang secara umum disebut pemantap tanah (soil conditioner).
3.1.2 Strategi dan Metode Konservasi Lingkungan Sungai
2.
3.
2.
3.
4.
Mengidentifikasi profil sungai untuk mengetahui morfologi sungai (degradasi, agradasi dan
meandering sungai).
Konservasi Air
a) Konsep Konservasi Air
Konservasi air yang baik yaitu menyimpan air di kala berlebihan dengan menggunakannya seefisien mungkin
untuk keperluan tertentu yang produktif. Konservasi air dapat dilakukan dengan cara (1) meningkatkan
pemanfaatan air permukaan dan air tanah, (2) meningkatkan efisiensi air irigasi, dan (3) menjaga kualitas air
sesuai dengan peruntukannya, (4) meningkatkan kapasitas tampung.
b) Usaha-Usaha Konservasi Air Secara Holistik
Pada dasarnya semua pihak berpotensi untuk merusak air yang dimiliki bumi ini sekaligus juga berpotensi
memperbaikinya. Adalah sangat tidak bijak jika menganggap bahwa konservasi air hanya menjadi tanggung
jawab salah satu instansi atau pemerintah saja.
c) Rencana yang ada terkait dengan Konservasi WS Brantas
Penyebab utama terjadinya bencana adalah kerusakan lingkungan, terutama di bagian hulu wilayah sungai (WS)
sebagai daerah tangkapan air. Kondisi di atas menumbuhkan kesadaran dari semua pihak untuk melakukan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) yang rusak guna memperbaiki dan mengembalikan fungsi dan
produktifitas sumber daya alam tersebut. Kegiatan tersebut diarahkan sebagai gerakan berskala nasional yang
terencana dan terpadu, melibatkan berbagai pihak terkait, baik pemerintah, swasta dan masyarakat luas.
Page 24
Gerakan tersebut adalah Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan dilaksanakan berdasar Keputusan
Bersama Menko Bidang Kesra Nomor: 09/KEP/MENKO/KESRA/III/2003, Menko Bidang Perekonomian
Nomor: KEP.16/M.EKONOMI/03/2003 dan Menko Bidang Polkam Nomor: KEP.08/MENKO/POLKAM/
III/2003 Tanggal 31 Maret 2003 Tentang Pembentukan Tim Koordinasi Perbaikan Lingkungan Melalui
Rehabilitasi dan Reboisasi Nasional.
Pada tanggal 28 April 2005 dilaksanakan Pencanangan Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GN-KPA)
oleh Presiden RI yang kemudian diikuti dengan adanya Kesepakatan Bersama antara Menteri Kehutanan dengan
Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Pertanian Nomor : PKS.10/Menhut.V/2007, Nomor : 06/PKS/M/2007 dan
Nomor : 100/TU.210/M/5/2007 tentang Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Kritis untuk Konservasi Sumber
Daya Lahan dan Air pada WS Brantas, yang telah melakukan Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air
(GNKPA) dan akan dilakukan secara bertahap mulai Sub-DAS Brantas Hulu, K.Konto, Ngasinan, Lekso, Brangkal.
Mengikutsertakan masyarakat dalam konservasi, menjalin koordinasi antar lembaga/instansi pengelola SDA
dalam pengelolaan SDA serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam usaha konservasi
Memberi penyuluhan kepada masyarakat dan industri tentang pentingnya konservasi, pemakaian pupuk yang
sesuai dengan aturan, serta tata cara pengolahan tanah yang tidak mengganggu konservasi
Memberikan IMB (Ijin Mendirikan Bangunan) serta memberi fasilitas pelayanan umum lainnya lebih selektif
Sosialisasi akan pentingnya menjaga lingkungan agar tetap baik melalui berbagai media
Memantau kualitas air secara rutin, mengembangkan sistem perizinan pembuangan limbah, meningkatkan
Page 25
komunal
Menebar bibit ikan setiap awal musim kemarau (predator) pada waduk dan sungai yang mengalami eutrofikasi
Mengeruk dan mengambil sampah secara rutin serta melarang pembuangan limbah/sampah dan memberi
sangsi bagi yang melanggar
Perlindungan dan Pelestarian SDA, dilaksanakan dengan menggunakan metode vegetatif dan sipil teknis melalui
pendekatan sosial, ekonomi dan budaya serta GNKPA dan GNRHL.
Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air, untuk mempertahankan, memulihkan kualitas air serta
mencegah terjadinya pencemaran sumber air
PENDAYAGUNAAN SDA
Aspek Pendayagunaan SDA
Skematisasi sistem tata air pada WS Brantas disusun untuk dapat menggambarkan sistem tata air secara hidrologis,
lengkap dengan bangunan-bangunan air dan sarana pembawanya {sebagai ilustrasi grafik debit rata-rata inflow &
outflow pada bangunan (titik kontrol) di aliran Brantas seperti pada Gambar berikut ini.
70
440
20
Kedurus
Bendung
Wonokromo
190
570
460
80
Kali Widas
Bendung
Gubeng
Jatimlerek
Kali Kedungsuko
370
Pintu
AirJagir
Bendung
Gunungsari
Perning
1500
1500
950
K. Watudakon
Kertosono
1,695.7
Bendungan
186
34
Kali Konto
Bendung Gerak
Mrican
Kali Porong
Bendung
Lengkongbaru
Ploso
Keterangan :
Selorejo
500
Kediri
900
: Bendung/bendungan
Jeli
Bendungan
Wonorejo
Bendung
Lodoyo
K. Lahor
Bendung
Lahor
K. Brantas
Bendungan
Sengguruh
Bendungan
Wlingi
600
K. Kuncir
60
K.Wonokromo
370
350
Ngrowo
1500
Gondang
740
740
2180
Tawangrejani
Parit Raya
1080
Bendungan
Sutami
Parit Agung
Terowongan
Tulungagung Selatan
Kali Lesti
500
Page 26
Gambar . Grafik Debit Rata-Rata Outflow & Inflow Pada Bangunan (Titik Kontrol)
Tahun Pengamatan 2006
WAK T U(H AR I)
Gambar . Grafik Debit Rata-Rata Outflow & Inflow Pada Bangunan (Titik Kontrol)
Tahun Pengamatan 2006
WAK T U(HAR I)
31-Dec -06
17-Dec -06
3-Dec -06
19-Nov-06
5-Nov-06
17-Dec -06
3-Dec -06
19-Nov-06
5-Nov-06
22-O c t-06
8-O c t-06
24-S ep-06
10-S ep-06
27-A ug-06
13-A ug-06
30-J ul-06
16-J ul-06
2-J ul-06
18-J un-06
4-J un-06
21-May-06
7-May-06
23-A pr-06
9-A pr-06
26-Mar-06
12-Mar-06
26-F eb-06
12-F eb-06
29-J an-06
22-Oc t-06
8-Oc t-06
24-S ep-06
10-S ep-06
27-A ug-06
13-A ug-06
30-J ul-06
180
16-J ul-06
200
2-J ul-06
1-J an-06
15-J an-06
DE B IT (M3/DT )
600
18-J un-06
4-J un-06
21-May-06
7-May-06
23-A pr-06
9-A pr-06
26-Mar-06
12-Mar-06
26-F eb-06
12-F eb-06
29-J an-06
15-J an-06
1-J an-06
DE B IT (M3/DT)
2.306 x 106 m3
500
400
300
200
100
(T H 2006)
1.065,3 x 106 m3
160
140
120
100
80
60
40
20
Page 28
Gambar . Grafik Debit Rata-Rata Outflow & Inflow Pada Bangunan (Titik Kontrol)
Tahun Pengamatan 2006
Gambar . Grafik Debit Rata-Rata Outflow & Inflow Pada Bangunan (Titik Kontrol)
Tahun Pengamatan 2006
Page 29
Page 30
Infrastruktur utama yang telah dibangun di WS Brantas, dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan antara
lain untuk irigasi, air baku untuk air minum dan industri, pembangkit tenaga listrik, perikanan, penggelontoran dan
pariwisata.
Jumlah industri yang memanfaatkan alokasi air di WS Brantas pada tahun 2005 adalah 129 industri. Rata-rata
volume pemakaian air untuk industri selama 10 tahun terakhir (1995 2005) adalah sebesar 137,8 juta m3.
Pemakaian air industri terendah terjadi pada tahun 1998 yaitu sebesar 126,52 juta m 3.
Untuk kebutuhan air domestik dan perkotaan yang dipenuhi oleh PDAM tergantung dari jumlah penduduk di
masing-masing Kabupaten/Kota. Jumlah PDAM yang memanfaatkan air di WS Brantas pada tahun 2005 adalah 12
PDAM dari total 16 PDAM.
No.
Nama
Kabupaten/Kota
PDAM Krikilan
Gresik
Malang
Mojokerto
Sidoarjo
Sidoarjo
Sidoarjo
Surabaya
Surabaya
Surabaya
10
Surabaya
11
Surabaya
12
Tulungagung
Mengidentifikasi potensi lahan yang sesuai untuk pengembangan komoditas padi, jagung, kedelai, tebu dan
sapi potong (Padi dan Palawija di Nganjuk, Jombang, Blitar, Mojokerto; Sapi potong di Batu, Malang dan
Kediri).
Page 31
Meningkatkan kemampuan infrastruktur fisik dengan merehabilitasi jaringan irigasi lama dan membangun
jaringan irigasi baru untuk pengembangan lahan sawah di WS Brantas yang masih mungkin untuk dikembangkan (DAS Tengah, Ringin Bandulan, Kondang Merak). Dalam jangka pendek, strategi perluasan areal
pertanian dapat diprioritaskan untuk memanfaatkan lahan-lahan tidur.
Lahan sawah irigasi yang ada sekarang di WS Brantas saat ini seluas 305.120 ha, perlu dipertahankan
keberadaannya karena sawah tersebut telah menghabiskan investasi yang besar dalam pencetakan dan
pembangunan jaringan irigasinya, dengan mengupayakan memperketat proses alih fungsi lahan berdasarkan
rencana tata ruang yang telah ditetapkan atau bila mungkin dengan menetapkan lahan sawah abadi.
Kebutuhan Air Domestik dan Non Domestik (Rumah Makan dan Perkotaan)
Kebutuhan air dihitung berdasarkan
jumlah penduduki. Besar kebutuhan
air domestik dan non domestik
dihitung berdasarkan ketentuan dari
Direktorat Jenderal Cipta Karya.
Kebutuhan air domestik pada tahun
2005 sebesar 65.044 m3/dtk.
Berdasarkan perhitungan, maka
kebutuhan air ideal yang harus
dipenuhi baik kebutuhan air domestik
maupun non domestik di WS Brantas
dapat diproyeksikan pada tahun 2020
sebesar 81.336 m3/dtk dan tahun 2030
sebesar 90.510 m 3 /dtk, yang
selengkapnya seperti disajikan pada
Tabel berikut ini :
Kabupaten/Kota
Kota Batu
2020
2030
0,481
0,617
0,706
Kab Malang
10,534
10,939
11,206
Kota Malang
2,477
2,867
3,124
Kab. Kediri
6,723
8,160
9,116
Kab. Blitar
4,989
5,309
5,523
Kab. Sidoarjo
8,013
13,180
16,622
Kab. Mojokerto
4,450
5,607
6,390
Kab. Jombang
5,309
6,065
6,568
Kota Kediri
0,670
0,769
0,835
Kota Mojokerto
0,298
0,337
0,364
Kota Surabaya
12,184
15,257
17,306
Kab Trenggalek
2,153
2,264
2,337
Kota Blitar
0,327
0,345
0,356
Kab. Tulungagung
3,080
4,558
4,718
Kab. Nganjuk
4,642
5,060
5,340
65,044
81,336
90,510
Total
Page 32
Gula
: 1,25 m3/dt
Kertas
: 1,57 m3/dt
Besar kebutuhan air industri tahun 2005 dan hasil proyeksinya berdasarkan jenis industri adalah sebagaimana
terlihat pada Tabel berikut ini.
Tabel Proyeksi Kebutuhan Air Industri
Tahun
Gula
Kertas
Lain-lain
(m3)
(m3)
(m3)
Total
(m3)
(m3/dt)
2005
48.188.193
49.529.752
51.868.504
149.586.449
4,74
2020
95.148.033
45.816.950
60.339.179
201.304.162
6,38
2030
126.454.593
43.341.749
65.986.295
235.782.637
7,48
1 l/
dt/ha..
Page 33
Penjabaran tujuan di atas dalam aspek penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan dan pengusahaan
sumber daya air adalah sebagai berikut :
Penatagunaan Sumber Daya Air
Merencanakan dan menetapkan zona pemanfaatan sumber air dan peruntukan air pada sumber air.
Melakukan perlindungan sumber air, waduk dan mata air dalam rangka penyediaan air baku untuk keperluan air irigasi, PLTA, ndustria dan air minum.
Bersama pemerintah melakukan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan ketentuan peruntukan air.
Penyediaan SDA untuk memenuhi kebutuhan pokok, seperti irigasi, PLTA, industri dan air minum.
Menentukan urutan prioritas penyediaan air yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sesuai
kewenangannya.
Sinkronisasi kegiatan antara penyediaan air baku dengan kegiatan pengolahan dan distribusi.
Penggunaan SDA di WS Brantas disesuaikan dengan pola operasi waduk dan alokasi air (POWAA) yang
ditetapkan minimal 2 kali dalam setahun.
Peningkatan efisiensi penggunaan air diantaranya dengan penerapan metode System Of Rice Intensification
(SRI) lahan irigasi.
Pengembangan listrik tenaga air, khususnya Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) dengan
memanfaatkan debit limpasan dan tinggi muka air (head).
Pengusahaan SDA
Pengusahaan SDA diselenggarakan dengan memperhatikan fungsi sosial dan kelestarian lingkungan hidup.
Pengusahaan SDA di WS Brantas dilaksanakan untuk kegiatan Suplai air baku untuk PDAM, industri, irigasi dan
kebutuhan listrik serta pengawasan mutu layanan.
Page 34
Dalam melaksanakan fungsinya, BBWS Brantas bukan hanya sebagai developer ataupun perbaikan sarana dan
prasarana SDA, tetapi juga mengemban tugas dalam operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana SDA.
Adapun sarana dan prasarana di Wilayah Sungai Brantas meliputi :
1. Sungai
Sungai Brantas terdiri dari satu sungai utama ditambah dengan
ratusan anak-anak sungainya dengan total keseluruhan berjumlah
376 sungai.
Orde Sungai
Jumlah
Panjang (Km)
99
1.065,50
14.638,17
117
1.661,59
6.479,29
104
1.238,26
2.870,34
45
531,95
772,79
>4
11
82,13
38,98
Total
376
4579,43
24.799,57
2. Bendungan
Terdapat 8 buah bendungan besar di Wilayah Sungai Brantas dan 2 buah bendungan di luar Wilayah
Sungai Brantas, yaitu :
Nama Bendungan
Tahun
Selesai
Sungai
Kab/Kota
Tipe
Core
Pondasi
Fungsi
Cactment Area
(Km2)
1973 Brantas
1977 Brantas
1972 Konto
Malang
Malang
Malang
Rockfill
Rockfill
Earth
Urugan Tanah
Urugan Tanah
Batuan
Batuan
Homogenous
97,5
74
49
820
433
447
343 Irigasi
34.000 Ha
PLTA
326 MW
36.100 Irigasi
1.100 Ha
PLTA
72,2 MW
62.300 Irigasi
5.700 Ha
PLTA
32 MW
4 Sengguruh
1988 Lesti
Malang
Rockfill
Urugan Tanah
Batuan
34
378
23.000 PLTA
91,02 MW
5 Wlingi
1977 Brantas
Blitar
Earth Gravity
Urugan Tanah
Batuan
46
736
24.000 Irigasi
13.600 Ha
6 Lodoyo
1985 Brantas
Blitar
7 Wonorejo
2001 Brantas
Tulungagung Rockfill
Batuan
PLTA
27 MW
45 MW
94
96
5.900 PLTA
97
545
122.000 Irigasi
PLTA
8 Bening
Waduk
Bening
Nganjuk
Earth
Homogenous
35,6
700
7.540 Ha
28,90 MW
37.500 Irigasi
9.120 Ha
PLTA
0.65 MW
2050
160
236
1659
2890
3017
136
238
1976 Klampis
Sampang
Gravity
Beton
Batuan
22
44
10.250 Irigasi
2,603 Ha
51
1983 Sampean
Bondowoso
Rockfill
Urugan Tanah
Batuan
41
174
2.150 Irigasi
8,145 Ha
725
Page 36
3. Embung
Terdapat 155 buah embung di Wilayah Sungai Brantas, yang dikelola oleh 3 PPK diantaranya :
Embung PKSDA
4. Bendung
Terdapat 349 buah bendung di Wilayah Sungai Brantas, diantaranya terdiri atas Bendung Karet dan Barrage,
yaitu :
Bendung Karet
Sungai
Tahun
Pembangunan
Mas
1990
Fungsi
Gubeng
Jatimlerek
Brantas
1993
Menturus
Brantas
1993
Page 37
Barrage/Bendung Gerak
Lengkong Baru
Gunung Sari
Jagir
Lodoyo
Tulungagung Gate
Sungai
Tahun
Pembangunan
Porong
1974
Surabaya
1981
Wonokromo
1981
Brantas
1983
Ngrowo/ Kanal
Parit
1986
Fungsi
Page 38
5. Saluran Pelayaran
Tujuan pembangunan Saluran Pelayaran adalah :
Mendapatkan kualitas air baku yang lebih baik dibanding kali surabaya yang buruk
Data Teknis :
Panjang Saluran
: 21 km
Lebar Saluran
: 14 m (bawah)
Debit rencana
Page 39
Page 40
6. Irigasi
Daerah Irigasi Kewenangan Pemerintah Pusat yaitu yang memiliki luas > 3000 Ha, meliputi :
MOJOKERTO
DI. PADIPOMAHAN
NGANJUK
DI. WD.BENING
SIDOARJO
DI. DELTABRANTAS
TUBAN
SUMENEP
BANGKALAN
KEDIRI, NGANJUK
DI.MRICAN KIRI
PAMEKASAN
LAMONGAN
BOJONEGORO
GRESIK
Waru
MOJOKERTO
NGAWI
SAMPANG
SURABAYA
PROBOLINGGO
DI. PEKALEN
SIDOARJO
JOMBANG
NGANJUK
BONDOWOSO,ST.BONDO
DI.SAMPEAN BARU
SITUBONDO
DI. SAMPEAN
PASURUAN
MADIUN
MAGETAN
SITUBONDO
Pare
PROBOLINGGO
KEDIRI
PONOROGO
BONDOWOSO
MALANG
TRENGGALEK
TULUNGAGUNG
LUMAJANG
BLITAR
JEMBER
PACITAN
BANYUWANGI
LEGENDA :
JALAN ARTERI
JALAN KOLEKTOR 1
JALAN KOLEKTOR 2
MALANG
DI. MOLEK,KD.KANDANG
BLITAR,TULUNGAGUNG
DI. LODOYO
LUMAJANG,JEMBER
DI. BONDOYUDO
,JEMBER
DI. TALANG, BEDADUNG,
PONDOKWALUH
JALAN KOLEKTOR 3
BATAS PROPINSI
BATAS KABUPATEN
KEDIRI,JOMBANG
DI. MRICAN KANAN
& DI. .SIMAN
BATAS PANTAI
IBUKOTA PROPINSI
LUMAJANG
DI. JATIROTO
BANYUWANGI
DI. SETAIL,K.BARU,POROLINGGO
10
40
60 Km
KOTAMADYA
IBUKOTA KABUPATEN
Skala
0
KETERANGAN:
IBUKOTA KECAMATAN
PETA LOKASI
WILAYAH BRANTAS
BANDAR UDARA
PELABUHAN
2/14/2011
06:33
Dalam Kabupaten
Kab. Situbondo
Kab. Banyuwangi
LUAS (HA)
98.814
DI.
DI.
DI.
DI.
DI.
DI.
DI.
DI.
DI.
DI.
DI.
DI.
DI.
DI.
DI.
Banyuputih
Sampean
Sental Teknik
Pronolinggo
Baru
K (Setail)
Talang
Bedadung
Pondok Waluh
Kantong Barat
Pekalen
Pekalen Bandung Baru
Jatiroto
Ls. Molek
Waduk Bening
3.575
10.359
5.788
3.515
15.910
6.422
8.844
13.245
7.606
Kab. Jember
Kab. Probolinggo
5
6
7
Kab. Lumajang
Kab. Malang
Kab. Nganjuk
Lintas Kabupaten
Kab.Mojokerto - Kab.Jombang
DI. Menturus
Kab.Mojokerto - Kota.Mojokerto
4.309
3
4
24.061
8.145
DI. Bondoyudo
11.784
Kab.Blitar - Kab.Tulungagung
DI. Lodoyo
12.219
12.440
Kab.Kediri -Kab.Jombang
DI. Siman
DI. Mrican Kanan
23.562
17.001
6.486
4.337
3.974
8.753
122.336
Total
3.632
5.183
221.150
LUAS (HA)
Kewenangan Pusat
221.150
Kewenangan Provinsi
118.179
354.275
Total
693.604
Page 41
Page 42
Page 43
7. Air Tanah
Wilayah Sungai Brantas merupakan daerah yang memiliki potensi air tanah yang tinggi. Pengisian air tanah di WS
Brantas adalah sebesar 4.038,84 x 106 m3. Secara detail mengenai pengisian dan potensi air tanah di kabupaten dan
kota di WS Brantas dapat dilihat pada Tabel dan Gambar berikut ini :
Kabupaten Malang
Kota Malang
43,98
3
4
Kota Batu
Kabupaten Blitar
45,76
598,38
Kota Blitar
10,43
Kabupaten Tulungagung
420,27
Kabupaten Trenggalek
457,12
Kota/Kabupaten Kediri
345,39
Kabupaten Nganjuk
278,08
10
Kabupaten Jombang
304,14
11
Kota/Kabupaten Mojokerto
222,01
12
Kabupaten Sidoarjo
173,23
13
Kota Surabaya
129,30
Jumlah
1.010,75
4.038,84
Page 44
Page 45
Pengendalian dimulai dari hulu dengan mengoperasikan waduk-waduk untuk pengendalian banjir. Waduk di
WS Brantas yang mempunyai kemampuan untuk menampung limpasan air (banjir) adalah waduk dengan
pola operasi tahunan seperti Bendungan Karangkates, Lahor, Selorejo, Wonorejo dan Bening.
Pengaturan tinggi muka air dan debit yang mengalir di sungai akibat pembendungan dilakukan dengan
mengatur operasi pintu air di bendungan atau bendung secara berantai (berurutan mulai Bendungan Wlingi
dan Lodoyo, terus ke hilir menuju Bendung Gerak Mrican, Bendung Karet Jatimlerek hingga Bendung Karet
Menturus).
Di hilir, aliran banjir di sungai dilewatkan melalui sungai Kali Porong menuju ke laut dengan pengoperasian
Bendung Lengkong Baru dan apabila debit sungai Kali Surabaya di stasiun Perning > 150 m 3/detik, maka
Pintu Air Mlirip ditutup.
Di Kota Surabaya, banjir di sungai Kali Surabaya diupayakan untuk dialirkan ke laut melalui pengoperasian Pintu
Air Wonokromo (untuk memisahkan aliran ke sungai Kali Mas) dan Pintu Air Jagir (memisahkan aliran ke sungai
Kali Wonokromo)
Banjir setinggi 0,7 m di Kabupaten Tulungagung tahun 2000, tepatnya di Kecamatan Kalidawir.
Pada tahun 2001, banjir setinggi 2,5 m terjadi di Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung,
Di tahun 2002 banjir terjadi di Kecamatan Dau Kabupaten Malang.
Pada tanggal 31 Januari 2003 terjadi banjir di Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung.
Pada tahun 2004 terjadi banjir dengan genangan tertinggi 3 m di Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar.
Pada tahun 2005 terjadi banjir di Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung.
Pada tanggal 4 Januari 2006 terjadi banjir dengan tinggi genangan banjir 0,6 m di Kecamatan Loceret,
Kabupaten Nganjuk.
Kualitas Air
Dengan berkembangnya kota-kota besar yang dilalui aliran sungai Brantas, mengakibatkan meningkatnya
kebutuhan akan air bersih dan air baku. Di samping itu, semakin tingginya konsentrasi penduduk dan industri di
daerah perkotaan menimbulkan masalah antara lain timbulnya daerah kumuh di tepi sungai, menurunnya
kualitas air sungai dan bencana banjir akibat terganggunya aliran air, baik karena banyaknya sampah,
Page 46
pendangkalan maupun berkurangnya lebar sungai. Sumber pencemar dominan yang mencemari sungai Brantas
adalah sebagai berikut :
Limbah industri
Di WS Brantas terdapat 483 industri yang berpotensi membuang limbahnya yang berpengaruh langsung
pada kualitas air sungai. Berdasarkan Surabaya River Pollution Control Action Plan Study yang dilakukan pada
tahun 1999 diperoleh hasil beban BOD netto sebesar 125 ton BOD/hari.
Limbah domestik
Limbah domestik (rumah tangga, hotel, restoran, dan lain-lain) adalah sumber yang paling besar memberikan
kontribusi limbah pada WS Brantas yaitu sebesar 205 ton BOD/hari (Berdasarkan Surabaya River Pollution
Control Action Plan Study, 1999).
Limbah pertanian
Sumber pencemar dari pertanian berasal dari sisa pestisida dan pupuk an-organik dan yang mengalir ke
sungai bersama dengan sisa air irigasi. Pencemaran ini umumnya terjadi pada saat musim hujan. Dampak
yang terjadi akibat limbah pertanian tersebut adalah terjadinya eutrofikasi perairan di waduk (terutama di
Waduk Sutami).
Pengendalian pencemaran air merupakan masalah yang kompleks, memerlukan dana besar dan waktu
panjang serta memerlukan komitmen semua pihak yang berkepentingan.
Banyaknya permukiman yang didirikan di daerah sempadan sungai mengakibatkan banyak sampah dan
limbah domestik langsung dibuang ke sungai.
Page 47
Peta Tematik Aspek Pengendalian Daya Rusak Air pada Wilayah Sungai Brantas
Page 48
Hasil Sedimen
Basin Block
A=RKLSCP 3
m /km2/th mm/th
t/ha/th
Upper Brantas
Bango-Sari
Amprong
108,2
60,1
172,5
6.009,2
333.760,0
9.585,6
m3/th
6,00 1.093.679
3,30
874.454
9,60 3.335.779
Sedimentasi adalah pengendapan sedimen atau material hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi parit,
atau jenis erosi tanah lainnya.
Secara ringkas besarnya perubahan volume kapasitas tampungan akibat sedimentasi pada beberapa prasarana
pengairan di WS Brantas seperti disajikan pada Tabel berikut ini :
Tabel Perubahan Historis Kapasitas Tampungan Waduk di WS Brantas
Nama Bangunan
Waduk Sengguruh
Waduk Sutami
Waduk Lahor
Waduk Wlingi
Bendung lodoyo
Waduk Selorejo
Kapasitas Tampungan
Total
Kapasitas Tampungan
Efektif
Volume
(juta m3)
Persen
(%)
Volume
(juta m3)
Persen
(%)
Volume
(juta m3)
Persen
(%)
1988
21,50
100,0
2,50
100,0
19,00
100,0
2005
1,48
6,9
0,91
36,4
0,57
3,0
1973
343,00
100,0
233,00
100,0
90,00
100,0
2004
176,03
51,3
146,12
57,7
29,91
33,2
1977
36,11
100,0
29,43
100,0
6,68
100,0
2002
30,77
85,2
25,28
85,2
5,49
82,2
1977
24,00
100,0
5,20
100,0
18,80
100,0
2006
4,00
16,7
2,02
38,9
1,98
10,5
1983
5,20
100,0
5,00
100,0
0,20
100,0
2006
2,60
44,8
2,73
65,0
1970
62,30
100,0
50,10
100,0
12,20
100,0
2003
44,01
70,6
41,31
82,9
2,50
20,5
Tahun
Survei
Kapasitas Tampungan
Mati
Page 49
Berdasarkan studi yang dilakukan pada daerah sub DAS Brantas Tengah dan Kali Porong tahun 1996 volume
penambangan pasir per-tahun sebesar 2,12 juta m3, sedangkan pada tahun 2004 volume penambangan pasir
sebesar 2,92 juta m3.
Volume penambangan pasir yang terjadi setiap tahun lebih besar bila dibandingkan dengan inflow sedimen yang
diperkirakan pada ruas sungai tersebut. Estimasi inflow sedimen tahunan lokal sepanjang sungai Brantas di
upstream Kertosono berturut-turut pada periode 5 tahun pertama, kedua dan ketiga sejak letusan Gunung Kelud
tahun 1990 adalah sebesar 2,154 juta m3, 1,831 juta m3 dan 1,615 juta m3.
Untuk mengatasi permasalahan degradasi dasar sungai diusulkan relokasi penambangan pasir pada bangunanbangunan penangkap sedimen di daerah sekitar Gunung Kelud dan pembangunan 13 ground sill pada ruas sungai
Brantas Tengah dan Kali Porong seperti terlihat pada Tabel berikut ini.
Tabel Ground Sills yang Diusulkan pada Brantas daerah Tengah dan Sungai Porong
Tinggi
(m)
116,0
1,0
GS No.2
94,0
0,5
GS No.6
69,6
3,0
GS No.8
59,1
0,0
GS No.9
57,1
3,0
GS No.11
50,0
3,5
GS No.12
42,6
2,0
GS No.13
41,4
3,0
GS No.14
30,5
2,0
10
GS No.15
26,6
1,0
11
GS No.16
21,5
2,0
12
GS No.17
15,6
3,0
13
GS No.19
Jembatan Porong
13,4
0,0
No
Nama
GS No.1
Sumber:
Lokasi
Report on Engineering Studies for The Brantas River and The Bengawan Solo River Basins, WREFR & CIP, February 2005
Rencana pengelolaan sedimen dengan bangunan pengendali sedimen (Sabo Plan) ditujukan untuk mengatasi
masalah sedimen di WS Brantas, baik yang berasal dari erosi dan longsoran tebing maupun hasil letusan Gunung
Kelud
Perencanaan Pengendalian Sedimen Akibat Letusan Gunung Kelud dan Gunung Semeru
Dalam pengendalian sedimen vulkanik harus dirumuskan rencana untuk mencegah bencana akibat sedimen yaitu:
Perencanaan pengendalian sedimen vulkanik untuk menghadapi letusan vulkanik antara lain aliran
pyroclastic, hujan abu vulkanik dan aliran lahar primer.
Perencanaan pengendalian sedimen vulkanik akibat aliran lahar sekunder (aliran debris, aliran lumpur)
Untuk mencegah dan mengurangi bahaya bencana yang diakibatkan oleh sedimen dilakukan kombinasi
pendekatan yaitu secara :
struktural
non struktural
Page 50
Perencanaan Pengendalian Sedimen Akibat
Erosi dan Longsoran Tebing
Dengan mempertimbangkan kondisi erosi
dan sedimentasi yang terjadi di Upper
Brantas, Main River dan Lesti River studi
WREFR & CIP mengusulkan pembangunan
sabo dam di Upper Brantas sebanyak 5 (lima)
buah sabo dam, di sungai Kali Lesti 1 buah
sabo dam dan 2 buah consolidation dam.
Page 51
Konsep kebijakan operasional pada aspek pengendalian daya rusak air di WS Brantas
diarahkan untuk tujuan sebagai berikut :
Melakukan pengendalian banjir yang terintegrasi pada sungai utama dan anak sungai
Melaksanakan rehabilitasi, normalisasi dan pemeliharaan sungai maupun bangunan sarana dan prasarana
pengairan secara berkesinambungan
Meningkatkan peralatan peringatan dini yang ada serta menambah pemasangan peralatan peringatan dini
Memperkuat institusi agar penggalian golongan C dapat lebih terkendali, melokalisir lokasi penambangan
pasir serta memberi sangsi pada pelaku penambang pasir liar
Operasi dan Pemeliharaan sungai dan alur sungai serta prasarana pengendali banjir.
Normalisasi sungai.
Pengerukan waduk.
Page 52
Page 54
hidrologi yang ter-diri atas sarana dan prasa-rana sistem hidrologi serta unit
pengelolanya. Pengelolaan sistem hidrologi, berada pada Bidang Operasi dan Pemeliharaan Balai Besar Wilayah Sungai Brantas. Berdasarkan Permen PU No.23/
PRT/M/2008 tanggal 30 Desember 2008, Bidang O&P memiliki tugas yaitu : me-
laksanakan operasi dan pemeliharaan, penyediaan data dan informasi sumber daya air serta koordinasi
pengelolaan sumber daya air (Bab III Bagian Kedua, Pasal 25). Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud pada Bab III Bagian Kedua Pasal 26, Bidang Operasi dan Pemeliharaan menyelenggarakan
fungsi :
1. pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sungai, danau, waduk serta sarana dan prasarananya termasuk bendungan, irigasi, air baku dan pantai;
2. pemantauan dan pengevaluasian kelayakan operasi pada sarana dan prasarana sungai, danau,
waduk, bendungan, irigasi, air baku, rawa dan pantai.
3. penyiapan rekomendasi teknis dalam pemberian ijin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan
dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai;
4. penyelenggaraan sistem hidrologi dan informasi sumber daya air;
5. fasilitasi kegiatan Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air pada wilayah sungai;
6. pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air.
(Bab III Bagian Kedua, Pasal 26).
Untuk itu di BBWS Brantas mulai tahun 2007, telah terbentuk suatu Unit Hidrologi berdasarkan Surat Keputusan Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Brantas perihal : Pembentukan dan Pengangkatan Tim Pelaksana Kegiatan Operasional Pengelolaan Sistem Hidrologi. Unit Hidrologi merupakan
pusat operasi, pengembangan system hidrologi dan pusat informasi hidrologi, dengan Kepala BBWS
Brantas selaku pengarah, Kepala bidang O&P sebagai penanggung jawab program, Kasi Perencanaan
dan jajarannya sebagi pelaksana kegiatan/operasi, dan dibawahnya masih ada operator komputer, operator input data, analis data dan tenaga survey lapangan.
Pengarah
Penanggung Jawab
Koordinator
Kepala Unit
Anggota
Hidrologi :
Ima Sholikhati, ST
Akhmad Imron, ST
Onang Adiluhung, S.Kom
Rosmala Dewi, A.Md
Supriyono, A.Md
Dimas Rangga Widi Putra, S.Kom
1.
2.
3.
4.
Kualitas Air :
Page 55
Pengembangan dan perbaikan pos hidrologi dengan menggunakan produksi peralatan hidrologi nasional.
Penerapan Jaminan Mutu Hidrologi pada pengelolaan system hidrologi dalam rangka penerapan Sistem
Manajemen Mutu Hidrologi.
Meningkatkan kualitas data yang memadai, akurat, mutakhir / up todate dan berkesinambungan
Peningkatan kinerja pelayanan data yang mudah diakses oleh pemilik kepentingan / stakeholder.
Masing-masing instansi harus memiliki perangkat komputer dan dana operasi dan pemeliharaan yang memadai untuk mendukung Inter Agency Information System.
Di PJT I dan Balai Besar Wilayah Sungai Brantas sudah tersedia Personal Computer (PC) Server, terminal dan peripheralnya (PC, printer, scanner, HUB, router dan lain-lain) serta informasi aplikasi untuk jaringan.
Pengendalian
Banjir
Pengelolaan
Kuantitas Air dan
Pemanfaatan
Balai Besar WS
Brantas
Balai Besar WS
Brantas
BP DAS
Dinas PU Pengairan
PDAM
PJT I
PLN
SATKORLAK-Prop
Industri
Dinas Kehutanan
Perhutani
PJT I
Pengelolaan
Kualitas Air
Pengelolaan
Lingkungan
Sungai
Balai Besar WS
Brantas
Balai Besar WS
Brantas
Bapedalda
Dinas PU Pengairan
PJT I
Dinas Kesehatan
Lain-lain
Dinas Industri
dan Perdagangan
BPS
Dep. ESDM
Dep. PU
Men. LH
Bapperop dan
lain-lain
Page 56
Pada tahap awal, untuk pengembangan system hidrologi, pada tahun 2007, BBWS Brantas melaksanakan pelatihan Hidrologi dan Kualitas Air dan mulai tahun 2008 BBWS Brantas rutin mendatangkan narasumber dari Pusat Penelitian Sumber Daya Air untuk melakukan On the Job Training/OJT.
Selain itu, BBWS Brantas juga membangun
ruangan khusus yang didesain untuk kegiatan
presentasi, diskusi, galeri dan perpustakaan,
yang dinamakan Operation Room. Seluruh
aktivitas dalam rangka publikasi data seperti
presentasi hasil kegiatan, rapat, diskusi, pameran produk Unit Hidrologi, sampai dengan
penyimpanan laporan / dokumen dilakukan
Operation Room
di ruangan ini. Disini Operation Room berfungsi sebagai tempat pelayanan data dan wahana untuk mengexpose hasil-hasil pengolahan data
(atribut/peraga) yang meliputi antara lain : peta-peta GIS/Tematic, grafik, album data dan sarana informasi lainnya.
Tahun
Muka Air-AWLR
2008-2010
Klimatologi
Muka Air-AWLR Real Time
2008-2010
2009-2010
2009-2010
3.
Debit
Muka Air
Hujan
1998-2007
2003-2007
1990-2008
4.
Debit
1999-2009
5.
Muka Air
2000-2009
6.
Klimatologi
2001-2007
1.
2.
Pengelola
BBWS Brantas
PJT I
Dinas PU Provinsi Jawa Timur
UPT PSAWS
Dinas PU Provinsi Jawa Timur
UPT PSAWS
Dinas PU Provinsi Jawa Timur
UPT PSAWS
Dinas PU Provinsi Jawa Timur
UPT PSAWS
Page 57
7.
Kualitas Air
8.
9.
Tahun
Pengelola
2007-2010
BBWS Brantas
2008
BBWS Brantas
2008 / 2009
BBWS Brantas
Penerima Layanan
Pimpinan (Pusat, Prov, Kab/Kota,
WS)
Pelanggan
1.Departemen Pekerjaan Umum
(Direktorat Jendral Sumber Daya Air)
2.Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika (BMKG).
3.Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral (termasuk PLN, BPMIGAS).
4.Departemen Pertanian.
Untuk Keperluan
Pengambilan keputusan (kekeringan, banjir,
penggunaan air, penyimpangan iklim, dll)
Sharing data dalam rangka Perkuatan SISDA
(Sistem Informasi SDA)
5.Departemen Kehutanan.
6.BP DAS
7.Departemen Lingkungan Hidup
8.BAKOSURTANAL.
9.TNI.
10.Pemda Prop, Kab./Kota. (Dinas PU /
Kimpraswil / PSDA, Dinas Pertanian,
Dinas Kehutanan, Dinas Pertambangan,
Dinas Pariwisata, Dinas Sumber Daya
Alam dan Energi, Bapedalda, Bappeda)
11.BUMN (PTP)
2.
Detail Design
O&P
Masyarakat Umum
Peneliti
Masyarakat awam
Page 58
No
Nama Stasiun
Lokasi
Koordinat
Jenis Stasiun
2007
Realtime/Telemetri
2008
Realtime/Telemetri
2008
1 Kali Dawir
2
Bendung Karet
Ds.Jatimlerek, Kec.Megaluh,
Jatimlerek
Kab.Jombang
3 Wonosari
Ds.Taman Kec.Tegalampel,
Kab.Bondowoso
0809'12"LS11156'44"BT
X=111,9456; Y=-8,1533
0729'17"LS11211'03"BT
X=112,1858; Y=-7,4883
0752'33"LS11353'12"BT
X=113,8867; Y=-7,8758
Pendirian
Page 59
No
Nama Stasiun
Lokasi
Koordinat
Jenis Stasiun
Realtime/Telemetri
2008
Realtime/Telemetri
2008
Realtime/Telemetri
2009
Realtime/Telemetri
2008
Realtime/Telemetri
2009
Realtime/Telemetri
2010
Realtime/Telemetri
2011
Realtime/Telemetri
2008
Realtime/Telemetri
2008
Realtime/Telemetri
2008
Realtime/Telemetri
2009
Realtime/Telemetri
2009
Realtime/Telemetri
2009
Realtime/Telemetri
2009
0739'45,4"LS - 11229'40,3"BT
Realtime/Telemetri
2010
0737'59,9"LS - 11227'32,8"BT
Realtime/Telemetri
2010
Realtime/Telemetri
2011
Realtime/Telemetri
2011
4 Tenggarang
5 Widuri
6 Dam Sampean
8 Kali Bangsal
II
Ds.Pejaten, Kec.Bondowoso,
Kab. Bondowoso
Ds.Kalibagor, Kec.Panarukan,
Kab.Situbondo
Ds.Tapen, Kec. Klabang,
Kab.Bondowoso
Ds.Sukoanyar,
Kec.Sukoanyar, Kab.Mojokerto
Ds.Bunut, Kec.Mojoanyar,
Kab.Mojokerto
Ds.Japan, Kec.Sooko,
Kota.Mojokerto
Ds. Dinoyo, Kec. Dlanggu
Kab. Mojokerto
0754'25,3"LS11351'9,7"BT
X=113,8527; Y=-7,9070
0746'38,2"LS11359'38,2"BT
X=113,9939; Y=-7,7773
0749'32,3"LS11356'14,9"BT
X = 113,9375; Y = -7,8256
0731'27,4"LS11236'41"BT
X=112,6114; Y=-7,5243
0728'27,4"LS11229'11,1"BT
X=112,4864; Y=-7,4717
0725'35"LS11227'34"BT
X=112,4594; Y=-7,426389
0730'12,9"LS11229'12,5"BT
X=112,4868; Y=-7,503583
Pendirian
10 Pacet Selatan
11 Nawangan
Ds.Mliripprowo, Kec.Tarik,
Kab.Sidoarjo
Ds.Pejaten, Kec.Bondowoso,
Kab. Bondowoso
Ds.Kalibagor, Kec.Panarukan,
Kab.Situbondo
Ds.Ketapanrame,
Kec.Trawas, Kab.Mojokerto
Ds. Seloliman, Kec. Trawas,
Kab. Mojokerto
Ds. Puloniti, Kec. Bangsal,
Kab. Mojokerto
Ds. Talok, Kec.Dlanggu,
Kab. Mojokerto
Ds.Gumeng, Kec.Gondang,
Kab. Mojokerto
Ds.Jatidukuh, Kec.Gondang,
Kab. Mojokerto
Ds. Pacet Selatan, Kec.Pacet,
Kab. Mojokerto
Ds. Nawangan, Kec.Jatirejo,
Kab. Mojokerto
0740'31,2"LS11225'15,8"BT
X=112,4211; Y=-7,67533
0740'31,2"LS11225'15,8"BT
X=112,4211; Y=-7,67533
Page 60
No
Nama Stasiun
Lokasi
Koordinat
Jenis Stasiun
0754'34"LS - 11239'36"BT
Mekanik
2007
0818'31"LS - 11229'21"BT
Mekanik
2007
0823'10"LS - 11241'11"BT
Mekanik
2007
0817'14"LS - 11205'03"BT
Mekanik
2007
0807'27"LS - 11143'00"BT
Mekanik
2007
0736'21"LS - 11218'26"BT
Mekanik
2007
0726'23"LS - 11227'11"BT
Mekanik
2007
0725'35"LS - 11227'34"BT
Mekanik
2007
0731'46"LS - 11237'07"BT
Mekanik
2007
0731'18"LS - 11241'30"BT
Manual
2007
0807'18"LS - 11140'59"BT
Manual
2007
Pendirian
K.Bendo Ngasinan/
K.Tawing
Kab Trenggalek
6 K.Cetak Banteng
7 K.Kedung Sumur
8 K.Marmoyo
9 K.Sadar
BBWS Brantas merencanakan akan menambah stasiun-stasiun telemetri di tahun-tahun yang akan datang,
dengan fungsi utama sebagai Early Warning System. Penyebaran masing-masing stasiun yang ada saat ini
seperti tersaji pada gambar di bawah ini.
Page 62
pre-sipitasi
lainnya
sudah
.Untuk database
Sarana dan Prasarana Sumber Daya Air menggunakan software PDSDA 3.0
(Pengolahan Data dan Informasi Sumberdaya air) yang sedang dalam proses update ke versi PDSDA
4.0
2.
Untuk informasi Irigasi menggunakan software PAI 1.0 (Pengelolaan aset irigasi) yang sedang dalam
proses update ke versi PAI 1.0 terbaru
3.
4.
Penyimpan Data di BBWS Brantas berupa hardware dan software. Data data yang bersifat hard copy /
dokumen dan sejenisnya disimpan di bagian kearsipan dan perpustakaan, sedangkan data-data yang
berupa soft copy tersimpan dengan baik di server dan di back up dengan baik.
b.
2.
Page 63
Data spasial dan vector, yang tersimpan dalam data base berbasis GIS dengan program Arch GIS
lengkap dengan program DEM (Digitasi Elelevation Model). Sampai dengan saat ini BBWS Brantas
sudah menyelesaikan 50 buah layer antara lain : Peta Batas Administrasi, Peta Batas DAS, Peta Basin
Block, Peta Sungai, Peta Prasarana Sungai, Peta Jaringan Hidrologi, Peta Rawan Banjir, Peta Rawan
Kekeringan, dan lain sebagainya).
3. Peta Dataran Banjir di Kabupaten Mojokerto, Jombang, Trenggalek dan Kota Surabaya (K. Kedurus,
K.Perbatasan dan K. Kebonagung). Informasi dataran banjir sangat bermanfaat terutama untuk migitasi
banjir berbasis masyarakat, juga untuk bahan pertimbangan pembuatan rekomendasi teknis untuk ijin
lokasi.
Page 64
dengan
alamat
w e b s i t e
www.bbwsbrantas.com
TKPSDA
pada
Agustus
bulan
2010,
menerbitkan
Balai Besar Wilayah Sungai Brantas selalu berusaha melakukan pembenahan dan peningkatan
sistem Informasi dan Publikasi data, guna mendukung keterbukaan sistem informasi dan
pelayanan publik secara nasional
Page 65
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT dilaksanakan melalui:
1. Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GN-KPA), Melalui kegiatan:
Struktural : gully plug, check dam, drainase, dll.
Non Struktural : reboisasi, biogas
2. Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA), Anggota TKPSDA terdiri dari:
a.Pemerintah Pusat
b.Pemerintah Propinsi
c.Pemerintah kabupaten
d.LSM
e.Professional
f.Ikatan Ahli Teknik
3.Pemberdayaan HIPPA
4.Pemberdayaan Masyarakat di
daerah kritis daya rusak air.
Page 66
Page 67
EDISI 2011
Www.bbwsbrantas.com