Pendahuluan
Data capaian pelayanan air minum Jawa Timur pada tahun 2013 mencapai 75,5%, Diharapkan
pada akhir 2019 pelayanan air minum Jawa Timur 100%. Untuk mencapai target tersebut, ada tiga
isu strategis bidang air minum yang harus diperhatikan, yaitu Pendanaan, air baku dan
kelembagaan. Khususnya pada ketersediaan air baku, menitik beratkan pada peran Pemerintah
Provinsi dalam mendorong adanya SPAM Regional.
Konflik kewilayahan dalam pengembangan SPAM bukan lagi hal baru, khususnya dalam
pemanfaatan air baku. Sejak 1 Januari 2001, Indonesia menerapkan sistem desentralisasi atau
Otda, maka daerah memiliki kewenangan yang luas dalam pemberdayaan sumberdaya alamnya.
Pada tatanan pemerintahan terkecil, desa, sering pula terjadi konflik. Dimana satu desa melimpah
sumber air namun menolak untuk membagi dengan desa diatasnya yang rawan air.
Konflik dalam SPAM Regional dapat diselesaikan melalui penataan kebijakan, karena
kebijakan dibuat untuk mengantisipasi dan menyelesaikan masalah yang ada di dalam komunitas
serta menjadi salah satu instrument dalam pengelolaan sumberdaya alam (Ramdan, 2006)
Pemerintah Jawa Timur pada tahun 2012 telah menandatangani MoU dengan Dirjen Cipta
Karya Kementerian Pekerjaan Umum terkait SPAM Regional. Sebagai tindak lanjutnya, Pemerintah
Jawa Timur menandatangani MoU dengan Kab. Mojokerto dan Kab. Lamongan terkait Kerjasama
dalam pengembangan SPAM Regional Kab. Mojokerto dan Kab. Lamongan, dengan sumber air
Brantas Kec. Bedeg Kabupaten Mojokerto
Dukungan besar juga diberikan Pemerintah pusat melalui Pendanaan Satker PKP Air Minum
Jawa Timur sebagai wujud tanggung jawab dalam peningkatan cakupan layanan air minum
nasional.
besar rencana pembagian wilayah administratif menjadi satu atau lebih wilayah pelayanan
sesuai potensi air baku dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) baik wilayah pelayanan
dengan jaringan perpipaan maupun wilayah pelayanan dengan bukan jaringan perpipaan;
Indikasi program pengembangan untuk setiap rencana wilayah pelayanan berdasarkan
urutan prioritas; Kriteria dan standar pelayanan di wilayah administratif kabupaten atau kota;
Indikasi keterpaduan program dengan pengembangan prasarana dan sarana sanitasi yang
merupakan dampak penggunaan air minum untuk wilayah pelayanan yang dianggap
strategis dan merupakan wilayah pusat pertumbuhan; Indikasi alternatif pembiayaan dan
pola investasi untuk wilayah pelayanan yang dianggap strategis dan merupakan wilayah
pusat pertumbuhan; serta Indikasi pengembangan kelembagaan untuk wilayah pelayanan
yang dianggap strategis dan merupakan wilayah pusat pertumbuhan. Pengelolaan
sumberdaya air berkelanjutan merupakan pengelolaan air yang bersifat multi dimensional
mengenai hubungan antara sumber daya alam, sosial dan sistem ekonomi yang simultan
dalam penggunaan dan pengelolaan air (Flint, 2003)
(3) Untuk daerah yang sudah terjangkau pelayanan BUMD, bantuan pendanaan
Pemerintah hanya dapat diberikan untuk memenuhi standar pelayanan minimal.
Berikut adalah bagan hierarki wewenang dan tanggung jawab pengembangan SPAM.
Definisi singkat SPAM Regional, sesuai dengan paparan Subdit Investasi Ditpam
Kementerian Pekerjaan Umum, Pemanfaatan sumber air baku potensial dari suatu daerah
untuk supply air minum ke beberapa Kabupaten/ Kota sekitarnya.
Beberapa keunggulan dari SPAM Regional :
1. Memberi kemudahan dalam manajemen pengelolaan sumber daya air baku, yaitu oleh
Pemerintah Provinsi
2. Solusi yang tepat dan cepat dalam mengatasi permaslahan air baku,
3. Pasca pembangunan SPAM Regional akan dikelola oleh Pemerintah Provinsi melalui
PDAB Jawa Timur, sehingga meminimalisir konflik kepentingan dari kedua Kabupaten/
Kota.
4. Meningkatkan pelayanan air minum perpipaan di daerah rawan air.
Berikut ini adalah bagan alir pembentukan SPAM Regional.
Apabila ditinjau dari dokumen perencanaan spasial yang ada, misalnya Provinsi
Jawa Timur, pada Pasal 45 telah disebutkan tentang pengembangan Jaringan air baku
untuk air minum regional yang meliputi : SPAM Regional Pantura, SPAM Regional Lintas
Tengah, SPAM Regional Malang Raya dan SPAM Regional Umbulan. Sebagai tindak lanjut,
menggagas MoU baik antara Gubernur Provinsi Jawa Timur, Bupati dan Walikota terkait
dengan Kementerian Pekerjaan Umum. dan Kabupaten / Kota.
Hal – hal yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam Pengelolaan SPAM
Regional
Faktor Pendukung :
1. Lebih dari 50% Kabupaten/ Kota di Jawa Timur telah menyusun dokumen Rencana
Induk SPAM dan telah sesuai dengan pedoman penyusunan dokumen RI SPAM yaitu
Permen PU no. 18 tahun 2007. Yang belum memiliki dokumen RI SPAM sebanyak 3
Kab/ Kota. Sisanya harus melakukan review kesesuaian isi dengan Permen PU No. 18
tahun 2007.
2. Provinsi Telah menandatangani MoU dengan Kementerian Pekerjaan Umum pada
tahun 2012 yang secara langsung membagi kewenangan dalam pendanaan
pembangunan SPAM Regional.
3. Pemerintah Provinsi melalui anggaran Bappeda Prov Jawa Timur sejak Tahun 2014
telah melakukan study kelayakan untuk masing – masing kluster SPAM Regional.
Harapa kedepan adalah hasil dari study ini akan bisa ditindaklanjuti dalam bentuk
pembangunan.
4. Tingginya minat masyarakat akan pelayanan air minum, khususnya untuk daerah rawan
air dan rawan bencana.
Faktor Penghambat
1. Belum adanya konsistensi pada dokumen perencanaan tata ruang, dimana RTRW Kab/
Kota harusnya mengadopsi program serta kegiatan prioritas pada RTRW Provinsi.
Sehingga pada dokumen perencanaan pembangunan Kab/ Kota rekomendasi program
kadang kurang mendukung proram yang ada di tingkat Provinsi.
2. Belum adanya dokumen Jakstrada Air Minum Provinsi, sebagai payung segala aktivitas
baik segi fisik dan non fisik dalam pengelolaan air minum.
3. Belum adanya pedoman tentang penyusunan dokumen RI SPAM Provinsi, dokumen ini
akan menjabarkan tentang SPAM Regional dan program prioritas air minum dalam
skala Provinsi. Sehingga Provinsi Jawa Timur belum menyusun dokumen RI SPAM.
4. Kurangnya informasi kepada PDAM dan pemerintah Kabupaten/ Kota tentang
keunggulan dan alur pembentukan SPAM Regional.
Dalam dokumen perencanaan sektor air minum yang disusun (RISPAM Tahun
2010), Pemerintah Kabupaten Mojokerto belum menyebutkan tentang SPAM Regional.
Berbeda dengan dokumen RISPAM Kabupaten Lamongan yang disusun tahun 2014 telah
dibahas Wilayah Lamongan Selatan nantinya, Tahun 2018, akan di layani melalui SPAM
Regional Mojolamong. Dokumen RI SPAM disusun mengacu pada RTRW, dipakai sebagai
dasar penentuan program detail air minum. Inkonsistensi pada perencanaan tata ruang,
khususnya bidang air minum, berimplikasi pada rencana induk yang pada akhirnya
mengurangi efektifitas upaya peningkatan SPAM terintegrasi. Akibatnya, identifikasi yang
telah dilakukan Provinsi akan menjadi sia – sia karena Pemerintah Kabupaten/ Kota kurang
paham dan merasa bahwa tidak memerlukan program tersebut. Khususnya Kabupaten/
Kota yang memiliki sumber air potensial, karena mereka merasa bisa mengembangkannya
sendiri. Doktrin kedaulatan wilayah tanpa batas (unlimited territorial sovereignty)
menyatakan bahwa wilayah memiliki hak eksklusif untuk memanfaatkan sumber air di dalam
wilayahnya, sehingga wilayah tersebut merasa berhak mengeksploitasi tanpa harus
memberikan kompensasi kepada pihak lain yang mungkin dirugikan (Ramdan, 2006).
Alokasi air minum oleh Pemerintah/ Pemda memungkinkan terjadinya subsidi untuk
daerah yang membangun infrastruktur airnya dan melakukan kegiatan konservasi sumber
airnya (Dinar et al., 2001). Pemerintah pusat, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, telah berkomitmen akan memberikan bantuan pendanaan bagi SPAM
Regional yang telah siap, sesuai readiness criteria yang disyaratkan.
Lesson Learned
Pengelolaan air minum di Indonesia umumnya menggunakan mekanisme alokasi
Pemerintah. Perlu disadari Pemerintah memiliki suatu sistem hierarki yang berjenjang.
Dalam mengatasi permasalahan air minum diperlukan konsistensi dan keberlanjutan
kebijakan dari tingkat teratas hingga pemerintahan terkecil. Kebijakan ini yang membatasi
dan membagi kewenangan sehingga jelas peran setiap SKPD pengelola air minum.
Suksesnya suatu program terletak pada persiapan perencanaan dan demikian juga
perencanaan akan mantap saat kebijakan yang menaunginya juga handal.
Daftar Pustaka
Bappeda Kabupaten Mojokerto. 2010. Laporan Akhir : Rencana Induk SPAM Kabupaten
Mojokerto. Tidak dipublikasikan.
Bappeda Kabupaten Lamongan. 2014. Laporan Akhir : Rencana Induk SPAM Kabupaten
Lamongan. Tidak dipublikasikan.
Dinar, A., M.W. Rosegart, and R.M. Dick. 2001. Water Allocation Mechanism Principles and
Examples. Http: //www. Worldbank.org/rdv/training/dinar /allocatn.htm.[ 20 Dec 2001]
Flint, R.W. 2003. The Sustainable Development of Water Resources. Http:
//www.sustainabledevelopmentsolutions.com [10 Jul 2003]
Loucks, D.P. 2000. Sustainable water resources management. Water International, 25 (1) :
2-10.
Ramdan, H. 2006. Pengelolaan Sumber Air Minum Lintas Wilayah Di Kawasan Gunung
Ciremai Provinsi Jawa Barat. Http: //www.academia.edu
Soenaryo, T.M, T. Walujo, dan A.Harnanto. 2005. Pengelolaan Sumberdaya Air : Konsep
dan Penerapannya. Bayumedia Publishing. Malang.
Spector, B. 2001. Transboundary Environmental Disputes.Http:// www.ccpdc.org/
ubs/zart/ch9.htm. [7 Nov 2001].
Subdit Investasi, Direktorat Pengembangan Air Minum, Kementerian PU dan Pera. 2014.
Paparan : Konsep Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional. Tidak
dipublikasikan