BAB I
PENDAHULIAN
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk pengembangan sumber daya air adalah
dengan membangun bendungan di sungai sehingga terbentuk tampungan/waduk di
bagian hulunya. Waduk ini digunakan untuk menampung kelebihan air di musim hujan
sekaligus dapat digunakan untuk pengendalian banjir daerah hilirnya, dan di musim
kemarau tampungan air waduk dapat digunakan untuk mamasok kekurangan air bagi
berbagai kepentingan seperti air irigasi, air baku untuk air minum, industri dan lain-lain.
Bendungan Randugunting di Kabupaten Blora merupakan salah satu proyek
bendungan dalam Proyek Strategis Nasional yang tercantum dalam Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional. Bendungan ini direncanakan akan memberi manfaat sebagai suplai air
irigasi, air baku, dan konservasi. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, Nomor 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan, setelah dilakukan
penyusunan detail desain, diperlukan adanya Sertifikasi Desain Bendungan Randugunting
oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, sebagai tahapan selanjutnya
dalam perencanaan, sebelum pelaksanaan konstruksi Bendungan. Oleh karena itu pada
Tahun 2017 ini dilakukan pekerjaan Sertifikasi Desain Bendungan Randugunting di
Kabupaten Blora Propinsi Jawa Tengah.
Lokasi Kegiatan proyek pembagunan bendungan Randugunting sesuai dengan rencana
tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan. Serta telah memiliki izin
kelayakan lingkunan hidup berdasarkan keputusan gubernur jawa tengah No. 660.1/26
tahun 2018 dan izin lingkungan Nomor 660.1/27 Tahun 2018 Kegiatan pembangunan/
konstruksi dimulai pada Bulan Desember Bidang Pekerjaan Umum yang memiliki skala /
besaran tinggi ≥ 15 m, yaitu 55,20 m, memiliki daya tampung waduk ≥ 500.000 m3
bendungan Randugunting memiliki daya tampung normal sebesar 14,42 Juta m3 dan luas
area genangan ≥ 200 ha sedangkan bendungan Randugunting memiliki luas 262,54 Ha.
Berdasarkan hal tersebut Bendungan Randugunting termasuk dalam kategori “Large
Dam” (Bendungan Besar). Air dari bendungan Randugunting diperuntukan untuk suplai air
baku untuk kabupaten Blora dan pati serta air Irigasi.
D. Peraturan Menteri
Koordinat
Lokasi pekerjaan Bendungan Randugunting saat ini berada di hulu Sungai
Randugunting dilakukan yang ruas sungainya berada di Sungai Banyuasin, Desa
Kalinanas, Kecamatan Japah, Kabupaten Blora.
Posisi koordinat UTM X = 528547.400 dan Y = 9240387.400 dengan luas DAS
sebesar 17,981 km2. LOKASI RENCANA
BENDUNGAN
RANDUGUNTING
luas genangan bendungan 157,468 ha, tampungan 10,4 juta m3 yang terdiri dari
tampungan efektif sebesar 8,61 juta m3 serta tampungan mati sebesar 1,79 juta m3,
digunakan untuk mengairi area irigasi seluas 630 ha per masa tanam dan bisa untuk 3
kali masa tanam untuk dialokasikan hanya untuk DI. Kedungsapen, kab. Rembang dari
total luas 1590 Ha. Untuk air baku 150 Lt/dt dialokasikan untuk Kabupeten Blora 100
Lt/dt dan Kabupaten Pati 50 Lt/dt dapat memenuhi sebanyak 80.131 jiwa sepanjang
tahun untuk proyeksi sampai dengan tahun 2040 serta perediksi banjir sebesar 381,39
m3/ detik. Secara umum data teknis bendungan Randugunting yang akan dibangun
disajikan pada Tabel 1.1 berikut ini.
No Uraian Keterangan
4 Lebar pelimpah 20 m
Saluran Samping
1 Panjang saluran 20.00 m
2 Lebar saluran hulu 12.00 m
3 lebar saluran hilir 15.00 m
4 Elevasi dasar saluran hulu + 89.7
5 Elevasi dasar saluran hilir + 87.5
6 Kemiringan dasar saluran 0.12
7 Kemiringan lereng saluran 0.8
Saluran Transisi 1
1 Panjang saluran 28.57 m
2 Lebar saluran hulu = 15 m dan hilir = 10 m
3 Kemiringan dasar saluran 0.00
4 Elevasi dasar saluran ujung hulu + 87.53
5 Elevasi dasar saluran ujung hilir + 87.50
Saluran Transisi 2
1 Panjang saluran 25.00 m
2 Lebar saluran hulu = 10 m dan hilir = 10 m
3 Kemiringan dasar saluran 0.001
4 Elevasi dasar saluran ujung hulu + 86.53
5 Elevasi dasar saluran ujung hilir + 86.50
Saluran Peluncur
1 Lebar saluran hulu = 10 m dan hilir = 10 m
2 Kemiringan dasar saluran 0.18
3 Elevasi dasar saluran ujung hulu + 86.50
4 Elevasi dasar saluran ujung hilir + 64.00
5 Panjang saluran peluncur 125.00 m
Peredam Energi
1 Tipe USBR Tipe II
2 Panjang 31.00 m
Manfaat
1 Irigasi DI. Kedungsapen 630 Ha
2 Pola tanam Padi - Padi - Palawija
3 Awal tanam Desember I
4 Air Baku 0.10 m3/dt
2. Bangunan Pengelak
Secara garis besar inti dari metode pembebasan aliran air dari area
konstruksi bendung (sistem dewatering) adalah dengan mengalihkan aliran air
sungai yang melewati daerah konstruksi bendung dengan suatu konstruksi
bendung sementara di hulu bendung yang kemudian aliran air diarahkan agar
melewati suatu saluran pengalihan. Saluran pengalih ini akan mengarahkan
aliran air ke bagian hilir (downstream) bendung melewati lokasi rencana tubuh
bendung tanpa mengalami limpasan. Saluran pengelak direncanakan terbuat
dari beton bertulang berbentuk conduit.
3. Bangunan Pelimpah
1. Saluran pengarah
2. Pelimpah
3. Saluran pengatur
4. Saluran transisi
5. Saluran peluncur
6. Kolam Olak/Peredam energi
b. Bendungan Utama
1. Tinggi dan Panjang Bendungan
Tabel 1.4. Kebutuhan Lahan, Tata guna lahan dan Status kepemilikan area rencana pembangunan
Bendungan Randugunting
a. Kebutuhan Lahan Rencana Pembangunan Bendungan Randugunting
1) Tanah;
3) Bangunan;
4) Tanaman;
1) Lahan antara lain luas lahan yang terkena, fungsi tanah produktifitas lahan,
status kepemilikan, harga pasar, Nilai Jual Obyek Pajak. Informasi nilai jual
objek pajak didapat dari Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan
Kabupaten Blora. Besaran kompensasi akan dimusyawarahkan antara Warga
Terkena Proyek dengan pemerintah.
2) Untuk lahan terkena proyek dimana sisanya tidak layak sebagai tempat tinggal,
usaha atau tidak produktif dan warga berkeinginan menjual, maka pemerintah
akan mengganti sisa lahan secara keseluruhan dan prosesnya melalui
musyawarah
3) Untuk tanaman yang terkena proyek harga ganti rugi sesudai dasar/ standar
4) Fasilitas publik yang terkena proyek akan diganti dengan bangunan pengganti.
2. Tahap Konstruksi
a. Mobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi
Pelaksanaan konstruksi Pembangunan Bendungan Randugunting dimungkinkan
menggunakan pihak ketiga atau kontraktor. Pihak ketiga ini akan memprioritaskan
tenaga kerja local khususnya dari Desa Kalinanas dan Desa Gaplokan.
Pada tahap konstruksi akan dibutuhkan tenaga kerja berkeahlian khusus (skill)
dan tenaga kerja yang tidak berkeahlian khusus (unskill). Pada tahap ini tenaga
kerja diprioritaskan direkrut dari tenaga kerja lokal dengan mempertimbangkan
tingkat pendidikan dan keahlian.
b. Pembangunan dan Pembangunan Area Kerja dan Base Camp
Bangunan-bangunan fasilitas seperti perkantoran, gudang, laboratorium,
bengkel, motor pool, crushing dan batching plant, jalan-jalan hantar, tempat-
tempat pembuangan hasil galian (disposal area/spoil bank), tempat-tempat
penimbunan sementara (stock pile), lokasi power supply, lokasi water supply, serta
bangunan sementara untuk para karyawan dan pegawai (mess, dapur umum dan
bedeng- bedeng kerja). Barak pekerja/basecamp akan dilengkapi dengan fasilitas
pendukung konstruksi yang meliputi: sarana MCK, parkir dan pos keamanan.
Sumber listrik untuk kegiatan konstruksi ini akan disuplai dari generator set.
Kebutuhan air bersih pada tahap konstruksi untuk para pekerja maupun untuk
kegiatan konstruksi terdiri dari beberapa alternatif diantaranya pemanfaatan
sumur yang ada di lokasi kegiatan, pemanfaatan air sungai Randugunting,
penampungan air hujan serta dimungkinkan penggunaan air melalui penyedia jasa
air bersih yang ada di wilayah studi. Total kebutuhan air domestik pekerja
konstruksi dan kebutuhan air untuk konstruksi sebesar ± 58 m3/hari selama masa
konstruksi berlangsung.
c. Mobilisasi Peralatan dan Material
Material dan peralatan yang akan digunakan untuk pekerjaan prasarana
rencana kegiatan pembangunan Bendungan Randugunting disyaratkan untuk tidak
mencemari lingkungan. Bahan dan peralatan yang digunakan pada tahap konstruksi
rencana Pembangunan Bendungan Randugunting dapat digunakan sebagai sumber
untuk mengetahui dampak yang terjadi selama tahapan konstruksi. Mobilisasi
peralatan dan bahan menggunakan jalan darat yang melalui Jalan Sulang-Sumber
yang merupakan jalan kolektor sekunder.
d. Pekerjaan Persiapan
Pelaksanaan pekerjaan awal pembangunan Bendungan Randugunting yang
akan dilakukan meliputi pembersihan lahan (land clearing) dimana sebelum
dilakukan pekerjaan utama terlebih dulu akan dilakukan pembersihan lahan dari
semua vegetasi dan benda-benda lain yang tidak diperlukan dalam peningkatan
jalan ini. Untuk semak belukar dan benda-benda lain yang tidak diperlukan
dibersihkan dengan buldoser, untuk pepohonan akan ditebang dengan gergaji
rantai (chainsaw). Lapisan tanah dikupas dengan menggunakan bulldozer. Lapisan
tanah didorong dan dikumpulkan pada lokasi tertentu, kemudian dimuat
menggunakan excavator dan diangkut dengan dump truck ketempat lokasi yang
perlu dilakukan penimbunan. Pelaksanaan pekerjaan clearing dan grubbing yang
meliputi :
▪ Daerah rencana lokasi bangunan-bangunan fasilitas;
Pada tahap selanjtunya akan dilaksanakan grouting test pada as bendungan dan
penentuan mix design untuk bermacam-macam beton dan melaksanakan
eksploitasi quarry (pekerjaan quarrying). Pada pelaksanaan pekerjaan awal juga
akan dilakukan penyelidikan dan tes material timbunan, terutama untuk timbunan
inti bendungan (lapisan kedap air) di daerah sekitar rencana waduk yang telah
ditetapkan untuk mengetahui baik kuantitas maupun kualitas. Selanjutnya akan
e. Pekerjaan Utama
Secara garis besar pekerjaan utama pembangunan Bendungan Randugunting
adalah pekerjaan cofferdam dan pengelak, pekerjaan bendungan utama dan
pekerjaan pelimpah/ spillway. Uraian terhadap pekerjaan utaman pembangunan
Bendungan Randugunting adalah sebagai berikut :
1) Pekerjaan Cofferdam
Hal pertama kali dalam pelaksanaan pekerjaan untuk pembuatan cofferdam ini
adalah pembuatan kistdam, yaitu suatu konstruksi timbunan yang berfungsi
sebagai pengelakan sungai. Sedikit demi sedikit badan sungai yang ada diberi
material timbunan sembarang untuk bisa mengelakan sungai dan aliran sugai yang
ada diarahkan menuju ke saluran Pengelak. Pada saluran pengelak nantinya akan
di- plugging concrete pada dua bagian, yaitu di bagian hulu dari percabangan
antara Saluran Pengelak dan Saluran Sadap dan yang kedua pada bagian bawah
dari as tubuh bendungan. Saluran pengelak pembangunan Bendungan
Randugunting akan memakai konstruksi beton bertulang dengan mutu beton K-
225. Dengan memakai pompa yang sesuai dengan kapasitas volume air yang ada
diadakan pekerjaan dewatering.
Secara garis besar inti dari metode pembebasan aliran air dari area
konstruksi bendung (sistem dewatering) adalah dengan mengalihkan aliran air
sungai yang melewati daerah konstruksi bendung dengan suatu konstruksi
bendung sementara di hulu bendung yang kemudian aliran air diarahkan agar
melewati suatu saluran pengalihan. Saluran pengalih ini akan mengarahkan aliran
air ke bagian hilir (downstream) bendung melewati lokasi rencana tubuh bendung
tanpa mengalami limpasan. Konstruksi yang dipakai untuk membebaskan daerah
konstruksi bendung adalah cofferdam dan diversion. Cofferdam berfungsi sebagai
bendung sementara/pengelak sedangkan diversion sebagai saluran pengalih/
pengelaknya.
4) Pekerjaan Instrumentasi
2. Tahap Operasi
a. Mobilisasi Tenaga Kerja tahap Operasi
Tahap operasional Bendungan Randugunting akan membutuhkan tenaga kerja.
Untuk kegiatan ini dibutuhkan tenaga kerja yang peruntukan sebagai kepala
bendungan, engineer, keamanan serta kebersihan.
b. Pengisian Air Bendungan
Pengisian awal waduk (impounding) merupakan tahapan yang dilakukan
setelah pekerjaan konstruksi selesai dan merupakan saat-saat yang kritis yang harus
dilalui dalam suatu pembangunan bendungan. Tahapan ini dikatakan kritis karena
terjadi perubahan-perubahan lingkungan di sekitar bendungan, karena pada tahap
ini terjadi perubahan kondisi bendungan yang pada awalnya kering menjadi terisi
air. Pada tahapan pengisian awal (impounding) ini air yang mengalir ke bagian hilir
akan terhenti sementara waktu, dan air akan mengalir lagi ke bagian hilir jika air
yang tergenang di dalam waduk telah mencapai suatu elevasi tertentu.
Dalam tahap pengisian awal (impounding) ini jumlah debit inflow yang masuk
ke daerah genangan akan sangat berpengaruh, karena jika inflow yang masuk
sedikit maka waktu pengisian awal (impounding) akan lama dan dapat
mengakibatkan kekeringan di hilir bendungan. Selain itu kondisi daerah genangan
juga akan berpengaruh, karena setiap jenis tanah memiliki karakteristik yang
berbeda mengenai penyerapan air ke dalam tanah. Pada tahap impounding ini
dilakukan pemantauan supaya untuk menghindari adanya korban jiwa dan untuk
menghindari kerusakan pada struktur bendungan karena jika terlalu cepat tahap
impounding ini maka akan mengakibatkan tekanan yang berlebih dan timbunan inti
bendungan akan mengalami gaya angkat (uplift).
c. Operasional Bendungan
Rencana pemanfaatan Bendungan Randugunting selanjutnya akan digunakan
untuk mensuplai air irigasi dan air baku domestik. Air irigasi dari Bendungan
Randugunting akan disuplai ke D.I. Kedungsapen untuk pengairan lahan seluas 630
ha yang selanjutnya akan digunakan untuk penanaman padi dan palawija.
Pemanfaatan Bendungan Randugunting untuk kebutuhan air baku direncanakan
akan memenuhi kebutuhan air baku di 2 Kabupaten, yaitu Kabupaten Rembang dan
Kecamatan Bulu dan Kecamatan Japah Kabupaten Blora sebesar 0,10 m3/ detik.
Kegiatan operasional bendungan akan berkoordinasi dengan instansi lain,
pemerintah maupun swasta, dan terutama dengan masyarakat pengguna air.
Hubungan dapat bersifat informal maupun formal melalui kontrak kerjasama.
Kerjasama akan dilakukan dengan dinas pengairan propinsi atau kabupaten, PT PLN,
Badan Lingkungan Hidup, Kepolisian, dll. Program kemanan operasional bendungan
juga akan mencakup pula perencanaan dan pengaturan mengenai pengamanan
atau securiti dalam rangka melindungi/ menjaga bendungan beserta bangunan
fasilitasnya terhadap gangguan yang dapat mengancam keamanan bendungan
seperti sabotase, peperangan, vandalisme dan/atau kondisi darurat lainnya. Segala
jenis kondisi dan bentuk gangguan yang dapat mengancam kemanan bendungan
akan diantisipasi dan dimasukkan kedalam rencana tindak darurat (RTD). Program
keamanan bendungan yang tercantum di dalam RTD akan didukung dengan
pemasangan sistem peralatan Telemetri untuk perkiraan banjir dan peringatan dini
atau Flood Forcasting and Warning System (FFWS). Sistem ini digunakan untuk
memantau kemungkinan datangnya banjir dan sekaligus memberitahukannya
kepada masyarakat secara cepat. Dalam pengoperasian bendungan secara umum
akan tercantum panduan/instruksi tentang kapasitas tampungan waduk; banjir
desain dan penelusuran banjir; perkiraan air masuk; jadwal pengisian dan prosedur
pengeluaran air, petunjuk operasi dan operasi banjir.
d. Pemeliharaan Bendungan
Pemeliharaan merupakan segala upaya/ tindakan yang bertujuan untuk
menjamin kelestarian sumberdaya air dan fungsi bendungan berikut bangunan-
bangunan pelengkap dan prasarana pengairan lainnya termasuk lingkungannya
sesuai dengan rencana umur layanannya. Dua kegiatan pokok pemeliharaan adalah
perawatan atau pemeliharaan rutin dan pekerjaan perbaikan.
Kegiatan pemeliharaan Bendungan ini dilakukan guna mempertahankan
kondisi Bendungan agar tingkat penggunaannya tetap baik. Kegiatan diatas ini
antara lain meliputi kontrol rutin terhadap adanya kerusakan. Lingkup kegiatan
operasional dan pemeliharaan Bendungan Randugunting meliputi pendekatan
aspek teknis dan non teknis. Pendekatan teknis meliputi seluruh upaya
menghambat laju disfungsi sistem Bendungan dan fasilitas pendukungnya yang
bertujuan untuk memperoleh manfaat yang optimal, kelestarian fungsi, mengurangi
beaya rekonstruksi dan rehabilitasi. Pendekatan aspek non teknis dititikberatkan
kepada aspek manajerial, administrasi, pengorganisasian yang mendukung kegiatan
operasi dan pemeliharaan dan metode penyelamatan dini.
berada di area dekat dengan area main dam dan tidak membuka lahan baru dia area
bendungan randugunting. Perubahan bentang alam yang terjadi yaitu adanya galian
dalam pembuatan saluran, yang awal berupa tanah datar menjadi cekung berbentuk
saluran.
2. Kegiatan pekerjaan jalan dan jembatan di area bendungan yang digunakan sebagai
jalan masuk dan area perbaikan di jalan todanan, perkerjaan berupa pemasangan
uditch pada sepanjang jalan. Sedangkan pekerjaan jembatan berada di area todanan
dan jembatan kalinanas (Japah), pekerjaan berupa pekerjaan pasangan batu dan
pekerjaan pengecoran retaining wall pada jembatan.
3. Pekerjaan Bendungan utama (main DAM) pekerjaan yang dilakukan berupa
pekerjaan grouting dan pekerjaan timbunan horizontal. Kegiatan pekerjaan grouting
berada pada area AS Main Dam dan pada saluran Cut off.
4. Pekerjaan Fasilitas umum dilakukan berupa finishing bangunan permanen dan
pasangan batu. Perubahan bentang alam yang terjadi pada area fasilitas umum
meliputi perataan ataupun galian pada lokasi hutan milik perhutani berupa
perbukitan menjadi menjadi area datar yang digunakan pekerjaan konstruksi
pembangunan bangunan fasilitas.
Pekerjaan Perubahan bentang alam secara visual dari semester 2 pada bulan oktober
2019 dapat dilihat pada gambar 1.3, semester 3 pada gambar 1.4 dan semester 4 pada
bulan Agustus 2020 dan Oktober 2020.
Gambar 1.3 Perubahan Bentang Alam di Area Pembangunan Bendungan Randugunting pada Bulan
Oktober 2019
Gambar 1.4 Perubahan Bentang Alam di Area Pembangunan Bendungan Randugunting pada Bulan
April 2020
Gambar 1.5 Perubahan Bentang Alam di Area Pembangunan Bendungan Randugunting pada
Bulan Agustus 2020
Gambar 1.6 Perubahan Bentang Alam di Area Pembangunan Bendungan Randugunting pada Bulan
Oktober 2020