Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat di bidang pengelolaan dan konservasi Sumber
Daya Air sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No. 17 Tahun 2020 tentang Sumber Daya Air,
maka Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat c.q. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 34/PRT/M/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di Lingkungan Ditjen SDA,
telah membentuk Balai Wilayah Sungai sebagai unit pelaksana teknis di bidang konservasi Sumber Daya Air
dan pengendalian daya rusak air pada wilayah sungai. Sebelum terbentuknya Balai Tahun 2008 Organisasi
pelaksana Bidang SDA di Provinsi Sumatera Utara berbasis sektoral yaitu Unit Penanganan Irigasi, Unit
Penanganan Pengendalian Banjir dan Pantai dan Unit Operasi dan Pemeliharaan Irigasi.
Kewenangan Wilayah Sungai Setelah Balai terbentuk Kementerian Pekerjaan Umum melakukan pembagian
kewenangan masing masing Balai dalam wilayah sungai sebagaimana yang tertuang dalam Keputusan
Presiden Nomor 12 Tahun 2012 tentang penetapan wilayah sungai. Wilayah Sungai yang ada di Sumatera
Utara terdiri dari 11 (sebelas) wilayah Sungai yaitu ;
1. WS Alas Singkil (Lintas Provinsi);
2. WS Btg. Natal-Btg. Batahan (Lintas Provinsi);
3. WS Rokan (Lintas Provinsi);
4. WS Belawan-Ular-Padang (Strategis Nasional );
5. WS Toba Asahan (Strategis Nasional );
6. WS Wampu Besitang (Lintas Kapupaten);
7. WS Bah Bolon (Lintas Kabupaten);
8. WS Nias (Lintas Kabupaten);
9. WS Sibundong-Batang Toru (Lintas Kabupaten);
10. WS Barumun Kualuh (Lintas Kabupaten) dan
11. WS Bt. Angkola-Bt. Gadis (Lintas Kabupaten).
Dari sebelas wilayah sungai yang ada di sumatera utara ada 5 (lima) wilayah sungai merupakan Kewenangan
Pusat dimana 3 (tiga) wilayah sungai di kelola oleh Balai Wilayah Sungai Sumatera II, 1 ( satu) wilayah
sungai di kelola oleh Balai Wilayah Sungai Sumatera I dan 1 (satu) wilayah sungai di kelola Oleh Balai
Wilayah sungai Sumatera IV. Wilayah Sungai kewenangan pusat yaitu :
A. Dikelola oleh Balai Wilayah Sungai Sumatera II
1. Wilayah Sungai Belawan-Ular-Padang (Strategis Nasional),
2. Wilayah Sungai Toba Asahan (Strategis Nasional ) dan
3. Wilayah Sungai Btg. Natal-Btg. Batahan (Lintas Provinsi).
B. Dikelola oleh Balai Wilayah Sungai Sumatera I yaitu WS Alas Singkil (Lintas Provinsi);
C. Dikelola oleh Balai wilayah Sungai Sumatera IV yaitu WS Rokan (Lintas Provinsi);
Wilayah Sungai yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi ada 6 (enam) Wilayah Sungai yaitu:
1. WS Nias (Lintas Kabupaten)
Setelah terbentuknya Balai Wilayah Sungai Wilayah Sungai pada Tahun 2008, Balai Wilayah Sungai
Sumatera II merupakan unit pelaksana teknis Kementerian Pekerjaan Umum yang ada di Provinsi Sumatera
Utara, yang bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan Sumber Daya Air dari hulu hingga ke hilir
secara menyeluruh, terpadu dan berkelanjutan serta berwawasan lingkungan. Sebelum berdirinya Balai
Wilayah Sungai Sumatera II, Departemen Pekerjaan Umum khususnya Direktorat Jenderal Sumber Daya
Air, memiliki satuan kerja yang berfungsi melaksanakan pekerjaan baik konstruksi maupun non konstruksi
di masing-masing provinsi. Provinsi Sumatera dengan pengelolaan Bidang Sumber Daya Air, terdiri dari
beberapa Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) antara lain SNVT. Irigasi dan Rawa Andalan Sumatera
Utara dan SNVT Proyek Pengendalian Banjir Sumatera.
Berdasarkan Keppres no 12 tahun 2012 wilayah sungai di indonesia di bagi dalam 131 Wilayah Sungai.
Wilayah Sungai tersebut terbagi dalam 5 WS Lintas Negara, 29 WS Lintas Provinsi, 29 WS Strategis
Nasional, 53 WS Lintas Kabupaten/kota, dan 15 WS dalam satu kabupaten/kota. Dari jumlah tersebut,
yang merupakan kewenangan pemerintah (pusat) sejumlah 63 WS yang terdiri dari 5 WS lintas negara, 29
WS lintas provinsi dan 29 WS strategis nasional. Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang
tersebut, di Sumatera utara terbentuk Balai Wilayah sungai sumatera II yang menangani Wilayah Sungai
Strategis dan Wilayah Sungai Lintas Provinsi yaitu WS Belawan Ular Padang, WS Toba Asahan dan WS
Batang Natal Batang Batahan.
Balai Wilayah Sungai Sumatera II mempunyai Tugas untuk mengelola 3 (tiga) wilayah Sungai di Provinsi
Sumatera Utara dengan wilayah sebagai berikut :
1. Wilayah Sungai Belawan Ular Padang (WS Strategis)
Wilayah Sungai Belawan-Ular-Padang merupakan salah satu WS Strategis nasional yang ada di Provinsi
Sumatera Utara. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 04/PRT/M/2015, tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai. Wilayah Sungai Belawan-
Ular-Padang mempunyai luas 6.066,96 km2 atau 8,31% dari luas wilayah provinsi Sumatera Utara
(luas Provinsi Sumatera Utara 72.981,23 km2 dengan jumlah Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah 11
(sebelas). Secara administrasi pemerintahan WS Belawan-Ular-Padang meliputi 6 (enam) Kabupaten
yaitu Kabupaten Batubara, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Karo, Kabupaten Langkat, Kabupaten
Serdang Begadai, Kabupaten Simalungun dengan 3 (tiga) Kota yaitu Kota Binjai, Kota Medan dan Kota
Tebing Tinggi. Gambar 1.2 menunjukkan peta WS Belawan-Ular-Padang.
Sipoltak Hoda, Janji dan Aek Simangira di Kabupaten Humbang Hasundutan, dan Aek Tomuan Di Sub
Das Silau Kab Asahan.
Kondisi tutupan lahan pada DAS ini kurang baik, luas hutan hanya 19 % < 30 % dengan daerah kritis
sebesar 303.879 ha ( 43 % dari luas daratan WS Toba Asahan ) dengan curah hujan rata-rata tahunan
berkisar 1000 mm - 3000 mm.
Pada daerah aliran sungai terdapat lima Cekungan air tanah yaitu CAT Medan, Sidikalang, Samosir,
Porsea-Parapat dan CAT Tarutung yang mempunyai luas 4.968 km2 dengan ketersediaan air sebesar
2.193,3 juta m3/tahun. Gambaran kondisi DAS dapat ditunjukkan pada gambar 1.3.
dataran rendah. Kondisi topografi yang tercakup dalam WS Batang Natal – Batang Batahan adalah :
1. Elevasi 0 –100 m merupakan dataran rendah;
2. Elevasi 100 – 500 m merupakan daerah perbukitan;
3. Elevasi 500 – 1000 m merupakan daerah pegunungan; dan
4. Elevasi >1000 m merupakan daerah gunung.
Kondisi topografi pada WS Batang Natal-Batang Batahan didominasi oleh dataran rendah (ketinggian
0-100 m dpl) dengan persentase 64,67%.
4. Daerah Irigasi
Balai wilayah sungai Sumatera II mengelola Daerah Irigasi yang merupakan kewenangan pusat sesuai
dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 14/PRT/M/2015 tentang
Kriteria dan Penetapan status Daerah Irigasi. Daerah Irigasi Kewenangan Pusat sesuai Permen No 14/
PRT/M/2015 yang di kelola Balai Wilayah Sungai Sumatera II ada seluas 67.211 Ha dengan jumlah 11 (
sebelas) Daerah Irigasi yaitu :
1. DI. Namu Sira-sira (6.300 Ha)
2. DI. Bandar Sidoras (3.017 Ha)
3. DI. Belutu (5.082 Ha)
4. DI. Sungai Ular (18.500 Ha)
5. DI. Kerasaan (5.000 Ha)
6. DI. Perkotaan (3.457 Ha)
7. DI. Batang Angkola (7.200 Ha)
8. DI. Batang Gadis (6.628 Ha)
9. DI. Batang Ilung (4.194 Ha)
10. DI. Paya Sordang (4.350 Ha)
11. DI Batang Batahan (3.483 Ha) Lintas Provinsi
Balai Wilayah Sungai Sumatera II juga melaksanakan Peningkatan Daerah Irigasi yang luasnya lebih
besar dari 3.000 Ha dan sudah dimulai sejak Tahun 2017 dan di perlukan tindak lanjut pada program
jangka menengah 2020 – 2024 yaitu :
1. Daerah Irigasi Sei Wampu dengan Luas 10.991 Ha . Progres akhir tahun 2019 pembangunan
Bendung sudah selesai. Program untuk jangka menengah 2020 – 2024 di perlukan pembangunan
jaringan Irigasi seluas 10. 991 Ha.
2. Daerah Irigasi Serdang dengan Luas 4.275 Ha . Progres akhir 2019 Pembangunan Bendung selesai
20%. Program untuk jangka menengah 2020 – 2024 di perlukan Lanjutan Pembangunan Bendung
dan Pembangunan Jaringan Irigasi seluas 4.275 Ha.
3. Daerah Irigasi Silau dengan Luas 7.983 Ha . Progres akhir 2019 Pembangunan Bendung dan
Saluran Sulesi selesai 30 %. Program untuk jangka menengah 2020 – 2024 di perlukan Lanjutan
Pembangunan Bendung dan Pembangunan Jaringan Irigasi seluas 7.983 Ha.
4. Daerah Irigasi Batang Toru dengan Luas 3.200 Ha . Progres akhir 2019 Pembangunan Bendung
selesai 30 %. Program untuk jangka menengah 2020 – 2024 di perlukan Lanjutan Pembangunan
Bendung dan Pembangunan Jaringan Irigasi seluas 3.200 Ha.
5. Daerah Irigasi Sei Padang dengan Luas 7.558 Ha dengan Progres Pembangunan Bendung Sudah
selesai tahun 2018 dan sudah di fungsikan pada sebagian areal. Peningkatan Jaringan Irigasi sampai
akhir 2019 selesai 15 %. dan Program untuk jangka menengah 2020 – 2024 di perlukan Lanjutan
Peningkatan Jaringan Irigasi seluas 3.200 Ha.
Selain Daerah Irigasi yang kewenangan Pusat dan Daerah Irigasi yang luasnya lebih dari 3.000 Ha,
Balai wilayah Sungai Sumatera II juga telah melaksanakan beberapa Daerah Irigasi Kewenangan Daerah
dengan luas di bawah 3.000 Ha yaitu:
1. Daerah Irigasi Sidilanitano dengan Luas 2.340 dengan progres Pembangunan bending sudah
selesai tahun 2018 dan sudah di fungsikan pada sebagian areal. Pembangunan Jaringan Irigasi
sampai akhir 2019 selesai 20 % dan Program untuk jangka menengah 2020 – 2024 di perlukan
Lanjutan Peningkatan Jaringan Irigasi seluas 2.340 Ha.
2. Daerah Irigasi Aek sigeaon dengan Luas 640 dengan progres Pembangunan bending sudah selesai
tahun 2018 dan sudah di fungsikan pada sebagian areal. Pembangunan Jaringan Irigasi sampai
akhir 2019 selesai 10 % dan Program untuk jangka menengah 2020 – 2024 di perlukan Lanjutan
Peningkatan Jaringan Irigasi seluas 640 Ha.
3. Daerah Irigasi Hasak dengan luas 1.200 Ha dengan progres, telah dilakukan SID tahun 2015.
Program untuk jangka menengah 2020 – 2024 di perlukan Pembangunan Bendung dan Peningkatan
Jaringan Irigasi seluas 1.200 Ha. Proyek Strategi Daerah Irigasi di wilayah kerja Balai wilayah Sungai
Sumatera II telah di programkan DI. Strategis Asahan dengan Luas areal 120.000 Ha. Program untuk
jangka menengah 2020 – 2024 akan di mulai dari SID dan Pembangunan Bendung selesai 100% dan
Pembangunan Jaringan selesai minimal 30%.
Proyek Strategi Daerah Irigasi di wilayah kerja Balai wilayah Sungai Sumatera II telah di programkan DI.
Strategis Asahan dengan Luas areal 120.000 Ha. Program untuk jangka menengah 2020 – 2024 akan di
mulai dari SID dan Pembangunan Bendung selesai 100% dan Pembangunan Jaringan selesai minimal
30%.) Ba
Dalam Program Jangka menengah Tahun 2014-2019 Balai Wilayah Sungai Sumatera II telah dapat
menyelesaikan beberapa kegiatan dengan Capaian Antara lain:
1. Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Irigasi Lainnya
A. Jaringan Irigasi
Balai Wilayah sungai sumatera II telah mengembangkan sistim Jaringan Irigasi yang sebelumnya
tidak memperoleh air secara maksimal (pengambilan bebas/free intake). Program pengembangan
sisitim jaringan irigasi ysng dilskuksn Balai Wilayah Sungai Sumatera II bukan hanya kewenangan
Pemerintah pusat namun juga termasuk beberapa kewenangan pemerintah Daerah. Pengembangan
sistim jaringan yang dilakukan ada yang merobah dari pengambilan bebas/free intake dan ada yang
menambah Debit andalan dengan membangun Bendung Suplesi dari sungai yang laian.
Pengembangan Jaringan Irigasi yang dilakukan Balai Wilayah sungai sumatera II antara lain.
1. Membuat Systim Baru dengan membuat Suplesi yaitu:
a. Suplesi dari Sungai Sibaro ke Sungai Martebing untuk memenuhi kebutuhan air, DI Martebing
dan daerah Pengembangan di Kabupaten serdang bedage dengan debit yang di suplesi sebesar
10 M3/det
b. Suplesi dari Sungai Silau ke Sungai Bunut Untuk memenuhi kebutuhan Air DI Silau (DI.
Serbangan,DI.Panca Arga, di. Meranti, DI. Hutaginjang) Kab. Asahan dengan rencana Debit sebesar
10 M3/det, dimana Pelaksanaan bendung sudah mulai pada Akhir Tahun 2018 dan direncanakan
selesai termasuk saluran Suplesinya pada tahun 2021.
c. Suplesi dari Sungai Ular Ke Sungai Batugingging untuk memenuhi kebutuhan Air DI. Penara,
DI Parbarakan dan DI Serdang di Kab. Deli Serdang.Kapasiotas Intake untuk kebutuhan Suplesi
telah direncanakan pada saat Bendung DI sungai ular dibangun. Bendung Sungai Ular dibangun
untuk mengairi areal 18.500 Ha dengan kebutuhan Debit sebesar 24 M3/det dan debit untuk suplesi
sebesar 5 M3/ det sehingga Kapasitas intake total 29 M3/det. Pembangunan bendung telah selesai
tahun 2012 dan sudah berfungsi dengan baik namun saluran suplesi masih belum di laksanakan.
Kegiatan yang telah dilakukan untuk rencana Pembangunan Saluran Suplesi dari Bendung DI. Sei
Ular ke Sungai Batugingging dengan panjang ± 8 Km adalah SID, LARAP dan Dokumen Lingkungan
Hidup.
B. Pembangunan Bendung Baru
a. Pembangunan Bendung DI.Sei Padang di Kota Tebing telah selesai dibangun tahun 2017. Bendung
DI. Sei Padang akan dapat mengairi areal 3 Daerah irigasi yang sebelumnya Pengambilan bebas/free
intake yaitu DI. Bajayu, DI paya lombang dan DI. Langau dengan total areal layanan seluas 7.558 Ha.
b. Pembangunan Bendung DI.Wampu di Kab. Langkat telah dimulai dari Tahun 2016 dan rencana
selesai pada Tahun 2019. Bendung DI. Sei Wampu dapat mengairi Areal seluas 10.991 Ha.
c. Pembangunan Bendung DI. Serdang Kabupaten Deli Serdang telah dimulai Tahun 2018 dan
direncanakan akan selesai Tahun 2021. Bendung DI Serdang akan dapat mengairi areal seluas 4.275
Ha.
d. Pembangunan Bendung DI. Batang Toru Kabupaten Tapanuli Utara telah dimulai Tahun 2018 dan
direncanakan akan selesai Tahun 2021. Bendung DI Batang Toru akan dapat mengairi areal seluas
3.200 Ha.
e. Pembangunan Bendung DI. Silau Kabupaten Asahan telah dimulai Tahun 2018 dan direncanakan
akan selesai Tahun 2021. Bendung DI Silau akan dapat mengairi areal seluas 10.811Ha.
f. Pembangunan Bendung DI. Aek Sigeaon, DI. Sidilanitano di Kabupaten Tapanuli Utara dan DI.
Sitangkurak di Kabupaten Tapanuli Tengan yang semuanya merupakan Daerah Irigasi Pemerintah
Daerah telah selesai pembangunannya pada Tahun 2018 dan sudah di fungsikan.
C. Rehabilitasi Daerah Irigasi
a. Balai Wilayah Sungai Sumatera II telah melakukan Rehabilitasi Daerah Irigasi untuk Kewenangan
Pemerintah pusat yaitu DI. Bandar Sidoras, DI Perkotaan, DI. Namu Sira-sira, DI. Sei Ular DI Batang
Gadis dan DI Batang Angkola, namun karena keterbatasan Biaya Rehabilitasi Daerah Irigasi masih
belum tuntas.
b. Balai Wilayah Sungai Sumatera II telah melakukan Rehabilitasi Daerah Irigasi yang merupakan
Kewenangan Pemerintah Daerah yaitu DI. Huta paung parmiahan dan DI Aek Sibundong sejak tahun
2017 dan di harapkan tahun 2019 sudah tuntas.
2. Pengendalian Banjir, Lahar, Pengelolaan Drainase Utama Perkotaan dan Pengamanan Pantai
Dalam Pengendalian Banjir dan Lahar Balai Wilayah Sungai Sumatrera II telah melakukan beberapa
kegiatan antara lain
a. Pembangunan Pengendalian Banjir Sungai Asahan Kabupaten Asahan dan Kabupaten Tanjung
Balai. Sep 28 Km’
b. Pengendalian Daya Rusak Sungai Deli, Sungai Belumai, Sungai Percut dan Sungai belawan sep.
12,60 Km
c. Pembangunan Pengaman Pantai Sibolga Kota Sibolga 0,15 Km
d. Pembangunan Pengamanan Pantai Barus sep. 0,30 M.
e. Pembangunan Pengendalian Lahar Gunung Sinabung dengan volume Tampungan sebesar 350.000
M3.
3. Pengelolaan Bendungan, Danau dan Bangunan Penampung Air lainnya.
Balai Wilayah Sungai Sumatera II telah melakukan beberapa pembangunan embung dan bendungan
antara lain :
a. Pembangunan, Peningkatan dan Rehabilitasi Embung di Kabupaten Samosir, Kabupaten
Humbang Hasundutan, dan Kabupaten Tapanuli Utara sebanyak 18 Bh yang terdiri dari Peningkatan
Embung sebanyak 9 Bh Embung Aek Natonang, Embung Pea Rihit, Embung Pea Roba, Embung
Pea Parsinagaan Kab. Samosir, Embung Sibara bara, Embung Silalahi, Embung Sijabi jabi Kab.
Tapanuli Utara, Embung Tambok Bolon, Embung Tambok Siambolas Kab. Humang Hasundutan, dan
Rehabilitasi Embung yang telah dilakukan sebanyak 7 bh yaitu. Embung Tambok Hadudu/Tambok
Torop/ Unduk Sanggar Kab. Humbang hasundutan, Lumban Julu 1, Lumban Julu 2, Lumban Julu 3
dan Sibara bara Kab. Tapanuli Utara
b. Pembangunan Bendungan Lau simeme di mulai Tahun 2018 dan direncanakan selesai tahun 2023
dengan Volume Tampungan 22 jt M3. Fungsi dari Bendungan Lau Simeme Utamanya adalah Untuk
Pengendalian Banjir dan Penyediaan Air Baku untuk Kota Medan dan sekitarnya.
4. Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT)
Balai Wilayah Sungai Sumatera II sampai dengan saat ini telah melakukan Rehabilitasi Sumur Bor
dan rehabilitasi Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) untuk dapat mengairi areal persawahan yang pada
daerah tersebut sulit memperoleh Air Permukaan. Berdasarkan evaluasi pasca pembangunan JIAT
bahwa Biaya Operasional cukup mahal dan masyarakat yang memanfaatkan Sumur Bor tersebut
kurang mampu mengoperasionalkannnya.
Lokasi Rehabilitasi Sumur Bor yang dilakukan di Sumatera utara yang pada umumnya di bangun
sebelum terbentuknya Balai ada pada beberapa kabupaten dengan sebaran sebagai Berikut :
a. Pembanunan Air Baku sep 155.10 Km dengan Debit 1,665 M3/dt
b. Rehabilitasi Sumur sebanyak 42 bh
c. Rehabilitasi Jaringan Irigasi Air Tanah sep. 3. Km
5. Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai
Kegiatan Balai Wilayah Sungai Sumatera II dalam Pengendalian Banjir dalam 5 (lima) tahun terakhir
masih terfokus dalam penanganaan pengendalian banjir sungai asahan yang mengendalikan Banjir di
Kota Tanjung Balai dan sebagian Kabupaten Asahan. Dalam pengendalian Banjir Sungai asahan yang di
tangani selama 5 tahun terakhir adalah pembuatan tanggul sungai asahan sebelah kiri dengan Panjang
tanggul sep. 32 Km, Pembangunan Pintu Pengendali Banjir dan Pompa 2 Lokasi, dan Pembuatan Pintu
pengatur sebanyak 3 bh. Selain lokasi sebelah kiri di daerah tanjung Balai juga masih di perlukan
lajutan ke arah kiri hulu Sungai asahan dengan kebutuhan tanggul sep. 8 Km dan sebelah Kananan
sungai asahan sep. 60 Km untuk mengendalikan Banjir areal perkebunan, pertanian dan sebagaian areal
Pemukiman.
Selain Pengendalian Banjir Sungai asahan Balai Wilayah Sungai Sumatera II juga telah memulai
Pembangunan Bendungan Lau Simeme yang fungsi utamanya adalah pengendalian Banjir Kota Medan
dan sekitarnya.
perkebunan. Disamping melakukan konsevasi, dapat dilakukan budidaya kawasan hutan produksi
(produksi terbatas, tetap dan konversi). Kawasan hutan produksi terbatas dapat dilakukan
tersebar di seluruh DAS di WS Toba Asahan, sedangkan hutan produksi konversi terdapat di Sub
DAS Asahan.
b) Kegiatan perkebunan terdiri dari perkebuhan rakyat dan perkebunan besar (kelapa sawit,
kelapa, karet, kopi dan coklat). Pengembangan perkebunan besar diarahkan di Sub DAS Asahan
(Kabupaten Asahan) dan Sub DAS Toba (Kabupaten Simalungun);
c) Potensi check dam tersebar di beberapa kabupaten yang berada di WS Toba Asahan antara
lain, Kabupaten Humbang Hasundutan terdapat 27 sungai, Kabupaten Karo terdapat 2 sungai,
Kabupaten Samosir terdapat 19 sungai, Kabupaten Simalungun terdapat 3 sungai, Kabupaten
Tapanuli Utara terdapat 1 sungai dan Kabupaten Toba Samosir terdapat 29 sungai; dan
d) Potensi embung konservasi yang tedapat di WS Toba Asahan tersebar dibeberapa Kabupaten
antara lain, Kabupaten Humbang Hasundutan tersebar di 5 Kecamatan, Kabupaten Karo terdapat
di 1 Kecamatan, Kabupaten Samosir terdapat di 8 Kecamatan, Kabupaten Simalungun terdapat di
3 Kecamatan, Kabupaten Tapanuli Utara terdapat di 2 Kecamatan dan Kabupaten Toba Samosir
terdapat dai 11 Kecamatan.
(2) Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air
Beberapa potensi yang bisa dikembangkan untuk aspek pendayagunaan sumber daya air di WS
Toba Asahan antara lain:
a) Potensi sumber daya air di WS Toba Asahan sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan
air irigasi, PLTA, industri, rumah tangga dan perkotaan dan potensi pengembangan sistem
penyediaan air minum (SPAM) regional pada kawasan lintas kabupaten/kota meliputi: Kawasan
Pengembangan Parawisata Danau Toba pada 8 ( delapan ), Kabupaten yaitu Kab. Samosir Kab.
Toba Samosir, Kab. Tapanuli Utara, Kab. Humbang Hasundutan, Kab. Dairi, KLab. Simalungun,
Kab. Karo dan Ka. Pakpak Barat serta Kota Tanjung Balai dan Kabupaten Asahan.
b) Potensi peningkatan kapasitas produksi sumber air bersih eksisting untuk wilayah sekitar
Danau Toba menggunakan sumber air danau sedangkan untuk daerah dengan kondisi perbukitan
mengandalkan sumber air bersih dari mata air, sungai tadah hujan dan kolam-kolam penampungan
seperti di Kecamatan Ronggur Nihuta, Kecamatan Pangururan bagian Timur, Kecamatan Onan
Runggu bagian Barat, Kecamatan Nainggolan bagian Utara, Kecamatan Simanindo bagian Barat,
Kecamatan Palipi bagian Timur dan Kecamatan Sianjur Mula-mula bagian sebelah Barat
c) WS Toba Asahan mempunyai potensi pengembangan pertanian yang sangat tinggi, terutama
tanaman padi yang tersebar di seluruh DAS. Pada Derah Hilir Sungai Asahan di sepanjang Pantai
Timur Kabupaten asahan dan Labuhan Batu ada potensi Pengembangan Daerah Irigasi seluas
80.000 Ha dengan Sumber Air dari Sungai asahan. Secara Debit bahwa Sungai asahan Cukup
untuk mengairi areal seluas 80.000 Ha, dimana Sungai Asahan mempunyai Debit Andalan ± 130
M3/det. Tanaman pangan lahan kering banyak tersebar di DAS Danau Toba Kabupaten Toba
Samosir (seperti di Daerah Irigasi Aek Nabara Laguboti, Aek Mandosi di Porsea dan Bonatua
Lunasi, Simangatasi Silaen dan Bondar Juda Balige) dan Kabupaten Samosir.
d) Potensi pembangkitan listrik ternaga air di DAS Asahan (Sungai Asahan) yang dapat
menghasilkan produksi listrik sekitar 7,2 milyar kWh per tahun (PLTA Asahan I s/d PLTA Asahan
IV). PLTA di Kabupaten Humbang Hasundutan (Kecamatan Bakti Raja dan Kecamatan Dolok
Sanggul.
e) WS Toba Asahan memiliki potensi Embung di sekitar Kawasan danau Toba dan beberapa
Embung yang sudah ada antara laian Embung Binanga Aron, Embung Sungai Sinapi dan Embung
Binanga Bolon.
f) Terdapat potensi pengembangan dan peningkatan sarana prasarana dan fasilitas pada
pelabuhan Bakkara di Kecamatan Baktiraja sebagai pelabuhan penyeberangan Balige – Onan
Runggu – Nainggolan – Muara – Bakkara, untuk mendukung pembangunan di kawasan Danau
Toba khususnya pada bagaian Kabupaten Humbang Hasundutan, Pengembangan prasarana
dan sarana transportasi sungai di beberapa kawasan, seperti rencana kawasan wisata pada
Kecamatan Datuk Bandar Timur, Pengembangan dermaga yang sudah ada saat ini di Kabupaten
Simalungun yaitu dermaga Tigaraja, Tigaras dan Haranggaol. Tigaras ditingkatkan statusnya
menjadi pelabuhan fery dengan fungsi utama untuk menunjang kawasan pariwisata yang
berorentasi ke Danau Toba
(3) Aspek Pengendalian Daya Rusak Air
Beberapa potensi yang bisa dikembangkan untuk aspek pengendalian daya rusak air di WS Toba
Asahan antara lain:
a) Kawasan rawan banjir/genangan disebagian wilayah Kabupaten Tanjung Balai (Kecamatan
Datuk Bandar dan Kecamatan Datuk Bandar Timur), Kabupaten Simalungun (Kecamatan
Silou Kahean, Kecamatan Raya Kahean, Kecamatan Bandar, Kecamatan Pamatang Bandar,
Kecamatan Dolog Batu Nanggar, Kecamatan Tapian Dolog, Kecamatan Siantar, Kecamatan
Bosar Maligas, Kecamatan Ujung Padang, Kecamatan Hutabayu Raja, Kecamatan Tanah Jawa),
Kabupaten Toba Samosir (Kecamatan Silaen Di Aek Simangatasi dan Kecamatan Laguboti Di
Aek Simare dan Kecamatan Aek Nabara);
b) Terdapat bangunan sungai dan tanggul di beberapa sungai WS Toba Asahan yang mengalami
kerusakan akibat banjir Sungai Asahan;
c) Terdapat potensi kolam retensi dalam rangka pengendalian banjir; dan
d) Terdapat abrasi pantai untuk ditangani Pantai Kawasan Danau Toba, serta pantai-pantai di
pesisir timur Sumatera Utara.
e) Terdapat kawasan rawan tanah longsor terdapat di Kabupaten Dairi (Kecamatan Sidikalang,
Kecamatan Parbuluan, Kecamatan Sumbul, Kecamatan Pegagan Hilir, Kecamatan Tigalingga,
Kecamatan Siempat Nempu, dan Kecamatan Silima Punggapungga), Kabupaten Simalungun
di daerah tangkapan air Danau Toba yaitu di daerah perbatasan Kecamatan Raya dengan
Kecamatan Raya Kahean, Kecamatan Dolog Silou, Kecamatan Silou Kahean, Kabupaten Toba
Samosir (Kecamatan Laguboti, Kecamatan Porsea, Kecamatan Nassau, Kecamatan Borbor dan
Kecamatan Habinsaran)
(4) Aspek Sistem Informasi Sumber Daya Air
Beberapa potensi yang bisa dikembangkan untuk aspek sistem informasi sumber daya air di WS
Toba Asahan antara lain:
a) Potensi penerapan Role sharing antar institusi pengelola sumber daya air, yang memungkinkan
sharing sistem informasi sumber daya air; dan
b) Terdapat potensi pengembangan sumber daya manusia dan jaringan informasi sumber daya
air yang terpadu dan sharing data informasi antar institusi pengelola data informasi.
(5) Aspek Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha
Beberapa potensi yang bisa dikembangkan untuk aspek pemberdayaan dan peningkatan peran
masyarakat dan dunia usahadi WS Toba Asahan antara lain:
a) Pelibatan masyarakat sejak perencanaan (perencanaan partisipatif) sampai konstruksi; dan
b) Kegiatan Pengelolaan sumber daya air sebagai sarana untuk mewujudkan kesadaran
penyelamatan sumber-sumber air dalam upaya meningkatkan peran masyarakat dengan
Mengaktifkan kegiatan pada TKPSDA WS Toba Asahan, Badan Pelaksana Koordinasi Ekosistem
Danau Toba (BPKEDT) bersama PJT I dan Forum DAS.
(6) Secara out put Potensi Pengembangan Sumber Daya Air Pada WS. Toba Asahan
Potensi pengembangan sumber daya air pada WS. Toba Asahan antara lain :
a. Potensi Embung sebanyak 123 Bh
b. Pengembangan / Peningkatan Jaringan Irigasi, seluas 110.000 Ha.yang berada di kabupaten
Asahan dan Lanbuhan Batu Utara.
c. Pengembangan sumber daya air untuk PLTA, sebesar 500. MW yaituAsahan III 400 MW dan
Asahan IV 100 MW.
d. Pengembangan dan Pengelolaan jaringan Air Baku.
e. Pengembangan sumber daya air untuk Pariwisata di Kawasan Danau Toba
f. Pengembangan sumber daya air untuk Perikanan di perairan Danau Toba.
*Sumber: Masterplan Sumber Daya Air WS Toba Asahan
Potensi pengembangan Dearah Irigasi yang ada di Sumatera Utara baik yang berada di Wilayah Sungai
kewenangan pusat yang di kelola oleh Balai wilayah Sungai Sumatera II maupun wilayah sungai yang
bukan kewenangan pusat yang dapat di programkan pada program jangka menengah ada beberapa
Derah yaitu :
1. Daerah Irigasi strategis asahan seluas 110.000 Ha yang berada di Kabupaten Asahan, Kabupaten
Labuhan Batu dan Kota Tanjung Balai. Daerah ini berada di bagian hilir Sungai asahan. Areal secara umum
berada pada Wilayah Sungai Toba Asah (Kewenangan Pusat) dan sebahagian kecil berada pada Wilayah
Sungai Kualuh Barumun (Kewenangan Provinsi) . Kondisi areal sebagian besar sudah di tanami kelapa
sawit namun produksi sawit yang dihasilkan secara umum kurang sesuai dengan harapan para pemilik.
Areal Pengembangan untuk Daerah irigasi ini sesuai hasil interviu dengan beberapa orang masyarakat
yang memiliki tanaman sawit menyatakan jika dikembangkan menjadi daerah pertanian untuk tanaman
padi masyarakat mau untuk mengalih fungsikan areal dari tanama sawit menjadi tanaman padi dengan
syarat harus ada jaringan irigasi yang nyata air dapat sampai ke lahan mereka. Tingkat Kesuburan Tanah
cukup bagus untuk tanaman padi dan hasil tanaman padi yang ada di sekitarnya termasuk kualitas tinggi
dengan tingkat rasa yang cukup enak. Sumber air untuk kebutuhan Daerah Irigasi dengan luas 120.000
Ha ada beberapa Sungai yaitu :
a. Sungai Asahan dengan Debit Andalan ± 130 M3/det
b. Sungai Silau dengan Debit Anadalan ± 15 m3/det
Rencana Strategis (RenStra) 2020 -2024
20 Balai Wilayah Sungai Sumatera II
Bandara Polonia, Kuala Namo dan di DAS Padang yaitu di Kota Tebing Tinggi; dan DAS Belawan.
2) Rusaknya bangunan sarana dan prasarana akibat banjir;
3) Pemanfaatan badan dan sempadan sungai yang tidak sesuai peruntukannya, terutama terjadi
di Sungai Padang dan Sungai Belawan;
D. Aspek Sistem Informasi Sumber Daya Air
1) Beberapa DAS tidak terdapat stasiun hidroklimatologi dan stasiun kualitas air;
2) Belum tersedia informasi data sumber daya air yang update, akurat, dan mudah diakses;
3) Belum tersedianya informasi real time yang terhubung dengan pusat pengendali informasi; dan
4) Pengelolaan masih bersifat intern, belum memiliki jaringan antar instansi terkait.
E. Aspek Pemberdayaan Masyarakat dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha
1) Kurangnya pemahaman serta kepedulian masyarakat dan dunia usaha mengenai pentingnya
keselarasan fungsi sosial, ekonomi dan lingkungan hidup dari sumber daya air;
2) Kurangnya keterlibatan masyarakat dan dunia usaha dalam penyusunan kebijakan pengelolaan
sumber daya air, pola dan rencana pengelolaan sumber daya air di tingkat wilayah sungai;
3) Minimnya peran masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air; dan
4) Dalam pengambilan keputusan terkait dengan pengelolaan sumber daya air, peran masyarakat
masih kurang dilibatkan.
Pertanian Lahan Basah, Pertanian Lahan Kering terjadi alih fungsi penggunaan lahan menjadi
Pemukiman sebesar 8,670690675 km2;
8. Terjadi penurunan kualitas air dibandingkan dengan standar baku peruntukan sungai; dan
9. Pengelolaan limbah sampah belum optimal di Kota Tanjung Balai, Kisaran, Porsea, Balige,
Parapat.
B. Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air
1. Belum adanya peraturan yang menetapkan peruntukan air pada sumber air tertentu;
2. Belum Optimalnya infrastrukur penghunbung yang baik antar daerah layanan dengan Sumber
air utama (Sungai Asahan);
3. Kerusakan jaringan irigasi dan prasarana SDA di Sub DAS Toba, Sub DAS Asahan;
4. Manajemen aset sarana dan prasarana sumber daya air belum terlaksana;
5. Kurang optimalnya pemanfaatan potensi sumber daya air untuk penyediaan air baku oleh
PDAM maupun swasta dengan terlihat jumlah penyediaan air baku yang baru mencapai 350 lt/dt
C. Aspek Pengendalian Daya Rusak Air
1. Belum adanya sistem pengendalian banjir secara terpadu dan menyeluruh di WS Toba Asahan;
2. Banyaknya Sungai yang berpotensi tebing longsor akibat kemiringan sungai yang cukup terjal.
Hal ini sangat banyak terjadi pada Sungai yang ada di Pulau samosir dan sungai di pulau sumatera
yang bemuara ke Danau Toba. Gerusan terjadi Karena kemiringan sungai di pulau samosir antara
20 % - 60 %, sehingga perlu dilakukan pengendalian berupa groud sill dan proteksi Tebing.
3. Kapasitas aliran sungai mengalami penurunan;
4. Penggunaan bantaran sungai untuk pemukiman;
5. Belum tersedia sistem peringatan dini banjir pada Sungai Asahan;
6. Terdapat pantai kritis dan sedimentasi muara di Tanjung Balai (Pelabuhan Tanjung Balai); dan
7. Terjadi kerusakan sarana prasarana sumber daya air setelah terjadinya bencana banjir di
Kabupaten Asahan.
8. Terdapat kawasan rawan longsor dan abrasi
D. Aspek Sistem Informasi Sumber Daya Air
1. Data base sumber daya air (hidrologi, prasarana, hidrogeologi, hidroklimatologi, kualitas air
dan lingkungan) belum terintegrasi;
2. Perlunya penguatan kapasitas Sumber Daya Manusia pengelola SISDA dan hidrologi.
E. Aspek Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha
1. Lemahnya pembinaan dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan SDA;
2. Kurangnya peran masyarakat dalam pengelolaan sampah; dan
3. Belum adanya kerjasama hulu hilir dalam pelaksanaan konservasi DAS, terutama di DAS
Asahan.
F. Aspek Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha
1. Lemahnya pembinaan dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan SDA;
2. Kurangnya peran masyarakat dalam pengelolaan sampah; dan
3. Belum adanya kerjasama hulu hilir dalam pelaksanaan konservasi DAS, terutama di DAS
Asahan.
Rencana Strategis (RenStra) 2020 -2024
Balai Wilayah Sungai Sumatera II 23
e. Adanya daerah rawan bencana longsor di Kecamatan Batang Natal, Kecamatan Lingga Bayu,
Kecamatan Ranto Baek dan Kecamatan Ranah Batahan, Daerah Rawan tsunami di Kabupaten
Nias Selatan (Kecamatan Pulau-pulau Batu, Kecamatan Pulau-Pulau Batu Timur dan Kecamatan
Hibala) dan Kabupaten Mandailing Natal (Kecamatan Natal dan Kecamatan Batahan) sehingga
diperlukan pemahaman tentang manajemen bencana yang diakibatkan daya rusak air.
2. Penanggulangan Daya Rusak Air
Pada sub aspek penanggulangan daya rusak air identifikasinya antara lain:
a.Terjadinya bencana banjir di kawasan pemukiman di Kecamatan Natal dan Kecamatan Batang
Batahan; dan
b. Terjadinya abrasi pantai di Pantai Barat Mandailing Natal dan di Wilayah Kepulauan Kabupaten
Nias Selatan yaitu di Kabupaten Mandailing Natal (Kecamatan Batahan, Kecamatan Natal),
Kabupaten Nias Selatan (Kecamatan Pulau-pulau Batu, Kecamatan Pulau-pulau Batu Timur dan
Kecamatan Hibala).
3. Pemulihan Daya Rusak Air
Pada sub aspek pemulihan daya rusak air permasalahannya adalah kurangnya kesiapsiagaan
dalam memulihkan kondisi lingkungan hidup setelah terjadi bencana di Kabupaten Mandailing
Natal, Kabupaten Nias Selatan dan Kabupaten Pasaman Barat.
D. Aspek Sistem Informasi Sumber Daya Air
Permasalahan yang berkaitan dengan SISDA berkaitan dengan Pemerintah dan Pemerintah
Daerah dalam menyelenggarakan pengelolaan SISDA sesuai dengan kewenangannya, antara
lain:
a. Tidak ada/kurangnya penyediaan data sumber daya air yang akurat, tepat waktu, berkelanjutan
dan mudah di akses pada Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Nias Selatan dan Kabupaten
Pasaman Barat;
b. Belum adanya SISDA yang terintegrasi dan dikelola dengan baik antar Stakeholder (Dinas/
lembaga, Swasta) di Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Nias Selatan dan Kabupaten
Pasaman Barat; dan
c. Terbatasnya sumber daya manusia (SDM) dalam penyelenggaraan SISDA di Kabupaten
Mandailing Natal, Kabupaten Nias Selatan dan Kabupaten Pasaman Barat.
E. Aspek Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha
Permasalahan yang berkaitan dengan pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat dan
dunia usaha dalam meningkatkan kinerja pengelolaan sumber daya air, antara lain:
a. Lemahnya pembinaan dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air di
Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Nias Selatan dan Kabupaten Pasaman Barat;
b. Kurangnya peran masyarakat dan swasta untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sumber daya
air di Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Nias Selatan dan Kabupaten Pasaman Barat;
c. Belum terbentuknya TKPSDA WS Batang Natal - Batang Batahan di Kabupaten Mandailing
Natal, Kabupaten Nias Selatan dan Kabupaten Pasaman Barat; dan
d. Kurangnya peran lembaga pemerintah dan lembaga adat untuk berpartisipasi dalam
pengelolaan sumber daya air di Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Nias Selatan dan
Kabupaten Pasaman Barat.
1.2.4 Permasalahan Dalam Pelaksanaan Kegiatan
Dalam Pelaksanaan Kegiatan pada periode 2014-2019 permasalahan dan hambatan terjadi dalam
beberapa Hal:
1. Kendala yang dihadapi secara umum adalah kendala Eksternal yaitu Dalam masalah Tanah. Sebagai
salah satu masalah yang dihadpi saat pelaksanaan Pembangunan Embung di saat awal pembangunan
tidak terlihat adanya penolakan dari masyarakat namun setelah selesai di bangun muncul permasalahan
dari masyarakat yang mengaku memiliki tanah lokasi embung yang berusaha untuk menguasai embung
tersebut secara pribadi tidak di perkenankan untuk dimanfaatkan untuk umum hal ini terjadi pada Embung
Sijabi jabi dan hal yang sama juga terjadi pada Embung Silalahi.
2. Dukungan Pemerintah Daerah yang kurang dalam hal penanganan Pengendalian Banjir Kota Medan dan
sekitarnya dimana masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai cukup banyak dan sampai mengokupasi ke
bagian alur sungai seperti yang terjadi di Sungai Babura dan Sungai Deli. Kondisi masyarakat yang telah
tinggal di pinggir sungai sangat sulit dilakukan kegiatan terutama dalam normalisasi Sungai. Dalam hal
ini peran pemda yang di harapkan dapat melakukan Penertipan pada masyarakat yang tinggal di pinggir
sungai namun Pemda kurang mampu untuk melakukan penertipan sehingga program pengendalian
Banjir kota Medan tidak dapat berjalan sesuai rencana.
3. Kendala Internal
Secara umum kendala yang di hadapi secara internal adalah masalah Sumber Daya Manusia dimana
secara Kuantitas dan Kualitas SDM yang ada pada Balai sangat Kurang hal ini di sebabkan jumlah
pegawai yang pensiun jauh lebih banyak dari yang tambah sehingga tahun demi tahun mengalami
kekurangan SDM di pihak lain terjadi penambahan unit kerja ( penambahan Satker dan PPK).
Tujuan Balai Wilayah Sungai Sumatera II adalah merupakan rumusan kondisi yang hendak dituju di akhir
periode perencanaan. Tujuan ini merupakan penjabaran dari visi dan misi Kementerian PUPR untuk mencapai
sasaran dan tujuan Kementerian PUPR serta sasaran-sasaran Nasional yang tertuang dalam RPJMN tahun
2020-2024. Tujuan Balai Wilayah Sungai Sumatera II Tahun 2020-2024 meliputi:
Tujuan 1: Menyelenggarakan pembangunan Infrastruktur bidang sumber daya air untuk mendukung
ketahanan air, kedaulatan pangan, dan kedaulatan energi guna menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik dalam rangka kemandirian ekonomi.
Tujuan 2: Menyelenggarakan keterpaduan tatakelola pengelolaan SDA yang terpadu dan berkelanjutan
untuk mengurangi disparitas pembangunan wilayah guna menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi
domestik dalam rangka kemandirian ekonomi.
Tujuan 3: Menyelenggarakan tata kelola sumber daya organisasi Balai Wilayah Sungai Sumatera II yang
meliputi sumber daya manusia, sarana prasarana pendukung, pengendalian dan pengawasan, serta sumber
daya yang lainnya untuk meningkatkan kehandalan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat
bidang sumber daya air yang efektif, efiesien, transparan dan akuntabel.
Sasaran Strategi Balai Wilayah Sungai Sumatera II adalah untuk mendukung sasaran strategi Dirjen Sumber
Daya Air yang menjadi tugas Unit Pelaksanan Teknis di Daerah. Adapun sasaran Strategis Balai Wilayah
Sungai Sumatera II yaitu Meningkatnya dukungan kedaulatan pangan dan ketahanan energi (SS2).
Berdasarkan hal tersebut, sasaran strategis Balai Wilayah Sungai Sumatera II merupakan dukungan terhadap
sasaran strategi Direktorat Jenderal SDA untuk mewujudkan kehandalan infrastruktur sumber daya air dalam
mewujudkan kedaulatan pangandan kedaulatan energi.
Sasaran Program Balai Wilayah Sungai Sumatera II adalah untuk mendukung sasaran program Dirjen
Sumber daya Air yaitu Meningkatnya Ketahanan Air (SP2) dengan sasaran kegiatan sebagai berikut:
1. Peningkatan Layanan Sarana dan Prasarana Air Baku : (SK1) dengan Indikator Sasaran:
a. Tingkat layanan sarana dan prasarana air baku.
b. Tingkat pengembalian fungsi debit dan layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku seperti
semula Unit air baku yang dibangun.
2. Peningkatan Layanan pembinaan bidang air tanah dan air baku (SK2). Dengan Indikator Sasaran Tingkat
pelayanan pembinaan bidang air tanah dan air baku.
3. Peningkatan kapasitas tampung sumber-sumber air (SK3) dengan indicator sasaran:
a. Tingkat kapasitas tampung sumber air.
b. Tingkat pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air seperti semula.
c. Tingkat potensi energi sumber air.
4. Peningkatan layanan pembinaan bidang bendungan, danau dan penampung air lainnya (SK4) dengan
Indikator sasaran Tingkat pelayanan pembinaan bidang bendungan, danau, dan bangunan penampung air
lainnya.
5. Peningkatan layanan pembinaan bidang keamanan bendungan (SK5) dengan indikator sasaran Tingkat
pelayanan pembinaan bidang keamanan bendungan.
6. Peningkatan kapasitas pengendalian daya rusak (SK6) dengan Indikator sasaran:
a. Tingkat luas kawasan yang telindungi dari daya rusak air.
b. Tingkat pengembalian luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air.
7. Peningkatan layanan pembinaan bidang sungai dan pantai (SK7) dengan Indikator sasaran Tingkat
pelayanan pembinaan bidang sungai dan pantai.
8. Peningkatan keterpaduan tata kelola pengelolaan SDA (SK8) dengan Indikator sasaran Peningkatan
indeks RBO.
9. Peningkatan layanan pembinaan tata kelola pengelolaan SDA terpadu (SK9) dengan indikator sasaran
Tingkat layanan pembinaan tata kelola pengelolaan SDA terpadu.
10. Peningkatan layanan manajemen BBWS/BWS (SK10) dengan Indikator sasaran Tingkat layanan
manajemen BBWS/BWS.
11. Peningkatan layanan kesekretariatan Dewan SDA Nasional (SK11) dengan Indikator sasaran Tingkat
layanan manajemen BWS.
12. Peningkatan layanan kinerja irigasi (SK12) dengan sasaran Indikator:
a. Tingkat layanan jaringan irigasi.
b. Tingkat pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi.
c. Tingkat potensi layanan irigasi bersumber dari waduk
13. Peningkatan layanan pembinaan bidang irigasi rawa (SK13) dengan Indikator sasaran Tingkat layanan
pembinaan bidang irigasi dan rawa.
14. Peningkatan kinerja layanan OP sarana prasarana sumber daya air (SK14) dengan Indikator sasaran :
a. Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku.
b. Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air.
c. Terjaganya luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air.
d. Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi.
e. Terlaksananya kegiatan pendukung operasi dan pemeliharaan sarana prasarana SDA.
15. Peningkatan pembinaan operasi dan pemeliharaan infrastruktur SDA (SK15) dengan Indikator Sasaran
Tingkat layanan pembinaan bidang operasi dan pemeliharaan infrastruktur SDA.
16. Peningkatan pembinaan perencanaan, pemrograman, dan penganggaran pengelolaan SDA (SK16)
dengan Indikator sasaran Tingkat pembinaan perencanaan, pemrograman, dan penganggaran pengelolaan
SDA (Program SDA).
17. Peningkatan layanan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas lainnya SDA (SK17) dengan Indikator
sasaran Tingkat dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas lainnya (Program SDA)
Pembangunan jangka panjang nasional ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 yang kemudian dijabarkan ke dalam
RPJMN. Saat ini, kita telah memasuki tahap keempat dari 4 (Empat) tahap pelaksanaan RPJP Nasional.
RPJMN 2020-2024 diarahkan untuk mempersiapkan proses tinggal landas menuju masyarakat Indonesia
yang mandiri, maju, adil dan makmur, yaitu dengan memantapkan pembangunan yang menyeluruh di
berbagai bidang dengan menekankan pencapaian pada daya saing kompetitif, perekonomian berdasarkan
keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang terus meningkat.
3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
D. Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil, meliputi kepastian dan penegakan hukum,
keamanan dan ketertiban, politik dan demokrasi, serta tatakelola dan reformasi birokrasi.
E. Quickwins, dilakukan agar output pembangunan segera dapat terwujud dan dirasakan hasilnya dan
sekaligus dapat meningkatkan motivasi dan partisipasi masyarakat.
Untuk menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian
dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas yang disebut NAWA CITA, yaitu:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman
kepada seluruh warga negara.
2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih,
efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka
negara kesatuan.
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penega- kan hukum yang
bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehing- ga bangsa
Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh kebhinekaan dan mem perkuat restorasi sosial Indonesia.
Direktorat Jenderal SDA berkontribusi pada cita ke-7, melalui dukungan terhadap kedaulatan pangan,
ketahanan air, dan kedaulatan energi.
Sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong”, pembangunan nasional 2020-2025 akan diarahkan untuk mencapai
sasaran utama yang mencakup:
1. Sasaran Makro: meliputi pembangunan. manusia dan masyarakat serta ekonomi makro.
2. Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat: meliputi kependudukan dan keluarga berencana;
pendidikan; kesehatan; kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; serta perlindungan anak.
3. Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan: meliputi kedaulatan pangan; ketahanan energi; maritim dan
kelautan; pariwisata dan industri manufaktur; serta ketahanan air, infrastruktur dasar dan konektivitas.
4. Sasaran Dimensi Pemerataan: meliputi penurunan kesenjangan antar kelompok ekonomi; serta
peningkatan cakupan pelayanan dasar dan akses terhadap ekonomi produktif masyarakat kurang mampu.
Arah kebijakan umum Direktorat Jenderal SDA adalah berikut:
1. Pengelolaan sumber daya air dilaksanakan dengan memperhatikan keserasian antara konservasi
dan pendayagunaan, antara hulu dan hilir, antara pemanfaatan air permukaan dan air tanah, antara
pengelolaan demand dan pengelolaan supply yang berkeadilan serta antara pemenuhan kepentingan
jangka pendek dan kepentingan jangka panjang.
2. Pengelolaan sumber daya air secara terpadu dilaksanakan di tiap wilayah sungai kewenangan Pusat
didasarkan pada rencana tata pengaturan air dan tata pengairan (pola pengelolaan SDA) dan rencana
teknis tata pengaturan air dan tata pengairan (rencana pengelolaan SDA), yang diselaraskan dengan
Rencana Strategis (RenStra) 2020 -2024
Balai Wilayah Sungai Sumatera II 33
regional untuk penyediaan air baku untuk air bersih, ser-ta pendekatan demand management.
3. Pulau Kalimantan, dengan ketersediaan air yang cukup, namun dipengaruhi oleh keberadaan rawa
(payau) dan kejadian banjir di beberapa lokasi, pengembangan SDA diarahkan pada pengembangan
jaringan irigasi dan rawa (secara terbatas), penanganan banjir di lokasi rawan banjir, serta pengembangan
SPAM perkotaan.
4. Pulau Sulawesi, dengan ketersediaan air cukup dan kejadian banjir yang mulai meningkat di beberapa
lokasi, pengem bangan SDA diarahkan pada pengembangan ekstensif jaringan irigasi, penanganan
banjir di lokasi rawan banjir, serta pengembangan tampungan besar (bendungan) dan SPAM regional
sebagai upaya penyediaan air baku untuk air bersih.
5. Pulau Bali dan Nusa Tenggara, dengan curah hujan cenderung rendah dan ketersediaan air yang kritis,
pengembangan SDA diarahkan pada pengembangan jaringan irigasi secara selektif, serta pengembangan
tampungan sederhana (embung) dan pemanfaatan sumur air tanah sebagai alternatif sumber air baku.
6. Pulau Maluku dan Papua, dengan ketersediaan air tinggi, namun kepadatan penduduk rendah, serta
potensi irigasi dan rawa terbatas, pengembangan SDA diarahkan pada pengembangan irigasi dan rawa
dengan mempertimbangkan ketersediaan petani dan keberlanjutan lingkungan, penanganan banjir di
lokasi rawan banjir, serta pengembangan air baku perkotaan dan distrik.
Arah Kebijakan Dukungan Terhadap Pengembangan Daerah Tertinggal Dan Perbatasan Dukungan
terhadap pengembangan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan diarahkan sebagai berikut:
1. Dukungan pengembangan daerah terting- gal difokuskan pada 122 daerah tertinggal sebagaimana
ditetapkan pada RPJMN 2015-2019 sebagai upaya meminimalkan kesenjangan antarwilayah di Indonesia.
Kedalaman lokus adalah kabupaten.
2. Dukungan yang diberikan pada daerah tertinggal tersebut mengacu pada 3 (tiga) pilar utama
pengelolaan SDA, yaitu: konservasi SDA, pendayagunaan SDA, dan pengendalian daya rusak air.
3. Dukungan pengembangan kawasan perbatasan difokuskan pada kawasan perbatasan dengan 10
negara tetangga sebagaimana ditetapkan pada RP-JMN 2015-2019 (187 lokasi prioritas, termasuk
didalamnya 92 pulau terluar). Kedalaman lokus adalah kecamatan perbatasan.
4. Dukungan yang diberikan pada kawasan perbatasan, selain mengacu pada 3 (tiga) pilar utama
pengelolaan SDA, juga pada Rencana Aksi Pengelolaan Perbatasan sebagaimana ditetapkan oleh
Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan (BNPP).
Arah kebijakan Dukungan Terhadap Pengembangan Sektor Lain
Dukungan terhadap sektor lainnya, mencakup sektor pertanian dan agropolitan, perikanan (kemaritiman)
pariwisata, dan pengarusutamaan gender diarahkan sebagai berikut:
1. Dukungan terhadap sektor pertanian dan agropolitan difokuskan pada kegiatan pembangunan dan
rehabilitasi jaringan irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi permukaan, irigasi rawa, dan irigasi
air tanah.
2. Dukungan terhadap sektor perikanan (kemaritiman) difokuskan pada kegiatan pembangunan dan
rehabilitasi jaringan irigasi tambak pada lokasi yang disepakati dengan Kementerian Kelautan dan
Perikanan.
3. Dukungan terhadap sektor pariwisata difokuskan pada kegiatan penyediaan air baku untuk air bersih,
penanganan banjir, dan pengamanan pantai pada 10 lokasi prioritas pengembangan pariwisata, meliputi:
dan buatan serta peningkatan kapasitas sumber-sumber air buatan. Strategi pelaksanaan konservasi
meliputi konservasi fisik dan non-fisik. Strategi pelaksanaan konservasi fisik dicapai melalui:
a. Pembangunan 65 bendungan, yang terdiri dari penyelesaian/lanjutan 16 bendungan dan memulai
pembangunan 49 bendungan baru, dengan target 29 bendungan dapat diselesaikan pada periode 2015-
2019. Disamping itu juga dibangun + 1.088 embung/bangunan penampung air lainnya.
b. Rehabilitasi/peningkatan 45 bendungan serta 625 embung dan bangunan penampung air lainnya.
c. Restorasi 55 sungai, revitalisasi 24 danau dan konservasi 34 kawasan rawa.
d. Operasi dan pemeliharaan 35 bendungan dan 1.899 embung/situ/bangunan penampung air lainnya.
e. Pemeliharaan sungai, danau, mata air, dan sumber-sumber air alami lainnya.
f. Konservasi air tanah difokuskan pada kawasan yang memanfaatkan air tanah sebagai sumber air baku.
g. Mendukung revitalisasi Program Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GN-KPA) sebagai
tindak lanjut Kesepakatan Bersama 8 Menteri pada 9 Mei 2015, baik dengan kegiatan fisik maupun
non-fisik.
Sementara, strategi pelaksanaan konservasi non-fisik dicapai melalui:
a. Sosialisasi terkait perlunya konservasi ke pada masyarakat disekitar sumber air
b. Peningkatan peran serta masyarakat pada kegiatan konservasi sumber-sumber air.
c. Pembinaan Pemerintah Daerah dan dunia usaha terkait kegiatan konservasi sumber-sumber air.
d. Peningkatan peran wadah koordinasi (Dewan SDA, TKPSDA, Komisi Irigasi, dll) dalam perumusan
kebijakan maupun strategi dan pelaksanaan operasionalnya.
Strategi Operasional Pendayagunaan SDA
Pendayagunaan sumber daya air ditujukan agar terpenuhinya kebutuhan air untuk ke hidupan sehari-
hari masyarakat serta untuk kebutuhan sosial dan ekonomi produktif. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
masyarakat dicapai melalui strategi:
a. Pembangunan dan peningkatan fungsi dan kondisi sarana prasarana pengelo- laan air baku dari
kapasitas 51,44 m3/detik menjadi 118,6 m3/detik atau peningkatan sebesar 67,52 m3/detik.
b. Rehabilitasi fungsi dan kondisi sarana prasarana pengelolaan air baku kapasitas sebesar 22,00 m3/
detik.
c. Operasi dan pemeliharaan sarana prasarana pengelolaan air baku kapasitas se- besar 94,75 m3/detik.
d. Penyediaan air baku diutamakan bersifat regional dengan mempertimbangkan aspek keterpaduan
dengan RTRW serta pola dan rencana pengelolaan SDA dan didasarkan atas desain yang menyeluruh
mulai dari unit air baku, unit produksi, hingga unit distribusi.
e. Sinkronisasi lokus penyediaan air baku dengan Direktorat Jenderal Cipta Karya, mencakup: 1) Kawasan
Strategis Nasional (KSN); 2) kawasan yang rawan air bersih; 3) kawasan perbatasan, pulau terluar, dan
pesisir; 4) kawasan perkotaan; 5) kawasan pariwisata prioritas; serta kawasan strategis lainnya.
Untuk pemenuhan kebutuhan sosial dan ekonomi produktif, dicapai melalui strategi:
1. Pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, irigasi rawa, irigasi tambak, dan irigasi air tanah
untuk mendukung kedaulatan pangan, yang dilaksanakan melalui:
a. Peningkatan suplai irigasi yang dilayani dari bendungan dari 11% menjadi 13% (cakupan dari total
area irigasi).
b. Peningkatan layanan jaringan irigasi seluas 1 juta Ha, yang terdiri dari:
Rencana Strategis (RenStra) 2020 -2024
Balai Wilayah Sungai Sumatera II 37
(1) jaringan irigasi permukaan ke wenangan Pusat yang dibangun sepanjang 4.160 Km, jaringan
irigasi rawa yang dibangun 2.282 Km, jaringan irigasi tambak sepanjang 158,28 km, jaringan irigasi
air tanah 1.967 Km.Total daerah irigasi yang dilayani ada- lah 561 ribu hektar.
(2) jaringan irigasi kewenangan Daerah yang dibangun sepan- jang 13.423 km. Total daerah irigasi
yang dilayani adalah 439 ribu hektar.
c. Pengembalian fungsi dan layanan (rehabilitasi) jaringan irigasi seluas 3 juta Ha, yang terdiri dari:
(1) rehabilitasi jaringan irigasi permukaan kewenangan Pusat sepanjang 20.162 Km, jaringan
irigasi rawa sepanjang 8.093 Km, jaringan irigasi tambak sepanjang 837 Km, jaringan irigasi air
tanah sepanjang 0,343 Km). Total daerah irigasi yang dilayani adalah 1,4 juta hektar.
(2) Rehabilitasi jaringan irigasi permukaan kewenangan Daerah sepanjang 21.289 km. Total daerah
irigasi yang dilayani adalah 1,6 juta hektar.
d. Pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi kewenangan Daerah dilaksanakan melalui pendanaan
Dana Alokasi Khusus (DAK).
e. Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi melalui kegiatan operasi dan pemeliharaan, meliputi:
jaringan irigasi 3,9 juta Ha (OP Jaringan Irigasi Permukaan 128,28 Km, OP Jaringan Irigasi Air Tanah
0,68 Km, OP Jaringan Irigasi Rawa 112,35 Km, OP Jaringan Irigasi Tambak 14,88 Km).
f. Pengembangan irigasi dilakukan dengan berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian.
Pengembangan irigasi pada masing-masing pulau dibeda- kan sebagai berikut:
• Pengembangan irigasi di P. Sumatera diarahkan pada peningkatan sawah tadah hujan menjadi
sawah beririgasi.
• Pengembangan irigasi di P. Jawa diarahkan pada rehabilitasi dan modernisasi daerah irigasi yang
telah habis umur ekonomisnya. Pada kurun 2015-2019, modernisasi difokuskan pada DI Jatiluhur
(Jawa Barat), DI Rentang (Jawa Barat), dan DI Wadas Lintang.Modernisasi irigasi ini bertujuan
untuk mewujudkan sistem pengelolaan irigasi partisipatif yang berorientasi pada pemenuhan
tingkat layanan irigasi secara efektif, efisien dan berkelanjutan dalam rangka mendukung ketahanan
pangan dan air, melalui peningkatan keandalan penyediaan air prasarana, pengelolaan irigasi,
institusi pengelola, dan sumber daya manusia.
• Pengembangan irigasi di P. Bali diarahkan pada rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi,
didukung oleh sistem pengem- bangan padi SRI.
• Pengembangan irigasi di P. Nusa Tenggara diarahkan pada irigasi air tanah, didukung oleh
pengembangan sumber-sumber air (embung/bendungan).
• Pengembangan irigasi di P. Kalimantan diarahkan pada pengembangan irigasi rawa, terutama
untuk food estate.
• Pengembangan irigasi di P. Maluku diarahkan pada pengembangan irigasi permukaan
• Pengembangan irigasi di P. Papua diarahkan pada pengemban- gan irigasi rawa terutama untuk
food estate.
• Pengembangan irigasi rawa, termasuk untuk food estate harus mempertimbangkan tata air rawa
dalam rangka pencegahan emisi gas rumah kaca serta mempertimbangkan rencana tata ruang.
• Pengembangan irigasi tambak dilakukan dengan bersinkronisasi dengan Kementerian Kelautan
dan Peri- kanan.
• Pengembangan irigasi air tanah difokuskan pada daerah-daerah minim sumber air permukaan
didukung oleh konservasi air tanah sebagai upaya menjaga keberlanjutan air tanah.
j. Pengelolaan dan pengembangan irigasi difokuskan pada 14 lumbung pangan: Aceh, Sumut, Sumsel,
Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Kalsel, Kalbar, Sulsel, dan Sulteng.
k. Pengembangan irigasi didukung oleh pemantapan pengelolaan iri- gasi, antara lain melalui:
penerapan SRI, penyelenggaraan O&P yang didukung oleh anggaran yang memadai (AKNOP), dan
lain-lain.
l. Penataan dan peningkatan kapasi- tas kelembagaan irigasi, antara lain melalui: pemberdayaan
petani (P3A), peningkatan kemampuan personil O&P, pembentukan dan operasional- isasi Unit
Pengelola Irigasi, peningkatan koordinasi dengan instansi terkait (Kementerian Pertanian, Kementerian
Dalam Negeri, Pemerintah Daerah). O&P, pembentukan dan operasional- isasi Unit Pengelola Irigasi,
peningkatan koordinasi dengan instansi terkait (Kementerian Pertanian, Kementerian Dalam Negeri,
Pemerintah Daerah).
2. Peningkatan kapasitas sumber energi untuk mendukung kedaulatan energi, yang dilaksanakan melalui:
a. Inventarisasi bendungan eksisting yang memiliki potensi PLTA dan identifikasi potensi-potensi
PLTM dan PLTMH.
b. Pemanfaatan potensi tersebut den- gan melakukan koordinasi dengan Kementerian ESDM dan PT.
PLN (Persero).
c. Pelibatan swasta dan badan usaha lainnya dalam pemanfaatan air sebagai sumber energi
dilaksanakan melalui mekanisme perijinan sesuai peraturan perundang-undangan dan tidak
bertentangan dengan 6 (enam) prinsip dasar batasan pengelolaan SDA sesuai Putusan MK Nomor
58/ PUU-XI/2013.
b. Pelaksanaan monitoring kualitas air pada sungai-sungai utama di masing-masing wilayah kerja BBWS/
BWS.
c. Pelibatan/pemberdayaan masyarakat dalam upaya pencegahan banjir dan upaya pengurangan
pencemaran air, terutama masyarakat yang tinggal di sepanjang sungai.
d. Pelibatan Pemerintah Daerah dalam penanganan banjir, drainase perkotaan, dan pencemaran air.
e. Penetapan sempadan sungai dan sumber- sumber air lainnya.
f. Pembuatan atau updating (pembaruan) peta rawan bencana (flood risk map).
g. Pengoperasian flood forecasting warning system (FFWS) di sungai-sungai utama sebagai upaya
peringatan dini.
b. Percepatan regenerasi dan pening- katan kualitas SDM di lingkungan Di- rektorat Jenderal SDA,
melalui pela- tihan/pendidikan, rotasi pegawai, dan on-site placement SDM muda sesuai dengan latar
belakang pendidikan. Standar kompetensi jabatan dan pe- nilaian kompetensi pegawai menjadi dasar
perencanaan karir pegawai, serta penempatan dalam jabatan.
c. Peningkatan kapasitas jabatan fungsional pada masing-masing bidang keahlian melalui Diklat dan
Uji Kompetensi sesuai dengan jenjang jabatannya.
2. Peningkatan budaya kerja di lingkungan Direktorat Jenderal SDA yang difokuskan pada upaya
penerapan motto kerja bekerja keras, bergerak cepat, bertindak tepat di lingkungan Direktorat Jenderal
SDA. Penerapan sistem kinerja pegawai dan unit juga menjadi bagian peningkatan budaya dan etika
kerja.
3. Peningkatan pengelolaan regulasi pengelolaan SDA yang difokuskan pada penyusunan dan harmonisasi
Rancangan UU Pengganti UU No. 7 tahun 2004 serta peraturan pemerintah yang menjadi turunannya.
Termasuk didalamnya adalah prosedur perijinan, penyelenggaraan pembinaan Pemerintah Daerah, serta
mekanisme yang mendukung percepatan pelaksanaan pembangunan
4. Peningkatan pemanfaatan teknologi informasi melalui pengembangan perangkat kerja berbasis
teknologi informasi, melalui pemantapan fungsi e-budgeting, e-monitoring dan e-procurement yang
sudah ada saat ini, serta pengembangan e-program- ming untuk memudahkan penyusunan program dan
anggaran dan e-kinerja untuk memudahkan pengukuran kinerja unit organisasi dan individu (pegawai).
Termasuk dalam strategi ini adalah penerapan teknologi hasil dari Puslitbang Air.
5. Peningkatan layanan dukungan manajemen melalui pemantapan dan fung sionalisasi struktur organisasi
yang sudah dibentuk berdasarkan kinerja organisasi yang diharapkan, sesuai dengan tugas dan fungsi
serta uraian kerja masing-masing unit kerja yang telah ditetapkan, didukung oleh perumusan mekanisme
kerja yang efektif dan efisien. Termasuk dalam strategi ini adalah peningkatan pengelolaan Barang
Milik Negara (BMN), peningkatan ketertiban administrasi laporan keuangan dengan Sistem Akuntansi
Instansi (SAI), serta audit internal dalam rangka pengawasan dan pengendalian.
d. Dukungan Manajemen dan Pelaksa-naan Tugas Lainnya Ditjen. Sumber Daya Air
e. Pembinaan Irigasi, Rawa, dan Tambak .
f. Pembinaan Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air Serta Penanggulangan Darurat Akibat
Bencana .
g. Pembinaan Pengendalian Banjir, Lahar, Pengelolaan Drainase Utama Perkotaan, dan Pengamanan
Pantai
h. Penyelenggaran Keamanan .
i. Pembinaan Bendungan, Danau, dan Bangunan Penampung Air Lainnya. Pembinaan Pengelolaan
Air Tanah dan Air Baku.
a. Pemenuhan kebutuhan pokok sehari hari bagi kelompok yang memerlukan air dalam jumlah
besar;
b. Pemenuhan kebutuhan pokok sehari- hari yang mengubah kondisi alami Sumber Air;
c. Pertanian rakyat di luar sistem irigasi yang sudah ada;
d. Pengusahaan Sumber Daya Air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari- hari melalui sistem
penyediaan Air minum;
e. Kegiatan bukan usaha;
f. Pengusahaan sumber daya air oleh BUMN/BUMD;
Pelaksanaan Kegiatan mengacu kepada aturan dan peraturan yang behubungan dengan Sumber Daya
Air, pengaturan Penganggaran, Pengaturan Kewenangan dan Pengaturaran Rencana Tata Ruang
maupun rencana Tata wilayah. Peraturan peraturan terkait Pengelolaan Sumber Daya Air dan peraturan
lain yang berhubungan dengan pengelolaan Sumber Daya Air antara lain :
a. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air
b. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);
c. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
d. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
e. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kota (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4737);
f. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5533);
Rencana Strategis (RenStra) 2020 -2024
46 Balai Wilayah Sungai Sumatera II
Negara, Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Yang Melakukan Pengujian dan Perintah Pembayaran,
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran di Lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya
Air Kementerian Pekerjaan Umum, Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.133/KPTS/M/2016
Tanggal 18 Maret 2016 dan No.139/KPTS/M/2016 Tanggal 21 Maret 2016 dan Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor : 41/KPTS/M/2016 Tanggal 10 Februari 2016 tentang
Penetapan Nama jabatan,kelas jabatan, dan besaran tunjangan kinerja pegawai di Lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
A. STRUKTUR BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II (STRUKTURAL)
1). Pejabat Struktural
a. Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera II
b. Kepala Sub Bagian tata Usaha
c. Kepala Seksi Perencanaan Umum dan Program
d. Kepala Seksi Pelaksanaan
e. Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan SDA
2). Kelompok Jabatan Fungsional Tertentu Pembantu Pejabat Struktural:
a. Jabatan Fungsional Teknik Pengairan;
b. Jabatan Fungsional Arsiparis.
B. STRUKTUR SATKER PADA BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II (FUNGSIONAL)
Struktur Organisasi Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai Sumatera II adalah sebagai berikut:
a. Kepala Satuan Kerja/Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang;
b. Koordinator Administrasi Satuan Kerja
c. Koordinator Teknik Satuan Kerja
d. Pejabat Pembuat Komitmen ;
e. Pejabat Penguji SPM;
f. Bendahara Pengeluaran.
Dalam melaksanakan kegiatan para Pejabat Perbendaharaan Satuan Kerja dibantu oleh:
a. Penanggungjawab Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB);
b. Penanggungjawab Unit Akuntansi Kuasa PenggunaAnggaran (UAKPA);
c. Petugas E-Monitoring;
d. Beberapa Petugas Teknik pada PPK sesuai kebutuhan masing-masing.
dengan kebutuhannya, namun pada beberapa lokasi terjadi kekurangan air, khususnya di wilayah
Kabupaten Samosir (Pulau Samosir). Untuk mengantisipasi hal tersebut diperlukan pembangunan
embung tersebar untuk dimanfaatkan sebagai suplai air irigasi dan keperluan lainnya. Antisipasi
yang dilakukan dalam mengatasi kekurangan air di Pulau Samosir yaitu dengan cara penyiapan
pembangunan pompa air dan penapungan air dengan sistem gratfitasi.
WS Toba Asahan mempunyai sumber air dari air permukaan dan bawah tanah. Sumber air permukaan
terbesar adalah dari Danau Toba yang dapat mengalirkan debit 120 m3/detik sepanjang Tahun
melalui Sungai Asahan. Ada 158 Sungai yang tersebar di sekitar Danau Toba serta 2 (dua) sungai
besar lainnya yaitu sungai Silau dan sungai Piasa . Disamping itu ada bangunan penampung air
seperti bendungan Sigura-gura, bendungan Tangga dan 19 embung dengan kapasitas antara 600 m3
sampai dengan 800.000 m3, Ketersediaan air tanah di WS toba asahan diperkirakan sebesar 2.193,3
juta m3/Tahun yang berada di 5 (lima) Cekungan Air Tanah (CAT).
b) Ketahanan Pangan
Menurut data Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Utara (dalam Provinsi
Sumatera Utara dalam angka Tahun 2017), Kabupaten Simalungun merupakan salah satu konsentrasi
produksi padi di Provinsi Sumatera Utara. Pada Tahun 2016 produksi padi Kabupaten Simalungun
mencapai 634.555 ton atau sebesar 14,46 persen dari total produksi padi Provinsi Sumatera Utara.
Luas Panen Provinsi Sumatera Utara pada Tahun 2016 sebesar 885.575,9 ha dengan produksi
4.609.790,9 ton dan rata-rata produksi padi sebesar 5,205 ton/ha. Luas panen padi di Kabupaten/
Kota dalam WS Toba Asahan 270.074,60 ha dan produksi padi di kabupaten/kota yang berada dalam
WS Toba Asahan sebesar ±1.535.536,80 ton (pada Tahun 2016), maka rata-rata produksi padi untuk
WS Toba Asahan berdasarkan rata-rata produksi padi tiap kabupaten/kota didapatkan nilai sebesar
5,436 ton/ha.
Dengan jumlah penduduk WS Toba Asahan Tahun 2016 sebesar 1.091.553 jiwa, dengan asumsi
kebutuhan pangan padi per orang adalah 130 Kg beras per tahun maka kebutuhannya sebesar
14.190,189 ton/Tahun, dengan memperhitungkan luas DI dan rata-rata produksi padi di WS Toba
Asahan maka dapat diketahui produksi padi di WS Toba asahan sebesar 9.395,582 ton/Tahun
sehingga terjadi defisit. Kondisi tersebut sesuai kondisi di lapangan dimana Kabupaten Asahan masih
memerlukan suplai padi dari luar wilayah. Untuk meningkatkan produksi padi di WS Toba Asahan
terdapat potensi luas baku Daerah Irigasi (DI) WS Toba Asahan yang dapat dikembangkan mencapai
100.100 ha yang meliputi aliran Sungai Asahan terdiri dari Leidong Asahan seluas 62.100, Padang
Mahondang seluas 8.300 ha dan Simpang Empat seluas 4.000 ha, pada aliran Sungai Piasa terdapat
di irigasi kecil seluas 8.700 ha dan pada aliran Sungai Silau terdapat di Silau-Bunut seluas 17.000 ha.
Kondisi sistem irigasi di WS Toba Asahan sebagian besar masih Semi Teknis (ST) yaitu seluas 39.637
ha (98,96%) terdiri kewenangan Kabupaten 27.750 ha (69,28%), Kewenangan Provinsi 12.302 ha
(30,7%), lainnya kondisi sederhana seluas 2.363 ha (3,37%) termasuk kewenangan kabupaten.
c) Ketahanan Energi
Produksi daya listrik yang dapat dibangkitkan di Provinsi Sumatera Utara pada Tahun 2016 adalah
sebesar 3.080 MW meningkat dibanding dengan kondisi Tahun 2012, kebutuhannya untuk beban
puncak sebesar 1.769 MW pada Tahun 2015 terjadi kekurangan energi listrik 325 MW. Sebagian
besar kebutuhan tenaga listrik di Sumatera Utara dipenuhi oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN), dan
sebagian lainnya dipenuhi oleh listrik non PLN. Berdasarkan data BPS Tahun 2017 rasio elektrifikasi
oleh PLN di WS Toba Asahan mencapai 96,90%.
Sungai Asahan mempunyai potensi energi pembangkit listrik sebesar 1.000 MW, yang telah
dikembangkan sebesar 804 MW ( PLTA Asahan I, Siruar : 2x90 MW , PLTA Asahan II a, Sigura-gura
: 320 MW dan PLTA IIb, Tangga : 304 MW ). Untuk mengatasi kekurangan tersebut sebagian dapat
dipenuhi dari PLTA di Sungai Asahan dan beberapa PLTM dan PLTMH yang tersebar di WS Toba
Asahan telah direncanakan pembangunan PLTA Asahan III dengan kapasitas total sebesar 174 MW.
PLTA yang sudah beroperasi adalah Asahan II dengan produksi listrik 3,1-4,3 milyar kWh per Tahun.
Untuk Sungai Silau, Piasa dan sungai lainnya bisa dikembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro
hidro (PLTM) dengan kapasitas antara 1- 10 MW, sementara yang telah di inventori ada 18 (delapan
belas) buah dan yang telah dievaluasi dan layak ada 4 (empat) PLTM.
d) Perubahan Iklim Global (Global Climate Change)
Berdasarkan analisis dengan menggunakan metode Global Circulation Mode (GCM) yang diakui oleh
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), perubahan iklim global dapat menyebabkan
terjadinya perubahan yang signifikan dalam sistem fisik dan biologis seperti perubahan frekuensi dan
intensitas curah hujan, pola angin dan ekosistem pantai. Dampak perubahan iklim global tersebut
dapat dirasakan di WS Toba Asahan antara lain; Terjadi perubahan fluktuasi muka air Danau Toba
dan meningkatnya cuaca dan iklim ekstrim di Sub DAS Toba yang menyebabkan kenaikan muka air
Danau Toba secara drastis (>905 m dpl) sehingga perlu dilakukan pembukaan pintu air Bendungan
Siruar yang menimbulkan debit di Sungai Asahan > 135-250 m³/det dan bertemu dengan kondisi air
laut pasang maka terjadilah banjir di hilir Sungai Asahan yaitu di Kecamatan Pulau Rakyat, Kecamatan
Sei Kepayang dan Kota Tanjung Balai. Cuaca dan iklim ekstrim yaitu fenomena El Nino menimbukan
kemarau panjang ditambah dengan kondisi DAS yang kritis dan kurangnya tampungan air sehingga
terjadi kelangkaan air/kekeringan di wilayah Pulau Samosir (Kabupaten Samosir).
3. WS. Batang Natal Batang Batahan
Isu Strategis Nasional
a) Target Universal 100 0 100 Untuk Penyediaan Air Minum
Dalam pengelolaan Air Bersih di WS Batang Natal – Batang Batahan yang merupakan kelanjutan
dari Millennium Development Goals (MDGs) yang berakhir pada tahun 2015. Indikator Utama RPJP
2004-2025 dan RPJMN 2015-2019 dengan 100% akses air minum dengan terpenuhinya penyediaan
air minum untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, 0% luas kawasan kumuh perkotaan
dengan pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung,
menuju kota tanpa kumuh, 100% akses sanitasi dengan terpenuhi kebutuhan dasar masyarakat
(persampahan, limbah, dan drainase lingkungan).
Ditingkat nasional cakupan pelayanan air perpipaan di perkotaan adalah 69% sedangkan di perdesaan
54%. Layanan air perpipaan PDAM pada WS Batang Natal Batang Batahan hanya 3,65%.
b) Ketahanan Pangan
Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Sumatera Barat berkontribusi terhadap produksi padi nasional,
kondisi saat ini (tahun 2015) produksi padi di kabupaten/kota yang berada dalam WS Batang Natal
Batang Batahan sebesar ± 66.830 ton dengan jumlah penduduk sebesar 186.240 jiwa kebutuhannya
sebesar 40.414,08 ton, proyeksi untuk 20 tahun mendatang (2035) peningkatan jumlah penduduk
Rencana Strategis (RenStra) 2020 -2024
Balai Wilayah Sungai Sumatera II 55
sebesar 225.282 jiwa dengan kebutuhan 48.886 ton jadi sampai dengan 20 tahun kedepan masih
surplus.
c) REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation) dan Perubahan Iklim
Global (Global Climate Change)
Fenomena perubahan iklim global yang ditandai dengan peningkatan suhu dan curah hujan tahunan
dengan penurunan jumlah hari hujan mengakibatkan musim hujan menjadi lebih singkat dengan
intensitas yang sangat tinggi sehingga terjadi peningkatan resiko banjir. Kondisi ini mengakibatkan
berkurangnya hasil panen, menurunnya kualitas air permukaan dan air tanah, terjadinya kerusakan
infrastruktur sumber daya air dan pengaman pantai serta terjadinya kegagalan panen akibat kekeringan
dan degradasi lahan. Oleh karena itu diperlukan suatu langkah nyata untuk mengantisipasi perubahan
iklim global di WS Batang Natal-Batang Batahan melalui upaya meningkatkan daya dukung DAS
melalui Program GNKPA (Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air) melalui kerjasama dengan
instansi terkait lainnya.
d) Ketahanan Energi
Untuk Provinsi Sumatera Utara produksi daya listrik saat ini adalah sebesar 1.872,4 MW, kebutuhannya
untuk beban puncak sebesar 1.886 MW pada tahun 2015 terjadi kekurangan energi listrik 13.6 MW.
Sedangkan Provinsi Sumatera Barat produksi daya listrik 692,0 MW, kebutuhan listrik pada beban
puncak mencapai 581 MW, terjadi surplus 111 MW. Sebagian besar pembangkit di subsistem Sumbar
adalah jenis hydro, sehingga saat kondisi musim kering rawan terjadi defisit daya. Potensi energy
yang bisa dikembangkan PLTP Sorik Merapi 240 MW di Kab. Mandaling Natal.
Isu Strategis Lokal
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis terhadap kondisi eksisting di WS Batang Natal-Batang
Batahan terdapat beberapa isu strategis lokal yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air,
antara lain :
a. Degradasi Lingkungan
Degradasi kualitas lingkungan DAS di WS Batang Natal-Batang Batahan ditengarai dengan Lahan
kritis = 507.70 km², Lahan sangat kritis = 127.40 km² 50,39% ( 2077,90 km2) dari luasan total WS (di
dalam maupun diluar kawasan hutan) dengan tingkat erosi berat dan sangat berat (>180 ton/ha/th)
adalah sebesar 54,17% (2.234.17 km2). Pusat-pusat kegiatan dan kawasan-kawasan pengembangan
yang berada di daerah tengah (Middle stream) telah memacu terjadinya degradasi kualitas lingkungan
di WS yang disebabkan tekanan kebutuhan terhadap lahan dan sumber daya lainnya serta masih
kurangnya dukungan infrastruktur sanitasi serta drainase.
b. Mengurangi Ancaman Bahaya Banjir.
Pada kawasan di DAS Natal dan DAS Batahan. Terjadi banjir musiman yang berulang secara regular,
terhadap pemukiman masyarakat. (Desa Kampung Baru dan Desa Nagari Batahan Kec. Ranah
Batahan).
c. Pemberantasan Ilegal Loging
Berkaitan dengan upaya mengurangi ancaman banjir serta erosi, maraknya illegal logging ini terjadi
di Kec. Ranah Batahan, Kec. Sei Beremas, Kec. Koto Balingka, Kec. Puncak Sorik Mas, dan Kec.
Natal pemberantasan ilegal logging merupakan upaya paling utama yang harus dilaksanakan sebab
terjadinya kerusakan kawasan hutan telah memacu terjadinya banjir yang reguler.
Rencana Strategis (RenStra) 2020 -2024
56 Balai Wilayah Sungai Sumatera II
Program didefinisikan sebagai instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal SDA untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh
alokasi anggaran, dan/atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan.
Nomenklatur program dan kegiatan yang digunakan Direktorat Jenderal SDA meliputi:
Program : Pengelolaan Sumber Daya Air Kegiatan :
1. Pembinaan Irigasi, Rawa, dan Tambak
2. Pembinaan Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air Serta Penanggulangan Darurat Akibat
Bencana
3. Pembinaan Pengendalian Banjir, Lahar, Pengelolaan Drainase Utama Perkotaan, dan Pengamanan
Pantai
4. Pembinaan Bendungan, Danau, dan Bangunan Penampung Air Lainnya
5. Pembinaan Pengelolaan Air Tanah dan Air Baku
6. Pengembangan dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Permukaan, Rawa dan Tambak
7. Pengendalian Banjir, Lahar, Pengelolaan Drainase Utama Perkotaan, dan Pengamanan Pantai
8. Peningkatan Tatakelola Pengelolaan SDA Terpadu
9. Pengelolaan Bendungan, Danau, dan Bangunan Penampung Air Lainnya
10. Penyediaan dan Pengelolaan Air Tanah dan Air Baku
11. Operasi dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana SDA
beberapa Intake menjadi satu sistim dengan membuat satu buah Bendung Permanen sehingga air dapat
di alirkan maksimal peningkatan Intensitas tanam di harapkan menjadi 180% - 200 % . Kegiatan ini
diprogramkan pada beberapa lokasi antara lain.
a. Pembangunan Bendung sei Padang di Kota Tebing Tinggi untuk memenuhi kebutuhan air pada
daerah Irigasi yang sebelumnya berupa Free Intake yaitu DI Bajayu seluas 4.000 Ha, DI. Paya
Lombang 1,558 dan DI Langau 2.000 Ha. Total Daerah Irigasi yang di layani Bendung sei Padang
adalah 7.558 Ha. Progress sampai Tahun 2019 Bendung sudah selesai dilaksanakan dan tindak
lanjut yang akan dilaksanakan adalah Rehabilitasi dan Peningkatan saluran untuk menghubungkan
Ke 3 Daerah irigasi tersebut.
b. Pembangunan Bendung DI. Silau di Kabupaten Asahan untuk Memenuhi kebutuhan pada daerah
Irigasi yang mengambil Air Dari Sungai Bunut. Pembangunan Bendung telah di mulai pada Tahun
2019 dan perkiraan selesai Tahun 2021. Rencana Tindak lanjut pembangunan dan Peningkatan
Jaringan Irigasi untuk Daerah Pengembangan.
c. Pembangunan Bendung DI. Batang Toru di Kabupaten Tapanuli Utara untuk Memenuhi kebutuhan
pada daerah Irigasi seluas 3.200 Ha. Pembangunan Bendung telah di mulai pada Tahun 2019 dan
perkiraan selesai Tahun 2021. Rencana Tindak lanjut pembangunan dan Peningkatan Jaringan Irigasi
untuk Daerah Pengembangan.
d. Rencana Pembangunan Bendung DI Hasak di Kabupaten Tapanuli Utara atas usulan pemerintah
Kabupaten Tapanuli Utara untuk memenuhi kebutuhan pada Daerah irigasi yang sebelumnya berupa
Free Intake yaitu DI. Hasak 1 seluas 300 Ha dan DI. Hasak II 900 Ha Total 1.200 Ha Progres sampai
tahun 2019 masih menyelesaikan SID rencana Tindak lanjut pembangunan Bendung dan Peningkatan
Jaringan Irigasi seluas 1.200 Ha.
e. Rencana Pembangunan Bendung DI. Barumun di Kabuaten Padang Lawas untuk memenuhi
kebutuhan pada Daerah Irigasi yang sebelumnya berupa Free Intake yaitu DI. Sigorbus 1 dan
Sigorbus seluas 2.100 Ha, DI. Siraisan seluas 100 Ha dan Daerah Pengembangan seluas 1.400 Ha
Total 3.700 Ha. Progres sampai tahun 2019 masih melakukan SID pada tahun 2019. Rencana Tindak
Lanjut pembangunan Bendung dan pemangunan/peningkatan Jaringan Irigasi seluas 3.700 Ha.
B. Kebutuhan Air Baku
Penyediaan Air Baku sesuai program pemerintah harus terpenuhi di seluruh wilayah Indonesia dan
Sumatera Utara Khususnya namun seiring ketersediaan dana sehingga dilakukan penanganan
berdasarkan prioritas. Balai Wilayah Sungai Sumatera Utara melakukan program penanganan dengan
prioritas Kawasan Proyek Strategis Nasional (KSPN) Danau Toba, Kawasan Ekonomi Khusus, dan
Daerah Kekeringan.
C. Pengendalian Banjir
Kejadian banjir dan genangan air pada beberapa kawasan masih sering terjadi dan mengakibatkan
kerugian yang bersifat material dan imaterial yang tidak kecil. Contohnya salah satu kawasan yang
sering mengalami banjir pada wilayah Sungai Kewenangan Pusat adalah Kota Medan dan Sekitarnya,
Kabupaten deli Serdang, Kabupaten Serdang Bedage, Kota Tebing Tinggi, Kabupaten Mandailing Natal
dan Kabupaten Pasaman Barat dengan sungai yang berdampingan terhadap genangan yang terjadi
adalah Sungai Belawan, Sungai Sei Kambing, Sungai Sei Putih, Sungai Babura, Sungai Belutu, Sungai
Padang, Sungai Sibaro, Sungai Asahan, Sungai Silau, Sungai Batang Natal dan Sungai Batang Batahan.
D. Pengendalian Daya Rusak
Dari Kejadian banjir yang terjadi akan berdampak pada kerusakan kerusakan di tebing Sungai yang
mengakibatkan daerah pinggiran sungai tergerus pada setiap kali datang Banjir. Daerah daerah yang
mengalami longsoran pada sungai yang merupakan Wilayah Sungai kewenangan Pusat yang di kelola
Balai Wilayah Sungai Sumatera Utara ada beberapa sungai antara Lain. Sungai Padang, Sungai Sibaro,
Sungai Deli, Sungai Percut Sungai- Sungai yang bermuara ke Danau Toba khususnya di kabupaten
samosir, Sungai Batang Natal, Sungai Batang Batahan, Sungai Silau, Sungai aek Silang dan Sungai
Belutu.
E. Target Kinerja
Target kinerja dalam hal ini diartikan sebagai target kinerja sasaran, baik sasaran strategis, sasaran
program maupun sasaran kegiatan yang dilengkapi dengan indikatornya. Target kinerja sasaran
menunjukkan tingkat sasaran kinerja spesifik yang akan dicapai oleh Direktorat Jenderal SDA
yang meliputi program dan kegiatan dalam periode waktu yang telah ditetapkan. Dalam penyusu-
nan target kinerja baik tingkat kegiatan, program maupun kementerian didasarkan pada kriteria- kri-
teria diantaranya:
1. Target menggambarkan angka kuantitatif dan satuan yang akan dicapai dari setiap indikator kinerja
sasaran.
2. Penetapan target relevan dengan indikator kinerjanya, logis dan berdasarkan baseline data yang jelas.
Target sasaran Direktorat Jenderal SDA 2015- 2019 dapat dilihat pada LAMPIRAN.
Sasaran yang ingin dicapai oleh BWS Sumatera II untuk jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan (2020 – 2024)
adalah meningkatkan pemenuhan kebutuhan air bagi rumah tangga, permukiman, pertanian dan industri
serta berkurangnya dampak bencana banjir maupun kekeringan dan terkendalinya pencemaran air, dengan
rincian :
1. PEMBANGUNAN DAN REHABILITASI JARINGAN IRIGASI PERMUKAAN, RAWA DAN TAMBAK
Secara Pendanaan dibutuhkan setiap tahun sebagai berikut :
Uraian 2020 2021 2022 2023 2024 TOTAL
Biaya Rp. 1000 283,887 340,433 152,000 320,000 330,00 1,426,320
Out Put dan Out Come setiap Kegiatan setiap tahun adalah sebagai berikut:
A. Bendung Irigasi Kewenangan Pusat Yang di Bangun/areal >3.000 Ha
Uraian 2020 2021 2022 2023 2024 TOTAL
Biaya Rp. 1000 283,887 340,433 152,000 320,000 330,00 1,426,320
OUT PUT (Bh) 5 4 3 4 3 19
Out Come (Bh) 1 4 1 1 2 9
Out Put dan Out Come setiap Kegiatan setiap tahun adalah sebagai berikut:
A. Sungai yang dinormalisasi dan tanggul yang dibangun/ditingkatkan
Uraian 2020 2021 2022 2023 2024 TOTAL
Biaya Rp. 1000 182,000 493,500 976,500 1,341,,000 920,000 3,913,000
OUT PUT (Km) 5 35 54,8 115 106.5 316.3
Out Come (Ha) 500 1,070 3,500 7,600 5,800 18,470
Out Put dan Out Come setiap Kegiatan setiap tahun adalah sebagai berikut:
A. Pola dan rencana pengelolaan SDA WS kewenangan Pusat yang disusun/direview
Uraian 2020 2021 2022 2023 2024 TOTAL
Biaya Rp. 1000 1,500 1,500 3,000
OUT PUT (Dok) 3 3 6
Out Come (Dok) 3 3 6
Out Put dan Out Come setiap Kegiatan setiap tahun adalah sebagai berikut:
A. Bendungan yang dibangun
Uraian 2020 2021 2022 2023 2024 TOTAL
Biaya Rp. 1000 458,000 462,000 232,500 16,000 90,000 1,258,500
OUT PUT (Bh) 1 1 1 0 1 4
Out Come 0 0 22,000 0 0 22,000
(M3)
Out Put dan Out Come setiap Kegiatan setiap tahun adalah sebagai berikut:
A. Sumur air tanah untuk air baku yang dibangun
Uraian 2020 2021 2022 2023 2024 TOTAL
Biaya Rp. 1000 15,000 30,000 50,000 25,000 120,000
OUT PUT (Km) 15 0 30 50 25 120
Out Put dan Out Come setiap Kegiatan setiap tahun adalah sebagai berikut:
A. Jaringan irigasi permukaan kewenangan Pusat yang dioperasikan dan dipelihara
Uraian 2020 2021 2022 2023 2024 TOTAL
Biaya Rp. 1000 25,925 25,925 25,925 25,925 25,925 129,625
OUT PUT (Km) 206 206 206 206 206
Out Come (Ha) 23,946 23,946 23,946 23,946 23,946
H. Embung dan bangunan penampung air lainnya yang dioperasikan dan dipelihara
Uraian 2020 2021 2022 2023 2024 TOTAL
Biaya Rp. 1000 5,550 5,550 5,550 5,550 5,550 27,750
OUT PUT (Bh) 25 25 25 25 25
Out Come (M3/dt) 0.212 0.212 0.212 0.212 0.212
Kompleksibilitas yang di hadapi dalam pengelolaan SDA harus diimbangi dengan kapasitas pendanaan
yang kerangkanya disusun jelas, baik terkait sumber maupun mekanismenya. Sejalan UUD 1945 pasal
33 (3) bahwa : “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”, investasi untuk pengelolaan SDA
bergantung sepenuhnya kepada Pemerintah, baik melalui APBN maupun APBD (termasuk pinjaman/
hibah luar negeri dan syariah/surat berharga negara – SBSN). Pelibatan swasta dalam hal ini terbatas
pada pemanfaatan SDA dengan izin, tidak dalam bentuk kerjasama/kontrak. Investasi Pemerintah untuk
pengelolaan SDA, khususnya pada Balai Wilayah Sungai Sumatera II, menunjukkan peningkatan dari
tahun ke tahun, namun hal ini juga belum dapat mengimbangi kebutuhan pendanaan yang sebenarnya
dibutuhkan. Diperlukan pengelolaan secara cermat terkait ketersediaan pendanaan yang terbatas
dan tidak memiliki kepastian tinggi (sangat tergantung dari pendapatan negara), sehingga sasaran
strategis nasional yang sudah ditetapkan dapat tercapai. Pengelolaan yang cermat dilakukan dengan
menyusun skala prioritas anggaran, alokasi anggaran harus tetap difokuskan pada program dan
kegiatan yang memegang peran penting dalam pencapaian prioritas pengelolaan SDA terpadu nasional
untuk mendorong pertumbuhan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu diperlukan
efisiensi dari belanja terkait operasional agar alokasi yang terbatas menjadi lebih berdayaguna.
Untuk itu, kerangka pendanaan pengelolaan SDA oleh Balai Wilayah Sungai Sumatera II diarahkan
sebagai berikut:1. Sumber pendanaan adalah APBN yang terdiri atas Rupiah Murni (RM), Pinjaman /
Hibah Luar Negeri (PHLN), serta Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). 2. Penyusunan program
dan anggaran berdasarkan kriteria prioritas yang ditetapkan sesuai dengan sasaran strategis
5.1 Penutup
Rencana Strategis (Renstra) Balai Wilayah Sungai Sumatera II tahun 2020-2024 merupakan rumusan
kondisi yang akan dituju selama periode perencanaan. Tujuan-tujuan tersebut disesuaikan dengan visi dan
misi Kementerian PUPR untuk mencapai sasaran dan tujuan yang tertuang dalam RPJMN tahun 2020-
2024. Dimana tujuan Balai Wilayah Sungai Sumatera II dalam Rencana Strategis (Renstra) tahun 2020-2024
adalah menyelenggarakan pembangunan infrastruktur bidang sumber daya air untuk mendukung ketahanan
air, kedaulatan pangan, dan kedaulatan energi guna menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik
dalam rangka kemandirian ekonomi. Serta menyelenggarakan tata kelola sumber daya organisasi Balai
Wilayah Sungai Sumatera II yang meliputi sumber daya manusia, sarana prasana pendukung, pengendalian
dan pengawasan, serta sumber daya yang lainnya untuk meningkatkan kehandalan infrastruktur pekerjaan
umum dan perumahan rakyat bidang sumber daya air yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel.
Melalui Rencana Strategis (Renstra) tahun 2020-2024 Balai Wilayah Sungai Sumatera II siap melaksanakan
program dan kegiatan sebagai bentuk dukungan terhadap sasaran strategi Direktorat Jenderal SDA untuk
mewujudkan kehandalan infrastruktur sumber daya air dalam mewujudkan kedaulatan pangan dan kedaulatan
energi.