BAB III
GAMBARAN UMUM DAERAH PERENCANAAN
3.1. UMUM
Secara geografis, Kota Banda Aceh berada di belahan bumi bagian utara. Berdasarkan posisi
geografisnya, Kota Banda Aceh memiliki batas-batas, yaitu Utara adalah Selat Malaka, Selatan adalah
Kabupaten Aceh Besar, Barat adalah Samudera Hindia dan Timur adalah Kabupaten Aceh Besar.
Berdasarkan letak geografisnya, Kota Banda Aceh berada di ujung Utara Pulau Sumatera sekaligus menjadi
wilayah paling barat dari Pulau Sumatera.
3.2.2. Topografi
Kondisi topografi (ketinggian) Kota Banda Aceh berkisar antara -0,45 m sampai dengan +1,00 m di atas
permukaan laut (dpl), dengan rata-rata ketinggian 0,80 m dpl. Bentuk permukaan lahannya (fisiografi) relatif
datar dengan kemiringan lereng antara 2 – 8%. Bentuk permukaan ini menandakan bahwa tingkat erosi relatif
rendah, namun sangat rentan terhadap genangan khususnya pada saat terjadinya pasang dan gelombang air
laut pada wilayah bagian utara atau pesisir pantai.
3.2.3. Hidrologi
Geohidrologi daerah pesisir Kota Banda Aceh secara garis besar terdapat di pesisir pantai utara dari
Kecamatan Kuta Alam hingga sebagian Kecamatan Kuta Raja, dan pesisir pantai yang terletak di wilayah
barat atau sebagian Kecamatan Meuraxa. Terdapat 7 (tujuh) sungai yang melalui Kota Banda Aceh dan
berfungsi sebagai daerah aliran sungai dan sumber air baku, kegiatan perikanan, dan sebagainya. Wilayah
Kota Banda Aceh memiliki air tanah yang bersifat asin, payau dan tawar. Daerah dengan air tanah asin
terdapat pada bagian utara dan timur kota sampai ke tengah Kota Banda Aceh. Air payau berada di bagian
tengah kota dan membujur dari timur ke barat. Sedangkan wilayah yang memiliki air tanah tawar berada di
bagian selatan kota yang membentang dari Kecamatan Baiturrahman sampai Kecamatan Jaya Baru, yang juga
mencakup Kecamatan Lueng Bata, Ulee Kareng, Banda Raya. Berikut adalah sungai – sungai yang mengalir
di Kota Banda Aceh :
- Sungai Krueng Aceh dengan luas 1.712.000 Km²
- Sungai Krueng Daroy dengan luas 14.10 Km²
22
M. Fahrizal 2010815210002 Sistem Penyediaan Air Minum Banda Aceh
3.2.4. Klimatologi
Wilayah Kota Banda Aceh memiliki suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara 25,5ºC hingga 27,5ºC
dengan kisaran antara 18,0ºC sampai 37,0ºC. Sedangkan tekanan udaranya diantara 108-102 milibar. Curah
hujan Kota Banda Aceh per tahun berkisar antara 1.039 mm – 1.907 mm, dengan curah hujan rata-rata per
tahun 1.592 mm. Curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada bulan Oktober dan November yaitu 20 – 21
hari sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Februari dan Maret yaitu 2 – 7 hari. Kelembaban
udara berkisar antara 75% hingga 87%. Kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Desember dan terendah pada
bulan Juni. Sementara, kecepatan angin di wilayah ini bertiup antara 2 – 28 knots. Bulan kering ditandai
dengan jumlah curah hujan kurang dari 60 mm, sedangkan bulan basah adalah jumlah curah hujan di atas 100
mm.
3.2.5. Geologi
Secara geologis, Pulau Sumatera dilalui oleh patahan aktif yang memanjang dari Banda Aceh utara
hingga Lampung Selatan dan dikenal sebagai Sesar Semangko (Semangko Fault). Oleh karenanya, daerah
yang terlintasi patahan ini rentan terhadap gempa dan longsor. Kota Banda Aceh terletak diantara dua patahan
(sebelah timur – utara dan sebelah barat – selatan kota) dan berada pada pertemuan Plate
Euroasia dan Australia berjarak ± 130 km dari garis pantai barat sehingga daerah ini rawan terhadap tsunami.
Kota Banda Aceh juga diapit oleh dua patahan yang berada di barat dan timur kota, yaitu patahan Darul
Imarah dan Darussalam. Kedua patahan tersebut merupakan sesar aktif dan diperkirakan bertemu pada
pegunungan di tenggara kota. Berdasarkan fenomena geologi tersebut, Banda Aceh menjadi suatu daratan
hasil ambalasan sejak Pilosen dan membentuk suatu Graben sehingga dataran Banda Aceh ini memiliki
batuan sedimen yang berpengaruh kuat apabila terjadi gempa di sekitarnya.
23
M. Fahrizal 2010815210002 Sistem Penyediaan Air Minum Banda Aceh
jiwa/km²). Pada tahun 2017, jumlah penduduknya sebesar 238.814 jiwa dengan luas wilayahnya 61,36 km²
dan sebaran penduduk 3.892 jiwa/km².
3.3.3. Pertanian
Sektor pertanian mencakup lima sub lapangan usaha/subsektor yaitu subsektor tanaman bahan
makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan, serta perikanan. Subsektor
tanaman bahan makanan mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ubi kayu, ubi
rambat, kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, kentang, buah-buahan, sayur-sayuran dan hasil produksi
lainnya.
3.3.4. Industri
Sektor Industri Pengolahan di Kota Banda Aceh hanya bersumber dari subsektor industri
pengolahan non migas. Sektor ini mencakup industri besar, industri sedang, industri kecil dan kerajinan
rumah tangga. NTB subsektor industri pengolahan non migas sebesar 208,982 milyar rupiah pada tahun 2013.
Nilai ini menjadi 79,843 milyar rupiah bila dihitung menggunakan harga dasar tahun 2000.
3.3.5. Perdagangan
Peranan sektor ini berpengaruh langsung dalam mempercepat kegiatan ekonomi untuk
menghasilkan barang dan jasa. Kegiatan yang dicakup dalam subsektor perdagangan meliputi kegiatan
membeli dan menjual barang, baik barang baru maupun bekas, untuk tujuan penyaluran/pendistribusian tanpa
mengubah sifat barang tersebut. Subsektor Perdagangan dalam penghitungannya dikelompokkan ke dalam 2
(dua) jenis kegiatan yaitu perdagangan besar dan perdagangan eceran. Perdagangan besar meliputi kegiatan
pengumpulan dan penjualan kembali barang baru dan bekas oleh pedagang dari produsen atau importir ke
pedagang besar lainnya, pedagang eceran, perusahaan dan lembaga yang tidak mencari untung.
3.3.6. Perhubungan
Pemerintah Provinsi Aceh melalui Dinas Perhubungan pada tahun 2016 mulai mengoperasikan Bus
Rapid Transit (BRT) Trans Koetaradja di Kota Banda Aceh. Kehadiran Trans Koetaradja ini diharapkan
mampu menerapkan sistem angkutan massal yang mampu menciptakan ketertiban, solusi kemacetan dan
kesemerawutan lalu lintas di Kota Banda Aceh. Selain itu, tujuan diberlakukannya Bus Trans Koetaradja
adalah sebagai salah satu inisiatif Pemerintah untuk mengubah kebiasaan masyarakat dari menggunakan
kendaraan pribadi beralih menjadi masyarakat pengguna transportasi umum dalam jangka waktu 10 tahun ke
depan.
24
M. Fahrizal 2010815210002 Sistem Penyediaan Air Minum Banda Aceh
3.3.7. Keuangan
Dalam rangka menghadapi tahun anggaran 2022, Presiden Joko Widodo bersama Kementerian Keuangan
dan Direktorat Jenderal Perbendaharaan telah melaksanakan penyerahan DIPA Tahun 2022 secara simbolis
kepada Kementerian/Lembaga dan Kepala Daerah. KPPN Banda Aceh sebagai kantor vertikal Direktorat
Jenderal Perbendaharaan dan perpanjangan tangan dari Kementerian Keuangan juga menyelenggarakan
kegiatan penyerahan DIPA Tahun 2022 dan Penandatanganan Pakta Integritas Tahun 2022 kepada para
Satuan Kerja di Lingkup Kerja KPPN Banda Aceh.
Kegiatan penyerahan DIPA Tahun 2022 dan Penandatanganan Pakta Integritas Tahun 2022 ini
dilaksanakan dengan tujuan:
1. Meningkatkan sinergi antara KPPN Banda Aceh dengan Satuan Kerja pada lingkup kerja wilayah
KPPN Banda Aceh.
2. Mendorong Satuan Kerja untuk melaksanakan kegiatan APBN pada awal Tahun 2022 agar
manfaatnya dapat segera dirasakan oleh masyarakat.
3. Mendorong Satuan Kerja untuk melakukan pengelolaan APBN dengan efektif dan efisien.
3.3.8. Neraca Regional
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai tambah bruto (gross
value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah. Nilai tambah adalah nilai yang
ditambahkan dari kombinasi faktor produksi dan bahan baku dalam proses produksi. Penghitungan nilai
tambah adalah nilai produksi (output) dikurangi biaya antara. Nilai tambah bruto di sini mencakup
komponen-komponen pendapatan faktor (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan
pajak tidak langsung neto. Jadi dengan menjumlahkan nlai tambah bruto dari masing-masing sektor dan
menjumlahkan nilai tambah bruto dari seluruh sektor tadi, akan diperoleh Produk Domestik Regional Bruto
atas dasar harga pasar.
25