Makna Lambang
Dua garis marka berwana putih, menunjukkan landasan pacu Bandara Soekarno
Hatta, lampu bulatan kuning (beacon light) melambangkan pemacu semangat
mencapai cita-cita.
Badak bercula satu, melambangkan fauna identitas banten yang menjadi warisan
dunia.
PETA ADMINISTRASI PROVINSI BANTEN
Provinsi Banten adalah sebuah provinsi di Pulau Jawa, Indonesia. Dimana
Provinsi ini dulunya merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat, namun dipisahkan
sejak tahun 2000, dengan keputusan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000. Pusat
pemerintahannya berada di Kota Serang. Provinsi ini memiliki delapan
kabupaten/kota, yakni Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang,
Kabupaten Tangerang ditambah Kota Tangerang, Kota Serang, Kota Cilegon dan
Kota Tangerang selatan.
Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º 7’ 50” – 7º 1’ 11” Lintang Selatan
dan 105º 1’ 11” – 106º 7’ 12” Bujur Timur, berdasarkan UU RI Nomor 23 tahun 2000
luas wilayah Banten adalah 8.651,20 Km2 . Secara wilayah pemerintahan Provinsi
Banten terdiri dari 8 Kabupaten dan Kota, 154 Kecamatan, dan 1.535 Desa.
Wilayah laut Banten merupakan salah satu jalur laut potensial, Selat Sunda
merupakan salah satu jalur yang dapat dilalui kapal besar yang menghubungkan
Australia, Selandia Baru, dengan kawasan Asia Tenggara misalnya Thailand,
Malaysia dan Singapura.
2. Topografi.
e) DAS Teluklada, meliputi bagian Barat wilayah Kabupaten Serang dan Kota
Cilegon;
Posisi geografis Indonesia yang yang terletak di antara dua benua (Asia
dan Australia), menyebabkan tipe iklim di Indonesia disebut sebagai iklim muson
(monsoon) atau iklim musim. Iklim ini erat kaitannya dengan perubahan pola
angin musim pada bulan April-Oktober. Jika angina bertiup kebarat maka terjadi
musim kemarau di Indonesia dan sebaliknya jika angina bertiup ketimur makaterjadi
musim penghujan.
Provinsi Banten memiliki pola iklim yang sama, dimana musim penghujan
umumnya terjadi pada bulan November hingga Maret yang dipengaruhi oleh angin
dari barat, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Juni-Agustus yang
dipengaruhi oleh angin dari timur. Persebaran jumlah curah hujan cukup
bervariasi tergantung pada lalitude, posisi geografis, dan kondisi topografis.
Klasifikasi Oldeman termasuk yang banyak dipakai di Indonesia karena terkait
dengan bidang pertanian. Klasifikasi ini mempertimbangkan jumlah curah hujan
yang dipilah menjadi 3, yaitu bulan basah (> 200mm), bulan lembab (100-20
mm), dan bulan kering (<100 mm).
Analisis hujan dengan melihat kondisi yang terjadi pada bulan tersebut. Untuk
Analisis hujan bulan April 2019 di Provinsi Banten dan DKI Jakarta menunjukkan
bahwa hujan yang terjadi cenderung bersifat Bawah Normal (BN) hingga Normal (N).
Prakiraan hujan dihasilkan dari pengolahan data hujan yang ada (time series)
dengan membandingkan kondisi dinamika atmosfer yang mempengaruhi wilayah
Banten dan DKI Jakarta. Hasil prakiraan hujan Juni 2019 wilayah Banten dan DKI
Jakarta pada umumnya bersifat Normal-Atas Normal, sedangkan pada bulan Juli dan
Agustus 2019 pada umumnya bersifat Bawah Normal - Normal.
Dataran yang sebagian besar terdapat di daerah Utara Provinsi Banten yang
memiliki tingkat kemiringan lahan antara 0 – 15%, sehingga menjadi lahan yang
sangat potensial untuk pengembangan seluruh jenis fungsi kegiatan. Dengan nilai
kemiringan ini tidak diperlukan banyak perlakuan khusus terhadap lahan yang akan
dibangun untuk proses prakonstruksi. Lahan dengan kemiringan ini biasanya tersebar
di sepanjang pesisir Utara Laut Jawa, sebagian wilayah Serang, sebagian Kabupaten
Tangerang bagian utara serta wilayah selatan yaitu di sebagaian pesisir Selatan dari
Pandeglang hingga Kabupaten Lebak;
Sumber daya tanah wilayah Provinsi Banten secara geografis terbagi dua tipe
tanah yaitu: (a) kelompok tipe tanah sisa atau residu dan (b) kelompok tipe tanah hasil
angkutan. Secara umum distribusi dari masing-masing tipe tanah ini di wilayah
Propinsi Banten, terdapat di Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, Kabupaten
Pandeglang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Cilegon. Masing-
masing tipe tanah yang terdapat di wilayah tersebut antara lain: 1. aluvial pantai dan
sungai; 2. latosol; 3. podsolik merah kuning; 4. regosol; 5. andosol; 6. brown forest; 7.
glei.
Secara umum kondisi geologi Provinsi Banten lebih banyak dicirikan oleh
Formasi batuan vulkanik, dan hal ini sangat wajar dikarenakan Pulau Jawa merupakan
bagian busur luar dari jalur tektonik global yang kaya dengan gunungapi. Formasi
batuan vulkanik ini berumur lebih muda dibandingkan dengan batuan
sedimen yang mendasarinya. Beberapa wujud aktivitas vulkanik di masa lalu
ditunjukkan oleh adanya gunungapi-gunungapi yang menjulang di wilayah ini,
seperti Gunungapi Karang, Gunungapi Aseupan, Gunungapi Pulosari, Gunungapi
Gede, dan banyak lagi gunungapi yang lebih kecil, namun pada saat ini
kesemuanya dalam fase dormant. Umur batuan yang ada di wilayah ini
mencakup umur Kuarter dan Tersier dimana pola persebarannya cukup jelas yang
seolah dipisahkan oleh garis diagonal arah timur laut, dimana untuk batuan Tersier
berada di wilayah selatan dan timur, sedangkan untuk batuan yang berumur
Kuarter berada di bagian barat dan utara.
Struktur geologi daerah Banten terdiri dari formasi batuan dengan tingkat
ketebalan dari tiap-tiap formasi berkisar antara 200 – 800 meter dan tebal keseluruhan
diperkirakan melebihi 3.500 meter. Formasi Bojongmanik merupakan satuan tertua
berusia Miosen akhir, batuannya terdiri dari perselingan antara batu pasir dan
lempung pasiran, batu gamping, batu pasir tufaan, konglomerat dan breksi andesit,
umurnya diduga Pliosen awal. Berikutnya adalah Formasi Cipacar yang terdiri dari tuf
batu apung berselingan dengan lempung tufaan, konglomerat dan napal glaukonitan,
umurnya diiperkirakan Pliosen akhir. Di atas formasi ini adalah Formasi Bojong yang
terdiri dari napal pasiran, lempung pasiran, batu gamping kokina dan tuf.
Banten bagian selatan terdiri atas batuan sedimen, batuan gunung api, batuan
terobosan dan Alluvium yang berumur mulai Miosen awal hingga Resen, satuan
tertua daerah ini adalah Formasi Bayah yang berumur Eosen. Formasi Bayah terdiri
dari tiga anggota yaitu Anggota Konglomerat, Batu Lempung dan Batu Gamping.
Selanjutnya adalah Formasi Cicaruruep, Formasi Cijengkol, Formasi Citarate,
Formasi Cimapang, Formasi Sareweh, Formasi Badui, Formasi Cimancuri dan
Formasi Cikotok.
Batuan Gunung Api dapat dikelompokan dalam batuan gunung api tua dan muda yang
berumur Plistosen Tua hingga Holosen. Batuan terobosan yang dijumpai bersusunan
andesiot sampai basal. Tuf Cikasungka berumur Plistosen, Lava Halimun dan batuan
gunung api Kuarter. Pada peta lembar Leuwidamar disajikan pula singkapan batuan
metamorf yang diduga berumur Ologo Miosen terdiri dari Sekis, Genes dan Amfibolit
yang tersingkap di bagian utara tubuh Granodiorit Cihara. Dorit Kuarsa berumur
Miosen tengah hingga akhir, Dasit dan Andesit berumur Miosen akhir serta Basal
berumur kuarter. Batuan endapan termuda adalah alumunium dan endapan pantai
yang berupa Kerikil, pasir, lempung, rombakan batu gamping, koral bercampur
pecahan moluska atau kerang kerangan, gosong pantai dan gamping terumbu.
7. Demografi
Jumlah penduduk Provinsi Banten sebanyak 10.632,166 jiwa yang mencakup mereka
yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 7.124.120 jiwa (67,01 persen)
dan di daerah perdesaan sebanyak 3.508.046 jiwa (32,99 persen). Persentase
distribusi penduduk ini menurut kabupaten/kota bervariasi dari yang terendah sebesar
3,52 persen di Kota Cilegon hingga yang tertinggi sebesar 26,66 persen di Kabupaten
Tangerang.
Median umur penduduk Provinsi Banten tahun 2010 adalah 25,40 tahun.
Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Provinsi Banten termasuk kategori
menengah. Penduduk suatu wilayah dikategorikan penduduk muda bila median umur
< 20, penduduk menengah jika median umur 20-30, dan penduduk tua jika median
umur > 30 tahun.
Jumlah penduduk yang merupakan migran risen terus meningkat dari waktu ke
waktu. Hasil SP2010 mencatat 603.903 penduduk atau 6,3 persen penduduk
merupakan migran masuk risen antar kabupaten/kota. Persentase migran masuk risen
di daerah perkotaan 9,9 kali lipat lebih besar daripada di daerah perdesaan, masing-
masing sebesar 8,9 dan 0,9 persen.
8. Pendidikan
Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar (Pasal 6 UU No. 20 tahun 2003). Berdasarkan hasil
SP2010, persentase penduduk 7-15 tahun yang belum/tidak sekolah sebesar 2,25
persen dan yang tidak sekolah lagi sebesar 7,20 persen.
Ukuran atau indikator untuk melihat kualitas sumber daya manusia (SDM)
terkait dengan pendidikan antara lain pendidikan yang ditamatkan dan Angka Melek
Huruf (AMH). Berdasarkan hasil SP2010, persentase penduduk 5 tahun yang
berpendidikan minimal tamat SMP/Sederajat sebesar 44,82 persen, dan AMH
penduduk berusia 15 tahun ke atas sebesar 96,02 persen yang berarti dari setiap 100
penduduk usia 15 tahun ke atas ada 96 orang yang melek huruf. Penduduk dikatakan
melek huruf jika dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya.
9. Perkembangan Ekonomi
Ekonomi Provinsi Banten tahun 2018 juga tumbuh lebih tinggi dibandingkan
tahun 2017 ditopang oleh kinerja konsumsi rumah tangga, Pemerintah, dan swasta
yang tumbuh meningkat dari tahun 2017. Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan
terutama didorong oleh industri pengolahan, Real Estate, serta perdagangan besar dan
eceran.
10. Kebudayaan
Secara kultural wilayah Provinsi Banten terbagi atas tiga wilayah. Wilayah Banten
Utara (Kabupaten Serang dan Cilegon) didominasi oleh orang-orang dari suku Jawa
dan Cirebon. Wilayah Banten Selatan (Kabupaten Lebak dan Pandeglang) didominasi
suku Sunda. Wilayah Banten Timur (Kabupaten/ Kota Tangerang) masyarakat
heterogen. Ada beberapa suku bangsa pendatang yang bermukim di wilayah tersebut.
Tiap-tiap suku bangsa ini mempunyai kebudayaan sendiri. Suku bangsa pendatang
membawa kebudayaan aslinya dan mengembangkannya di wilayah Banten. Terjadilah
akulturasi budaya pada tataran kehidupan masyarakatnya. Percampuran multi etnik
inilah yang membuat adat tradisi budaya Banten menjadi khas, unik, dan menarik.
Bahasa Sunda adalah bahasa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat
Banten, terutama wilayah Banten Selatan yang mayoritas didominasi oleh masyarakat
dari suku Sunda. Namun, ada perbedaan dialek dari bahasa Sunda aslinya di Priangan.
Bahasa banten memiliki dialek bahasa Sunda yang terdengar kasar. Hal ini sesuai
dengan karakter orang Banten yang tegas dan keras selaras kondisi alamnya di sekitar
pesisir pantai.
Suku Jawa yang beanyak bermukim di Banten Utara menggunakan bahasa Jawa
dialek Banten dalam pergaulan sehari-harinya. Begitupula mayarakat yang berasal
dari Lampung menggunakan bahasa Lampung dialek Sunda-Banten sebagai bahasa
sehari-harinya. Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional lebih banyak digunakan
oleh masyarakat perkotaan, terutama masyarakat Banten Timur (Kota Tangerang).
Seni Arsitektur Sunda terlihat pada bantuk rumah dan perkampungan suku Badui dan
Adat Kasepuhan Banten Kidul (Cisungsang). Rumah tradisionalnya berbentuk
panggung yang dinamakan imah. Dari segi bentuk tidak terlihat berbeda antara rumah
adat Baduy dengan rumah Adat Kasepuhan. Namun, dari segi bahan yang digunakan
untuk pembuatannya terdapat perbedaan. Masyarakat Baduy masih memegang teguh
adat istiadat sehingga kesederhanaan pada bentuk rumahnya masih sangat terlihat.
Sebaliknya, rumah adat kasepuhan terlihat lebih modern karena sudah menggunakan
unsur-unsur kebudayaan modern.
Masyarakat Banten mengenal tiga jenis pakaian adat yang digunakan untuk
upacara pengantin. Pakaian adat tersebut, antara lain pakaian pengantin Banten
Kebesaran, Banten Lestari, dan Banten Gaya Tangerang. Setiap jenis pakaian adat ini
memiliki ciri khas dan tujuan pemakaian tersendiri.
Salah satu kesenian tradisional asli Banten adalah Debus. Kesenia debus
adalah kombinasi dari seni tari, seni suara, dan seni kabatinan yang bernuansa magis.
Pertunjukan debus dilakukan dengan beberapa tahapan. Pertama-tama debus diawali
dengan pembukaan (gembung), yaitu pembacaan salawat nabi dan dzikir kepada
Allah swt. Selanjutnya beluk, yaitu lantunan zikir dengan suara keras, nyaring dan
saling bersahutan diiringi tetabuhan. Bersamaan dengan itu dipertunjukkan atraksi-
atraksi kekebalan tubuh seperti menyayat bagian tubuh, memakan kaca, tidur diatas
papan berpaku, atau memasak dengan tungku diatas kepala yang diperagakan para
pemainnya. Atraksi ini diakhiri dengan gemrung, yaitu permainan alat musik
tetabuhan.
Debus hanyalah salah satu seni pertunjukan di Banten. Masih banyak jenis
pertunjukan yang lain, seperti jipeng, rudat, pencak silat, pantun buhun, rampak
gendang, reog, wayang golek, dan wayang garing.
Tari Tradisional Daerah Banten
Selain itu, ada juga tari Cukin yang merupakan pengembangan dari tari Cokek
jyang dipandang tabu. Tari Cukin menggambarkan kegembiraan muda-mudi yang
sedang bersendau gurau pada malam hari. Tarian ini dibawakan oleh lima penari
wanita dan satu penari pria dengan diiringi sepuluh pemain musik. Selain kedua jenis
tarian tersebut masih ada lagi tarian Banten yang lainnya, diantaranya seperti tari
Saman, tari Katuran, tari Topeng, tari Dala'il Wajun, dan tari Ketuk Tilu.
Masyarakat Baduy memiliki alat musik yang bernama angklung buhun atau
yang lebih dikenal dengan angklung Baduy atau angklung kanekes. Angklung buhun
hanya boleh dimainkan pada saat upacara adat ngaseuk pere huma dibulan kapitu
hingga kasalapan. Masyarakat banten yang mendalami kesenian silat tidak lepas dari
alat musik petitung. Alat musik pengiring silat ini terdiri atas kendang, gong kempul,
kenong, kecrek, gong panggang, dan terompet petitung. Kesenian rudat Banten juga
menggunakan alat musik rabana (terbang) dalam setiap pementasannya. Alat ini
terdiri atas dua buah gedong bibit, mapat, telu, kemcang, kempul kembar, dan nganak.
Salah satu kerajina rakyat Banten yang saat ini sukup fenomenal adalah batik
Banten. Batik Banten memiliki motif yang berbeda dari batik-batik daerah lainnya.
Meskipun belum lama diperkenalkan, tetapi pesona batik Banten mampu menarik
khalayak umum.
Salah satu tokoh yang mempopulerkan batik banten yaitu Bapak Uke
Kurniawan. Bersama seorang arkeolog yang banyak meneliti Banten Lama, yaitu
(alm.) Hasan M. Ambary, beliau memperkanalkan ragam hias Banten lama dalam
bentuk kain batik pada tahun 2002. Hingga saat ini sudah ada 50 ragam hias yang
berhasil dituangkan dalam kain batik dari 70 ragam hias yang ditemukan. Dua belas
diantaranya sudah dipatenkan sebagai Motif kain batik banten pada tahun 2003.
Motif-motif tersebut antara lain Datulaya, Pamaranggen, Pasulaman, Kapurban,
Pancaniti, Mandalikan, Pasepen, Surosowan, Kawangsan, Srimanganti, Sabakingking,
dan Pejantren.
11. Suku
Suku Banten adalah orang Sunda yang mendiami bekas daerah kekuasaan Kesultanan
Banten di luar Parahyangan, Cirebon, dan Jakarta. Menurut Sensus Penduduk tahun
2010 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, suku Banten populasinya 2,1% dari
penduduk Indonesia, atau sekitar 4.657.000 jiwa. Orang Banten menggunakan bahasa
Banten. Bahasa Banten adalah salah satu dialek bahasa Sunda yang lebih dekat
kepada bahasa Sunda kasar. Salah satu suku yang terkenal di Banten adalah Suku
Baduy.
Salah satu suku yang terkenal adalah Suku Baduy Dalam yang terletak di
daerah Banten, tepatnya Kabupaten Lebak Banten. Nama Baduy Dalam berawal dari
sebutan yang diberikan oleh para peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan
masyarakat yang hidup secara nomaden tersebut dengan kelompok masyarakat Arab
“Badawi”.
Kemungkinan lain adalah karena di wilayah bagian utara suku ini terdapat
sungai yang disebut sungai Baduy Dalam. Sementara mereka sendiri lebih suku
menyebut diri sebagai “orang kenekeas” sesuai dengan nama wilayah mereka.
Terdapat dua versi yang berbeda mengenai asal usul suku baduy. Hingga saat ini
orang Baduy masih sangat menjaga kearifan lokalnya. Hal ini kemudian menjadi daya
tari perkampungan suku Baduy sebagai wisata budaya.
Provinsi Banten mempunyai destinasi wisata yang tentunya tak kalah menawan dari
daerah-daerah yang lain. Berikut informasi mengenai tempat wisata yang ada di
Banten.
1. Pantai Sawarna
Tempat wisata di banten yang pertama adalah pantai sawarna yang sudah tak asing di
telinga masyarakat. Salah satu wisata pantai yang ada di Banten adalah Pantai
Sawarna yang menjadi wisata utama kota banten. Di sini kita dapat menyaksikan
keindahan alam yang masih terjaga dan begitu alami, dengan pasir putih luas
terbentang dan air laut yang warnanya biru bening.
Ditambah perbukitan hijau mengelilinginya, obyek wisata yang satu ini
menjadi tempat wisata yang cocok untuk bersantai bersama keluarga atau sekedar
memanjakan mata. Alamat : Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten.
2. Tanjung Lesung
Lagi, wisata pantai dengan batuan karang dan panorama alami yang ada di Banten
bernama Tanjung Lesung. Pantai ini mempunyai pasir berwarna putih dengan bentuk
karangnya yang unik. Rancangan pantai ini bernuansa khas Bali.
Taman Nasional Ujung Kulon merupakan kawasan konservasi alam yang ada
di Indonesia dan berperan penting untuk dunia. Beberapa daya tarik obyek wisata ini
adalah adanya hutan tropis dataran rendah yang mempesona serta badak bercula satu.
Taman Nasional Ujung Kulon adalah habitat alami dari bermacam hewan
yang dilindungi. Contoh hewannya yaitu badak jawa, banteng, babi hutan, kukang,
beraneka ragam burung dan primata, rusa, sampai dengan kijang. Untuk menuju
lokasi ini bisa menggunakan perahu. Fasilitas yang ada di Ujung Kulon antara lain
jaringan listrik, air, telekomunikasi yang baik, penginapan, pusat informasi, sampai
dengan sarana transportasi juga lengkap.
Selain destinasi wisata di atas masih banyak lagi wisata-wisata alam yang
menarik di provinsi banten seperti Pantai carita, Pulau Umang, Pulau Burung, Gunung
krakatau, Kampung domba, Masjid Agung Banten, Perkampungan suku baduy dan
masih banyak lagi.