Anda di halaman 1dari 23

PROVINSI BANTEN

Makna Lambang

 Kubah Masjid, melambangkan kultur masyarakat yang agamis. Bintang bersudut


lima, Ketuhanan Yang Maha Esa.

 Menara Masjid Agung Banten, melambangkan semangat tinggi, yang


berpedoman pada petunjuk Allah SWT.

 Gapura Kaibon, melambangkan Daerah Provinsi Banten sebagai pintu gerbang


peradaban dunia, perekonomian dan lalu lintas internasional menuju era
globalisasi.

 Padi berwarna kuning berjumlah 17 dan Kapas berwarna putih berjumlah 8


Tamgkai, 4 Kelopak Berwarna cokelta, 5 Kuntum Bunga melambangkan Provinsi
Banten merupakan daerah agraris, cukup sandang pangan. 17-8-45 menunjukkan
Proklamasi Republik Indonesia.

 Gunung berwarna Hitam, melambangkan kekayaan alam dan menunjukkan


dataran rendah serta pegunungan. Badak bercula satu, melambangkan masyarakat
yang pantang menyerah dalam menegakkan kebenaran dan dilindungi oleh hukum.

 Laut berwana biru, dengan gelombang putih berjumlah 17 melambangkan daerah


maritim, kaya dengan potensi lautnya.

 Gerigi berwana abu-abu berjumlah 10, menunjukkan orientasi semangat kerja


pembangunan dan sektor industri.

 Dua garis marka berwana putih, menunjukkan landasan pacu Bandara Soekarno
Hatta, lampu bulatan kuning (beacon light) melambangkan pemacu semangat
mencapai cita-cita.

 Pita berwarna kuning, melambangkan ikaatan persatuan dan kesatuan


masyarakat Banten.

 Badak bercula satu, melambangkan fauna identitas banten yang menjadi warisan
dunia.
PETA ADMINISTRASI PROVINSI BANTEN
Provinsi Banten adalah sebuah provinsi di Pulau Jawa, Indonesia. Dimana
Provinsi ini dulunya merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat, namun dipisahkan
sejak tahun 2000, dengan keputusan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000. Pusat
pemerintahannya berada di Kota Serang. Provinsi ini memiliki delapan
kabupaten/kota, yakni Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang,
Kabupaten Tangerang ditambah Kota Tangerang, Kota Serang, Kota Cilegon dan
Kota Tangerang selatan.

1. Gambaran Umum Provinsi Banten

Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º 7’ 50” – 7º 1’ 11” Lintang Selatan
dan 105º 1’ 11” – 106º 7’ 12” Bujur Timur, berdasarkan UU RI Nomor 23 tahun 2000
luas wilayah Banten adalah 8.651,20 Km2 . Secara wilayah pemerintahan Provinsi
Banten terdiri dari 8 Kabupaten dan Kota, 154 Kecamatan, dan 1.535 Desa.

Provinsi Banten mempunyai batas wilayah:

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Timur : Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat

Sebelah Selatan : Samudra Hindia

Sebelah Barat : Selat Sunda

Wilayah laut Banten merupakan salah satu jalur laut potensial, Selat Sunda
merupakan salah satu jalur yang dapat dilalui kapal besar yang menghubungkan
Australia, Selandia Baru, dengan kawasan Asia Tenggara misalnya Thailand,
Malaysia dan Singapura.

Disamping itu Banten merupakan jalur perlintasan/penghubung dua pulau


besar di Indonesia, yaitu Jawa dan Sumatera. Bila dikaitkan posisi geografis dan
pemerintahan maka wilayah Banten terutama Kota Tangerang dan Kabupaten
Tangerang merupakan wilayah penyangga bagi Ibukota Negara. Secara ekonomi
wilayah Banten mempunyai banyak industri. Wilayah Provinsi Banten juga memiliki
beberapa pelabuhan laut yang dikembangkan sebagai antisipasi untuk menampung
kelebihan kapasitas dari pelabuhan laut di Jakarta dan sangat mungkin menjadi
pelabuhan alternatif dari Singapura.

2. Topografi.

Topografi wilayah Provinsi Banten berkisar pada ketinggian 0 – 1.000 m dpl.


Secara umum kondisi topografi wilayah Provinsi Banten merupakan dataran rendah
yang berkisar antara 0 – 200 m dpl yang terletak di daerah Kota Cilegon, Kota
Tangerang, Kabupaten Pandeglang, dan sebagian besar Kabupaten Serang. Adapun
daerah Lebak Tengah dan sebagian kecil Kabupaten Pandeglang memiliki ketinggian
berkisar 201 – 2.000 m dpl dan daerah Lebak Timur memiliki ketinggian 501 – 2.000
m dpl yang terdapat di Puncak Gunung Sanggabuana dan Gunung Halimun.
PETA TOPOGRAFI PROVINSI BANTEN
Kondisi topografi suatu wilayah berkaitan dengan bentuk raut permukaan
wilayah atau morfologi. Morfologi wilayah Banten secara umum terbagi menjadi tiga
kelompok yaitu morfologi dataran, perbukitan landai-sedang (bergelombang rendah-
sedang) dan perbukitan terjal. Morfologi Dataran Rendah umumnya terdapat di daerah
bagian utara dan sebagian selatan. Wilayah dataran merupakan wilayah yang
mempunyai ketinggian kurang dari 50 meter dpl (di atas permukaan laut) sampai
wilayah pantai yang mempunyai ketinggian 0 – 1 m dpl. Morfologi Perbukitan
Bergelombang Rendah – Sedang sebagian besar menempati daerah bagian tengah
wilayah studi. Wilayah perbukitan terletak pada wilayah yang mempunyai ketinggian
minimum 50 m dpl. Di bagian utara Kota Cilegon terdapat wilayah puncak Gunung
Gede yang memiliki ketingian maksimum 553 m dpl, sedangkan perbukitan di
Kabupaten Serang terdapat wilayah selatan Kecamatan Mancak dan Waringin Kurung
dan di Kabupaten Pandeglang wilayah perbukitan berada di selatan.

Di Kabupaten Lebak terdapat perbukitan di timur berbatasan dengan Bogor


dan Sukabumi dengan karakteristik litologi ditempati oleh satuan litologi sedimen tua
yang terintrusi oleh batuan beku dalam seperti batuan beku granit, granodiorit, diorit
dan andesit. Biasanya pada daerah sekitar terobosaan batuan beku tersebut terjadi
suatu proses remineralisasi yang mengandung nilai sangat ekonomis seperti cebakan
bijih timah dan tembaga.

3. Hidrologi dan Klimatologi.

Potensi sumber daya air wilayah Provinsi Banten banyak ditemui di


Kabupaten Lebak, sebab sebagian besar wilayahnya merupakan kawasan hutan
lindung dan hutan produksi terbatas.

Berdasarkan pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS), Provinsi Banten dibagi


menjadi enam DAS, yaitu :

a) DAS Ujung Kulon, meliputi wilayah bagian Barat Kabupaten Pandeglang


(Taman Naional Ujung Kulon dan sekitarnya);

b) DAS Cibaliung-Cibareno, meliputi bagian Selatan wilayah Kabupaten


Pandeglang dan bagian selatan wilayah Kabupaten Lebak;

c) DAS Ciujung-Cidurian, meliputi bagian Barat wilayah Kabupaten


Pandeglang;

d) DAS Rawadano, meliputi sebagian besar wilayah Kabupaten Serang dan


Kabupaten Pandeglang;

e) DAS Teluklada, meliputi bagian Barat wilayah Kabupaten Serang dan Kota
Cilegon;

f) DAS Cisadane-Ciliwung, meliputi bagian Timur wilayah Kabupaten


Tangerang dan Kota Tangerang.
Tata air permukaan untuk wilayah Provinsi Banten sangat tergantung pada
sumber daya air khususnya sumber daya air bawah tanah. Terdapat 5 satuan
Cekungan Air Bawah Tanah (CABT) yang telah di identifikasi, yang bersifat lintas
kabupaten maupun kota, antara lain CABT Labuan, CABT Rawadano dan CABT
Malingping dan lintas propinsi, meliputi CABT Serang – Tangerang dan CABT
Jakarta.

Posisi geografis Indonesia yang yang terletak di antara dua benua (Asia
dan Australia), menyebabkan tipe iklim di Indonesia disebut sebagai iklim muson
(monsoon) atau iklim musim. Iklim ini erat kaitannya dengan perubahan pola
angin musim pada bulan April-Oktober. Jika angina bertiup kebarat maka terjadi
musim kemarau di Indonesia dan sebaliknya jika angina bertiup ketimur makaterjadi
musim penghujan.

Provinsi Banten memiliki pola iklim yang sama, dimana musim penghujan
umumnya terjadi pada bulan November hingga Maret yang dipengaruhi oleh angin
dari barat, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Juni-Agustus yang
dipengaruhi oleh angin dari timur. Persebaran jumlah curah hujan cukup
bervariasi tergantung pada lalitude, posisi geografis, dan kondisi topografis.
Klasifikasi Oldeman termasuk yang banyak dipakai di Indonesia karena terkait
dengan bidang pertanian. Klasifikasi ini mempertimbangkan jumlah curah hujan
yang dipilah menjadi 3, yaitu bulan basah (> 200mm), bulan lembab (100-20
mm), dan bulan kering (<100 mm).

Analisis hujan dengan melihat kondisi yang terjadi pada bulan tersebut. Untuk
Analisis hujan bulan April 2019 di Provinsi Banten dan DKI Jakarta menunjukkan
bahwa hujan yang terjadi cenderung bersifat Bawah Normal (BN) hingga Normal (N).

Prakiraan hujan dihasilkan dari pengolahan data hujan yang ada (time series)
dengan membandingkan kondisi dinamika atmosfer yang mempengaruhi wilayah
Banten dan DKI Jakarta. Hasil prakiraan hujan Juni 2019 wilayah Banten dan DKI
Jakarta pada umumnya bersifat Normal-Atas Normal, sedangkan pada bulan Juli dan
Agustus 2019 pada umumnya bersifat Bawah Normal - Normal.

Analisis kekeringan memberikan gambaran mengenai tingkat kekeringan


meteorologis berdasarkan nilai curah hujan dengan menggunakan metode
Standardized Precipitation Index (SPI). Analisis tingkat kekeringan dan kebasahan
pada periode Februari-April 2019 berada pada nilai Sangat Kering, Kering, Agak
kering, Normal, Agak Basah dan Basah.

Sedangkan untuk Prakiraan tingkat kekeringan dan kebasahan pada periode


April-Juni 2019 berada pada nilai Normal, Agak Basah dan Basah.
4. Kemiringan

Kondisi kemiringan lahan di Provinsi Banten terbagi menjadi tiga kondisi


yang ekstrim yaitu:

Dataran yang sebagian besar terdapat di daerah Utara Provinsi Banten yang
memiliki tingkat kemiringan lahan antara 0 – 15%, sehingga menjadi lahan yang
sangat potensial untuk pengembangan seluruh jenis fungsi kegiatan. Dengan nilai
kemiringan ini tidak diperlukan banyak perlakuan khusus terhadap lahan yang akan
dibangun untuk proses prakonstruksi. Lahan dengan kemiringan ini biasanya tersebar
di sepanjang pesisir Utara Laut Jawa, sebagian wilayah Serang, sebagian Kabupaten
Tangerang bagian utara serta wilayah selatan yaitu di sebagaian pesisir Selatan dari
Pandeglang hingga Kabupaten Lebak;

Perbukitan landai-sedang (kemiringan < 15% dengan tekstrur bergelombang


rendah-sedang) yang sebagian besar dataran landai terdapat di bagian utara meliputi
Kabupaten Serang, Kota Cilegon, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangerang, serta
bagian utara Kabupaten Pandeglang; Dan daerah perbukitan terjal (kemiringan <
25%) terdapat di Kabupaten Lebak, sebagian kecil Kabupaten Pandeglang bagian
selatan dan Kabupaten Serang. Perbedaan kondisi alamiah ini turut berpengaruh
terhadap timbulnya ketimpangan pembangunan yang semakin tajam, yaitu wilayah
sebelah utara memiliki peluang berkembang relatif lebih besar daripada wilayah
sebelah Selatan.
5. Jenis Tanah

Sumber daya tanah wilayah Provinsi Banten secara geografis terbagi dua tipe
tanah yaitu: (a) kelompok tipe tanah sisa atau residu dan (b) kelompok tipe tanah hasil
angkutan. Secara umum distribusi dari masing-masing tipe tanah ini di wilayah
Propinsi Banten, terdapat di Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, Kabupaten
Pandeglang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Cilegon. Masing-
masing tipe tanah yang terdapat di wilayah tersebut antara lain: 1. aluvial pantai dan
sungai; 2. latosol; 3. podsolik merah kuning; 4. regosol; 5. andosol; 6. brown forest; 7.
glei.

Pada gambar dibawah menunjukkan bahwa wilayah Provinsi Banten


didominasi oleh jenis tanah Aluvial, Podsolik, Andosol, Latosol dan Planosol.
6. Geologi

Secara umum kondisi geologi Provinsi Banten lebih banyak dicirikan oleh
Formasi batuan vulkanik, dan hal ini sangat wajar dikarenakan Pulau Jawa merupakan
bagian busur luar dari jalur tektonik global yang kaya dengan gunungapi. Formasi
batuan vulkanik ini berumur lebih muda dibandingkan dengan batuan
sedimen yang mendasarinya. Beberapa wujud aktivitas vulkanik di masa lalu
ditunjukkan oleh adanya gunungapi-gunungapi yang menjulang di wilayah ini,
seperti Gunungapi Karang, Gunungapi Aseupan, Gunungapi Pulosari, Gunungapi
Gede, dan banyak lagi gunungapi yang lebih kecil, namun pada saat ini
kesemuanya dalam fase dormant. Umur batuan yang ada di wilayah ini
mencakup umur Kuarter dan Tersier dimana pola persebarannya cukup jelas yang
seolah dipisahkan oleh garis diagonal arah timur laut, dimana untuk batuan Tersier
berada di wilayah selatan dan timur, sedangkan untuk batuan yang berumur
Kuarter berada di bagian barat dan utara.

Struktur geologi daerah Banten terdiri dari formasi batuan dengan tingkat
ketebalan dari tiap-tiap formasi berkisar antara 200 – 800 meter dan tebal keseluruhan
diperkirakan melebihi 3.500 meter. Formasi Bojongmanik merupakan satuan tertua
berusia Miosen akhir, batuannya terdiri dari perselingan antara batu pasir dan
lempung pasiran, batu gamping, batu pasir tufaan, konglomerat dan breksi andesit,
umurnya diduga Pliosen awal. Berikutnya adalah Formasi Cipacar yang terdiri dari tuf
batu apung berselingan dengan lempung tufaan, konglomerat dan napal glaukonitan,
umurnya diiperkirakan Pliosen akhir. Di atas formasi ini adalah Formasi Bojong yang
terdiri dari napal pasiran, lempung pasiran, batu gamping kokina dan tuf.

Banten bagian selatan terdiri atas batuan sedimen, batuan gunung api, batuan
terobosan dan Alluvium yang berumur mulai Miosen awal hingga Resen, satuan
tertua daerah ini adalah Formasi Bayah yang berumur Eosen. Formasi Bayah terdiri
dari tiga anggota yaitu Anggota Konglomerat, Batu Lempung dan Batu Gamping.
Selanjutnya adalah Formasi Cicaruruep, Formasi Cijengkol, Formasi Citarate,
Formasi Cimapang, Formasi Sareweh, Formasi Badui, Formasi Cimancuri dan
Formasi Cikotok.

Batuan Gunung Api dapat dikelompokan dalam batuan gunung api tua dan muda yang
berumur Plistosen Tua hingga Holosen. Batuan terobosan yang dijumpai bersusunan
andesiot sampai basal. Tuf Cikasungka berumur Plistosen, Lava Halimun dan batuan
gunung api Kuarter. Pada peta lembar Leuwidamar disajikan pula singkapan batuan
metamorf yang diduga berumur Ologo Miosen terdiri dari Sekis, Genes dan Amfibolit
yang tersingkap di bagian utara tubuh Granodiorit Cihara. Dorit Kuarsa berumur
Miosen tengah hingga akhir, Dasit dan Andesit berumur Miosen akhir serta Basal
berumur kuarter. Batuan endapan termuda adalah alumunium dan endapan pantai
yang berupa Kerikil, pasir, lempung, rombakan batu gamping, koral bercampur
pecahan moluska atau kerang kerangan, gosong pantai dan gamping terumbu.
7. Demografi

Jumlah penduduk Provinsi Banten sebanyak 10.632,166 jiwa yang mencakup mereka
yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 7.124.120 jiwa (67,01 persen)
dan di daerah perdesaan sebanyak 3.508.046 jiwa (32,99 persen). Persentase
distribusi penduduk ini menurut kabupaten/kota bervariasi dari yang terendah sebesar
3,52 persen di Kota Cilegon hingga yang tertinggi sebesar 26,66 persen di Kabupaten
Tangerang.

 Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Penduduk laki-laki Provinsi Banten sebanyak 5.439.148 jiwa dan perempuan


sebanyak 5.193.018 jiwa. Seks Rasio adalah 105, berarti terdapat 105 laki-laki untuk
setiap 100 perempuan. Seks Rasio menurut kabupaten/kota yang terendah adalah Kota
Tangerang Selatan sebesar 102 dan tertinggi adalah Kota Serang sebesar 106. Seks
Rasio pada kelompok umur 0-4 sebesar 106, kelompok umur 5-9 sebesar 107,
kelompok umur lima tahunan dari 10 sampai 64 berkisar antara 100 sampai dengan
121, dan dan kelompok umur 65-69 sebesar 94.

 Penduduk Menurut Umur

Median umur penduduk Provinsi Banten tahun 2010 adalah 25,40 tahun.
Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Provinsi Banten termasuk kategori
menengah. Penduduk suatu wilayah dikategorikan penduduk muda bila median umur
< 20, penduduk menengah jika median umur 20-30, dan penduduk tua jika median
umur > 30 tahun.

Rasio ketergantungan penduduk Provinsi Banten adalah 48,66. Angka ini


menunjukkan bahwa setiap 100 orang usia produktif (15-64 tahun) terdapat sekitar 49
orang usia tidak produkif (0-14 dan 65+), yang menunjukkan banyaknya beban
tanggungan penduduk suatu wilayah. Rasio ketergantungan di daerah perkotaan
adalah 44,39 sementara di daerah perdesaan 58,15. Perkiraan rata-rata umur kawin
pertama penduduk laki-laki sebesar 24,5 tahun dan perempuan 21,5 tahun
(perhitungan Singulate Mean Age at Marriage/SMAM).

 Penduduk Hasil Migrasi

Jumlah penduduk yang merupakan migran risen terus meningkat dari waktu ke
waktu. Hasil SP2010 mencatat 603.903 penduduk atau 6,3 persen penduduk
merupakan migran masuk risen antar kabupaten/kota. Persentase migran masuk risen
di daerah perkotaan 9,9 kali lipat lebih besar daripada di daerah perdesaan, masing-
masing sebesar 8,9 dan 0,9 persen.

Menurut gender, jumlah migran laki-laki lebih banyak daripada migran


perempuan, 308.543 berbanding 295.360 orang. Seks rasio migran risen adalah 104.
Data-data tersebut menunjang teori, bahwa migran lebih banyak di daerah perkotaan
dan laki-laki lebih banyak yang melakukan perpindahan. Persentase migran terbesar
di Kota Tangerang Selatan dan terkecil di Kabupaten Lebak

8. Pendidikan

Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar (Pasal 6 UU No. 20 tahun 2003). Berdasarkan hasil
SP2010, persentase penduduk 7-15 tahun yang belum/tidak sekolah sebesar 2,25
persen dan yang tidak sekolah lagi sebesar 7,20 persen.

Ukuran atau indikator untuk melihat kualitas sumber daya manusia (SDM)
terkait dengan pendidikan antara lain pendidikan yang ditamatkan dan Angka Melek
Huruf (AMH). Berdasarkan hasil SP2010, persentase penduduk 5 tahun yang
berpendidikan minimal tamat SMP/Sederajat sebesar 44,82 persen, dan AMH
penduduk berusia 15 tahun ke atas sebesar 96,02 persen yang berarti dari setiap 100
penduduk usia 15 tahun ke atas ada 96 orang yang melek huruf. Penduduk dikatakan
melek huruf jika dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya.

9. Perkembangan Ekonomi

Seiring dengan akselerasi perekonomian Provinsi Banten di tahun 2018, Kinerja


keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Banten pada tahun 2018 mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2017 sebagaimana dicerminkan dari meningkatnya
pagu anggaran dan realisasi anggaran secara nominal baik dari sisi pendapatan
maupun sisi belanja. Peningkatan terutama terjadi pada realisasi pendapat baik secara
nominal maupun angka realisasi yaitu sebesar 98,3% dari sebelumnya 97,6%. Sejalan
dengan hal tersebut, realisasi belanja APBD juga mengalami peningkatan dari sisi
nominal meskipun angka realisasi sedikit lebih rendah dibandingkan tahun 2017 yaitu
90,3% dari sebelumnya 90,9%.

Sama halnya dengan APBD Provinsi Banten, Anggaran Pendapatan dan


Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan untuk Provinsi Banten pada tahun 2018
juga lebih tinggi dibandingkan tahun 2017. Berdasarkan wilayah, peningkatan
tersebut terutama didorong oleh meningkatnya alokasi ke Pemerintah Kabupaten
Tangerang, Kota Serang, dan Kabupaten Serang, sementara berdasarkan jenis belanja,
didorong oleh peningkatan alokasi untuk belanja barang dan pegawai. Sementara itu,
realisasi dana APBN sampai dengan triwulan IV 2018 sebesar 90,9%, lebih rendah
dibandingkan tahun 2017 yang terealisasi sebesar 92,2% yang disebabkan oleh adanya
upaya efisiensi belanja pegawai terutama perjalanan dinas serta masih adanya kendala
dalam proses pembebasan lahan.

Ekonomi Provinsi Banten pada triwulan IV 2018 tumbuh lebih tinggi


dibandingkan pertumbuhan nasional dan Kawasan Jawa. Secara spasial, pertumbuhan
ini merupakan yang tertinggi ketiga, setelah Provinsi D.I.Yogyakarta dan Provinsi
DKI Jakarta. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan didukung oleh peningkatan
konsumsi rumah tangga, swasta dan investasi. Dari sisi penawaran, pertumbuhan
bersumber dari kinerja Lapangan Usaha (LU) pertanian, jasa keuangan, dan industri
pengolahan.

Ekonomi Provinsi Banten tahun 2018 juga tumbuh lebih tinggi dibandingkan
tahun 2017 ditopang oleh kinerja konsumsi rumah tangga, Pemerintah, dan swasta
yang tumbuh meningkat dari tahun 2017. Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan
terutama didorong oleh industri pengolahan, Real Estate, serta perdagangan besar dan
eceran.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten pada triwulan I 2019 diperkirakan


tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2018. Pertumbuhan ke depan
diperkirakan akan ditopang terutama oleh pertumbuhan konsumsi masyarakat,
LNPRT, dan Pemerintah. Berdasarkan lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi akan
ditopang terutama oleh LU industri pengolahan, LU perdagangan, LU jasa keuangan,
dan LU akomodasi dan makan minum.

Di sisi perkembangan harga, tingkat inflasi provinsi Banten diperkirakan


menurun dibandingkan triwulan IV 2018. Penurunan inflasi di triwulan I 2019
diperkirakan berasal dari kelompok bahan makanan serta makanan jadi, minuman,
rokok dan tembakau.

10. Kebudayaan

Secara kultural wilayah Provinsi Banten terbagi atas tiga wilayah. Wilayah Banten
Utara (Kabupaten Serang dan Cilegon) didominasi oleh orang-orang dari suku Jawa
dan Cirebon. Wilayah Banten Selatan (Kabupaten Lebak dan Pandeglang) didominasi
suku Sunda. Wilayah Banten Timur (Kabupaten/ Kota Tangerang) masyarakat
heterogen. Ada beberapa suku bangsa pendatang yang bermukim di wilayah tersebut.

Tiap-tiap suku bangsa ini mempunyai kebudayaan sendiri. Suku bangsa pendatang
membawa kebudayaan aslinya dan mengembangkannya di wilayah Banten. Terjadilah
akulturasi budaya pada tataran kehidupan masyarakatnya. Percampuran multi etnik
inilah yang membuat adat tradisi budaya Banten menjadi khas, unik, dan menarik.

 Bahasa Daerah Banten

Bahasa Sunda adalah bahasa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat
Banten, terutama wilayah Banten Selatan yang mayoritas didominasi oleh masyarakat
dari suku Sunda. Namun, ada perbedaan dialek dari bahasa Sunda aslinya di Priangan.
Bahasa banten memiliki dialek bahasa Sunda yang terdengar kasar. Hal ini sesuai
dengan karakter orang Banten yang tegas dan keras selaras kondisi alamnya di sekitar
pesisir pantai.

Suku Jawa yang beanyak bermukim di Banten Utara menggunakan bahasa Jawa
dialek Banten dalam pergaulan sehari-harinya. Begitupula mayarakat yang berasal
dari Lampung menggunakan bahasa Lampung dialek Sunda-Banten sebagai bahasa
sehari-harinya. Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional lebih banyak digunakan
oleh masyarakat perkotaan, terutama masyarakat Banten Timur (Kota Tangerang).

 Rumah Adat Tradisional Daerah Banten

Seni Arsitektur Sunda terlihat pada bantuk rumah dan perkampungan suku Badui dan
Adat Kasepuhan Banten Kidul (Cisungsang). Rumah tradisionalnya berbentuk
panggung yang dinamakan imah. Dari segi bentuk tidak terlihat berbeda antara rumah
adat Baduy dengan rumah Adat Kasepuhan. Namun, dari segi bahan yang digunakan
untuk pembuatannya terdapat perbedaan. Masyarakat Baduy masih memegang teguh
adat istiadat sehingga kesederhanaan pada bentuk rumahnya masih sangat terlihat.
Sebaliknya, rumah adat kasepuhan terlihat lebih modern karena sudah menggunakan
unsur-unsur kebudayaan modern.

 Pakaian Adat Tradisional Daerah Banten

Masyarakat Banten mengenal tiga jenis pakaian adat yang digunakan untuk
upacara pengantin. Pakaian adat tersebut, antara lain pakaian pengantin Banten
Kebesaran, Banten Lestari, dan Banten Gaya Tangerang. Setiap jenis pakaian adat ini
memiliki ciri khas dan tujuan pemakaian tersendiri.

Pada pakaian adat Banten Kebesaran, kedua mempelai mengenakan kain


berbahan beludru dengan warna hijau atau hitam. Terdapat berbagai macam hiasan
pada pakaian dengan menggunakan benang emas. Penutup kepala mempelai pria
disebut makutaraja. Mempelai wanita juga mengenakan penutup kepala yang disebut
makuta. Mempelai pria memakai selop serta tombak pendek sebagai pelengkap
pakaiannya. Sebagai pelengkap pakaian, mempelai wanita mengenakan kalung ,
giwang, gelang, dan selop.
 Kesenian Tradisional Daerah Banten

Seni Pertunjukan Daerah Banten

Salah satu kesenian tradisional asli Banten adalah Debus. Kesenia debus
adalah kombinasi dari seni tari, seni suara, dan seni kabatinan yang bernuansa magis.
Pertunjukan debus dilakukan dengan beberapa tahapan. Pertama-tama debus diawali
dengan pembukaan (gembung), yaitu pembacaan salawat nabi dan dzikir kepada
Allah swt. Selanjutnya beluk, yaitu lantunan zikir dengan suara keras, nyaring dan
saling bersahutan diiringi tetabuhan. Bersamaan dengan itu dipertunjukkan atraksi-
atraksi kekebalan tubuh seperti menyayat bagian tubuh, memakan kaca, tidur diatas
papan berpaku, atau memasak dengan tungku diatas kepala yang diperagakan para
pemainnya. Atraksi ini diakhiri dengan gemrung, yaitu permainan alat musik
tetabuhan.

Debus hanyalah salah satu seni pertunjukan di Banten. Masih banyak jenis
pertunjukan yang lain, seperti jipeng, rudat, pencak silat, pantun buhun, rampak
gendang, reog, wayang golek, dan wayang garing.
 Tari Tradisional Daerah Banten

Banten memiliki beragam tarian tradisional yang biasanya dipentaskan dalam


berbagai upacara adat, penyambutan tamu, atau pentas budaya. Salah satu kesenian
tari tradisional Banten yang cukup terkenal adalah tari Cokek yang berasal dari
Tangerang. Tarian ini dibawakan oleh sepuluh penari wanita dan diiringi alat musik
gambang kromong yang dimainkan oleh tujuh pemusik pria. Dahulu tarian yang
berkesan erotis ini digunakan untuk hiburan orang-orang Belanda pada masa
penjajahan. Pada masa sekarang tarian ini hanya dipertunjukkan pada acara-acara
tertentu. Tari cokek merupakan kolaborasi budaya Sunda dan Cina dengan iringan
musik Betawi.

Selain itu, ada juga tari Cukin yang merupakan pengembangan dari tari Cokek
jyang dipandang tabu. Tari Cukin menggambarkan kegembiraan muda-mudi yang
sedang bersendau gurau pada malam hari. Tarian ini dibawakan oleh lima penari
wanita dan satu penari pria dengan diiringi sepuluh pemain musik. Selain kedua jenis
tarian tersebut masih ada lagi tarian Banten yang lainnya, diantaranya seperti tari
Saman, tari Katuran, tari Topeng, tari Dala'il Wajun, dan tari Ketuk Tilu.

 Alat Musik Tradisional Daerah Banten

Alat Musik tradisional banten digunakan untuk mengiringi berbagai kesenian


tradisional dan upacara adat Banten. Alat-alat musik tersebut meliputi alat musik
pukul, tiup, petik, gesek, dan tabuh. Ada yang dimainkan secara tunggal, dan ada pula
yang dimainkan secara kelompok dengan membentuk sebuah gabungan irama musik
tradisional Banten yang terdengar merdu.

Masyarakat Baduy memiliki alat musik yang bernama angklung buhun atau
yang lebih dikenal dengan angklung Baduy atau angklung kanekes. Angklung buhun
hanya boleh dimainkan pada saat upacara adat ngaseuk pere huma dibulan kapitu
hingga kasalapan. Masyarakat banten yang mendalami kesenian silat tidak lepas dari
alat musik petitung. Alat musik pengiring silat ini terdiri atas kendang, gong kempul,
kenong, kecrek, gong panggang, dan terompet petitung. Kesenian rudat Banten juga
menggunakan alat musik rabana (terbang) dalam setiap pementasannya. Alat ini
terdiri atas dua buah gedong bibit, mapat, telu, kemcang, kempul kembar, dan nganak.

Ibu-ibu di wilayah Adat Kasepuhan Cisungsang saat menumbuk padi


menghasilkan musik yang disebut gondang. Hantaman antan pada badan lesung
menghasilkan harmonisasi irama yang indah. Irama pukulan ini berpadu dengan
nyanyian dan jogetan (ibing) ibu-ibu yang bersemangat. Terbentuklah sebuah
pertunjukan seni musik tradisional yang mengesankan.

Sebagai bagian dari masyarakat Sunda, masyarakat Adat Kasepuhan Banten


Kidul juga mengenal alat musik yang lain seperti angklung buhun, dog-dog lojor,
rengkong, toleat, calung renteng, karinding, celempung, dan ketimpring. Berbagai alat
musik ini dapat dinikmati pada saat acara perayaan serentaun.
 Seni Kerajinan Rakyat Banten

Salah satu kerajina rakyat Banten yang saat ini sukup fenomenal adalah batik
Banten. Batik Banten memiliki motif yang berbeda dari batik-batik daerah lainnya.
Meskipun belum lama diperkenalkan, tetapi pesona batik Banten mampu menarik
khalayak umum.

Salah satu tokoh yang mempopulerkan batik banten yaitu Bapak Uke
Kurniawan. Bersama seorang arkeolog yang banyak meneliti Banten Lama, yaitu
(alm.) Hasan M. Ambary, beliau memperkanalkan ragam hias Banten lama dalam
bentuk kain batik pada tahun 2002. Hingga saat ini sudah ada 50 ragam hias yang
berhasil dituangkan dalam kain batik dari 70 ragam hias yang ditemukan. Dua belas
diantaranya sudah dipatenkan sebagai Motif kain batik banten pada tahun 2003.
Motif-motif tersebut antara lain Datulaya, Pamaranggen, Pasulaman, Kapurban,
Pancaniti, Mandalikan, Pasepen, Surosowan, Kawangsan, Srimanganti, Sabakingking,
dan Pejantren.

Seni kerajinan juga tidak lepas dari masyarakat Baduy. Ibu-ibu


diperkampungan Baduy menghasilkan tenunan berupa kain, selendang, baju, celana,
ikat kepala, dan sarung. Hasil kerajinan masyarakat Baduy lainnya yaitu koja, jarog
(tas dari kulit teureup), golok, parang, dan berbagai anyaman dari bambu. Selain itu di
beberapa wilayah juga ditemukan seni kerajinan yang khas. Kerajinan kayu dapat
dijumpai di Desa Taman Jaya. kerajinan gerabah terdapat di Bumi Jaya. Daerah
Rangkas Bitung terkenal sebagai sentra kerajinan batu kalimaya atau onix.

11. Suku

Suku Banten adalah orang Sunda yang mendiami bekas daerah kekuasaan Kesultanan
Banten di luar Parahyangan, Cirebon, dan Jakarta. Menurut Sensus Penduduk tahun
2010 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, suku Banten populasinya 2,1% dari
penduduk Indonesia, atau sekitar 4.657.000 jiwa. Orang Banten menggunakan bahasa
Banten. Bahasa Banten adalah salah satu dialek bahasa Sunda yang lebih dekat
kepada bahasa Sunda kasar. Salah satu suku yang terkenal di Banten adalah Suku
Baduy.

Salah satu suku yang terkenal adalah Suku Baduy Dalam yang terletak di
daerah Banten, tepatnya Kabupaten Lebak Banten. Nama Baduy Dalam berawal dari
sebutan yang diberikan oleh para peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan
masyarakat yang hidup secara nomaden tersebut dengan kelompok masyarakat Arab
“Badawi”.

Kemungkinan lain adalah karena di wilayah bagian utara suku ini terdapat
sungai yang disebut sungai Baduy Dalam. Sementara mereka sendiri lebih suku
menyebut diri sebagai “orang kenekeas” sesuai dengan nama wilayah mereka.
Terdapat dua versi yang berbeda mengenai asal usul suku baduy. Hingga saat ini
orang Baduy masih sangat menjaga kearifan lokalnya. Hal ini kemudian menjadi daya
tari perkampungan suku Baduy sebagai wisata budaya. 

12. Destinasi Wisata

Provinsi Banten mempunyai destinasi wisata yang tentunya tak kalah menawan dari
daerah-daerah yang lain. Berikut informasi mengenai tempat wisata yang ada di
Banten.

1. Pantai Sawarna

Tempat wisata di banten yang pertama adalah pantai sawarna yang sudah tak asing di
telinga masyarakat. Salah satu wisata pantai yang ada di Banten adalah Pantai
Sawarna yang menjadi wisata utama kota banten. Di sini kita dapat menyaksikan
keindahan alam yang masih terjaga dan begitu alami, dengan pasir putih luas
terbentang dan air laut yang warnanya biru bening.
Ditambah perbukitan hijau mengelilinginya, obyek wisata yang satu ini
menjadi tempat wisata yang cocok untuk bersantai bersama keluarga atau sekedar
memanjakan mata. Alamat : Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten.

2. Tanjung Lesung

Lagi, wisata pantai dengan batuan karang dan panorama alami yang ada di Banten
bernama Tanjung Lesung. Pantai ini mempunyai pasir berwarna putih dengan bentuk
karangnya yang unik. Rancangan pantai ini bernuansa khas Bali.

Wisatawan lokal bahkan turis mancanegara banyak yang datang berkunjung


untuk menikmati indahnya obyek wisata Tanjung Lesung. Pantai tanjung lesung
terkenal dengan pantai dengan angin sedang, sehingga sangat cocok untuk melakukan
olahraga baik, seperti berselancar dengan ombak yang pas. Tak hanya itu, pantai yang
ditumbuhi pohon-pohon kecil di sekitarnya ini menambah nilai plus pantai dengan
kerindangannya dan lingkungan yang masih asri.

Alamat : daerah Labuan, Banten.


3. Taman Nasional Ujung Kulon

Taman Nasional Ujung Kulon merupakan kawasan konservasi alam yang ada
di Indonesia dan berperan penting untuk dunia. Beberapa daya tarik obyek wisata ini
adalah adanya hutan tropis dataran rendah yang mempesona serta badak bercula satu.

Taman Nasional Ujung Kulon adalah habitat alami dari bermacam hewan
yang dilindungi. Contoh hewannya yaitu badak jawa, banteng, babi hutan, kukang,
beraneka ragam burung dan primata, rusa, sampai dengan kijang. Untuk menuju
lokasi ini bisa menggunakan perahu. Fasilitas yang ada di Ujung Kulon antara lain
jaringan listrik, air, telekomunikasi yang baik, penginapan, pusat informasi, sampai
dengan sarana transportasi juga lengkap.

Selain destinasi wisata di atas masih banyak lagi wisata-wisata alam yang
menarik di provinsi banten seperti Pantai carita, Pulau Umang, Pulau Burung, Gunung
krakatau, Kampung domba, Masjid Agung Banten, Perkampungan suku baduy dan
masih banyak lagi.

Nama : Fitri Fauziah


Kelas : 4A
Tugas Geografi Regional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai