Letak
DAS Bengawan Solo terletak antara 6.48-8.07 LS dan 110.26-112.41 BT.
DAS ini terletak pada 12 propinsi dengan 12 kabupaten yaitu propinsi Jawa Tengah
dengan 8 kabupaten dan Jawa Timur dengan 8 kabupaten. DAS Bengawan Solo
dibatasi oleh gunung-gunung, perbukitan yang memisahkannya
dengan DAS
dari
(tiga)
stasiun
klimatologi
berikut:
Stasiun
Stasiun
Surakarta,
Padangan,
terdapat
terdapat
pada
pada
Sub
Sub
DAS
Bengawan
Solo
Hulu
DAS
Bengawan
Solo
Hilir
sepanjang 600 km. Anak-anak sungai pada sub DAS Bengawan Solo Hulu dan Kali
Madiun yang mengalirkan air dari lereng Gunung Merapi, Merbabu dan Lawu, banyak
membawa material sedimen dari hasil erosi pada lereng-lereng tersebut, sehingga
mengakibatkan sedimentasi yang tinggi di Sungai Bengawan Solo. Sub DAS Bengawan
Solo Hilir, dengan panjang alur sungai 300 km dan luas 6.273 km2 membentuk alur
sungai yang lebar dengan kemiringan landai, melalui dataran aluvial dan menjadi daerah
yang sering digenangi banjir. Di dekat muara, wilayahnya berawa dan luas yang disebut
Rawa Jabung dan Bengawan Jero.
Kondisi Geologi dan Geomorfologi
Kondisi geomorfologi di DAS Bengawan Solo dibagi menjadi 6 (enam) zona
yang terletak memanjang dari Timur-Barat, sejajar dengan garis pantai pulau Jawa yang
secara berselang membentuk zona tertekan dan zona terangkat akibat aktivitas tektonik.
Zona Semarang-Rembang, Randublatung dan Solo (daerah rendah) terbentuk oleh
batuan dasar yang terdepresi, dan tertutup endapan muda pada masa Quarter Gunung
api tunggal terdapat di zona Semarang-Rembang dan Solo. Zona Rembang dan
Kendeng (perbukitan) terbentuk oleh terangkatnya batuan dasar pada masa Tertier (30-2
juta tahun yang lalu), sehingga, pada zona tersebut tersebar batuan sangat lunak dan
tertutup material lepas tipis.
Pegunungan di sebelah selatan membentuk topografi yang curam oleh
terangkatnya batuan dasar pada masa Tertier. Batuan dasar di wilayah ini relatif keras
dan keadaan bukit-bukit yang bergelombang terbentuk oleh erosi dalam jangka waktu
yang lama Pada batuan dasar tersebut. Batuan kapur yang terangkat pada masa Pliocene
menutup batuan dasar dari zona Rembang dan pegunungan bagian selatan.
Kondisi Hidrologi
Kemiringan dasar DAS Bengawan Solo sekitar 1/2.000 di bagian hulu, 1/3.000
pada bagian tengah dan sekitar 1/20.000 dibagian hilir sungai mulai dari Babat.
Kemiringan dasar Kali Madiun berkisar antara 1/2.200 sampai 1/1.250. Kapasitas alur
sungai
rata-rata
bervariasi
Kali Madiun
sebagai
berikut
Penggunaan Lahan
Hasil interpretasi Citra Satelit yang dilakukan oleh KLH (dalam Program MIH
2011) penggunaan lahan di DAS Bengawan Solo hampir seluruhnya merupakan
kawasan budidaya, didominasi pada pemanfaatan sebagai lahan sawah, yakni sebesar
534.794,72 Ha atau sekitar 33% dari seluruh luas wilayah DAS. Pemanfatan lahan besar
lainnya adalah penggunaan lahan untuk tegalan/ladang, sebesar 297.247,59 Ha atau
sekitar 18% dari luas total DAS. Sedangkan penggunaan lahan yang bersifat
memberikan perlindungan relatif sangat kecil, bahwa penggunaan lahan sebagai
kawasan hutan kurang dari 4% saja.
3.
1.
Wilayah sungai Bengawan Solo adalah wilayah sungai lintas propinsi, yaitu berada
di wilayah propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.
2.
Ukuran dan besarnya potensi sumber daya air yang tersedia, ketersediaan air
sebesar 18,61 milyar km2 .
3.
Banyaknya sektor yang terkait dengan sumber daya air wilayah sungai Bengawan
Solo jumlah penduduk mencapai 16,03 juta jiwa pada tahun 2005.
4.
5.
Besarnya dampak negatif akibat daya rusak air terhadap pertumbuhan ekonomi
nasional dan regional.
Wilayah sungai Bengawan Solo yang dipandang sebagai wilayah sungai
lintas propinsi, maka pengelolaan sumber daya air berada di dalam kewenangan
Pemerintah Pusat. Meskipun demikian, pemanfaatan ruang di sekitar wilayah
sungai Bengawan Solo tetap memperhatikan pengelolaan kawasan lindung dan
budidaya di sekitarnya, yang telah dikompilasi dalam RT RW provinsi Jawa Tengah
dan Jawa Timur, sebagai berikut:
Pengelolaan kawasan lindung bertujuan untuk mencegah kerusakan fungsi
lingkunagan.
Sedangkan
pengelolaan
kawasan
budidaya
bertujuan
untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna pemanfaatan ruang, menjaga kelestarian
lingkungan serta menghadiri konflik pemanfaatan ruang.
a)
Beberapa sub kawasan termasuk di dalam kawasan suaka alam, pelestarian alam
dan cagar budaya, suaka alam laut dan perairan, kawasan pantai berhutan bakau,
taman wisata serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
c)
Kawasan rawan bencana gunug berapi merupakan wilayah sekitar puncak gunung
berapi yang rawan terhadap luncuran gas beracun, lahar panas dan dingin, luncuran
awan panas dan semburan api, dan tempat lalunya tumpahan benda-benda lain akibat
letusan gunung berapi. Lokasi kawasan ini di sekitar gunung lawu, gunung liman dan
gunung wilis.
Kawasan rawan becana gempa yaitu kawasan yang berpotensi dan rentan terkena
gempa, lokasi kawasan ini di kabupaten Boyolali, Ngawi, Magetan, Madiun dan
Ponorogo.
Selain pemanfaatan diatas, sungai Bengawan Solo juga dapat digunakan sebagai:
Jalur Transportasi dan Tempat Rekreasi. Aliran air tenang, tepi sungai masih ada
4.
Permasalahan Lingkungan
daerah bawahnya hingga ke muara Sunga. Untuk mengatasi masalah sedimentasi yang
terjadi di Selat Madura, pemerintah Belanda telah membuat sudetan sungai ke arah
utara melalui daerah rawa menuju Laut Jawa, menghubungkan DAS Bengawan Solo
dengan laut di sebelah timur perkampungan nelayan Ujung Pangkah pada tahun 1890an. Sampai saat ini arah (alignment) saluran tersebut masih tetap seperti kondisi awal
dikarenakan oleh material lempung padat yang terdapat di daerah rawa tersebut, tetapi
telah terjadi perubahan di muara sungai.
Perkembangan perubahan muara sungai menunjukkan perubahan memanjang
sekitar 11 km kearah utara menuju Laut Jawa selama kurun waktu 110 tahun sejak
dibangunnya saluran tersebut. Pada sekitar tahun 1922, telah terjadi perubahan muara
sepanjang 9 km ke arah utara sepanjang saluran memotong endapan pasir dangkal
sampai ke garis pantai. Pada tahun 2000, di muara telah terbentuk tiga alur ke arah
samping, dan tidak terjadi perubahan pada saluran utama yang akhirnya tertutup. Ketika
salah satu alur kearah samping berubah menjadi lebih panjang dari yang lainnya, ada
kecenderungan akan tertutup akibat peningkatan endapan sedimen. Pada saat yang
bersamaan, alur yang lain menjadi besar karena ada tambahan debit yang masuk. Muara
tersebut telah berkembang membentuk beberapa alur melalui proses yang sama dan
berulang seperti di atas.
Proses tersebut di atas merupakan proses yang normal dimana terjadi gerusan
dan endapan pada dasar sungai dan tidak terpengaruh oleh perubahan akibat proses yang
terjadi di pantai. Tidak terjadi endapan pasir di muara sehingga tidak akan terjadi
penyumbatan muara yang dapat menyebabkan banjir. Studi mengenai teknik pantai
dalam studi CDMP menyimpulkan bahwa tidak akan terjadi pergerakan muara kearah
utara, tetapi akan melebar kearah timur dan barat dan dengan volume angkutan sedimen
pada kondisi saat ini, maka Selat Madura akan tertutup dalam waktu 200 tahun.
- Lahan Kritis
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Pengelolaan DAS
Bengawan Solo (tahun 2010) disebutkan bahwa lahan yang terkategori sangat kiritis
mencapai luas 770,21 Ha dan lahan yang terkategori kritis mencapai luas 48.056,47 Ha.
- Pencemaran
Selain menghadapi persoalan kerusakan lingkungan, DAS Bengawan Solo juga
mengalami pencemaran air sungai-sungainya. Pencemaran lingkungan yang terjadi di
Sungai Bengawan Solo disebabkan oleh limbah industri maupun limbah domestik.
Adanya pencemaran oleh limbah cair ini telah mengakibatkan penurunan kualitas air
sungai. Kualitas air terus menurun dari tahun ke tahun, hal ini tergambar dari hasil
pengukuran beban pencemaran untuk BOD, COD dan NH3-N yang dilakukan dalam
Prokasih Jawa Tengah. Berikut ini tertera tabel beban pencemaran Sungai Bengawan
Solo, segmen Jawa Tengah. Sumber data lain juga memberikan gambaran bahwa
kualitas air Sungai Bengawan Solo telah mengalami pencemaran lingkungan. Data hasil
pengukuran kualitas air oleh Perum Jasa Tirta yang tercantum di dalam statistik
lingkungan hidup berikut ini memberikan gambaran hal tersebut. Dari tabel tersebut
tertulis bahwa parameter kunci (BOD, COD dan DO) di beberapa titik sampel telah
melampaui baku mutu lingkungan.
DAS Bengawan Solo merupakan salah satu DAS yang memiliki posisi penting
di Pulau Jawa serta sumber daya alam bagi kegiatan sosial-ekonomi perkotaan dan
perdesaan yang ada di sekitarnya, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun
kebutuhan ekonomi. Pentingnya peranan DAS dinyatakan dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN) yang menetapkan DAS Bengawan Solo sebagai salah satu
prioritas utama dalam penataan ruang sehubungan dengan fungsi hidrologi untuk
mendukung pengembangan wilayah. Selain itu, DAS Bengawan Solo juga merupakan
satu sistem ekologi besar yang dalam perkembangannya saat ini mengalami banyak
kerusakan dan mengarah pada kondisi degradasi lingkungan. Ada dua indikator
degradasi, pertama, konversi lahan hutan di daerah hulu ke penggunaan pertanian,
perkebunan, dan permukiman yang menyebabkan terjadinya peningkatan laju erosi dan
peningkatan laju sedimentasi. Kedua, terjadinya fluktuasi debit sungai yang mencolok
di musim hujan dan kemarau. Berdasarkan pertimbangan ekologis dan sosial ekonomi,
DAS Bengawan Solo merupakan satu kesatuan yang terintegrasi dan tidak mengenal
batas wilayah administrasi. Potensi dan persoalan yang ada ini tidak dapat diselesaikan
oleh satu pihak saja tetapi perlu disikapi bersama-sama secara bijak.
Selain pertimbangan ekologis, sosial ekonomi, maupun sejarah, juga karena
keberadaan sumber daya alam DAS Bengawan Solo sebagai sumber daya alam bersama
(common pool resources) yang menuntut adanya kepemilikan bersama (collective
ownership). Sebagai sumberdaya alam milik bersama, maka sumber daya alam yang
terdapat di DAS Bengawan Solo membutuhkan penanganan secara bersama di antara
semua pemangku kepentingan atau yang dikenal dengan collective management yang
mengarah pada suatu bentuk collaborative management. Hal ini juga menjadi penting
karena hingga saat ini belum tercipta kerjasama penataan ruang di antara semua
pemerintah daerah di dalam kawasan DAS yang bertujuan untuk penyelamatan DAS.
PENINGKATAN PENATAAN KAWASAN DAS Posisi yang SOLO BENGAWAN
penting dan keunikan karakteristik dari DAS Bengawan Solo ini perlu diwadahi dan
diantisipasi dalam suatu arahan penataan ruang yang menyeluruh dan jelas.
Rencana tata ruang DAS Bengawan Solo yang menjadi panduan bagi semua
RTRW provinsi, kabupaten maupun kota yang berada di Kawasan DAS Bengawan Solo
sebagai dasar kegiatan pengembangan wilayah di provinsi, kabupaten maupun kota
tersebut, sampai saat ini belum tersusun. Padahal, rencana tata ruang ini nantinya
diharapkan dapat menjadi dasar pemanfaatan dan pengendalian lahan sehingga secara
langsung dapat mengurangi kontribusi debit puncak dan volume banjir yang terjadi dan
sekaligus menjadi pengikat dalam kerjasama penataan DAS. Jelas bahwa RTR DAS
Bengawan Solo memiliki peran penting. Untuk itu telah dilakukan penyusunan arahan
kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang serta pengelolaan wilayah sungai yang
terakomodasi antar sektor dan antar wilayah sehingga dapat tercapai pola pemanfaatan
ruang yang mendukung kelestarian dan keserasian pemanfaatan wilayah Sungai
Bengawan Solo. Selanjutnya kebijakan dan strategi tersebut akan menjadi dasar dalam
mencapai pembangunan yang berkelanjutan serta mampu meningkatkan taraf
kesejahteraan masyarakat setempat.
Dari beberapa pertemuan telah dilakukan kesepakatan untuk ditindak lanjuti
yaitu:
1. Guna Lahan Optimal (GLO), yang diharapkan menjadi dasar pemanfaatan ruang
DAS dan menjadi basis untuk penyusunan rencana tata ruang DAS Bengawan Solo.
Adapun GLO ini sudah mempertimbangkan aspek kontribusi debit puncak dan volume
banjir berdasarkan pemanfaatan penggunaan lahan;
2. Arahan kebijakan, strategi, dan arahan program, yang dapat menjadi panduan untuk
menata DAS Bengawan Solo dengan memperhatikan aspek bencana banjir, longsor, dan
pengembangan wilayah kawasan;
3. Mekanisme kelembagaan dan arahan pengendalian untuk mendukung tercapainya
penyesuaian RTRW masing-masing pemerintah daerah dengan Guna Lahan Optimal,
terciptanya rencana tata ruang DAS Bengawan Solo, tercapainya sinkronisasi semua
RTRW dengan rencana tata ruang DAS, dan tercapainya penataan DAS dengan
memperhatikan aspek sosial-ekonomi kawasan.
Optimalisasi Penggunaan Lahan di Kawasan DAS Bengawan Solo
Guna Lahan Optimal adalah guna lahan yang memberikan kondisi: debit puncak
banjir berkurang, run off menurun, volume banjir berkurang, kegiatan ekonomi tetap
berkembang, kondisi sosial dan budaya masyarakat tidak terganggu Penggunaan Lahan
optimal DAS Bengawan Solo Optimalisasi penggunaan lahan di Kawasan DAS
Bengawan Solo merupakan hasil simulasi guna lahan dengan menggunakan pemodelan
hidrologi dan geologi lingkungan. Beberapa kondisi di DAS Bengawan Solo
berdasarkan pemodelan tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Perubahan lahan hutan menjadi perkebunan, ladang, sawah, dan permukiman yang
terjadi di DAS Bengawan Solo menimbulkan puncak dan volume banjir yang
semakin besar;
2.
Besarnya banjir dari anak-anak sungai tergantung juga dari jenis tanah selain dari
perubahan fungsi lahan dan karakteristik hidrologi seperti kemiringan dan panjang
sungai;
3.
Daerah yang rentan terhadap pertambahan banjir adalah sub-sub DAS yang
mengandung jenis tanah berkemampuan meresapkan air ke dalam tanah cukup
tinggi (daerah resapan);
4.
Sub-sub DAS dengan alih fungsi lahan hutan menjadi perkebunan, ladang, sawah,
dan permukiman terjadi pada sebagian besar kawasan sehingga menimbulkan
pertambahan puncak dan volume banjir lebih dari 100%;
5.
Sub-sub DAS dengan dominasi jenis tanah kurang mampu meresapkan air
(kemampuan melewatkan air di permukaan tanah cukup tinggi) biasanya rentan
terhadap perubahan fungsi lahan seperti diketemukan pada bagian hulu sub-DAS
Kali Madiun dan sebagian besar sub DAS Bengawan Solo Hilir;
6.
Perubahan guna lahan mempengaruhi tinggi rendahnya debit puncak dan volume
banjir. Komposisi guna lahan seperti sekarang menimbulkan puncak dan volume
banjir makin besar dibandingkan dengan guna lahan sebelumnya di tahun 1964
untuk sub DAS Bengawan Solo Hilir;
7.
memperhatikan kemampuan lahan yang ada. Berdasarkan pada hasil analisis geologi
lingkungan terkait kemampuan lahan tersebut, terdapat beberapa kondisi penggunaan
lahan di DAS Bengawan Solo sebagai berikut:
1. Terdapat penggunaan lahan yang sesuai dengan kemampuan lahannya;
2. Terdapat penggunaan lahan pada kawasan rawan dengan kemampuan lahan
sedang, seperti di sekitar puncak Gunung Lawu, Gunung Merapi dan Gunung
Jeding-Patujbanteng,
Cawas,
Wonogiri-Eromoko,
Giriwoyo,
Tirtomoyo,
Slogohimo, Badegan, Wonokerto, Jetis, Sarangan, Kendal, Ngrampe, PulungWungu, Caruban, Talangkembar, dan Ngadirejo-Juwok;
3. Terdapat kawasan yang tidak boleh dikembangkan karena kemampuan lahan
yang rendah, seperti di sekitar daerah Cawas, Wonogiri-Eromoko, Tirtomoyo,
Slogohimo, Badegan, Wonokerto, Sarangan, Kendal, Ngrampe, dan PulungWungu;
4. Terdapat beberapa kawasan yang harus dihutankan kembali atau dikembalikan
fungsinya sebagai kawasan konservasi, seperti yang terjadi di Boyolali, Klaten,
Wonogiri, Gresik, Madiun, Magetan, Ponorogo, dan Tuban.
Terumuskannya Implikasi Perubahan Iklim dan Perubahan Guna Lahan terhadap
Puncak dan Volume Banjir di Kawasan DAS Bengawan Solo Beberapa kondisi di
Kawasan DAS Bengawan Solo berdasarkan pemodelan perubahan iklim tersebut yaitu:
1. Hujan di kawasan DAS Bengawan Solo mengakibatkan banjir cenderung
bertambah besar;
2. Hujan tahunan yang cenderung berkurang disertai dengan alih fungsi lahan
mengakibatkan aliran air di musim kemarau berkurang sehingga intensitas
kekeringan bertambah besar;
3. Untuk 30 tahun mendatang, perubahan iklim akan mengakibatkan banjir
bertambah 50% dan perubahan guna lahan akan mengakibatkan banjir
bertambah 53%;
4. Jika proses perubahan iklim terjadi saat perubahan guna lahan, maka puncak dan
volume banjir akan bertambah sebesar 135%.
2.
3.
4.
Setiap pertambahan luasan lahan budidaya di sub DAS Bengawan Solo Hulu
sebesar 1% akan meningkatkan PDRB sebesar 0,168% dan sebaliknya;
5.
6.
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor yang dominan unggul
di hampir setiap kabupaten/kota di DAS Bengawan Solo, dimana kontribusi
sektor terhadap PDRB kabupaten/kota besar dan memiliki pertumbuhan yang
positif;
7.
8.
Perlu ada rencana tata ruang DAS Bengawan Solo yang berfungsi untuk mengikat
seluruh pemangku kepentingan baik di tingkat pusat maupun daerah agar kegiatan
peningkatan penataan Kawasan DAS Bengawan Solo berdasarkan optimalisasi
penggunaan lahan dapat dilaksanakan;
2.
Perlu ada kejelasan mengenai kedudukan rencana tata ruang DAS Bengawan Solo
terhadap dokumen perencanaan lainnya;
3.
Dibutuhkan dasar hukum yang kuat bagi rencana tata ruang DAS Bengawan Solo
agar dapat menjadi acuan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di
daerah.
Kedudukan Rencana Tata Ruang DAS Bengawan Solo terhadap Perencanaan
Dokumen Lain Faktor lahan merupakan salah satu faktor yang cukup berpengaruh
terhadap perkembangan konomi masyarakat. Hasil kajian Peningkatan Penataan
Kawasan DAS Bengawan Solo menunjukkan adanya beberapa kebutuhan untuk
penanganan lebih lanjut dari sisi penataan ruang, yang meliputi:
1.
Penanganan yang sifatnya lintas sektor dan seluruh pemangku kepentingan terkait,
2.
3.
sebagai
implikasinya,
antara
lain:
Kemungkinan alokasi ruang dalam GLO berbeda dengan alokasi pola ruang dalam
RTRW,
sehingga;
2.
3.
4.
5.
6.
optimal dapat dilihat pada Gambar berikut. Keenam arahan kebijakan tersebut, pada
dasarnya saling terkait satu sama lain dan dapat dirangkum dalam 4 (empat) kelompok
kebijakan, yaitu:
1. PENATAAN RUANG, yang meliputi peningkatan kualitas dari RTRW di
provinsi/kota/kabupaten yang berada di dalam lingkup DAS Bengawan Solo
beserta peningkatan kualitas RTR DAS Bengawan Solo;
2. PENATAAN KAWASAN BUDIDAYA, yang meliputi pengendalian pemanfaatan
pada kawasan budidaya eksisting dengan memperhatikan aspek pemberdayaan
masyarakat, fisik lingkungan, penerapan LID, dan pengembangan ekonomi
wilayah;
3. FUNGSI LINDUNG KAWASAN, yang meliputi pengembalian fungsi lindung
kawasan resapan dengan juga memperhatikan aspek pemberdayaan masyarakat,
fisik lingkungan, penerapan LID, dan pengembangan ekonomi wilayah; serta
ini diharapkan
dapat:
memperkuat
kesempatan
tersebut,
maka
legitimasinya
perlu