Anda di halaman 1dari 5

III.

DESKRIPISI LOKASI KEGIATAN

1. Gambaran Fisik Kawasan


Panjang Danau Tihu sekira 3,6 km2 dan lebar yang bervariasi karena berliku-liku
dipisahkan oleh enam aliran sungai yang dipagari tebing-tebing batu terjal.
Lebar tepian tebing satu dengan yang lain sekitar 2-3 meter persegi, bahkan
lebarnya ada yang mencapai 2 km. Selain memiliki keindahan alam yang
eksotik, Danau Tihu juga menyimpan legenda tua yang sakral. Lokasinya yang
keramat menyebabkan Danau ini jarang dikunjungi penduduk setempat.
Umumnya mereka takut ke sana karena khawatir terjadi hal-hal di luar perkiraan
manusia. Kalau pun hendak ke tempat ini, harus lebih dulu mendapat restu
Tuan Tanah atau tokoh adat setempat.

Legenda Danau Tihu berawal dari keperkasaan raksasa di zaman dulu yang
menguasai seluruh petuanan Wetar. Meski kejam dan beringas, namun raksasa
itu berhasil dikalahkan dua saudara kembar, Mamau dan Matereng. Kedua
penduduk lokal itu punya ilmu sakti. Karena itu, tak sulit bagi mereka untuk
membunuh raksasa tersebut. Mamau dan Matereng acapkali berburu hewan di
hutan belantara di sekitar Danau Tihu. Dari kisah legenda tadi, hingga kini oleh
penduduk Wetar mengapung kepercayaan bahwa di Danau Tihu masih berdiam
buaya berkepala dua dan buaya berkepala tujuh sebagai jelmaan dua saudara
kembar yang hilang misterius. Cerita jelmaan buaya ini begitu misterius
sekaligus menyeramkan sehingga pesona Danau Tihu belum sempat dinikmati
sebagian besar penduduk Wetar, apalagi turis nusantara dan pelancong asing.

Selain kisah jelmaan dua saudara kembar menjadi buaya, di tengah-tengah


Danau Tihu pun masih ada legenda menarik lainnya tentang sebuah pulau kecil
di tengah danau yang dinamai Elusa atau Pulau Ibu. Pulau ini oleh penduduk
setempat disebut merupakan penjelmaan dari ibu Mamau dan Matereng. Ia
menghilang saat lagi mencuci di pinggir danau. Ia hilang bersamaan dengan
tempat sirih yang di dalamnya berisi biji buah asam jawa. Dari biji asam jawa

Kegiatan Verifikasi Lok RHL PT Batutua Kharisma Permai dan Justifikasi Kawasan Konservasi Danau Tihu - 11
itulah saat ini bisa kita jumpai dua pohon asam jawa yang tumbuh di pulau kecil
di tengah Danau Tihu. Penduduk setempat memercayai pohon asam jawa yang
buahnya sangat manis ini tak akan mati (punah). Di sekitar danau ini juga
ditemukan tombak dan bekas telapak kaki dua saudara kembar tadi.

2. Kondisi Geogarafi dan Iklim

Kondisi iklim di wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya dipengaruhi oleh Laut
Banda, Laut Arafura dan Samudra Indonesia, juga dibayangi oleh Pulau Irian di
bagian timur dan Benua Australia di bagian Selatan. Secara umum, wilayah
Kabupaten Maluku Barat Daya memiliki iklim yang kering dikarenakan tingkat
curah hujan yang rendah kurang dari 2000 mm per tahun dan suhu rata – rata
harian yang relative tinggi (BPS, 2013).

Musim
 Keadaan musim teratur, musim timur berlangsung dari bulan April sampai
Oktober, Musim ini adalah musim kemarau. Musim barat berlangsung dari
bulan Oktober sampai Februari dan musim hujan akan terjadi pada bulan
Desember sampai Februari.
 Musim pancaroba berlangsung dalam bulan Maret / April dan
Oktober/Nopember.
 Bulan April sampai Oktober bertiup angin timur tenggara. Angin kencang
bertiup pada bulan Januari dan Februari diikuti dengan Hujan deras dan
laut bergelora.
 Bulan April sampai September bertiup angin timur tenggara dan selatan
sebanyak 91% dengan angin tenggara dominan 61%.
 Bulan Oktober sampai Maret bertiup angin barat laut sebanyak 50% dengan
angin barat laut dominan 28%.

Berdasarkan klasifikasi Agroklimate menurut Oldeman, Irsal dan Muladi (1981),


Pulau Wetar masuk dalam Zone E3 bulan basah kurang dari 3 bulan
berturutan dan bulan kering 5 - 6 bulan.

Kegiatan Verifikasi Lok RHL PT Batutua Kharisma Permai dan Justifikasi Kawasan Konservasi Danau Tihu - 12
Curah Hujan
Curah hujan di Kabupaten Maluku Barat Daya termasuk dalam kategori rendah, di
Pulau Wetar Curah Hujan kurang dar 1000 mm per tahun. Berdasarkan data
curah hujan tahun 2011, data dari Stasiun Meteorologi adalah 2.121,6 mm
dengan jumlah hari hujan 178 hari.

Suhu, Kelembaban, Penyinaran Matahari dan Tekanan Udara


 Suhu ratar-rata untuk tahun 2011 sesuai data dari Stasiun Meteorologi
Saumlaki adalah 27,20C dengan rata-rata suhu Minimum 25,40C dan
Maksimum 30,70C. sedangkan rata-rata kelembaban udara relatif 81% ,
Penyinaran matahari rata-rata 66,9%.
 Rata-rata tekanan udara tahun 2011 adalah 1.010,8 milibar dengan rata-rata
kecepatan angin 7,0 knot

Topografi
Dilihat dari kondisi fisik, bentuk lahan di Kabupaten Maluku Barat Daya, meliputi
daratan (0 – 3%), landai/berombak (3 – 8%), bergelombang (8 – 15%), agak
curam (15 – 30%), curam (30 – 50%) dan sangat curam (> 50%). Selanjutnya
bentuk lahan Pulau Wetar adalah berbukit dan bergunung (pegunungan) dengan
ketinggian 200 – 1000 m dpl, di bagian ujung timur dan barat terdapat puncak –
puncak dengan ketinggian > 1000 m dpl. Daratan rendah terdapat di pesisir barat
dan selatan. Sedangkan untuk kawasan Danau Tihu berdasarkan telaahan
terhadap peta kontur memiliki ketinggian antara 500 – 950 m dpl.

Geologi
Formasi geologi di Danau Tihu dan sekitarnya yaitu Breksi, lava dan tuf
bersusunan andesit basal, sedangkan secara umum pulau Wetar terbentuk dari
batuan Vulkanik kapur alkalis dan sediment marine. Jenis tanah Kabupaten
Maluku Barat Daya secara keseluruhan terdiri dari Padzolik, Lithosol, Rensina dan
Aluvial. Aluvial Hydromorphyk dan Mediteran, Brown Forest, Kambisol serta
Gleysol. Tekstur tanah dapat dikelompokan ke dalam kelas tekstur tanah, yaitu

Kegiatan Verifikasi Lok RHL PT Batutua Kharisma Permai dan Justifikasi Kawasan Konservasi Danau Tihu - 13
halus, sedang dan kasar. Menurut peta Geologi Indonesia (1965), Kepulauan
Maluku Barat Daya terbentuk / tersusun dari tanah dan batuan yang tercatat
sebanyak 9 jenis tanah

3. Kondisi Masyarakat sekitar Kawasan Konservasi Danau Tihu

Kawasan konservasi Danau Tihu secara keseluruhan merupakan bagian petuanan


adat masayarakat Desa Lurang kecamatan Wetar Utara, Kabupaten Maluku Barat
Daya. Wilayah tersebut merupakan petuanan Suku Apotai yang merupakan salah
satu dari enam suku asli yang berdiam di Pulau Wetar. Awalnya mereka berdiam
disekitar Danau Tihu dan beberapakali berpindah-pindah tempat hingga pada
akhirnya turun dan bermukim disepsisir pantai utara Pulau Wetar hingga saat ini.
Suku Apotai merupakan masyarakat tradisional yang sejak awalnya hidup
bergantung dengan alam. Berkebun, berburu dan mengumpulkan hasil hutan
lainnya merupakan aktiftas sehari-hari yang mereka lakukan.

Sejak berpindah ke daerah pesisir ketergantungan Masyarakat Lurang terhadap


hutan sudah mulai berkurang hal ini didukung dengan keberadan perusahan
tambang PT Batutua Raya yang beroperasi pada sebagaian wilayah petuanan
mereka. Sebagaian besar generasi mudanya sudah bekerja pada perusahan
tambang tersebut sehingga dapat mengalihkan kegiatan mereka terhadap aktfitas
di hutan. Jarak perkampungan ke Danau Tihu mencapai ± 25 Km kalaupun
masyarakat kehutan hanya untuk mengecek jerat babi atau kambing hutan,
mencari Pala Hutan ataupun Madu yang banyak berada di hutan Pulau Wetar

Masyarakat Desa Lurang pada umumnya berpendidikan SD akang tetapi saat ini
sebagaian besar generasi mudanya sudah bersekolah hingga pendidikan
Sarjanan. Sarana pendidikan dari SD, SMP dan SMA telah berada di kampung.
Sebagai ibu kota kecamatan Wetar Utara yang merupakan kecamatan pemekaran
dari kecamatan Wetar diharapkan dapat berbenah secara perlahan khususnya
didalam meningkatkan kesjehateraan masyarakat setempat.

Kegiatan Verifikasi Lok RHL PT Batutua Kharisma Permai dan Justifikasi Kawasan Konservasi Danau Tihu - 14
Kegiatan Verifikasi Lok RHL PT Batutua Kharisma Permai dan Justifikasi Kawasan Konservasi Danau Tihu - 15

Anda mungkin juga menyukai