Anda di halaman 1dari 5

3.1.

1 Gambaran Umum Estuari


Pada estuaria kawasan Segara Anaka merupakan wilayah laut (segara) yang terletak di
pulau jawa dan pulau Nusakambangan. Secara geografis terletak pada koordinat 7º35’-7º50 LS
dan 108º45’-109º3’ BT. Secara administratif terletak di Kecamatan Kawungunten Kabupaten
Cilacap, Jawa Tengah, berada pada perbatasan antara Kabupaten Ciamis, Jawa Barat dan
Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Adapun batas-batas Segara Anaka meliputi :
a. Batas Barat : Perbatasan Desa Pamotan, Kecamatan Kalipucang, Ciamis
b. Batas Timur : Batas administrative kota Cilacap
c. Batas Utara : Pal batas milik Perum Perhutani
d. Batas Selatan : Pulau Nusakambangan kea rah Samudra Hindia
Gambar 3.2.1 Kawasan Segara Anaka

Sumber : Ardi dan Wolff 2009


Segara Anaka merupakan laguna diantara pulau Jawa dan Pulau Nusakambangan,
Kabupaten Cilacap. Kawasan Segara Anakan merupakan tempat bertemunya 3 sungai besar,
yaitu Sungai Citanduy, Sungai Cibereum dan Sungai Cikonde serta sungai-sungai kecil lainnya.
Kawasan ini juga menjadi perhubung pergerakan ekonomi dan sarana transportasi air
masyarakat dari Cilacap menuju Pangandaran.
terdiri dari dataran 11.940 ha, perairan rawa bakau 29.400 ha dan perairan rawa payau
4.000 ha. Pada kawasan Segara Anakan ini terdapat perairan (laguna), vegetasi hutan bakau
(mangrove), dan pemukiman masyarakat kampung laut. Untuk kawasan hutan mangrove di
kawasan Segar Anaka memiliki luas mencapai ± 35.985 ha (± 21.185 ha terletak di sepanjang
tepi laguna dan ± 14.100 ha lainnya terletak di wilayah rawa pasang surut di sekitar laguna)
untuk jenis mangrove yang hidup di kawasan Segara Anaka terdapat Avecenia marina dan
Soneratia caseolaris.

3.1.2 Kondisi Morfologi


Morfologi laguna Segara Anakan dapat dilihat dari tiga ekosistem utama yang berbeda
namun saling berinteraksi satu sama lain pada saat yang bersamaan yaitu :

1. Ekosistem dan Sumberdaya laut


Ekosistem laut yang mempengaruhi kawasan Segara Anakan adalah Perairan
Samudera Hindia yang berada di sekitar pantai selatan Pulau Jawa dan Pulau
Nusakambangan. Ekosistem laut ini mempengaruhi estuaria Segara Anakan melalui dua kanal
penghubung yaitu kanal timur (Kembang Kuning) dan kanal barat (Plawangan). Di bagian timur,
wilayah perairan laut yang terhubung dengan estuaria Segara Anakan berada di wilayah pantai
Kota Cilacap yang seringkali sangat keruh airnya karena tercemar oleh buangan hasil industri
yang ada di sekitar kota tersebut. Perairan ini, sampai sejauh 10 km dari pantai, mempunyai
edalaman rata-rata 20 m. Di bagian selatan Pulau Nusakambangan wilayah perairan laut ini
menjadi lebih dalam. Sampai sejauh 6 km dari pantai selatan Pulau Nusakambangan
kedalaman rata-ratanya mencapai 60 m.
Satwa ikan yang hidup di perairan laut ini terdiri dari jenis ikan laut (spesies pelagis) dan
jenis lainnya yang beruaya dari perairan estuaria Segara Anakan ke perairan laut di sekitarnya
seperti tembang (Sardinella fimbriata), belanak (Mugil spp.) dan layur (Trichiurus spp.), cumi-
cumi (Loligo spp.) dan udang laut juga banyak dijumpai di perairan laut ini.

2. Ekosistem dan Sumberdaya darat


Wilayah daratan di sekitar kawasan Segara Anakan sebagian besar telah dikonversikan
penggunaannya dari semula daerah hutan pantai/mangrove menjadi daerah pertanian,
pemukiman penduduk dan pertambakan udang. Studi ICLARM (1992) melaporkan bahwa luas
wilayah daratan sekitar kawasan Segara Anakan – Cilacap yang telah berubah fungsinya
menjadi daerah pertanian adalah seluas ± 30.836 ha. Kondisi lingkungan wilayah daratan di
sekitar Segara Anakan juga dilaporkan sangat cocok untuk budidaya ternak.
Di samping sedimen yang dibawa oleh aliran sungai dari daerah hulu (perbukitan), di
perairan Segara Anakan juga banyak terdapat sampah hasil 113 buangan dari pemukiman
penduduk penduduk di sekitar perairan ini. Sampahsampah ini ternyata telah mempercepat
proses sedimentasi dan pada saat membusuk menimbulkan bau dan rasa air yang tidak baik
bagi kehidupan satwa air yang ada di perairan Segara Anakan. Daratan Pulau Nusakambangan
(luas ± 10.300 ha) yang berada di sebelah Selatanwilayah perairan Segara Anakan kini juga
telah mulai mengalami perubahan tata guna lahan (land use change). Sebagian dari wilayah
hutan sekunder penutup daratan pulau ini (rainforest) kini telah dibuka untuk berbagai
keperluan seperti antara lain penambangan batu gamping untuk memenuhi kebutuhan pabrik
semen di Cilacap, perkebunan pisang dan juga pertambakan udang.

3. Ekosistem dan Sumberdaya Estuaria


a. Hutan mangrove
kawasan Segara Anakan merupakan satu-satunya wilayah di Pulau Jawa yang memiliki
hutan mangrove yang terluas. Luasan ini pada mulanya mencapai ± 35.985 ha (± 21.185 ha
terletak di sepanjang tepi laguna dan ± 14.100 ha lainnya terletak di wilayah rawa pasang surut
di sekitar laguna). Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil survey terakhir, luasan tersebut di
atas telah menyusut menjadi 12,227 ha (Soemodihardjo, 1989).
Hutan mangrove di kawasan Segara Anakan di samping berfungsi sebagai penyedia
kayu bakar dan kayu untuk bahan bangunan untuk penduduk setempat serta tempat
berlindung, memijah dan asuhan berbagai jenis satwa air komersial (ikan dan udang) juga
merupakan habitat yang penting bagi berbagai burung dan satwa mamalia seperti 114 burung
wador (termasuk burung wader migrasi) dan kera. Ada 85 jenis burung yang hidupnya
bergantung pada hutan mangrove di kawasan ini. Hal yang terakhir ini mungkin tepat dijadikan
dasar untuk mengembangkan fungsi selanjutnya dari hutan mangrove yang ada sebagai daerah
wisata.
b. Laguna.
Laguna Segara Anakan adalah laguna yang unik. Perairan laguna Segara Anakan ini
telah diteliti secara intensif pada tahun 1989 (White et al, 1989). Karakteristik hidrologi perairan
Segara Anakan sangat dipengaruhi oleh debit sungai yang bermuara di perairan ini dan oleh
gerakan pasang surut air laut. Sirkulasi air yang terjadi di perairan Segara Anakan utamanya
hanya dipengaruhi oleh gerakan pasang surut air laut, karena perairan ini di samping terlindungi
dari pengaruh ombak/gelombang laut oleh Pulau Nusakambangan juga karena lairan air sungai
yang masuk ke perairan relatif sangat rendah kecepatannya.
Produksi primer dari laguna Segara Anakan bervariasi antara 210 – 267 C/m3 per hari
(Tim Ekologi IPB, 1984). Laguna ini mempunyai kemamopuan menyediakan phytoplankton dan
zooplankton yang beragam jenisnya dan dalam jumlah yang cukup lebih tinggi yang bervariasi
sesuai dengan kondisi musim. Pada saat terjadi kenaikan jumlah air tawar di laguna, populasi
plankton pada umumnya untuk sementara berkurang (ECI, 1987; Tim Ekologi IPB, 1984).
Komunitas plankton di laguna diperkirakan mempunyai kepadatan rata-rata sebesar 3.900
plankton/l. Kepadatan ini meningkat menjadi sebesar 5.270 individu/l pada bulan Juli dan
Agustus. Laguna Segara Anakan serta kanal-kanal di sekitarnya telah lama dimanfaatkan
sebagai media perhubungan antar desa di kawasan ini yang sampai sekarang belum saling
terhubungkan dengan jalan darat serta sebagai jalan lalu lintas angkutan penyeberangan dari
Kalipucang ke Cilacap dan sebaliknya. Jalan lalu lintas penyeberangan ini sangat disukai oleh
wisatawan dari mancanegara.

Anda mungkin juga menyukai