Anda di halaman 1dari 41

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah Indonesia terletak pada posisi yang strategis dan

menguntungkan. Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia di antara

Benua Asia dan Benua Australia, serta diantara Samudera Hindia danSamudera

Pasifik. Dengan demikian, wilayah Indonesia berada pada posisi silang, yang

mempunyai arti penting dalam kaitannya dengan iklim dan perekonomian.

Beberapa keuntungan yang diperoleh berdasarkan letak geografis Indonesia,

antara lain sebagai berikut. Indonesia yang terletak di antara dua benua dan dua

samudra memungkinkan menjadi persimpangan lalu lintas dunia, baik lalu lintas

udara maupun laut. Letak geografis Indonesia adalah Secara astronomi terletak

antara 6º LU – 11º LS dan 95º BT – 141º BT. Terletakantara samudra pasifik dan

samudra hindia Terletak diantara benua asia dan benua Australia.

Pulau Bokori adalah salah satu destinasi wisata yang saat ini sangat

berkembang di Sulawesi Tenggara. Pulau yang berada di pinggiran Kota Kendari

ini, memiliki nilai sejarah tersendiri bagi masyarakat Bajo. Hal ini, karena Pulau

Bokori awalnya berpenghuni masyarakat Bajo dengan mata pencaharian utama

sebagai nelayan. Namun, karena pulau ini sering mengalami abrasi, maka

pemerintah setempat mengosongkan pulau tersebut dan meminta masyarakat bajo

untuk pindah ke pulau lainnya yang terletak tidak jauh dari pulau bokori tersebut.

Suhu adalah panas dinginnya suatu benda atau derajat panas suatu benda.

Suhu di definisikan sebagai parameter yang mengukur tinggkat energi kinetik


2

rata-rata dari partikel-partikel yang membentuk suatu benda. Mudahnya, semakin

tinggi suhu suatu benda , semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu

menunjukan energi yang dimiliki oleh suatu benda.

Lamun merupakan tumbuhan laut monokotil yang secara utuh memiliki

perkembangan sistem perakaran dan rhizoma yang baik. Pada sistem klasifikasi,

lamun berada pada kingdom Plantae, Sub kelas Monocotyledoneae, kelas

Angiospermae. Di Indonesia sampai saat ini tercatat ada 13 spesies lamun. Kedua

belas jenis lamun ini tergolong pada 2 famili dan 7 genus.

Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis

dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanthellae. Terumbu karang

termasuk dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel.

Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih

terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut.

Mangrove adalah jenis tanaman dikotil yang hidup di habitat air payau dan

air laut. Mangrove merupakan tanaman hasil dari kegiatan budidaya atau diambil

dari alam. Hutan bakau adalah hutan yang tumbuh di air payau, dan dipengaruhi

oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana

terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pratikum ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Ekosistem lamun di pulau Bokori?

2. Bagaimana Ekosistem terumbu karang di pulau Bokori ?


3

3. Bagaimana Ekosistem mangrove di pulau Bokori

1.3 Tujuan dan kegunaan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikutt:

1. Untuk mengetahui keadaan suhu dipulau bokori

2. Untuk mengetahui kecepatan arus perairan di pulau bokori

3. Untuk mengetahui keadaan gelombang perairan di pulau bokori

4. Untuk mengetahui Bagaimana mengukur pasang surut perairan di pulau

bokori

Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1.Bagi Pemerintah

Dari hasil pengamatan saya dipulau bokori pemerintah harus menjaga

kelestarian ekosistem sekitar pulau tersebut serta meningkatkan taraf hidup yang

baik dan merata,terutama air bersih dan energi listrik guna kenyamanan

pengunjung dan masyarakat

2.Bagi Masyarakat

Menjadi sarana pengetahuan tentang kecepatan pasang surut, arus,

gelombang. Agar masyarakaat yang bekerja menjadi nelayan bisa menentukan

kapan waktu yang tepat untuk berlayar.

3.Bagi Mahasiswa

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang kecepatan

arus,gelombang dan pasang surut dan mejadi sarana pembelajaran tentang

ekosistem suatu pulau.


4

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Estuari

Ekosistem estuari merupakan perairan yang semi tertutup yang

berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi

dapat bercampur dengan air tawar. Oleh karena itu ekosistem estuaria

mempunyai fungsi ekonomi dan fungsi ekologis. Secara ekonomi, dapat

dimanfaatkan sebagai tempat permukiman, sebagai tempat pengembangan

kegiatan perikanan tangkap dan perikanan budidaya .Di sisi lain dijelaskan

bahwa fungsi ekologis dari ekosistem estuaria adalah sebagai sumber zat hara

dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang surut (tidal

circulation), penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang

bergantung pada estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat

mencari makanan (feeding ground) dan sebagai tempat untuk bereproduksi

dan/atau tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi sejumlah

spesies ikan dan udang. sebagai sumner zat hara (Akliyah, 2014).

Muara sungai adalah bagian hilir dari sungai yang berhubungan dengan

laut. Permasalahan di muara sungai dapat di tinjau pada bagian mulut sungai

(river mouth) dan estuari. Estuari adalah bagian dari sungai yang di pengaruhi

oleh pasang surut, Mulut sungai adalahbagian paling hilir dari muara sungai yang

yang bertemu langsung dengan laut (Aritonang et al., 2014).

Perairan estuari Sei Carang merupakan tempat pertemuan air tawar dan air

asin. Air asin mengalir ke daerah estuari pada kondisi pasang naik dan kembali ke

laut pada kondisi surut. Perairan sei carang memiliki karakteristik lingkugan
5

seperti lingkungan yang masih terdapat vegetasi ang alami mangrove, area

pascatambang bauksit, lahan terbuka, serta lingkungan dengan vegetasi mangrove

yang telah rusak akibat penebangan. Selain itu ada aktivitas lain yang meliputi

pemukiman penduduk, jalur nelayan yang menggunakan sanpan, dayung dan

perahu bermotor menangkap ikan,sebagai pelabuhan kpal pengangkut barang,

aktivitas jalur bongkar muat kapal,dan juga jalur transfotasi (Rahma et al., 2022).

Salah satu organisme yang berada di wilayah estuari adalah plankton.

Plankton khususnya fitoplankton merupakan sumber energi petama dalam sistem

rantai makanan di perairan. Kehidupan di dalam perairan secara langsung maupun

tidak langsung sangat bergantung pada hasil fotosintesis fitoplankton dan

tumbuhan air yang mampu mengubah unsur-unsur anorganik menjadi bahan

organik dengan bantuan cahaya matahari (Jannah dan Zainal., 2013).

2.2 Mangrove

2.2.1 Definisi

Ekosistem mangrove terdistribusi di seluruh kepulauan indonesia,

terutama di sepanjang pantai timur Sumatera, pantai utara Jawa, pesisir barat dan

timur Kalimantan, lansekap teluk terlindung di Sulawesi, pulau-pulau kecil di

Maluku, dan pesisir selatan Papua. Mangrove tumbuh pada lansekap pantai

berlumpur, teluk terlindung, delta, dan pulaupulau kecil. Hingga kini, Indonesia

masih menjadi negara dengan mangrove terluas di dunia, meskipun deforestasi

dan degradasi mangrove terus terjadi (Rahadian et al., 2019).


6

Secara pengertian, beberapa ahli mendefiniskan "mangrove" secara

berbeda-beda. Namun pada dasarnya merujuk pada hal yang sama. Pada tahun

1983, Saenger, dkk. mendefinisikan mangrove sebagai formasi tumbuhan daerah

litoral yang khas di pantai daerah tropis dan sub tropis yang terlindung.

Sedangkan menurut Soerianegara (1987) mendefinisikan hutan mangrove sebagai

hutan yang terutama tumbuh pada tanah lumpur aluvial di daerah pantai dan

muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, dan terdiri atas jenis-

jenis pohon Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera,

Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa (Daniel., 2021).

2.2.2 Jenis

Api-api adalah nama sekelompok tumbuhan dari genus Avicennia, suku

Acanthaceae. Api-api biasa tumbuh di tepi atau dekat laut sebagai bagian dari

komunitas hutan bakau. Potongan melintang tangkai daun Api-api

memperlihatkan adanya jaringan epidermis, korteks, floem, xilem dan

parenkim sentral. Sel-sel epidermis pada sisi atas tangkai daun api-api saling

berhubungan dan secara keseluruhan terlihat lebih rata dibandingkan dengan

rangkaian sel-sel epidermis bagian bawah tangkai daun Sel epidermis

atas tangkai daun Api-api terlihat lebih kecil dibandingkan dengan sel-

sel di bawahnya, dinding tangensial atas relatif lebih tebal dibandingkan

dinding tangensial bawahnya. Berbeda dengan sel epidermis atas, sel-sel

epidermis bawah tangkai daun Api-api lebih memiliki bentuk dan ukuran

yang berbeda, dan sebagian terdiferensiasi menjadi trikoma dan kelenjar

garam (Mardiano dan Rinto.,2021).


7

Pedada merupakan salah satu jenis mangrove yang tumbuh di bagian yang

kurang asin, tanah lumpur yang dalam, sering kali sepanjang sungai kecil dengan

air yang mengalir pelan dan terpengaruh pasang surut. Jenis ini tidak pernah

tumbuh pada pematang Pedada berbentuk pohon dengan ketinggian mencapai 15

m, memiliki akar napas seperti kerucut yang banyak dan sangat kuat. Ujung

cabang/ranting terkulai dan berbentuk segi empat pada saat muda. Berbagai jenis

mangrove terutama pada buahnya dapat digunakan sebagai bahan baku olahan

pangan yang saat ini mulai berkembang dengan pesat (Hardoko et al., 2020).

Gambar 1. Pedada Putih (Sonneratio)

2.2.3 Morfologi

Karakter morfologi tumbuhan mangrove mangunharjo pada jenis

Avicenia marina secara morfologi mempunyai daun yang lebih kecil dari pada

Rhizopora mucronata. Avicenia marina mempunyai daun yang permukaannya

halus,bagian atas mengkilat, bawahnya pucat, ujungnya meruncing. Bentuk

morfologi mangrove seperti akar, batang, daun, dan buah serta bentuk anatomi

yang unik merupakan karakter yang hanya dimiliki oleh tumbuhan pantai ini.
8

Karakter tersebut secara genetik diturunkan ke generasi berikutnya (Khusni et al.,

2019).

Vegetasi yang terdapat dalam ekosistem hutan mangrove umumnya

didominasi oleh tumbuhan yang mempunyai pneumontofora, atau yang dikenal

juga dengan akar nafas, dimana akan mendapat oksigen dalam lumpur yang

anoksit , daun-daunnya kuat mengadung banyak air dan mempunyai jaringan

internal penyimpan air (Rizki et al., 2015).

2.3 Lamun

2,3.1 Definisi

Lamun merupakan tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang mampu

beradaptasi secara penuh di perairan dengan salinitas yang cukup tinggi serta

hidup terbenam di dalam air. Lamun memiliki rizhoma, daun, dan akar sejati

seperti halnya tumbuhan di darat. Lamun dapat hidup membentuk hamparan, atau

yang dikenal dengan padang lamun (seagrass bed), yang hidup di daerah tropis

dan subtropis. Komunitas lamun memegang peranan penting baik secara ekologis,

maupun biologis di daerah pantai dan estuaria. Disamping itu, padang lamun juga

dapat mendukung aktifitas perikanan, komunitas kerang-kerangan dan biota

avertebrata lainnya (Julianinda et al., 2022).

Ekosistem lamun tidak terlalu banyak mendapatkan perhatian, padahal

ekosistem lamun cukup menyediakan barang dan jasa yang penting dan hal ini

cukup mengejutkan mengingat bahwa lamun mempunyai distribusi yang cukup

menyebar di seluruh dunia Walaupun secara lokal, sosial-ekologis lamun telah


9

dianggap penting akan tetapi pada kenyataannya kepentingan ini masih difahami

hanya sebagai bagian dari sistem sosial ekologi dunia (Wahyudin et al., 2017).

2.3.2 Jenis

Lamun Cymodocea rotundata merupakan salah satu jenis lamun yang

pemanfaatannya belum begitu banyak. Sejauh ini, lamun C. rotundata

dimanfaatkan sebagai pakan penyu hijau dan dugong. Masih terbatasnya data-data

ilmiah yang mendukung pemanfaatan jenis lamun ini mendorong perlunya

dilakukan penelitian mengenai metabolit sekunder dalam lamun C.

rotundata. Meskipun mempunyai fungsi penting tersebut, informasi mengenai

distribusi spasial maupun temporal padang lamun masih sangat terbatas,

khususnya di Indonesia yang bersamasama dengan kawasan Indo-Pasifik lainnya

merupakan tempat hidup bagi lebih dari 15 spesies padang lamun dan merupakan

hotspot keragaman hayati padang lamun dunia (Wicaksono., 2017).

Thalassia hemprichii merupkan salah satu jenis lamun yang tumbuh di

perairan tropik dan penyebarannya cukup luas yang memiliki fungsi sebagai

tempat berlindung sekaligus memijah (spawning ground), tempat

berkembangbiak, daerah pengasuhan (nursery ground), dan tempat mencari

makan (feeding ground) khususnya bagi biota perairan laut sekaligus makanan

kesukaan hewan herbivora Lamun (seagrass) adalah salah satu tumbuhan laut

yang termasuk tumbuhan sejati karena sudah dapat dibedakan antara batang, daun,

dan akarnya. Tumbuhan ini mempunyai beberapa sifat yang memungkinkan hidup

di lingkungan laut, yaitu mampu hidup di media air asin, mampu berfungsi normal
10

dalam keadaan terbenam, mempunyai sistem perakaran jangkar yang berkembang

baik, mampu melaksanakan penyerbukan dan daur generatif dalam keadaan

terbenam. Secara struktural lamun memiliki batang yang terbenam dalam tanah

yang disebut rimpang. Rimpang dan akar lamun terbenam di dalam substrat yang

membuat lamun dapat berdiri dengan kuat dan juga memiliki buah yang

berbentuk segitiga yang berwarna hijau dan sedikit berbulu halus yang terdapat di

kulit buah (Rahman et al., 2016).

Gambar 2. Cymodocea rotundata

2.3.3 Morfologi

Secara morfologi, tumbuhan lamun memiliki rimpang, yaitu batang yang

tertimbun oleh substrat, dan menyebar mendatar, serta memiliki buku. Pada buku-

buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak, serta terdapat bunga dan daun.

Lamun memiliki daun tipis yang memanjang seperti pita dan memiliki saluran air.

Lamun tumbuh subur terutama di daerah terbuka pasang surut dan perairan pantai

yang substratnya berupa lumpur, pasir, kerikil dan patahan karang mati dengan

kedalaman sampai 8-15 meter dan 40 meter (Setiawati et al., 2018).


11

Ekosistem lamun adalah salah satu ekosistem bahari yang produktif di

perairan dangkal yang berfungsi untuk menstabilkan sedimen dari arus dan

gelombang (sediment trap), memberikan perlindungan terhadap hewan di padang

lamun, membantu organisme epifit yang menempel pada daun, memiliki

produktifitas yang tinggi, menfiksasi karbon di kolom air sebagian masuk ke

sistem rantai makanan dan sebagian tersimpan dalam biomassa dan sedimen.

Eksistensi lamun merupakan adaptasi terhadap salinitas tinggi, kemampuan

menancapkan akar di substrat, dan kemampuan untuk tumbuh dan bereproduksi

pada saat terbenam (Rangkuti., 2017).

2.4 Terumbu Karang

2.4.1 Definisi

Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang cukup penting di

perairan dangkal daerah tropis, sekitar 600 jenis fauna ekhinodermata dilaporkan

menempati ekosistem terumbu karang indonesia. Ekosistem terumbu karang

dengan berbagai habitat dan zonasi merupakan tempat yang cocok untuk

kehidupan berbagai jenis invertebrata laut (Aziz et al., 2020).

Terumbu karang Indonesia merupakan ekosistem dengan keanekaragaman

hayati tertinggi di dunia, terdapat lebih dari 2000 spesies ikan, 650 jenis karang

Indonesia dinyatakan sebagai pusat keanekaragaman hayati laut dunia. Indonesia

juga menjadi tempat bagi pertumbuhan terumbu karang yang unik, misalnya pada

Pulau Maratua, Kalimantan Timur. Pulau Maratua merupakan salah satu pulau

pada Kepulauan Derawan (Idris et al., 2019).


12

2.4.2 Jenis

Acropora merupakan salah satu terumbu karang tipe bercabang yang

termasuk kedalam famili Acroporidae. Acroporidae mempunyai empat genus

terdiri dari Acropora, Anacropora , Astreopora dan Montipora. Acropora

acuminate hidup di kedalaman 3-15 meter dan tersebar di Australia, Filipina,

Indonesia, Papua Nugini, dan Solomon. Ciri-cirinya adalah berwarna biru muda

atau cokelat, memiliki koloni bercabang dengan ujung lancip, dan memiliki dua

ukuran koralit (Mulyadi et al., 2018

Lobophyllia corymbosa hidup di kedalaman 3-15 meter dan tersebar di

Tanzania, Solomon, Papua Nugini, Jepang, Filipina, Indonesia, dan Australia.

Ciri-cirinya adalah polip yang tebal seperti daging, memiliki koloni kecil yang

membentuk plat, dan memiliki koloni besar berukuran 2 meter . Jenis terumbu

karang ini akan banyak kita jumpai di lau dengen kedalaman 3 hingga 15 meter.

Terumbu karang ini mempunyai ciri sebagai berikut, Mempunyai koloni kecil

yang membentuk seperti helm Koloni yang besar mempunyai ukuran 5

meterKoralit paseloid sampai flabellomeanroid.Septa menempel pada dinding dan

kolumella, serta memiliki gigi yang tajam Polip tebal dan menyerupai seperti

daging Jenis terumb krang ini tersebar di wilayah perairan Indonesia, Jepang,

Madagaskar, Tanzania, Filiphina, Papua Nugini, dan juga Australia.sama seperti

Pectinia Paeonia, terumbu karang ini dapat kita jumpai di banyak perairan dangkal

pada umumnya, sekaligus mempunyai arus yang deras (Budiono., 2021).


13

Gambar 3. Acropora (Elegantula)

2.4.3 Morfologi

Karang tersusun dari jaringan yang lunak dan bagian keras yang berbentuk

kerangka kapur. Jaringan hidup dari binatang karang relatif sederhana dan

menyurpai anemon. Tubuh seperti anenom itulah yang disebut poliy yang

umumnya berbentuk slinder dengan ukuran diameter yang berfariasi mulai dari

yang berukuran kurang dari 1 mm hingga beberapa centimeter ada yang

memanjang pipih sehingga membentuk skeleton yang menyatu (Ramli., 2021).

Karang (coral) umumnya berasal dari ordo scleractinia, subkelas octocorallia,

kelas anthozoa. Satu individu karang atau polib memiliki ukuran yang bervariasi

(1 mm hingga 50 cm cm) namum umumnya berukuran kecil, misalnya karang dari

genera Acropora, Anacropora, Montipora, dan Pocilpora. Polip berukuran besar

umumnya ditemukan pada karang soliter, misalnya genus fungia. Asosiasi

organisme yang dominan hidup dan juga membentuk terumbu adalah berkapurnya

(Raharjo., 2020).
14

Terumbu karang adalah


struktur di dasar laut
berupa deposit kalsium
karbonat yang dihasilkan
terutama oleh hewan
karang. Karang adalah
hewan tak
bertulang belakang
(Invertebrata) yang
termasuk dalam filum
Cnidaria atau
Coelenterata (hewan
berongga). Karang
(coral) umumnya berasal
dari ordo
15

Scleractinia, subkelas
Octocorallia, kelas
Anthozoa. Satu individu
karang atau
polip memiliki ukuran
yang bervariasi (1 mm
hingga 50 cm) namun
umumnya
berukuran kecil, misalnya
karang dari genera
Acropora, Anacropora,
Montipora,
dan Pocillopora. Polip
berukuran besar umumnya
16

ditemukan pada karang


soliter,
misalnya genus Fungia
Terumbu karang adalah
struktur di dasar laut
berupa deposit kalsium
karbonat yang dihasilkan
terutama oleh hewan
karang. Karang adalah
hewan tak
bertulang belakang
(Invertebrata) yang
termasuk dalam filum
Cnidaria atau
17

Coelenterata (hewan
berongga). Karang
(coral) umumnya berasal
dari ordo
Scleractinia, subkelas
Octocorallia, kelas
Anthozoa. Satu individu
karang atau
polip memiliki ukuran
yang bervariasi (1 mm
hingga 50 cm) namun
umumnya
berukuran kecil, misalnya
karang dari genera
18

Acropora, Anacropora,
Montipora,
dan Pocillopora. Polip
berukuran besar umumnya
ditemukan pada karang
soliter,
misalnya genus Fungia
Terumbu karang adalah
struktur di dasar laut
berupa deposit kalsium
karbonat yang dihasilkan
terutama oleh hewan
karang. Karang adalah
hewan tak
19

bertulang belakang
(Invertebrata) yang
termasuk dalam filum
Cnidaria atau
Coelenterata (hewan
berongga). Karang
(coral) umumnya berasal
dari ordo
Scleractinia, subkelas
Octocorallia, kelas
Anthozoa. Satu individu
karang atau
polip memiliki ukuran
yang bervariasi (1 mm
20

hingga 50 cm) namun


umumnya
berukuran kecil, misalnya
karang dari genera
Acropora, Anacropora,
Montipora,
dan Pocillopora. Polip
berukuran besar umumnya
ditemukan pada karang
soliter,
misalnya genus Fungia
ya karang hermatipik
bereproduksi dengan cara
melepaskan sel
21

telur dan akhirnya terjadi


pembuahan di luar. Karang
melepaskan sejumlah telur
dan sperma ke kolom
air
III METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu

Praktikum Ekosistem Wilayah Pesisir, laut dan pulau-pulau kecil

dilaksanakan di pulau Bokori, di Kelurahan Tapulaga, Kecamatan Soropia,

Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Waktu praktikum dilakukan mulai Hari

Sabtu-Minggu, 6- 7 Mei 2023.

3.2 . Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum Ekosistem Wilayah Pesisir , Laut

dan Pulau-Pulau Kecil dapat dilihat pada tabel di bawah:

Tabel 3.1 Alat praktikum yang digunakan


No Nama Alat Gambar Kegunaan
.
22

1. Kaca mata renang Untuk


menglindungi mata
dari air asin saat
pengamatan pada
terumbu karang

2. Kamera Untuk memotret


(Handphone) atau mengambil
gambar yang di
amati.
23

Untuk melindungi
3. Waterproof Hp dari air asin saat
(Pembungkus HP mengambil gambar
kedap air) pada terumbu
karang dan lamun.

4. Alat tulis Untuk menulis hasil


pengamatan yang di
dapat.

3.2.3. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum Ekosistem Wilayah Pesisir, Laut

dan Pulau-Pulau Kecil adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Bahan Praktikum yang digunakan


No Nama Bahan Gambar Kegunaan
.
1. Lamun Sebagai bahan untuk
mengetahui
morfologi lamun.

2. Terumbu Sebagai bahan untuk


Karang pengamatan
morfologi terumbu
karang.
24

3. Mangrove Sebagai bahan untuk


pngamatan
morfologi pada
mangrove

3.3. Metode Pengamatan

3.3.1. Lamun

Untuk mengamati lamun dilakukan dengan cara, yaitu: Ambil satu sampel

lamun, amati dan gambarlah morfologi luar dari lamun tersebut beserta bagian-

bagiannya, catat dan deskrisikan ciri-ciri morfologi dari sampel tersebut seperti

bentuk daun, ukuran daun, ujung daun, urat-urat daun, akar, rhizoma, ada tidaknya

daun penimpu dan organ khusus lainnya. Selanjutnya amati beberapa sampel

lamun dari margalainnya, deskripsikan dan bandingkan dengan struktur luarnya.

Agar mudah untuk di lakukan proses penggambaran struktur serta morfologi lamun

yang telah di dapatkan.

3.3.2. Terumbu Karang

Untuk mengamati terumbu karang dapat dilakukan dengan cara: ambil

satu sampel karang, amati dan gambarlah struktur skeleton dari sampel tersebut

beserta bagian-bagiannya seperti : koralum, koralit, septa dan kosta. Catat dan

deskrisikan ciri-ciri morfologi dari sampel tersebut seperti bentuk koloni, bentuk
25

percabangannya, bentuk koralit, bentuk septa maupun kostanya. Selanjutnya amati

beberapa sampel karang dan jenis lainnya, deskripsikan dan bandingkan.

3.3.3. Mangrove

Untuk mengamati mangrove dapat dilakukan dengan cara: Amati satu

sampel mangrove. Amati dan gambarlah morfologi luar dan dalam dari sampel

mangrove tersebut beserta bagian-bagiannya. Catat dan deskripsikan ciri-ciri

morfologi dan anatomi dari sampel tersebut seperti bentuk daun, tipe daun, ujung

daun, urat-urat daun, tipe akar, ada tidaknya kelenjar garam dan organ khusus

lainnya. Selanjutnya amati beberapa sampel mangrove dari marga lainnya,

deskrisikan serta bandingkan struktur luar dan dalamnya.

3.4. Teknik Pengambilan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam praktikum ini

adalah sebagai berikut:

1. Teknik Observasi

Pada teknik observasi kita melakukan pengamatan langsung di lapangan

untuk mengamati pasang surut, arus, dan gelombang. Adapun cara mengamati

pasang surut, yaitu dengan cara mengukur kedalaman air laut dengan media tiang.

Pengukuran arus dan gelombang dengan media bola yang diikat dengan tali

ssepanjang 5 meter, lalu mencatat jarak, jumlah gelombang, arah mata angin, dan

ketinggian airnya pada tabel pengamatan. Pengukuran ini dilakukan dengan

selang waktu 30 menit.


26

2. Teknik Dokumentasi

Pada teknik pengamatan dokumentasi kita melakukan pengambilan

gambar saat melakukan percobaan. Contohnya mengambil gambar pada saat

melakukan percobaan pengukuran pasang surut, arus dan gelombang.

3. Studi Pustaka

Teknik pengamatan studi pustaka pada praktikum ini yaitu, pada

percobaan pengukuran dilakukan dengan membaca buku panduan yang telah

diberikan maupun sumber-sumber lainnya.

3.5. Prosedur Praktikum

3.5.3. Mangrove

Adapun prosedur kerja praktikum ekosistem wilayah pesisir, laut dan

pulau-pulau kecil pada pengamatan mangrove adalah sebagi berikut.

Persiapkan alat danbahan

Lakukan pengukuran dan pengamatan jenis dan morfologi pada


lamun
Ambil gambar jenis dan morfologi sebagai dokumentasi

Hasil pengamatan

Gambar 1. Prosedur kerja pengamatan mangrove.


27

3.5.2. Lamun

Adapun prosedur kerja praktikum ekosistem wilayah pesisir, laut dan

pulau-pulau kecil pada pengamatan lamun adalah sebagi berikut.

Persiapkan alat danbahan

Lakukan pengukuran dan pengamatan jenis dan morfologi pada


lamun

Ambil gambar jenis dan morfologi sebagai dokumentasi

Hasil pengamatan

Gambar 2. Prosedur kerja pengamatan lamun.

3.5.2. Terumbu Karang

Adapun prosedur kerja praktikum ekosistem wilayah pesisir, laut dan

pulau-pulau kecil pada pengamatan terumbu karang adalah sebagi berikut.

Persiapkan alat danbahan

Lakukan pengukuran dan pengamatan jenis dan morfologi pada


lamun

Ambil gambar jenis dan morfologi sebagai dokumentasi

Hasil pengamatan

Gambar 3. Prosedur kerja pengamatan terumbu karang.


28

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Lamun

Hasil pengamatan mengidentifikasi morfologi pada lamun adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.1 Hasil pengamatan morfologi lamun


No Nama lamun Gambar Deskripsi
.
1. Lamun Sendok Memiliki daun
(Halovila ovalis) seperti putri malu
dan batang yang
lentur serta
memiliki akar yang
berada di anatar
tungkai daun dan
batang.

2. Lamun Memiliki daun


Tropika(Enhalus panjang, agal
acoroides) Panjang berwarna
hijau dan memiliki
pelapah akar dan
rhizome.
29

3. Lamun berujung Helaian daun


daun bulat Panjang brbentuk
(Cymodacea linear melengkung,
rotundata) ujung daun yang
membulat, dan
seludang daun
keras dan batang
yang beruas ruas.

Sumber: data primer, diolah 2023

4.1.2. Terumbu Karang

Hasil pengamatan mengidentifikasi morfologi pada terumbu karang adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil pengamatan morfologi terumbu karang


No Nama Terumbu Gambar Deskripsi
. Karang
1. (Acropora Tipe karang ini
latistela) bertipe keras yang
membentuk batuan
kapur, didalam air
jenis terumbu karang
ini sangat rapuh dan
rentan terhadap
perubahan iklim.
30

2. (Acropora Karang ini banyak


acuminata) dijumpai dikedalaman
3-15 meter. Cirinya
kalori bercabang –
cabang lancip, koralit
mempunyai dua
ukuran.
3. (Pocillopora Memiliki tekstur yang
meandrina) padat, berbentuk
kubah atau bercabang
dengan arah yang rata
dan berbelit-belit.
Warnanya berkisar
coklat hingga merah
muda. Biasa di jumpai
dikedalaman 3-15
meter.
4. (acropora Koloni bercabang
cevicoing) ujung codong lancip
korolit mempunyai 2
ukuran dan warna
merah muda.

Sumber: Data primer, diolah 2023.

4.1.3. Mangrove

Hasil pengamatan mengidentifikasi morfologi pada terumbu karang adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.3 Hasil pengamatan morfologi mangrove


31

No. Nama Gambar Deskripsi


1. Mangrove Akarnya menghunjam
merah ke tanah atau dikenal
(Rhizopora akar tunjang,
mangle) bunganya ada yang
tertutup dan terbuka,
dan daunnya
berbentuk elips atau
melebar di tengah.
Akarnya menonjol
2. Pidada Putih berbentuk pensil,
(Sonneratio) biasa di sebukat akar
napas, tumbuh di
daerah pasir-pasir
pantai yang
bercampur lumpur,
daunnya berbentuk
bulat telur terbalik
dengan ujung
embulat, bunganya
berbentuk lonceng,
dan buahnya seperti
bola dengan ujujng
bertangkai.
32

3. Lacang Daunnya sangat kecil,


(Buguera sp) bunganya warna
putih, memiliki akar
tunjang dan memiliki
buah yang panjang-
panjang.
Sumber: Data primer, diolah 2023.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Mangrove

Mangrove adalah jenis tanaman dikotil yang hidup di habitat air payau dan

air laut. Mangrove merupakan tanaman hasil dari kegiatan budidaya atau diambil

dari alam. Hutan mangrove sebagai hutan yang terutama tumbuh pada tanah

lumpur aluvial di daerah pantai dan muara sungai yang di pengaruhi pasang surut

air laut, dan terdiri atas jenis-jenis pohon Avicennia, Sonneratia, Rhizophora,

Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphy

phoradan Nypa.

Ada 3 jenis mangrove yang masih ada dipulau Bokori mangrove-

mangrove ini tumbuh dengan baik di sekitar tepi pantai Bokori bahkan ada yang

sudah mencapai sebesar pohon jambu mente. Dari ketiga jenis mangrove yang

telah ditemukan saat melakukan pengamatan ternyata setiap jenis mangrove

memiliki perbedaan yang sangat banyak mulai dari akar,daunnya, buahnya

bahkan morfologinya. Ekosistem mangrove yang ada dipulau Bokori ini masih

lumayan terjaga dengan baik sehingga masih banyak jenis-jenis lain yang akan

muncul nantinya, namun jika ekosistemnya rusak maka akan berdampak buruk
33

bagi lingkungan sekitarnya, karena mangrove memiliki manfaat yang sangat

penting.

4.2.2. Lamun

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang dapat

tumbuh dengan baik dalam lingkungan laut dangkal. Semua lamun adalah

tumbuhan berbiji satu (monokotil) yang mempunyai akar, rimpang (rhizoma),

daun, bunga dan buah seperti halnya dengan tumbuhan berpembuluh yang tumbuh

di darat.

Terdapat 3 jenis lamun yang ditemukan dipulau bokori, ada pun ketiga

jenis lamun tersebut yaitu jenis lamun tropika, dan jenis lamun Cymodocea

Rotundata. Dalam melakukan pengamatan terhadap jenis-jenis lamun yang ada

dipulau bokori mulai dari bentuk daun, akar, serta morfologinya dilakukan dengan

cara yang hati-hati agar tidak merusak ekosistem lamun yang lainnya. Pengamatan

dilakukan pada siang hari dan mengambil beberapa sampel lamun sebagai contoh

nantinya, jenis lamun yang ada dipulau bokori tidak terlalu banyak dan sebagian

sudah rusak (mati) karena ekosistemnya tidak terjaga dengan baik.

4.2.3. Terumbu Karang

Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis

dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanthellae. Terumbu karang

termasuk dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memilikitentakel.

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan ditemukan beberapa jenis

terumbu karang yang ada di pulau Bokori, namun ekosistem terumbu karang yang
34

ada di daerah sekitarnya sudah mulai rusak dan hanya beberapa saja yang masih

bagus/baik. Bisa dilihat dengan adanya ikan-ikan kecil yang terdapat pada

sekeliling terumbu karang menandakan bahwa ekosistemnya masih terjaga teteapi

ada juga karang yang sudah mati akibat ekosistemnya tidak terjaga. Ada beberapa

sampel terumbu karang yang dapat di abadikan melalui foto yaitu jenis Terumbu

karang(Acropora latistela), (Acropora acuminata), (Pocillopora meandrina),

(acropora cevicoing).
35

V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah di lakukan dapat diperoleh beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Ekosistem mangrove di pulau Bokori terdapat 3 jenis mangrove yaitu:

Mangrove merah (Rhizopora mangle), Pidada Putih (Sonneratio), Pidada Putih

(Sonneratio).

2. Ekosisitem lamun di pulau Bokori terdapat 3 jenis lamun yaitu: Lamun Sendok

(Halovila ovalis), Lamun Tropika(Enhalus acoroides), Lamun berujung daun

bulat (Cymodacea rotundata).

3. Ekosistem terumbu karang di pulau Bokori terdapat 4 jenis terumbu karang


yaitu: (Acropora latistela), (Acropora acuminata), (Pocillopora meandrina),
(acropora cevicoing).

5.2. Saran

Berdasarkan praktikum yang telah di lakukan dapat diperoleh beberapa

saran sebagai berikut:

1. Untuk Pemerintah

Diharapkan pemerintah ikut turun tangan dalam pengelolaan wisata pulau

Bokori dengan cara menyalurkan dana untuk menambah infrastruktur yang ada.

2. Untuk Jurusan

Diharapkan untuk membantu menyalurkan sedikit dana agar dapat

meringankan Mahasiswa dalam segi ekonomi.


36

3. Untuk Asisten

Harap dapat mendampingi praktikannya dalam melakukan percobaan agar

tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan data.


37

DAFTAR PUSTAKA

Agus, S. 2014. Strategi padang lamun melalui pengolahan


perikanan berkelanjutan. Jurnal kelautan,. Volume 7, No.
Amir, N., dan Watumlawar, J. 2022. Tinjauan yuridis yerkait izin pengelolaan
terumbu karang pasca hadirnya omnibus law. Masalah-Masalah
Hukum, 51(1), 71-81.
Anisa, M. N., Purwanto, P., dan Prasetyawan, I., B. 2017. Studi pola lamun
perairan tapaktuan, aceh selatan. Journal of Oceanography, 6(1), 183-
192.
Arliman, L. 2018. Eksistensi Hukum Lingkungan dalam Membangun Lingkungan
Sehat Di Indonesia. Lex Librum: Jurnal Ilmu Hukum, 5(1), 761-770.
Bungen, D. 2020. Pelatihan pengelolaan terumbu karang terpadu. Pusat Kajian
Sumberdaya pesisir dan lautan Institut Pertanian Bogor. Hal 7.
Darwis, M. 2018. Terumbu karang oleh penanaman modal asing pasca putusan
mahkamah konstitusi No. 3/PUU-VIII/2010. Jurnal konstitusi, 15(2),
433.
Effendi, R. Gentur H., dan Hari. S., 2018. Peramalan padang lamun di sekitar
perairan. Jurnal pendidikan. 6(1), 221–227.
Janah, R., dan Zainal, A., M. 2014. Komunitas fitiplankton di daerah estuari
krueng aceh, kota banda aceh. Jurnal Media Konservasi. Vol. 24
No.3:163-178.
Lasabuda, R. 2013. Pembangunan wilayah pesisir dan lautan dalam perspektif
negara kepulauan repoblik indonesia. Jurnal Ilmiah Platax.Vol. 1-2.
Loupati, G. 2013. Karakteristik energi gelombang dan arus perairan di provinsi
maluku. Jurnal Berekeng. Vol. 7 No. 1
Manik, G. 2018. Pengelolaan lingkungan hidup. Jl. Tambra Raya. No.23
Rawamangun Jakarta. Hal. 8.
Notohadiprawiro, B. 2014. Tanah dan lingkungan. Jurnal Ilmu Tanah Universitas
Gadjah Mada. Vol 9.
Rahmah, N., Zulfikar, A., dan Apriadi, T. 2022. Kelimpahan fitoplanton dan
kaitannya dengan beberapa paramenter lingkungan perairan di estuari sel
carang, tanjung pinang. Jurnal Of Marina Researd. Vol 11, No. 2. 189-
200.
Usman, K., O. 2014. Analisis sedimentasi pada muara sungai komering kota
palembng. Jurnal Sipil dan sungai dan lingkungan. Vol. 2, No. 2.
38

Sugianto, D., N. 2019. Kajian kondisi hidrodinamika (padang lamun) di perairan


grati pasuruan, jawa timur. Jurnal Kelautan. Vol 14 (2); 66-75.
Tahir, A., Boer, M., Susilo, S. B., dan Jaya, l. 2019. Indeks mangrove di barrang
lampo makasar. Jurnal Ilmu Kelautan. Vol 14 (4): 8-13.
Tangke, U. 2020. Ekosistem padang lamun (manfaat, fungs, dan
rehabilitas).Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-
Temate). Vol 3.
Wiharjo, S. D., Rahmayanti, H. 2021. Pendidikan estuari hidup. Jl. Raya
Wangadowo, Bojong Pekalongan Jawa Timur. Vol 10.
Widhiatmoko, M. C., Endrawati, H., dan Taufiq, N. 2020. Potensi ekosistem
terumbu karang untuk pengembangan ekowisata di perairan pulau sintok
taman nasional karimunjawa. Journal of marine research, 9(4), 374–385.
Zaita, A., Mustikasari, E., dan Azhar, M. 2015. Variabilitas pola arus dan
gelombang di selat karimata. Vol 11 No 2.
39

LAMPIRAN
40

L
ampir
an 1.
Peta
lokasi
41

Lampiran 2. Foto Dokumentasi

Terumbu Karang

Mangrove

Anda mungkin juga menyukai