Anda di halaman 1dari 33

EKOSISTEM

OLEH :
DR. IR. Hj. SETIA DAMAYANTI, M.Si, GP

Diberikan pada perkuliahan TM 2


Teknik Sipil FTUP
BEBERAPA ISTILAH LINGKUNGAN

EKOLOGI

Pertama kali daperkenalkan oleh Ernst Haeckel, ahli ilmu hewan pada tahun
1869 sebagai ilmu interaksi antara segala jenis makhluk hidup dan
lingkungannya. Arti kata bahasa Yunani oikos adalah rumah tangga atau cara
bertempat tinggal, dan logos bersifat ilmu atau ilmiah.
Jadi, ekologi berarti ilmu tentang rumah atau tempat tinggal makhluk hidup.
Ekologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dan lingkungannya.

EKOSISTEM

Suatu ekosistem meliputi makhluk hidup dengan lingkungan organisme


(komunitas biotik) dan lingkungan abiotik, masing-masing mempengaruhi
sifat-sifat lainnyadan keduanya perlu untuk memelihara kehidupan sehingga
terjadi keseimbangan, keselarasan, keserasian alam di bumi ini.
PERSPEKTIF EKOLOGI
DALAM SUATU EKOSISTEM
Perspektif ekologi dalam suatu ekosistem
adalah terdapatnya:
(1). Prinsip saling-tergantung
(interdependency);
(2) Prinsip jaringan kerja (networks);
(3). Prinsip keanekaragaman (diversity);
(4). Prinsip ekologi holistik (holistic)
(Adi Wibowo, 2005)
KEANEKARAGAMAN EKOSISTEM
INDONESIA
• Indonesia terdiri dari 17 508 pulau besar serta kecil dengan sejarah
geologi tidak serupa serta mengalami proses pembentukan yang
berbeda-beda pula.
• Indonesia memiliki ekosistem yang sangat beragam, diperkirakan
sekitar 90 ekosistem mulai dari padang salju di puncak pegunungan
Jayawijaya, alpin sub alpin, montana, sub montana, hutan
dipterocarpaceae pamah, hutan hujan non depterocarpaceae
pamah, hutan kerangas, hutan pada kawasan kars, hutan pada
batuan ultra basa, hutan monsun, padang rumput, savana, pantai
lumpur, hutan rawa air tawar, hutan tepi sungai, hutan sagu, hutan
rawa gambut, danau, estuaria, hutan mangrove, pantai pasir
dangkal, pantai batu, terumbu karang, padang lamun, pulau-pulau
kecil, hingga perairan laut dalam dan sebagainya
(Sastrapradja et al., 1989; Bappenas, 2003).
TIPOLOGI EKOSISTEM
1. EKOSISTEM LAHAN BASAH
2. EKOSISTEM DARATAN/
TERRESTERIAL
3. EKOSISTEM PESISIR DAN LAUT
4. EKOSISTEM BINAAN
EKOSISTEM LAHAN BASAH
1. EKOSISTEM SUNGAI
2. EKOSISTEM DANAU
EKOSISTEM SUNGAI

• konsep ekosistem bahwa setiap unsur di


dalamnya saling terkait dan saling
mempengaruhi, maka ekosistem sungai
terkait erat pula dengan ekosistem
teresterial lain (muara, danau, rawa,
payau, waduk, mangrove).
• Ekosistem sungai dapat berubah akibat
pembangunan bendungan atau dam, dll
• Contoh paling jelas di daerah tropis Indonesia ialah kehidupan ikan pelus atau sidat (Anguilla
spp.), yang ikan air tawar yang hidup di dalam sungai, umumnya di hulu atau dekat mata air
sungai. Untuk kelangsungan kehidupannya ikan pelus harus berpijah dan bertelur, sedang tempat
meletakkan telurnya adalah di laut. Maka tiap musim bertelur ikan-ikan pelus akan berenang,
turun dari hulu ke hilir masuk ke laut. Ikan yang hidup di “darat” dan turun ke laut untuk bertelur
disebut kelompok katadromus. Pembangunan waduk di tengah-tengah penggalan di sepanjang
aliran sungai sudah tentu menghambat migrasi ikan pelus ke laut, berarti terhentinya proses
meneruskan kehidupan yang berarti terhentinya pula proses meneruskan kehidupan yang
berakhir dengan punahnya pelus. Lain pula di daerah subtropis, misalnya di Samodra Atlantik
hidup ikan salmon yang pada musim berpijah dan bertelur harus naik memasuki sungai, untuk
bertelur, kelompok ikan ini disebut Anadromus. Telur menetas menjadi anak (larva) ikan yang
menghabiskan masa “kanak-kanak”nya (f ngerling, yearling) di sungai, menjelang masa “remaja”
anak-anak ikan ini turun kembali ke laut. Hal ini sama halnya seperti ikan pelus dari laut yang
kembali ke sungai. Dengan dibangunnya dam pembendung (waduk), maka bila tidak dibuatkan
jalur memudik, maka kehidupan ikan salmon dan sidat tidak dapat berlanjut karena tidak ada
tempat untuk menebarkan keturunan, berarti mengakibatkan kepunahan populasi ikan
Anadromus dan Katadromus (Tanjung, 2006).
EKOSISTEM DANAU

• Danau adalah badan air yang dikelilingi


daratan dan dikelompokkan sebagai salah
satu jenis lahan basah.
• Danau/situ dikatagorikan lahan basah
alami bersama hutan mangrove, rawa
gambut, rawa air tawar, padang lamun,
dan terumbu karang.
Berdasarkan sejarah pembentukannya, danau dapat diklasifkasikan menjadi:
(1) Hasil proses vulkanik,
(2) Akibat uplift tektonik,
(3) Sisa glasier yang telah bergerak mundur,
(4) Longsor atau terbentuknya halangan,
(5) Tidak ada aliran keluar alamiah atau air menguap cepat, danau asin,
(6) Meandering, danau mati,
(7) Danau karst,
(8) Aktivitas manusia.

Fungsi dan potensi ekosistem danau adalah untuk perikanan, tata air,
penyediaan air bersih, penyangga kehidupan, habitat berbagai organisme,
pelestarian plasma nutfah, konservasi dan pariwisata.
EKOSISTEM DARATAN/
TERRESTERIAL
1. EKOSISTEM KARST
2. EKOSISTEM HUTAN.
EKOSISTEM KARST
• Kawasan Karst adalah bentang alam yang secara khusus
berkembang pada batuan karbonat akibat proses karstifkasi selama
ruang dan waktu geologi yang tersedia (Dept. ESDM, 2001), atau
suatu kawasan batu gamping yang ditandai dengan adanya
cekungan, lereng terjal, tonjolan bukit berbatu (gamping) tak
beraturan, bergua dan mempunyai sistem aliran air bawah tanah
(KLH. 1998).
• Ekosistem karst adalah sistem ekologi yang terbentuk oleh
hubungan timbal balik pada karst dengan lingkungannya baik biotik
maupun non biotik.
• Kartifkasi adalah proses alam yang membentuk bentang alam
karst, berupa pro-ses pelarutan kimiawi pada batuan karbonat
EKOSISTEM HUTAN
• Ekosistem hutan merupakan suatu masyarakat tumbuhan yang
komplek, yang terdiri dari pohon, semak, tumbuhan bawah, jasad
renik tanah, dan fauna lainnya bersama lingkungan abiotiknya
saling berinteraksi merupakan kesatuan dalam hubungan
ketergantungan.
• Ekosistem hutan hujan tropis Indonesia memiliki kekayaan berupa
keanekaragaman hayati (sebagian besar terdapat di dalam hutan)
yang tertinggi, tidak saja di dunia tetapi juga di antara kawasan
tropis lain.
• Ada tiga blok utama hutan tropis dunia, yaitu:
1. Hutan hujan Amerika: pusatnya di Dataran Amazone
2. Indo-Malaya: Indonesia, Papua New Guniea, Malaysia, Thailand,
Indo-China, Philipina
3. Hutan Hujan Afrika: Pusatnya di Dataran Kongo
• Hutan Indonesia merupakan salah satu hutan hujan tropis yang
penting bagi stabilitas iklim global (Alikodra, 2006).
• Ciri-ciri hutan tropis adalah vegetasinya selalu hijau.
• Hutan Indonesia dibagi dalam 3 kelompok besar:
1. Zona Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan dan Pulau Jawa (hutan
dipterocarpaceae)
2. Zona Irian Jaya yang relatip miskin dengan campuran namun
kaya dengan agathis
3. Zona Intermediate Wallacea (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara),
yang kaya akan eboni, agathis, eucaliptus, dan cendana (Alikodra,
2006)
EKOSISTEM PESISIR DAN LAUT
• Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan wilayah
laut teritorial 3,1 juta km2, zona ekonomi eksklusif 2,7 km2, garis
pantai 81 000 km, mempunyai ekosistem yang beragam.
• Ekosistem pesisir dan laut memiliki keterkaitan yang erat. wilayah
pesisir dan laut mempunyai keunikan yang terkait dengan
keberadaan sumberdaya yang beragam dan kompleks. Kontribusi
kawasan pesisir dan laut terhadap PDB Nasional sekitar 26,5%.
• Ekosistem alami yang terdapat di wilayah pesisir antara lain adalah
terumbu karang, hutan mangrove, padang lamun (seagrass beds),
pantai berpasir, pantai berbatu, formasi Pescaprae, formasi
Barringtonia, estuaria, laguna dan delta (Dahuri et al, 1996).
• EKOSISTEM ESTUARIA
Estuaria merupakan wilayah pesisir agak tertutup yang mempunyai
hubungan bebas dengan laut terbuka, serta menerima asupan air
tawar dari daratan.

• EKOSISTEM PANTAI
Eksositem pantai, disebut: bioma pesisir dan laut adalah kesatuan
habitat dan komunitas yang meliputi daerah pasang surut (pasut),
hamparan pantai, hutan mangrove, padang lamun, muara sungai
(estuaria), terumbu karang, dan lautan terbuka.
• EKOSISTEM HUTAN MANGROVE
Hutan mangrove adalah nama kolektif untuk vegetasi pohon sebagai
suatu ekosistem hutan dengan sistem perakaran yang khas yang
menempati pantai berlumpur dan muara-muara sungai di dalam
wilayah pasang surut, dari tingkat air pasang tertinggi sampai tingkat
air surut terendah (BAPPENAS, 2003).

• EKOSISTEM PADANG LAMUN


Lamun (seagrass) merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga
(Angiospermae) yang memiliki rhizoma, daun dan akar sejati yang
hidup terendam di air laut, dan berkembangbiak melalui penyebaran
buah (propagul). Koloni lamun merupakan padang yang luas dan
hidup pada kedalaman 2 sd 12m yang terjangkau cahaya matahari
dan dengan pertukaran serta aliran air yang baik untuk menghantar
hara dan oksigen, serta mengangkut hasil metabolisme ke luar Koloni.
• EKOSISTEM TERUMBU KARANG
Ekosistem terumbu karang adalah sistem ekologi yang terbentuk
oleh hubungan timbal balik antara terumbu karang dengan
lingkungannya baik biotik maupun abiotik.
Terumbu karang (coral reef) merupakan masyarakat organisme
yang hidup di dasar perairan laut dangkal terutama di daerah tropis,
dan merupakan koloni binatang kecil yang tidak bertulang belakang,
terutama tersusun oleh karang-karang jenis Anthozoa dari kelas
Scleractinia antara lain termasuk hermatypic coral(reefbuilding
corals) atau jenis-jenis karang yang mampu membuat bangunan
atau kerangka karang dari kalsium karbonat (Supriharyono, 2000).
• Ekosistem karang merupakan gabungan berbagai macam jenis
hewan yang membangun kerangka pelindung/tempat hidup yang
dibuat dari bahan kapur (kalsium karbonat).
• Terdapat tiga macam bentuk terumbu karang, yaitu:
1. ( Terumbu karang/pantai fringing reef, shore reef) misalnya di
pantai Pangandaran Jawa Barat, Pantai Krakal Yogyakarta,
2. ( Terumbu karang penghalang barrier reef), agak jauh dari pantai,
misal: terumbu karang “Sunda Besar”, terletak di selat Makasar di
sebelah tenggara Kalimantan,
3. ( Terumbu karang cincin atol) yang melingkari sebuah goba atau
lagoon missal: terumbu karang cincin cocos keeling di Samudera
Indonesia, dan pulau-pulau Taka Bonerate di perairan Indonesia
(Sukarno dkk., 1981, Supriharyono, 2000).
EKOSISTEM BINAAN
• Ekosistem binaan terbentuk oleh campur
tangan manusia pada ekosistem alami
• contoh ekosistem binaan akan dibahas
tentang Biome Kampus dan Kota Baru.
Biome Kampus
• Bentuk ekosistem binaan antara lain ialah Kampus Universitas
Pancasila
• Pemakaian jenis tanaman penghijauan dibedakan untuk lima (5)
daerah perkuliahan sebagai berikut:
1. Daerah Perkuliahan Fakultas Teknik
2. Daerah Perkuliahan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
3. Daerah Perkuliahan Fakukltas Pariwisata
4. Daerah Perkuliahan Fakultas Hukum
5. Daerah Perkuliahan Fakultas Farmasi
6. Daerah Perkuliahan Fakultas Ilmu Komunikasi
7. Daerah Perkuliahan Fakultas Pascasarjana
Biome Kota Baru
• Kota Baru: Bintaro, Serpong, Kota Wisata
Cibubur, Cikarang, Depok, Bekasi,
• TUGAS 2
• Membuat paper (makalah ilmiah) dengan
format: A4, kaidah ilmiah, cek turnitin
(WAJIB),
• Berkelompok (@ 6 smp 7 orang)
• Template penulisan makalah ilmiah
terlampir
• Dikumpulkan tgl 26 Maret 2022 jam 23.59
• Tugas di kumpul via email dengan
Subjek: NAMA-NIM-matkul ILMU
LINGKUNGAN – TUGAS ke…
KERAWANAN EKOSISTEM
• DEGRADASI EKOSISTEM OLEH
PERISTIWA ALAMI
• DEGRADASI EKOSISTEM OLEH
KEGIATAN MANUSIA
DEGRADASI EKOSISTEM
OLEH PERISTIWA ALAMI
• Penyebab degradasi ekosistem yang sifatnya alami,
yaitu peristiwa yang terjadi bukan karena ulah dan/atau
perilaku manusia dibedakan menjadi delapan (8)
penyebab, yaitu:
(1) Kebakaran;
(2) Pemangsaan;
(3) Badai topan;
(4) Letusan gunung berapi;
(5) Banjir;
(6) Kekeringan;
(7) Wabah penyakit tanaman;
(8) Longsor dan pergeseran.
DEGRADASI EKOSISTEM
OLEH KEGIATAN MANUSIA
• Aktivitas manusia yang dapat menimbulkan kerusakan
ekosistem di antaranya: Bidang Kegiatan menyangkut:
(1) Perhutanan;
(2) Pertanian;
(3) Perumputan;
(4) Pertambangan;
(5) Pengembangan SD-air;
(6) Pembangunan konstruksi jalan raya; dan
(7) Urbanisasi.
DAYA DUKUNG, DAYA TAMPUNG
DAN DAYA LENTING

• Daya dukung (carrying capacity) ialah kemampuan alami


ekosistem untuk melanjutkan kehidupan dan
pertumbuhan
• Apabila daya dukung ekosistem mendapat masukan
berupa ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK),
terciptalah daya tampung (supporting capacity). Daya
tampung lebih tinggi kemampuannya dari daya dukung
dalam menyokong kehidupan dan pertumbuhan.
• Tidak rusaknya daya dukung, bahkan dapat dirubah
menjadi daya tampung menggambarkan adanya
kelentingan ekosistem. Keberlanjutan keberadaan
predator dan mangsa karena adanya daya lenting.
Daftar Pustaka
• Alikodra, H.S. 2006. Tipologi Hutan. Bahan Ajar Program Pasca Sarjana PSL Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.
Anwar J., S.J. Damanik, N. Hisyam, dan A.J. Whitten., 1984. Ekosistem Sumatera. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
BAPPENAS [Badan Perencanaan Pembangunan Nasional]. 2003. Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia. Dokumen
Nasional Pemerintah Republik Indonesia. BAPPENAS. Jakarta. 150h.
Bengen, D.G. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Dahuri, R., J. Rais, S. P. Ginting, M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara terpadu. Pradnya Paramita.
Jakarta. 305h.
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut: Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Dasmann, R.F., J.P. Milton dan P.H. Freeman. 1977. Prinsip Ekologi untuk Pembangunan Ekonomi. (Terjemahan dari: Ecological Prinsiples for
Sustainable Development). P.T. Gramedia. Jakarta. 240h.
Deshmukh, I. 1993. Ekologi dan Biologi Tropika. (Terjemahan dari: Ecology and Tropical Biology). Yayasan Obor Indonesia. Jakarta 21h.
Goldman. C.R. and A.J. Home. 1983. Lymnology. McGraw-Hill International Book Company, Auckland. 464p.
Haeruman, H., 1985. Debur Lautan Kita 1985. Kantor Menteri Negara KLH, Jakarta.
Kartawinata, K., S. Adisoemarto, S. Soemodihardjo dan I.G.M. Tantra, 1979. Status Pengetahuan Hutan Bakau di Indonesia. Seminar
Ekosistem Hutan.
• KLH [Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup]. 2006. Status Lingkungan Hidup Indonesia 2005. Jakarta. 295h..
MacKinnon, K., 2000. Alam Asli Indonesia: lora, Fauna dan Keserasian. Yys.Indonesia Hijau dan PT Gramedia Pustaka Utama . Jakarta. 09h.
McNaughton, S.J., dan L.L. Wolf. Ekologi Umum. (Terjemahan dari: General Ecology). Gajah Mada university Press. Yogyakarta. 1140h.
Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology, 3rd. ed. W.B. Sounders, Co.
Purwanto, 1987. The Stress Effect on Coral Reef Ecosystem of Pari Island, Indonesia. Biotrop Special Publication No. 29, 1987.
Resosoedarmo, S., K. Kartawinata dan A. Soegiarto, 1990. Pengantar Ekologi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Saenger. P.E.J. Hegeri. And J.D.S. Davie. 1981. First Report the Global Status of Mangrove Ecosystem Commission on Ecology, IUCN, Gland.
Soemarwoto, O. 1994. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Penerbit Djambatan. P. 37-38.
Sukarno, M. Hutomo, M.K. Moosa, P. Darsono, 1981. Terumbu Karang di Indonesia, Sumberdaya, Permasalahan dan Pengelolaan-nya, LON-
LIPI, Jakarta.
Supriharyono, 2000. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Penerbit Djambatan. 118h
Tandjung, S.D., 1994. Tipe-Tipe Ekosistem. BAPEDAL PPLH UGM, Yogyakarta.
Tandjung, S.D. 1989. Metode Analisis Data Dampak Lingkungan Flora dan Fauna. Diklat Kursus AMDAL PPLH – UGM.
Tandjung, S.D. 1988. Ekologi dan Pengantar Ilmu Lingkungan Fakultas Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Tanjung, S.D., 2001. Pemanfaatan Ruang Terbuka Untuk Keindahan Dan Kenyamanan Lingkungan Yogyakarta.
TERIMA KASIH
MATA KULIAH ILMU LINGKUNGAN 2022

Konservasi berbasis masyarakat


Nama: contoh Setia Damayanti 1(1), Dahmir Dahlan 2(2), Agus Priyono 3(3)
(1)
Nama Lab./Kelompok Keilmuan/Konsentrasi, Nama Program Studi/Departemen, Nama Fakultas/Sekolah/Bagian, Nama Institusi.
(2)
Nama Lab./Kelompok Keilmuan/Konsentrasi, Nama Program Studi/Departemen, Nama Fakultas/Sekolah/Bagian, Nama Institusi.
(3)
Nama Lab./Kelompok Keilmuan/Konsentrasi, Nama Program Studi/Departemen, Nama Fakultas/Sekolah/Bagian, Nama Institusi.

Abstrak

Gunakan template ini untuk menulis artikel. Artikel yang dikirim harusditulis pada kertas berukuran
A4 sejumlah 8 atau maksimal 10 halaman (tidak kurang tidak lebih) dengan margin semua sisi (2cm),
jenis dan dimensi huruf (badan teks Tahoma 9), tata-cara perletakan dan penulisan nama tabel dan
gambar, penulisan pustaka, dan format lain-lain seperti yang dicontohkan atau dijelaskan pada
template ini. Abstrak ditulis pada bagian ini, sepanjang satu paragraf dan maksimal 150 kata.
Abstrak menjelaskan secara ringkas persoalan/permasalahan, tujuan, metode pengumpulan dan
analisis data, dan temuan. Tuliskan kata-kunci di bawah abstrak, maksimal 5 kata dan diurut
mengikuti abjad huruf pertama setiap kata.

Kata-kunci : jurnal, naskah, panduan, penulisan,template

Artikel yang diharapkan berupa kertas kerja Jelaskan jenis metode yang digunakan:kualitatif,
(working paper/preliminary technical paper), kuatitatif atau mixed-method (Creswell, 2008);
yang merupakan ‘draft’ artikel yang akan dikirim dan/atau kategori sifat penelitian: deskriptif,
ke jurnal. Artikel ditulis mengikuti urutan: eksploratif atau eksplanatori (Groat & Wang,
persoalan, kajian pustaka, tujuan, metode 2002) disertai rincian metode pengumpulan data
pengumpulan data, metode analisis data, dan metode analisis data yang digunakan. Pada
interpretasidan kesimpulan. Urutan penulisan bagian ini juga dapat dijelaskan perspektif yang
dan penamaan sub-bab tidak harus sama persis mendasari pemilihan metode tertentu.
seperti yang tertulis di template ini, penulis
dapat menentukan urutan dan penamaan sesuai Metode Pengumpulan Data
dengan pemikiran masing-masing.
Jelaskan metode pengumpulan data yang
Pengantar digunakan, misalnya survei, observasi atau arsip,
disertai rincian penggunaan metode tersebut.
Jelaskan persoalan, latar-belakang Bila dianggap perlu, pada bagian ini juga dapat
persoalan,kajian pustaka, permasalahan dan dijelaskan populasi, sampel dan metode
tujuan penelitian. Beberapa paragraf awal pemilihan sampel.
bagian pengangar menjelaskan persoalan dan
latar-belakang persoalan tersebut. Beberapa Metode Analisis Data
paragraf berikutnya menjelaskan kajian pustaka
yang berisi perkembangan pengetahuan terkini Jelaskan metode analisis data yang digunakan
yang secara langsung terkait dengan persoalan untuk mengungkap temuan penelitian. Sebutkan
yang diangkat. Paragraf terakhir dari bagian pe- nama analisis data kualitatif atau kuantitatif
ngantar berisi permasalahan dan deskripsi yang digunakan untuk mengungkap temuan.
tujuan penelitian.
Tabel dan gambar diposisikan seperti yang
Metode terlihat pada tabel 1 dan gambar 1.

Makalah ilmiah mata kuliah Ilmu Lingkungan 2022 | 1


Judul Artikel

Tabel 1. Nama Tabel. Nama dan keterangantabel Pada bagian kesimpulan dituliskan temuan
ditulis di atastabel. Nama tabel dicetak tebal. Border penelitian secara ringkas, tanpa tambahan
tabel hanya border horisontal, tanpa border vertikal. intepretasi baru lagi. Pada bagian ini juga dapat
Tabel dapat dibuat selebar mendekati atau sama
dituliskan kebaruan penelitian, kelebihan dan
dengan satu kolom (6,85 cm) atau dua kolom (14,2
cm).
kekurangan dari penelitian, serta rekomendasi
untuk penelitian selanjutnya.
No Variabel 1 Variabel 2 Variabel 3
Daftar Pustaka
1 data data data
2 data data data
Creswell, J.W. (2008). Research Design: Qualitative,
3 data data data Quantitative, and Mixed Methods Approaches .
4 data data data California: Sage Publications, Inc.
5 data data data Groat, L. & Wang, D. (2002). Architectural Research
6 data data data Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc.
7 data data data Ilmiah, T (2007). Ideologi dalam Pengembangan Pe-
8 data data data ngetahuan. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia,1,
01-12.

Penulisan daftar pustaka mengikuti APA style. Detail


penulisan APA style dapat dilihat di:
http://iplbi.or.id/jurnal/panduanpenulisan/

Gambar 1. Ilustrasi Penempatan Gambar/Diagram.


Nama dan keterangan gambar ditulis di bawah
gambar. Nomor gambar dicetak tebal. Gambar dibuat
tanpaframe tepi. Dimensi dan jenis huruf, nama dan
keterangan gambar mengikuti template ini. Gambar
dapat dibuat selebar mendekati atau sama dengan
satu kolom (6,85 cm) atau dua kolom (14,2 cm).

Analisis dan Interpretasi

Bagian ini berisi hasil analisis dan interpretasi


atau diskusi hasil analisis. Hasil analisis dapat
ditampilkan dalam bentuk diagram, gambar,
tabel atau bentuk ilustrasi lain yang mudah
dipahami dan dikomunikasikan. Interpretasi
dapat berupa ramuan dari hasil analisis, kajian
teori dan pemikiran peneliti. Uraikan secara
terstruktur, lengkap dan padat, sehingga
pembaca dapat mengikuti alur analisis dan
interpretasi peneliti.

Kesimpulan

2 | Makalah ilmiah mata kuliah Ilmu Lingkungan 2022


Nama Penulis 1

Makalah ilmiah mata kuliah Ilmu Lingkungan 2022 | 3


Judul Artikel

4 | Makalah ilmiah mata kuliah Ilmu Lingkungan 2022

Anda mungkin juga menyukai