Anda di halaman 1dari 6

IDENTIFIKASI KAWASAN PESISIR

TERUMBU KARANG PULAU MARATUA

Oleh: Suharianto (08161082) 21 Maret 2018

Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang ke-dua di Dunia, dimana
sebagai negara kepulauan, Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati dibidang
kelautan baik dari jenis ikan, tumbuhan laut, mamalia laut, dan salah satu yang
berpengaruh penting terhadap ekosistem laut adalah terumbu karang. Sebagai salah satu
kekayaan alam Indonesia, terumbu karang tersebar hampir diseluruh wilayah Indonesia.
Terumbu karang (coral reefs) merupakan salah satu ekosistem utama pesisir dan laut yang
dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur khususnya jenis-jenis karang batu dan
algae berkapur. Ekosistem ini memiliki nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi, selain
itu juga berperan melindungi pantai dari erosi, banjir pantai, dan peristiwa perusakan lain
yang diakibatkan oleh fenomena air laut. Menurut catatan Greenpeace, Indonesia
memiliki luas terumbu karang mencapai 50.875 Km2, dimana Indonesia menyumbang
18% luas total terumbu karang dunia dan 65% luas total di coral triangle. Terumbu
karang Indonesia memiki berbagai macam keanekaragaman hayati, tercatat ada lebih
kurang 590 spesies karang keras, 76 yang mewakili lebih dari 95% jumlah spesies yang
tercatat di Pusat Segitiga Terumbu Karang. Sebagian besar terumbu karang ini berlokasi
di bagian timur Indonesia.
Salah satu lokasi di kawasan Indonesia timur yang memiliki keanekaragaman terumbu
karang adalah Pulau Maratua yang terletak di Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan
Timur. Pulau Maratua adalah salah satu bagian dari Kepulauan Derawan. Pulau Maratua
merupakan salah satu pulau yang ada di Kepulauan Derawan. Pulau ini memiliki luas
daratan 384 km2 dan luas laut 3735,18 km2. Pulau Maratua dibatasi dengan terumbu
karang, laguna dan atol terangkat (Tomascik et al 1997). Secara geografis Pulau Maratua
terletak di semenanjung utara Kabupaten Berau dengan koordinat (02 ° 15'12 "N dan 118
° 38'41 "E).

Gambar 1.1 Pulau Maratua


Sumber: B IO D I V E R S IT A S
Kondisi iklim Maratua merupakan iklim tropis dimana di daerah ini dipengaruhi oleh
musim hujan (Oktober-Mei) dan musim kemarau (Juli sampai September). Faktor
oseanografi mempengaruhi pergerakan arus musiman dan Aliran Palung Indonesia
(Arlindo) dari Pasifik ke Samudra Hindia melalui Selat Makassar (Wyrtki 1961). Kondisi
ini menciptakan lingkungan itu mendukung keanekaragaman hayati organisme laut yang
tinggi, terutama pada ikan dan teumbu karang. Berdasarkan Indeks Keanekaragaman
Shannon-Wiener menjelaskan bahwa terumbu karang merupakan tempat tinggal bagi
ikan-ikan yang memiliki nilai ekonomis. Nilai ekonomis yang didapat mulai dari
perdagangan ikan konsumsi hingga pariwisata. Selain itu juga terumbu karang yang
beragam mengindikasikan kondisi laut yang sehat, keberadaan terumbu karang berguna
untuk simbiosis saling menguntungkan (Mutualisme) antara Terumbu dan biota laut lain.
Kehadiran ikan karang di suatu perairan bergantung pada kesehatan akan suatu
ekocsistem terumbu karang yang ditunjukkan oleh persentase tutupan karang hidup(tidak
banyak yang rusak). Hal ini sangat berkaitan karena ikan akan memilih karang hidup
yang memiliki bentuk dan sifat dari jenis karang sebagai tempat berlindung, dan tempat
untuk mencari makanan. Selain kesehatan karang, kompleksitas struktur karang telah
memperkaya ikan karang (Nybakken 1992). Komunitas ikan karang yang diamati dalam
penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti Instititut Pertanian Bogor ini dikelompokkan
menjadi tiga kategori fungsional. Dari penelitian tersebut Pulau Maratua memiliki 328
jenis biota laut dengan rincian 160 spesies ikan dari 30 famili, 121 spesies terumbu
karang dan 47 spesies lainnya ditemukan di laguna. Spesies terumbu yang paling banyak
adalah Pomacentridae, Chaetodontidae, dan Nemipteridae. Jenis-jenis terumbu ini
merupakan jenis yang paling umum ditemukan di Indonesia.
Selain jenis-jenis biota ditemukan juga kehadiran ikan di ekosistem terumbu karang
adalah karena mencari makanan (feeding ground) atau juga untuk melakukan pemijahan
dan pembibitan. Di Filipina, banyak ikan terumbu karang ditangkap untuk perikanan
skala kecil termasuk, ikan kerapu, dan kakap (Amar et al 1996). Dari penelitian tersebut
bertujuan untuk melakukan identifikasi seberapa rusaknya terumbu yang ada di Pulau
Maratua, Karena keanekaragaman hayati di ekosistem terumbu karang memiliki
ketergantungan antara kesehatan suatu ekosistem Terumbu karang (Hourigan1988),
spesies chaetodontid dimana spesies ini merupakan spesies ikan kupu-kupu (angel fish)
yang menjadi predator utama terumbu karang. Pengamatan terhadap ikan ini telah
dianggap sebagai cara yang andal untuk secara tidak langsung menilai perubahan terumbu
karang. Banyak anggota dari spseies Chaetodontidae (angel fish) sangat bergantung pada
polip karang hidup, dan beberapa penelitian telah membuktikan bahwa mereka bersifat
corallivora. Jika terdapat banyak angel fish maka dapat diindikasikan bahwa ekosistem
terjaga dengan baik, karena terumbu karang hidup sehat dan tumbuh terus menerus
memenuhi ekosistem bawah laut yang ada.
Dapat diketahui bahwa Kelompok ikan utama berada lebih banyak di area yang
terumbu karang (39 ± 7 spesies / 250 m2) daripada di laguna daerah berpasir yang
ditumbuhi terumbu karang lebih sedikit (13 ± 4 spesies / 250 m2). Fungsi dan peran ikan
jenis lain belum jelas tapi peran dari aneka ragam jenis ikan yang ada di Pulau Maratua
adalah sebagai salah satu link dalam sistem ekologi dan rantai makanan di ekosistem
terumbu karang. Jenis-jenis ikan tersebut ditemukan terutama dari famili Pomacentridae.

Gambar 1.2 Ikan Badut salah satu dari famili Pomacentridae


Sumber: Google Search
Kelompok dari jenis ikan dalam bentuk tertentu yang di nilai dari ukuran ikan
umumnya memiliki keterbatasan gerakan dibandingkan dengan invertebrata lainnya yang
memiliki ukuran yang kecil dan sama. Komunitas ikan karang memiliki hubungan erat
dengan terumbu karang sebagai habitat, sehingga jika persentase karang mati mengalami
kenaikan tinggi maka akan menyebabkan penurunan jumlah spesies ikan secara signifikan
dan individu lain yang hidupnya bergantung oleh terumbu karang. Studi saat ini
mengamati bahwa beberapa ikan ditemukan di habitat tertentu, tapi banyak Spesies
ditemukan di lebih dari satu habitat. Umumnya Setiap spesies memiliki dua mode
interaksi yang berbeda dengan terumbu karang: interaksi langsung (misalnya sebagai
tempat berlindung dari pemangsa atau mangsa, interaksi dalam mencari makanan/mangsa
hubungan antara karang dan ikan yang hidup di biota karang, termasuk ganggang) dan
interaksi tidak langsung karena struktur terumbu dan hidrologi dan sedimen (Choat dan
Bellwood 1991).

Kesimpulan
Dapat diamati bahwa keragaman jenis ikan di Indonesia terutama di Pulau Maratua
ekosistem terumbu karang lebih tinggi daripada di laguna. Dengan indikasi bahwa
karakteristik habitat sangat berperan dalam membentuk komunitas ikan, maka ekosistem
terumbu dan biota yang hidup di terumbu tersebut dinyatakan sehat. Habitat yang ada di
Pulau Maratua merupakan habitat tropis dimana daerah tropis adalah daerah yang
penting untuk berbagai jenis ikan terumbu karang tumbuh. Walaupun kompleksitas
ekosistem dan Karakteristik habitat terumbu tidak setinggi terumbu karang di ekosistem
lain yang ada di Indonesia , akan tetapi juga menyediakan lokasi untuk jenis-jenis ikan
tumbuh dan berkembang, dimana hal tersebut dapat dimanfaatkan sebagai konservasi
spesies yang tentunya dapat memunculkan nilai ekonomis dari segi pariwisata dan
tangkapan nelayan.
DAFTAR PUSTAKA

Allen GR. 2000. Marine fishes of South-East Asia. Periplus. Singapore.


Alwany M, Thaler E, Stachowitsch M. 2003. Food selection in two coralivorous butterfly
fishes, Chaetodon austriacus and C. trifascialis, in the Northern Red Sea. Mar Ecol 24: 165-

Madduppa1,Hawis “Kajian Biologi Ikan Kepe-Kepe Dalam Mendeteksi Ekosistem Terumbu


Karang”https://www.researchgate.net/profile/Hawis_Madduppa/publication/282850
906_Bioecological_Study_of_Eightband_butterflyfish_Chaetodon_octofasciatus_Bloc
h_1787_to_Detect_Condition_of_Coral_Reef_Ecosystem_in_East_Petondan_Island_
Seribu_Islands_Jakarta/links/ (Online) Diakses 11 Maret 2018.

Madduppa1,Hawis h. , syamsul Agus1 , aulia r. Farhan2 , dede suhendra3 , beginner: “Fish


biodiversity in coral reefs and lagoon at the Maratua Island, East Kalimantan”
http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D1303/D130308.(Online) Diakses 11 Maret
2018.

Anda mungkin juga menyukai