, M, Sc
Kampung Adat Todo merupakan sebuah kampung adat tertua di Manggarai. Tempat ini diyakini sebagai tempat berasalnya
Raja Manggarai pertama. Kampung Adat Todo terletak kaki Gunung Anak Ranaka, tepatnya di Kec. Satar Mese Utara,
Kab. Manggarai. Ada yang mengatakan bahwa penduduk kampung ini berasal dari keturunan Suku Minangkabau, namun
ada juga yang menyebutnya berasal dari Bugis. Desa Todo berada di ketinggian 1.000 mdpl, membuat kondisi alam dan
budayanya terjaga dengan sangat baik. Modernisasi dan masuknya listrik sama sekali tak merusak tatanan wilayah mereka.
Disekeliling kampung banyak ditumbuhi pepohonan hijau yang menambah keasrian kampung todo dengan udara
pegunungan yang sejuk.
Bedanya rumah adat Manggarai dengan Rumah adat Todo lainnya adalah adanya gendang yang sangat bersejarah. gendang
tersebut terbuat dari kulit manusia. Dulunya pada masa Kerajaan Todo, ada seorang perempuan yang sangat cantik dan
sakti yang diperebutkan oleh dua pangeran sampe terjadi perpecahan diantara keduanya. Lalu, untuk menyelesaikan
masalah itu dikorbankanlah perempuan cantik tersebut dan kulitnya dibuat gendang. Satu-satunya ciri khas kampung Todo
adalah Niang Todo yakni sebuah rumah adat yang menyerupai rumah panggung dengan bentuk bundar, serta beratap jerami
berbentuk kerucut yang diketahui merupakan istana raja Todo terdahulu. Rumah adat ini hampir sama seperti rumah adat
Manggarai pada umumnya, beratapkan ijuk yang berbentuk kerucut dengan rangka kayu dan bambu, jika kerucut dibuka
maka kerangkanya akan menggambarkan sebuah jaring laba-laba.
MATERI
1 TANAH 2 VEGETASI 3 HIDROLOGI
4 5 TOPOGRAFI 6 ESTETIKA
IKLIM
TATA GUNA
7 CIRI HISTORIS 8 TANAH
1.Tanah
Kampung ini terletak di dataran tinggi yang berbatasan Tanah
langsung dengan lembah di sekelilingnya. Akses jalan
memasuki kampung ini berupa susunan batu yang tertata rapi
mengelilingi halaman kampung. Jalan tersebut juga merupakan
akses untuk menuju ke Niang Mbowang (Bangunan Induk).
Situs Kampung Adat Todo berlokasi di Desa Todo, Kecamatan
Satar Mese Barat, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa
Tenggara Timur. SItus Kampung Adat Todo memiliki luas 419
m2. Lanskap di sekitar Todo berupa pegunungan dan lembah.
Pegunungan Mandosawu mengapit kampung di sisi Barat Laut,
Utara hingga Timur Laut, sementara di sisi Selatan hingga
Baratdaya merupakan bagian Lembah Mese yang di dalamnya
mengalir beberapa sungai (Wae) seperti Waemantar, Waetarap
dan Waelawa. dengan karakteristik Jenis tanah Kecamatan
Satarmese Utara adalah Latosol 6.750 Km2 atau 675.000 Ha
(25%), Mediteran 8.100 Km2 atau 810.000 Ha (30%), dan
Litosol 1.150 Km2 atau 1.215.000 Ha (45%).
2.Vegetasi
Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari
tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem, atau, dalam
area yang lebih sempit, relung ekologis. vegetasi dalam RTH
Vegetasi berperan sebagai pengendali pandangan, pembatas,
pengendali iklim, pengendali erosi, tempat kehidupan (habitat)
satwa, dan estetika.
4
TWA Ruteng dan sekitarnya termasuk dalam tipe iklim B atau tergolong dalam iklim
basah menurut klasifikasi schmit dan ferguson. Curah hujan rata-rata 3.339,8 mm/tahun
dengan hari hujan sebanyak 174. Bulan kering selama 3 bulan dengan curah hujan
kurang dari 100 mm/bulan dan bulan basah selama 9 bulan dengan curah hujan diatas
100 mm/bulan. Bulan-bulan basah yaitu bulan September sampai dengan Mei dan
bulan kering dari Juni sampai dengan Agustus. Suhu rata-rata minimum 18,4°C pada
Iklim bulan Juli dan tertinggi 20,9°C pada bulan Desember.Data mengenai curah hujan, hari
hujan dan suhu harian di wilayah Ruteng dan sekitarnya selengkapnya seperti disajikan
pada Tabel.
Tanah di kawasan TWA Ruteng merupakan tanah vulkanik yang tergolong subur dan dapat diklasifikasikan dalam 4 (empat)
golongan, yaitu:
1. Andisol, pembentukannya mudah dijumpai di lereng atau pegunungan dan bukit yang dipengaruhi oleh aktivitas vulkanik.
2. Entisol, merupakan tanah yang belum memperlihatkan perkembangan sehingga masih terlihat adanya bahan induk pembentukan
tanah.
3. Inseptisol, merupakan tanah yang sudah mengalami perkembangan tetapi tidak intensif sehingga tidak terlihat adanya bahan
induk pembentukan tanah.
4. Ultisol, merupakan tanah yang sudah mengalami perkembangan lanjut sebagai akibat dari agresivitas klimatik yang intensif
sehingga mineral-mineral liat terakumulasi di lapisan bawah.
Kawasan TWA Ruteng merupakan daerah jajaran pegunungan yang dikenal sebagai pegunungan Ruteng. Terdiri dari tujuh puncak
gunung, yaitu: Ranamese dengan ketinggian 1.790 m dpl, Poco Nembu 2.030 m dpl, Poco Mandosawu 2.350 m dpl, Poco Ranaka
2.140 m dpl, Poco Leda 1.990 m dpl, Ponte Nao 1.920 m dpl, Golocurunumbeng 1.800 m dpl. Sebagian besar kawasan TWA
Ruteng merupakan daerah dengan ketinggian di atas 1.000 m dpl dengan keadaan topografi bergelombang, terjal dan tidak rata, dan
memiliki kecuraman lebih dari 40%.
6.Estetika
Keindahan yang dimiliki kampung adat todo sangat wajib untuk dilihat dan dinikmati mata. Dan uniknya saat kita memasuki
desa adat todo para pengungjung atau wisatawan diwajibkan memakai pakaian adat dikampung adat desa todo. Pakaian tersebut
sangatlah unik. Nama pakaian adat tersebut adalah kain Songke. Kain ini menjadi pakaian adat wajib yang dipakai oleh
masyarakat suku Manggarai. Pemakaian kain Songke bisa dibilang mirip dengan pemakaian sarung. Kain Songke ini didominasi
oleh warna hitam yang melambangkan keagungan dan kebesaran orang suku Manggarai. Di samping itu, setiap motif yang
berbeda pada kain Songke juga melambangkan nilai yang berbeda pula. Selain itu, kita akan diberikan selendang yang terbuat
dari bahan kain Songke dan untuk laki-laki diberikan topi khas Manggarai yang diberi nama Jongkong Re'a. Pemberian pakaian
adat ini dimaksudkan sebagai salah satu tanda untuk menghormati para leluhur terdahulu.
7.Ciri Historis
Kampung Adat Todo merupakan sebuah kampung adat tertua di Manggarai. Tempat ini diyakini sebagai tempat berasalnya
Raja Manggarai pertama. Ada yang mengatakan bahwa penduduk kampung ini berasal dari keturunan Suku Minangkabau,
namun ada juga yang menyebutnya berasal dari Bugis
Satu-satunya ciri khas kampung Todo adalah Niang Todo yakni sebuah rumah adat yang menyerupai rumah panggung
dengan bentuk bundar, serta beratap jerami berbentuk kerucut yang diketahui merupakan istana raja Todo terdahulu.
Rumah adat todo ini diketahui merupakan rumah adat tertua di Kabupaten Manggarai. Selain bangunan rumah adat induk
tersebut juga terdapat empat buah bangunan rumah adat lainnya yang menyerupai bangunan induk, hanya saja dengan
ukuran yang lebih kecil. Keempat bangunan tersebut merupakan bangunan rumah adat yang baru dibangun untuk
melengkapi keberadaan bangunan Induk.
Masyarakat Manggarai telah membuktikan bahwa arsitektur yang mereka miliki merupakan wujud dari kesatuan nilai kehidupan
sakral maupun kebiasaan hidup mereka. Namun, seiring waktu tradisi kearifan lokal masyarakat setempat mulai pudar baik dari
gaya hidup, cara pandang dan income masyarakat setempat. Tidak ada fasilitas modern karena Desa Todo merupakan pemukiman
tradisional. Di sisi lain, itu terdiri dari banyak fitur menakjubkan seperti pagar berbatu, tanah berumput, dan pemandangan yang
indah. Desa adat todo juga memiliki seni bela diri yang mereka sebut dengan ataraksi caci. Selain sebagai atraksi, Caci juga
menjadi ajang berkumpulnya keturunan Raja Todo di satu tempat. Rumah kerucut (Niang) di kampung Todo bentuknya sama
dengan rumah Niang, yang ada di Wae Rebo atau kampung Ruteng. Bedanya, pintu masuk rumah Niang Todo lebih rendah dengan
maksud agar siapa pun yang masuk ke rumah adat ini mesti membungkuk sebagai tanda hormat.
● berupa batu alam dengan bentuk yang tidak beraturan, serta pada bagian atasnya
terdapat cekungan (lubang). Batu ini merupakan sebuah simbol perempuan untuk
masyarakat di kampung todo dikarenakan bentuknya yang menyerupai kemaluan
perempuan, biasanya batu ini terdahulu difungsikan sebagai tempat duduk gadis-gadis
di kampung todo, serta tempat menjemur kain tradisional setempat.
Situs budaya dikampung adat todo :
Batu Laki-laki (Menhir)
● berupa batu alam dengan bentuk menyerupai lingga. Batu ini merupakan simbol laki-
laki untuk masyarakat di kampung todo, biasanya batu ini difungsikan sebagai tangga
(pijakan pertama) menuju ke compang (tempat persembahan).
Kampung adat todo ini juga menjadi tempat destinasi alam dan
juga destinasi sejarah di provinsi nusa tenggara timur, kab.
Manggarai. Pemerintah berkewajiban melakukan pencarian benda,
bangunan, struktur, dan/atau lokasi yang diduga sebagai Cagar
Budaya” demikian tercantum dalam Pasal 26 ayat 1 Undang-
Undang No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Thanks
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh