Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang berada di garis khatulistiwa sehingga Indonesia
memiliki sumber daya alam yang sangat berlimpah. Indonesia merupakan wilayah yang
terdiri dari daratan dan lautan. Secara geografis Indonesia terletak di antara dua benua, yakni
Asia dan Australia, dan di antara dua samudra, yakni Samudra Hindia dan Samudra Pasifik
sehingga dengan kondisi itu Indonesia menjadi Negara yang strategis. Selain itu wilayah
Indonesia dilalui jalur pegunungan dunia dan memiliki banyak gunung berapi yang
menyebabkan tanah di Indonesia selalu mengalami peremajaan sehingga Indonesia memiliki
tanah yang subur serta di dukung dengan memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan
musim penghujan. Selain itu, Indonesia memiliki luas lahan yang sangat potensial untuk
dikembangkan sebagai usaha pertanian. Hal ini yang menyebabkan Indonesia menjadi negara
agraris, dimana sebagian besar penduduk Indonesia bekerja pada sektor pertanian.
Pertanian merupakan salah satu komoditas penting sebagai sektor ekonomi utama di
negara negara berkembang seperti Indonesia. Peranan sektor pertanian dalam pembangunan
ekonomi di Indonesia menduduki posisi yang sangat vital. Salah satu komoditi
pertanian yang cukup penting ialah tanaman pangan seperti padi yang
mempunyai nilai strategis karena merupakan tulang punggung ketahanan pangan dan hajat
hidup penduduk Indonesia. Hampir 97% penduduk Indonesia mengkonsumsi
beras sebagai makanan pokok utama dan tampak pada kebutuhan akan konsumsi
beras yang mencapai 108-137kg per kapita.
Maluku merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki
kondisi alam yang heterogen dengan potensi sumber daya yang cukup melimpah dan
sebagaian besar daerahnya dikelilingi oleh laut dalam, perjalanan kependudukannya memiliki
persoalan akan kebutuhan pangan, semakin bertambahnya penduduk dan ketersediaan lahan
yang terbatas menjadi masalah dalam ketahanan pangan. Sebagian besar mata
pencaharian

utama

penduduk

Maluku

berada

di

sektor

pertanian

termasuk didalamnya mengumpulkan hasil-hasil hutan dan lautan.


Maluku merupakan salah satu provinsi yang kaya akan keragaman pangan lokalnya
seperti Sagu, Jagung, Ubi, Pisang, dan Sukun. Menurut Louhenapessy
(2013), pada tahun 1980-an masyarakat Maluku masih menjadikan sagu

sebagai bahan makanan pokok, 50% mengkonsumsi sagu dan umbi umbian dan
hanya 17% yang mengkonsumsi beras. Namun saat ini telah terjadi penurunan konsumsi
pangan lokal dan semakin bergeser ke arah pangan beras. Dengan bertambahnya
jumlah penduduk yang mencapai 1.600.546 jiwa pada tahun 2013, maka
kebutuhan akan beras pun semakin meningkat. Tingkat konsumsi beras di
Maluku tidak sebanding dengan daya produksinya. Konsumsi beras masyarakat Maluku
hampir mencapai 120.000 ton per tahun sedangkan produksi beras di wilayah ini hanya
sekitar 79.000 ton per tahun. Kekurangan beras untuk kebutuhan pangan masyarakat di
provinsi Maluku cukup besar sehingga seringkali mengimpor dari luar daerah untuk
mencukupi kebutuhan konsumsi pangan beras.
Dari latar belakang tersebut menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan atau
konsumsi beras di Maluku seiring bertambahnya jumlah penduduk akan tetapi produksi padi
yang dihasilkannya pun belum sesuai. Rendahnya produksi padi yang dihasilkan dikarenakan
minimnya sarana jaringan irigasi serta bendungan, dan keterbatasan modal petani dalam
mengembangkan usaha taninya. Selain itu diperparah dengan rusaknya daerah aliran sungai
(DAS) di beberapa daerah sentra pengembangan padi di Maluku yang berdampak terhadap
penurunan debit air untuk mengairi sawah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi fisik Provinsi Maluku?
2. Bagaimana kondisi kependudukan Provinsi Maluku?
3. Bagaimana kondisi pertanian di Provnsi Maluku?
4. Bagaimana tingkat konsumsi beras per kapita di Provinsi Maluku?
5. Bagaimana kebutuhan padi dan palawija di Provinsi Maluku?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas matakuliah Geografi
Regional Indonesia, selain itu dalam makalah ini berisi tentang kondisi fisik dan
kependudukan serta potensi pertanian yang ada di Provinsi Maluku.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Letak, Luas dan Batas Wilayah
Provinsi Maluku terletak diantara 3 LU 8.30 LS dan 125-135 BT seluas
712.479,69 km, merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari 632 pulau besar dan kecil.
Provinsi Maluku memiliki batas di sebelah utara dengan Provinsi Maluku Utara, sebelah
selatan dengan negara Timor Leste, sebelah Barat dengan Sulawesi Tenggara dan Sulawesi
Tengah, sebelah Timur dengan Provinsi Irian Jaya. Provinsi Maluku memiliki luas daratan
sebesar 54.185 km dan luas lautan 658.294,69 km. Pembagian administratif kabupaten dan
kota di Provinsi Maluku disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Wilayah Administrasi Provinsi Maluku

Sumber : BKPM Provinsi Maluku

Berdasarkan pendekatan geografis, kesamaan budaya, alam dan kecenderungan


orientasi, kesamaan perekonomian dan potensi sumber daya alam, maka wilayah kepulauan
Maluku

dapat

dikelompokkan

dalam

enam

gugus

pulau

masing-masing:

Gugus Pulau Pertama: meliputi Pulau Buru, Pulau Seram, Pulau Ambon, Kepulauan Lease
(Pulau Saparua, Haruku dan Nusalaut), Geser, Gorom, Monowako, Banda, Teon, Nila dan
Serua
1. Gugus Pulau Kedua: meliputi Kepulauan Kei dan Kesui
2. Gugus Pulau Ketiga : meliputi Kepulauan Aru
3. Gugus Pulau Keempat: meliputi Kepulauan Tanimbar (Pulau Yamdena), Larat,
Waliaru, Selaru, Selu, Sera dan Molu
4. Gugus Pulau Kelima: meliputi Kepulauan Babar dan Pulau Sermata
5. Gugus Pulau Keenam: meliputi Pulau Damar, Romang, Leti, Moa, Lakor, Kisar dan
Wetar.

2.2 Kondisi Fisik Provinsi Maluku


2.2.1 Iklim
Berdasarkan klasifikasi Koppen, iklim di Maluku tergolong type Alpa, dan hanya
sebagian kecil yang tergolong type Ae, seperti daerah-daerah Obi, Tual dan Dobo.
Berdasarkan klasifikasi Schmid Ferguson, iklim di Maluku tergolong type A dan B dan hanya
sebagian kecil saja tergolong type C seperti Daerah Tual ( Maluku Tenggara ). Daerah
Maluku mengenal 2 musim yakni : musim barat atau utara dan tenggara atau timur yang di
selingi oleh dua macam pancaroba yang merupakan transisi kedua musim tersebut. Musim
barat di Maluku berlangsung dari bulan Desember sampai bulan Maret, sedangkan bulan
April adalah masa transisi ke musim tenggara. Musim tenggara berlaku rata-rata 6 bulan
berawal dari bulan Mei dan berakhir pada bulan Oktober. Masa transisi ke musim barat
adalah pada bulan November. Keadaan musim tidak homogen dalam arti setiap musim
berlaku di daerah ini memberikan pengaruh yang berbeda-beda pada daratan maupun
lautannya.
Provinsi Maluku memiliki Temperatur rata-rata 26,2 0C. Keadaan curah hujan di
Maluku dapat dibagi empat kategori dengan curah hujan 1.000 mm/th, terjadi di Pulau Wetar
dan sekitarnya, curah hujan antara 1.000-2.000 mm/th di Pulau Babar, Tanibar, Aru dan
sebagian pulau Buru, kepulauan Sula, Bacan dan sekitar Tobelo, curah hujan antara 2.0003.000 mm/th di Pulau Seram, Gorom, Obi, Morotai dan Kei Kecil. curah hujan lebih dari
3.000 mm/tahun terdapat di Pulau Lease, pulau Kei kecil, Pulau Ambon dan Kao. Curah
hujan tertinggi terdapat di Gunung Darlisa (di Pulau Seram bagian Barat ) sebesar 3.384
mm/tahun. Sedangkan curah hujan terendah terdapat di Tiwakr (pulau Wetar) sebesar 991
mm/tahun.
2.2.2 Topografi
Keadaan topografi Provinsi Maluku terdiri atas tanah datar seluas 1.251.630 ha
(14,6%), tanah berombak seluas 2.417.530 ha (28,2%), tanah bukit dan pegunungan
4.903.640 ha (57,2%). Topografi di Provinsi Maluku secara umum berbukit-bukit sepanjang
garis pantai menuju dataran tinggi, karateristik wilayah ini dipengaruhi oleh adanya
pertemuan dua buah lempeng bumi yang disebut dengan Sirkum Pasifik dan Mediterania.
Karakteristik tersebut menjadikan wilayah ini hampir 70 persen terdiri dari dataran tinggi
dengan ketinggian yang bervariasi. Daratan Provinsi Maluku tidak terlepas dari gugusan
gunung yang terdapat hampir di seluruh kabupaten/ kota, yang berjumlah empat gunung.
Gunung yang tertinggi yaitu Gunung Binaya dengan ketinggian 3.055 m, terletak di Pulau

Seram, Kabupaten Maluku Tengah. Gunung lainnya adalah Salahutu di Pulau Ambon,
Gunung Api di Pulau Banda, dan Gunung Kapala Madan di Pulau Buru.
2.2.3 Jenis Tanah dan Penggunaan Lahan
Jenis tanah yang tersebar di Provinsi Maluku yaitu tanah kompleks, tanah latosol,
tanah regosol, dan tanah alluvial. Ketersediaan sumberdaya lahan di Provinsi Maluku relatif
sangat terbatas, karena kondisi geografis wilayah yang mencirikan provinsi Maluku sebagai
daerah kepulauan, dengan luas laut jauh lebih besar dari luas daratan. Penggunaan lahan di
Provinsi Maluku terbagi menjadi tiga yaitu hutan sebesar 4.663.346 ha, perkebunan
1.398.683 ha, lahan pertanian 858.398 (ha) dan areal penggunaan lain sebesar 755.154 ha.
2.2.4 Hidrologi
Provinsi Maluku memiliki beberapa sungai besar maupun sungai kecil yang sangat
potensial untuk kebutuhan air bersih, irigasi, pembangkit listrik, dan untuk berbagai
kebutuhan lainnya. Terdapat 113 sungai diantaranya 86 sungai besar (berair sepanjang tahun)
serta 11 danau. Sungai-sungai besar yang terdapat di Maluku antara lain: sungai Apu,
Masiulang,Ruata, Sapalewa, dan Sapolewa. Adapun danau sebanyak sebelas danau yaitu
danau Tihu (Maluku Tenggara Barat), danau Abiel, Ngilngof, Fan, Ohoillim (Maluku
Tenggara), danau Tihu, Telaga Raja, Tihu Suli, Kaitetu (Maluku Tengah), danau Rana (Buru),
dan danau Laha (Ambon).
2.3 Potensi Sumber Daya
Provinsi Maluku memiliki kekayaan sumberdaya alam yang cukup potensial untuk
dikembangkan, terutama pertanian, perikanan, kehutanan, perkebunan dan pertambangan.
Potensi pertanian dalam arti luas merupakan sektor yang menjadi prioritas pengembangan
yang diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sebagian besar mata
pencaharian penduduk bertumpu pada sektor ini. Lahan pertanian yang ada sebahagian besar
diusahakan oleh masyarakat untuk pengembangan sejumlah komoditi tanaman pangan,
perkebunan dan kehutanan.
Lahan pada beberapa pulau besar di Propinsi Maluku sebagian besar telah
dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian yang meliputi tanaman pangan, perkebunan, dan
kehutanan. Selain itu, wilayah ini memiliki sumber daya kelautan (maritim), kehutanan, dan
pertambangan yang memiliki potensi untuk dikembangkan, yang dewasa ini belum
dimanfaatkan secara optimal. Sebahagian besar wilayah Provinsi Maluku merupakan areal

potensial untuk pengembangan kegiatan pertanian. Sektor pertanian dalam arti luas
merupakan sektor penggerak utama peningkatan perekonomian masyarakat yang diarahkan
agar mampu membawa efek ganda terhadap sektor-sektor lain.
Provinsi Maluku memiliki potensi yang cukup besar di sektor perkebunan. Komoditas
perkebunan yang dapat dikembangkan adalah kelapa dan kakao. Potensi lahan yang dapat
dikembangkan untuk produk perkebunan adalah 488.859 ha untuk kelapa yang tersebar di
Kabupaten Buru Selatan, Kepulauan Aru, dan di tersebar di Provinsi Maluku, dan 12.951 ha
untuk kakao. Selain tanaman perkebunan, komoditas yang berpotensi untuk dikembangkan
antara lain komoditas rempah-rempah yang terdiri atas pala, kemiri, dan cengkeh. Lokasi
perkebunan tersebar di Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Tual, Kabupaten Buru
dan Kabupaten Buru Selatan, Kabupaten Seram Barat dan Timur.
Luas Kawasan hutan di Provinsi Maluku sesuai SK Menhut No. 415/Kpts-II/1999
tanggal 15 Juni 1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Maluku
adalah seluas 7.264.707 ha, sedangkan luas daratan kawasan hutannya mencapai 7,146,109
ha. Terdapat potensi kayu atau non kayu dari skctor kehutanan dimana potensi kayu dengan
luas kawasan hutan produksi yang dapat dimanfaatkan (Hutan Produksi atau Hutan Produksi
Tetap) mencapai 36 persen dari total luas kawasan hutan, potensi hasil hutan kayu di
Maluku diperkirakan 700.000 m3 per tahun. Jenis-jenis komersial dominan meliputi
meranti (Shorea sp), nyatoh (Palaquium spp), matoa (Pometia spp), dan merbau (Intsia spp),
sedangkan potensi non kayu hasil hutan bukan kayu dominan adalah minyak kayu putih,
gaharu/ kemedangan, damar, dan rotan.
Selain itu, Penggerak perekonomian Provinsi Maluku adalah sektor perikanan dimana
Maluku memiliki wilayah perairan yang dominan sebesar 92,4% dari keseluruhan
wilayahnya yang berpeluang untuk pengembangan usaha perikanan tangkap, budidaya laut
dan pengembangan industry pengolahan ikan. Potensi produksi sumberdaya perikanan
sebesar 1.640.030 ton/tahun. Komoditas perikanan yang berpotensi besar untuk
dikembangkan antara lain ikan pelagis besar (tuna, cakalang, tongkol, kakap, tenggiri)
sebesar 424.260 ton/tahun; ikan pelagis kecil (ikan teri, kembung, layang selar, julung)
sebesar 169.834,33 ton/tahun; ikan demersal (kakap merah, lengcan, ekor kuning, dan
baronang) sebesar 6.7801,78 ton/per tahun; lobster sebesar 14.992,37 ton/tahun; cumi-cumi
sebesar 22.874,16 ton/tahun; udang peneid sebesar 26.545,26 ton/tahun; rumput laut sebesar
16.387 ton/tahun; ikan kerapu sebesar 38.484 ton/tahun, ikan nila dan ikan mas sebesar
19.682 ton/tahun, udang windu sebesar 3.556 ton/tahun. Pembangunan industri pengolahan
produk primer menjadi sekunder sangat berpotensi untuk dikembangkan. Saat ini industri

pengolahan ikan yang sudah dibangun berlokasi di Kota Ambon, Pulau Seram bagian barat,
dan Pulau Buru.
Dalam bidang pertambangan memiliki berbagai potensi galian dan mineral yang
belum dikembangkan secara optimal. Potensi tambang dan energi yang dapat diolah antara
lain: nikel dengan perkiraan cadangan 42.763.460 ton, emas dengan perkiraan cadangan
192.000.000 ton, tembaga dengan perkiraan cadangan mencapai 240.000.000 ton, dan pasir
besi dengan perkiraan cadangan mencapai 68.840 ton. Emas banyak terdapat di Pulau Wetar
dan Lirang, sementara kaolin, pasir kuarsa, belerang, kapur, batu apung, asbes, mangan,
tembaga, krom, dan bahan mineral lainnya tersebar di 40 daerah lokasi pertambangan di
Maluku. Selain itu, telah ditemukan lokasi tambang minyak dan gas bumi di sekitar Pulau
Seram, Buru, Kepulauan Aru, dan Tanimbar. Selain itu terdapat potensi sumber panas bumi
yang dapat dikelola menjadi energi listrik mencapai 600 MW yang terletak di Desa Suli,
Pulau Ambon. Potensi tersebut tersebar di pulau Ambon, Haruku, Saparua, Nusalaut, Seram,
Buru.
2.4 Kondisi Kependudukan Provinsi Maluku
2.4.1 Jumlah Penduduk
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Provinsi Maluku

Tahun

2011

2012

2013

Jumlah Pria (jiwa)

799.639

819.408

824.877

Jumlah Wanita (jiwa)

783.650

800.716

775.669

Total (jiwa)

1.583.289

1.620.124

1.600.546

Sumber : BPS Provinsi Maluku

Tabel di atas menunjukkan jumlah penduduk Provinsi Maluku. Jumlah penduduk


Provinsi Maluku mencapai 1,53 juta jiwa berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada tahun
2010. Angka ini terus meningkat dan pada tahun 2011 mencapai 1,58 juta jiwa. Peningkatan
jumlah penduduk terus terjadi hingga tahun 2012 yang mencapai 1,62 juta jiwa, kemudian di
tahun 2013 terjadi penurunan jumlah penduduk menjadi 1,60 juta jiwa penurunan jumlah
penduduk tersebut tidak terlalu signifikan. Kepadatan Penduduk di Provinsi Maluku pada
tahun 2013 hanya sekitar 30 jiwa/km2 . Hal ini sangat berbeda jauh dengan Pulau jawa yang
kepadatannya sangat tinggi seperti di Jawa Tengah yang kepadatannya lebih dari 900
jiwa/km2. Data kepadatan penduduk disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. Kepadatan Penduduk, Laju Pertumbuhan, dan Sex Ratio di Provinsi Maluku

Kepadatan

Laju

Penduduk

Pertumbuhan

(jiwa/km2)

Penduduk (%)

2011

29

2,77

101,90

2012

30

2,08

101,87

2013

30

1,81

101,84

Uraian
Tahun

Sex Ratio (L/P)


(%)

Sumber : BPS Provinsi Maluku (Statistik dalam Angka)

Berdasarkan tabel di atas, Laju pertumbuhan penduduk provinsi Maluku mengalami


penurunan dari tahun 2011 sebesar 2,77% menjadi 1,81% pada tahun 2013. Sedagkan secara
umum jumlah laki-laki di Provinsi Maluku masih lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
perempuan dengan sex ratio antara laki-laki dan perempuan pada tahun 2013 sebesar 108,84.
2.4.2 Komposisi Penduduk

Gambar 1. Piramida Penduduk Provinsi Maluku Tahun 2013

Komposisi penduduk di Provinsi Maluku didominasi oleh penduduk anak-anak (10


tahun ke bawah). Hal menarik yang dapat diamati pada piramida penduduk adalah adanya
perubahan arah perkembangan penduduk yang ditandai dengan penduduk usia 0-4 tahun yang
jumlahnya lebih sedikit dari kelompok penduduk usia yang lebih tua yaitu 5-9 tahun. Hal
tersebut menunjukkan bahwa pemerintah berhasil mempertahankan tingkat pertumbuhan
yang rendah atau lebih redah disbanding sebelumnya.
2.5 Pertanian

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia
untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk
mengelola lingkungan hidupnya. Indonesia sejak masa kolonial hingga sekarang tidak dapat
dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang
sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial
masyarakat di berbagai wilayah Indonesia tidak terkecuai di Provinsi Maluku. Usaha
pertanian terdapat subsektor didalamnya seperti subsektor tanaman pangan, subsektor
perkebunan, subsektor kehutanan, subsektor peternakan, dan subsektor perikanan.
Usaha subsektor tanaman pangan meliputi usaha tanaman padi dan palawija.
Berdasarkan hasil sesus pertanian (ST) tahun 2013 diketahui bahwa rumah tangga tanaman
pangan di Indonesia didominasi oleh rumah tangga yang mengelola tanaman padi. Jumlah
rumah tangga usaha tanaman padi di Provinsi Maluku pada tahun 2013 sebanyak 13.786
rumah tangga, atau -7,85 rumah tangga. Sedangkan perusahaan pertanian berbadan hukum di
Provinsi Maluku yang melakukan pengelolaan tanaman padi ada sebanyak 0 perusahaan.
Tanaman pangan palawija hasil ST tahun 2013, banyaknya rumah tangga usaha tanaman
palawija di Provinsi Maluku pada tahun 2013 sebanyak 101.597 rumah tangga. Jumlah
perusahaan pertanian berbadan hukum di Provinsi Maluku yang melakukan pengelolaan
tanaman palawija ada sebanyak 0 perusahaan.
Perkembangan produksi tanaman pangan di Provinsi Maluku mengalami kenaikan di
tanaman padi, ubi jalar dan kacang hijau pada tahun 2013. Sedangkan produksi jagung, ubi,
ubi kayu, kacang tanah dan kacang kedelai mengalami penurunan di tahun 2013. Data yang
disajikan untuk jenis tanaman pangan yang diusahakan di Provinsi Maluku hanya 7 (tujuh)
jenis tanaman yang utama, yaitu padi (padi sawah dan padi ladang), jagung, ubi jalar, ubi
kayu, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau. Berikut ini disajikan data produksi
pertanian tanaman pangan ditabel ini.

2.5.1 Produksi Padi

Tabel 4. Luas Panen, Produktivitas, Produksi Tanaman Padi Provinsi Maluku

Provinsi

Jenis

Maluku
Maluku
Maluku
Maluku

Tanaman
Padi
Padi
Padi
Padi

Maluku

Padi

Luas Panen

Produktivitas

Produksi

2010
2011
2012
2013

(Ha)
20.233
21.227
20.489
24.399

2014

21.613

(Ku/Ha)
41.08
41.21
41.13
41.74
47.53

(Ton)
83.109
87.468
84.271
101.835
102.737

Tahun

Sumber : Badan Pusat Statistik (http://bps.go.id/site/resultTab)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan luas panen, produktivitas dan produksi padi di
Provinsi Maluku dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Dalam waktu 5 tahun tersebut produksi
pertanian padi secara umum mengalami fluktuasi, dapat diihat luas panen mengalami
fluktuasi pada tahun 2010 sebesar 20.233 ha lalu meningkat di tahun 2011 menjadi 21.227 ha,
kemudian turun kembali di tahun 2012 menjadi 20.489 ha dan kembali lagi mengalami
kenaikan menjadi 24.399 ha dan ditahun 2014 kembali menurun.
Sedangkan produktivitas juga mengalami fluktuasi, terjadi peningkatan produktivitas
di tahun 2014 sebesar 47,53 kw/ha mengalami kenaikan sebesar 5,79 kw/ha dari tahun 2013.
Dan untuk produksi padi di Provinsi Maluku juga mengalami fluktuasi dimana dari tahun
2010-2011 mengalami kenaikan menjadi 87.468 ton di tahun 2011 kemudian menurun
menjadi 84.271 ton, dan mengalami kenaikan di tahun 2013 dan 2014 menjadi 102.737 ton di
tahun 2014.
Di Maluku hanya ada empat kabupaten yang mengusahakan padi sawah yakni
Kabupaten Maluku Tengah, kemudian Kabupaten Buru, Kabupaten Seram bagian Timur dan
Kabupaten Seram bagian Barat.
2.5.2 Produksi Jagung
Tabel 5. Luas Panen, Produktivitas, Produksi Tanaman Jagung Provinsi Maluku
Provinsi

Jenis

Tahun

Luas Panen

Produktivitas

Tanaman
(Ha)
(Ku/Ha)
Maluku
Jagung
2010
6.293
24,27
Maluku
Jagung
2011
4.808
28,86
Maluku
Jagung
2012
4.768
38,34
Maluku
Jagung
2013
3.203
37,28
Maluku
Jagung
2014
3.795
27,85
Sumber : Badan Pusat Statistik (http://bps.go.id/site/resultTab)

Produksi
(Ton)
15.273
13.875
18.281
11.940
10.568

Tabel diatas menunjukkan luas panen, produktivitas, dan tingkat produksi tanaman
jagung di Provinsi Maluku dalam rentangan waktu dari tahun 2010 sampai 2014. Jika dilihat
dalam 5 tahun terakhir yaitu pada tahun 2010-2014, baik itu luas panen, produktivitas,
maupun tingkat produksi tanaman jagung di Maluku mengalami angka yang cukup fluktuatif.
Jika dilihat luas panen dari tahun 2010-2013 mengalami penurunan yang cukup signifikan.
2.5.3 Produksi Kedelai
Tabel 6. Luas Panen, Produktivitas, Produksi Tanaman Kedelai Provinsi Maluku
Provinsi

Jenis

Tahun

Luas Panen

Produktivitas

Tanaman
(Ha)
(Ku/Ha)
Maluku
Kedelai
2010
988
11,97
Maluku
Kedelai
2011
248
12,02
Maluku
Kedelai
2012
272
12,79
Maluku
Kedelai
2013
203
12,51
Maluku
Kedelai
2014
457
12,65
Sumber : Badan Pusat Statistik (http://bps.go.id/site/resultTab)

Produksi
(Ton)
1.183
298
348
254
578

Tabel diatas menunjukkan luas panen, produktivitas, dan tingkat produksi tanaman
Kedelai di Provinsi Maluku pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Jika dilihat di 5
tahun terakhir, yaitu pada tahun 2010-2014 baik dalam hal luas panen dan tingkat produksi
mengalami angka yang cukup fluktuatif dalam 5 tahun tersebut. Untuk tahun 2010 luas
panen, produktivitas dan produksi tanaman kedelai di Maluku cukup tinggi mencapai 1.183
ton tetapi angka tersebut turun drastis hingga tahun 2013.
2.5.4 Produksi Kacang Tanah
Tabel 6. Luas Panen, Produktivitas, Produksi Tanaman Kacang Tanah Provinsi Maluku
Provinsi
Maluku
Maluku
Maluku
Maluku
Maluku

Jenis
Tanaman
Kacang tanah
Kacang tanah
Kacang tanah
Kacang tanah
Kacang tanah

Tahun
2010
2011
2012
2013
2014

Luas Panen

Produktivitas

Produksi

(Ha)
2.454
2.222
1.529
1.264
1.149

(Ku/Ha)
12,02
12,78
12,69
11,28
10,64

(Ton)
2.950
2.839
1.941
1.426
1.222

Tabel diatas menunjukkan luas panen, produktivitas, dan tingkat produksi tanaman
Kacang tanah di Provinsi Maluku pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Jika dilihat di
5 tahun terakhir, yaitu pada tahun 2010-2014 baik dalam hal luas panen dan tingkat produksi
mengalami angka yang cukup fluktuatif dalam 5 tahun tersebut. Dapat terihat luas panen,
produktivitas dan produksi dari tahun 2010 hingga tahun 2014 terus mengalami penurunan.

2.5.5 Produksi Kacang Hijau


Tabel 7. Luas Panen, Produktivitas, Produksi Tanaman Kacang Hijau Provinsi Maluku
Provinsi

Jenis

Tahun

Luas Panen

Tanaman
(Ha)
Maluku
Kacang Hijau
2010
839
Maluku
Kacang Hijau
2011
655
Maluku
Kacang Hijau
2012
638
Maluku
Kacang Hijau
2013
841
Maluku
Kacang Hijau
2014
754
Sumber : Badan Pusat Statistik (http://bps.go.id/site/resultTab)

Produktivitas

Produksi

(Ku/Ha)
10,58
10,56
10,56
10,57
10,57

(Ton)
888
692
674
889
797

Tabel diatas menunjukkan luas panen, produktivitas, dan tingkat produksi tanaman
kacang hijau di Provinsi Maluku pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Jika dilihat di 5
tahun terakhir, yaitu pada tahun 2010-2014 baik dalam hal luas panen dan tingkat produksi
mengalami angka yang cukup fluktuatif dalam 5 tahun tersebut. Untuk tahun 2010-2012 baik
dari luas panen, produktivitas dan produksi mengalami penurunan, kembali mengalami
peningkatan di tahun 2013 lalu menurun di tahun 2014.
2.5.6 Produksi Ubi Kayu
Tabel 8. Luas Panen, Produktivitas, Produksi Tanaman Ubi Kayu Provinsi Maluku
Provinsi

Jenis

Tahun

Luas Panen

Tanaman
(Ha)
Maluku
Ubi Kayu
2010
9.227
Maluku
Ubi Kayu
2011
7.040
Maluku
Ubi Kayu
2012
6.243
Maluku
Ubi Kayu
2013
4.794
Maluku
Ubi Kayu
2014
5.013
Sumber : Badan Pusat Statistik (http://bps.go.id/site/resultTab)

Produktivitas

Produksi

(Ku/Ha)
156.5
178.64
191.49
204.03
195.41

(Ton)
144.407
125.763
119.545
97.813
97.959

Tabel diatas menunjukkan luas panen, produktivitas, dan tingkat produksi tanaman
ubi kayu di Provinsi Maluku pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Jika dilihat di 5
tahun terakhir, yaitu pada tahun 2010-2014 baik dalam hal luas panen dan tingkat produksi
mengalami angka yang cukup fluktuatif dalam 5 tahun tersebut. Untuk tahun 2010-2013 baik
dari luas panen, produktivitas dan produksi mengalami penurunan, kembali mengalami
peningkatan di tahun 2013 lalu menurun di tahun 2014.
2.5.7 Produksi Ubi Jalar
Tabel 9. Luas Panen, Produktivitas, Produksi Tanaman Ubi Jalar Provinsi Maluku
Provinsi

Jenis

Tahun

Luas Panen

Produktivitas

Produksi

Tanaman
(Ha)
Maluku
Ubi Jalar
2010
2.426
Maluku
Ubi Jalar
2011
1.967
Maluku
Ubi Jalar
2012
1.982
Maluku
Ubi Jalar
2013
1.796
Maluku
Ubi Jalar
2014
1.660
Sumber : Badan Pusat Statistik (http://bps.go.id/site/resultTab)

(Ku/Ha)
85.47
91.07
97.94
109.14
135.83

(Ton)
20.734
17.913
19.411
19.602
22.547

Tabel diatas menunjukkan luas panen, produktivitas, dan tingkat produksi tanaman
ubi jalar di Provinsi Maluku pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Jika dilihat di 5
tahun terakhir, yaitu pada tahun 2010-2014 baik dalam hal luas panen dan tingkat produksi
mengalami angka yang cukup fluktuatif dalam 5 tahun tersebut. Untuk luas panen dari tahun
2010-2014 terus mengalami penurunan hal ini berbanding terbalik dengan produktivitas
tahun 2010-2014 yang mengalami peningkatan, sedangkan untuk produksi ubi jalar cuku
berfluktuatif.
2.6 Analisis Data
Berdasarkan data dari Statistik Konsumsi Pangan Tahun 2012, tingkat konsumsi beras
dari tahun 2008-2010 mencapai 80 kg/kap/tahun, sedangkan hasil dari Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) BPS pada tahun 2011, menyebutkan tingkat konsumsi beras
masyarakat Maluku mencapai 108,55 kg/kap/tahun. Angka tersebut lebih tinggi dari rata-rata
tingkat konsumsi beras Nasional yang hanya sebesar 104 kilogram per kapita, per tahun.
Jumlah ini sangat jauh jika dibandingkan dengan negara Asia lainnya yang hanya
mengkonsumsi beras sebanyak 40 - 80 kilogram per kapita per tahun. Sementara standar FAO
untuk konsumsi beras adalah 60 65 kilogram per kapita per tahun.
TAHUN 2010
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2010, menyebutkan jumlah penduduk di Provinsi
Maluku adalah sebanyak 1.533.506 jiwa. Rata-rata kebutuhan beras penduduk Maluku dalam
tahun 2010 :
Konsumsi beras per jiwa per tahun jumlah penduduk = 76,05 Kg/jiwa/tahun 1.533.506
Jiwa
= 116.623.131 Kg/tahun
= 116.623 Ton / tahun
Sementara itu, berdasarkan data dari BPS produksi padi di Provinsi Maluku tahun 2010
adalah sebesar 83.109 ton. Kecukupan Beras di Provinsi Maluku pada tahun 2010 :
Kecukupan Beras = Jumlah produksi padi (jumlah penduduk x konsumsi beras

/orang/tahun)
= 83.109 Ton 116.623 Ton
= -33.514 Ton/tahun
Berdasarkan perhitungan tersebut, menunjukkan produksi padi di provinsi Maluku pada
tahun 2010 mengalami defisit sebesar 33.514 Ton.
TAHUN 2011
Berdasarkan data dari BPS, menyebutkan jumlah penduduk di Provinsi Maluku tahun 2011
adalah sebanyak 1.583.289 jiwa. Rata-rata kebutuhan beras atau kecukupan beras penduduk
Maluku dalam tahun 2011 :
Konsumsi beras per jiwa per tahun jumlah penduduk = 108,55Kg/jiwa/tahun1.583.289
Jiwa
= 171.866.020 Kg/tahun
= 171.866 Ton / tahun
Sementara itu, berdasarkan data dari BPS produksi padi di Provinsi Maluku tahun 2011
adalah sebesar 87.468 ton. Kecukupan Beras di Provinsi Maluku pada tahun 2011 :
Kecukupan Beras = Jumlah produksi padi (jumlah penduduk x konsumsi beras
/orang/tahun)
= 87.468 Ton 171.866 Ton
= -84.398 Ton/tahun
Berdasarkan perhitungan tersebut, menunjukkan produksi padi di provinsi Maluku pada
tahun 2011 mengalami defisit sebesar 84.398 Ton.
TAHUN 2012
Berdasarkan data dari BPS, menyebutkan jumlah penduduk di Provinsi Maluku tahun 2012
adalah sebanyak 1.620.124 jiwa. Rata-rata kebutuhan beras atau kecukupan beras penduduk
Maluku dalam tahun 2012 :
Konsumsi beras per jiwa per tahun jumlah penduduk = 108,55Kg/jiwa/tahun1.620.124
Jiwa
= 175.864.460 Kg/tahun
= 175.864 Ton / tahun
Sementara itu, berdasarkan data dari BPS produksi padi di Provinsi Maluku tahun 2012
adalah sebesar 84.271 ton. Kecukupan Beras di Provinsi Maluku pada tahun 2012 :
Kecukupan Beras = Jumlah produksi padi (jumlah penduduk x konsumsi beras

/orang/tahun)
= 84.271 Ton 175.864 Ton
= -91.593 Ton/tahun
Berdasarkan perhitungan tersebut, menunjukkan produksi padi di provinsi Maluku pada
tahun 2012 mengalami defisit sebesar 91.593 Ton.
TAHUN 2013
Berdasarkan data dari BPS, menyebutkan jumlah penduduk di Provinsi Maluku tahun 2013
adalah sebanyak 1.600.546 jiwa. Rata-rata kebutuhan beras atau kecukupan beras penduduk
Maluku dalam tahun 2013 :
Konsumsi beras per jiwa per tahun jumlah penduduk = 108,55Kg/jiwa/tahun1.600.546
Jiwa
= 173.739.268 Kg/tahun
= 173.739 Ton / tahun
Sementara itu, berdasarkan data dari BPS produksi padi di Provinsi Maluku tahun 2013
adalah sebesar 101.835 ton. Kecukupan Beras di Provinsi Maluku pada tahun 2013 :
Kecukupan Beras = Jumlah produksi padi (jumlah penduduk x konsumsi beras
/orang/tahun)
= 101.835 Ton 173.739 Ton
= -71.904 Ton/tahun
Berdasarkan perhitungan tersebut, menunjukkan produksi padi di provinsi Maluku pada
tahun 2013 mengalami defisit sebesar 71.904 Ton.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dari tahun 2010 hingga tahun 2013 produksi padi di
provinsi Maluku terus mengalami peningkatan. Walaupun terjadi peningkatan produksi padi
tetapi ketersediaan beras pun masih kurang hal ini dikarenakan tingkat konsumsi beras yang
cukup tinggi dan produksi padi tidak sesuai. Dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013
kebutuhan atau kecukupan beras di Provinsi Maluku selalu defisit dan jumlahnya
berfluktuasi.
Menurut Dinas Pertanian Provinsi Maluku wilayah produktif yang memiliki padi
sawah ada pada 2 wilayah pulau saja yaitu Pulau Seram dan Pulau Buruh kedua pulau ini
adalah Pulau besar yang ada di Provinsi Maluku, di Pulau Seram ada 3 kabupaten yaitu
Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur dan Kabupaten Maluku
Tengah dan di Pulau Buru yaitu Kabupaten Buru hal ini tidak terlepas dari dua wilayah

tersebut yang merupakan daerah transmigrasi masyarakat Jawa yang kulturnya bermata
pencahrian sebagai petani penggarap sawah. Tetapi kemampuan produksi di daerah
transmigrasi Maluku hanya 30.000 ton, maka jalan lain yang harus ditempuh dengan
mengimpor sekitar 140.000 ton per tahun.
Rendahnya produksi padi pun disebabkan beberapa faktor antara lain pola usaha tani
masih subsisten, adanya pola konsumsi beralih ke beras sehingga upaya penyediaan pangan
lokal menjadi berkurang maupun belum berkembangnya industri pengolahan untuk
memanfaatkan kelebihan panen. Berubahnya pola konsumsi masyarakat Maluku ke Beras
sebagai akibat dari, harga pangan lokal terkadang lebih tinggi dari beras, pangan lokal tidak
tahan disimpan dalam jangka waktu lama, pangan lokal perlu diolah lagi menjadi siap saji.
Selain itu dari segi kondisi geografis Maluku sebagai daerah kepulauan dengan luas
laut yang lebih luas dari daratan menybabkan terbatasnya sumberdaya lahan. Selain itu,
sebagai Provinsi kepulauan menjadikan akses pengiriman beras dari luar daerah sebagai
penyokong pangan untuk wilayah ini menjadi sulit ketika musim gelombang, mengingat
posisi Maluku di kelilingi oleh laut banda yang diketahui memiliki gelombang 4-5meter
ketika musimnya.
Untuk mewujudkan ketahanan pangan, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
melaksanakan kembali diversifikasi pangan menuju produksi dan konsumsi pangan yang
beragam, bergizi seimbang dan aman, serta yang terpenting adalah berbasiskan sumberdaya
lokal. Diversifikasi tanaman pangan non beras sebagai usaha untuk menekan tingkat
ketergantungan terhadap beras. Kebijakan tersebut guna memotivasi masyarakat melakukan
perubahan paradigma dan budaya mengkonsumsi pangan yang beragam dan variatif,
mengingat Provinsi Maluku dikenal dengan beragam tanaman pangan lokalnya sudah
seyogyanya dapat mengurangi kebutuhan akan beras dan mengkonsumsi tanaman pangan
lokal atau palawija.
Jika diamati Maluku memiliki Potensi pangan lokal yang mampu memenuhi
kebutuhan pangan masyarakat Maluku. Ketahanan pangan dapat terjadi jika kondisi kondusif
dalam mengembangkan penanganan permasalahan pangan, baik di tingkat nasional (makro)
maupun daerah (mikro). Ketahanan pangan harus bertumpu pada sumber daya lokal sehingga
mampu menghindarkan ketergantungan pada impor. Berbagai jenis tanaman pangan non
beras (palawija) seperti jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, dan ubi jalar dapat
dikonsumsi sebagai bahan pangan utama pengganti beras sehingga kebutuhan pangan di
wilayah tersebut dapat terpenuhi dengan baik, juga dapat menjaga ketahanan pangan Provinsi
Maluku. Berikut ini dipaparkan kecukupan palawija di Provinsi Maluku pada tahun 2013.

TAHUN 2013
Jumlah penduduk Provinsi Maluku tahun 2013 berdasarkan data dari BPS tercatat sebanyak
1.600.546 jiwa.
Jagung

: 11.940

Kedelai

254

Kacang tanah

1.426

Kacang Hijau

889

Ubi kayu

: 97.813

Ubi jalar

: 19.602

Total palawija Maluku : 131.924

Konsumsi palawija per orang per hari di Propinsi Maluku pada tahun 2013 :
Jumlah produksi palawija per tahun jumlah penduduk =
=

131.924 1.600.546 Jiwa


0,08 Ton/orang/ tahun
atau 80 kg/orang/tahun

Kecukupan palawija di Propinsi Maluku pada tahun 2013 :


Jumlah produksi palawija (jumlah penduduk x konsumsi palawija/orang/tahun)
= 131.924 (1.600.546 x 0,08)
= 131.924 128.043
= 3.881 Ton/tahun

Berdasarkan perhitungan diatas, Provinsi Maluku mengalami surplus palawija pada tahun
2013 yaitu sebesar 3.881 Ton
Jadi, jika produksi padi di Provinsi Aceh terus mengalami defisit maka seharusnya
dapat di topang dengan mengkonsumsi tanaman pangan non beras yaitu palawija yang di
hasilkan, karena hasil palawija yang dihasilkan oleh Provinsi Maluku cukup tinggi.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pertanian merupakan salah satu komoditas penting sebagai sektor ekonomi utama di
Indonesia. Salah satu komoditi pertanian yang cukup penting ialah tanaman pangan seperti
padi merupakan tulang punggung ketahanan pangan dan hajat hidup penduduk Indonesia.
Hampir 97% penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok utama dan
tampak pada kebutuhan akan konsumsi beras yang mencapai 108-137kg per kapita.
Maluku merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kondisi alam yang
heterogen dengan potensi sumber daya yang cukup melimpah dan sebagaian besar daerahnya
dikelilingi oleh laut. Selain itu Maluku juga dikenal kaya akan keragaman pangan lokalnya
seperti Sagu, Jagung, Ubi, Pisang, dan Sukun. Tetapi saat ini telah terjadi penurunan

konsumsi pangan lokal dan semakin bergeser ke arah pangan beras. Tingginya tingkat
konsumsi beras di Maluku tidak sebanding dengan daya produksinya.
Berdasarkan analisis data yang ada dari tahun 2010 hingga tahun 2013 produksi padi
di provinsi Maluku terus mengalami peningkatan. Tetapi peningkatan produksi tidak
seimbang dengan konsumsi beras yang ada sehingga kurangnya kebutuhan atau kecukupan
beras. Dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 kebutuhan atau kecukupan beras di
Provinsi Maluku selalu defisit dan jumlahnya berfluktuasi.
Untuk mewujudkan ketahanan pangan, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
melaksanakan kembali diversifikasi pangan menuju produksi dan konsumsi pangan yang
beragam. Berbagai jenis tanaman pangan non beras (palawija) seperti jagung, kedelai, kacang
tanah, ubi kayu, dan ubi jalar dapat dikonsumsi sebagai bahan pangan utama pengganti beras
sehingga kebutuhan pangan di wilayah tersebut dapat terpenuhi dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Perubahan Pola Makan Berpangaruh Menurunya Produksi Non Beras.
Diakses dari : http://www.radiodms.com/informasi/50-maluku/2874-perubahanpola-makan-berpangaruh-menurunya-produksi-non-beras.html
Badan Pusat Statistik. 2013. Sensus Pertanian Maluku. Di unduh dari http://st2013.bps.go.id.
Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku
Badan Koordinasi Penanaman Modal. 2011. Potensi Investasi Provinsi Maluku. Maluku
Departemen Kehutanan. Profil Provinsi Maluku. Maluku
Gadri Ramadhan Attamimi. 2014. Ketahanan Pangan Provinsi Maluku. Diakses dari :
https://gadriattamimi.wordpress.com/2015/02/24/ketahanan-pangan-di-maluku/
Kementrian Pertanian. 2012. Statistik Konsumsi Pangan Tahun 2012. Jakarta : Pusat Data
dan Sistem Informasi Pertanian.

Pusposari, Fitria. 2012. Analisis Pola Konsumsi Pangan Masyarakat di Provinsi Maluku.
Jakarta : Universitas Indonesia.
Rikumahu, Juliet V., dkk. 2013. Tingkat Ketergantungan Masyarakat Terhadap Konsumsi
Beras Di Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon. Maluku : Universitas Pattimura.

LAMPIRAN

Gambar 2. Peta Provinsi Maluku

Anda mungkin juga menyukai