Anda di halaman 1dari 25

DRAF BUKU PUTIH SANITASI

BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik
Kepulauan Tidore sebelumnya merupakan Ibukota Halmahera Tengah, seiring dengan reformasi sistem pemerintahan di
Indonesia maka, pada tahun 2003 Tidore Kepulauan dimekarkan sebagai daerah otonom berdasarkan Undang-undang
Nomor 1 Tahun 2003, yang diresmikan pada tanggal 31 Mei 2003.dengan luas wilayah 13.862,86 km 2, dengan luas laut
4.746 dan luas daratan 9.116, 36 km2, Secara geografis, letak wilayah Kota Tidore Kepulauan berada pada batas
astronomis 0-20 Lintang Utara dan pada posisi 127- 127,45 Bagian Timur. dan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah utara
Berbatasan dengan Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate dan Kecamatan Jailolo
Selatan Kabupaten Halmahera barat.
sebelah timur
Berbatasan dengan Kecamatan Wasile Selatan, Kabupaten Halmahera Timur dan
Kecamatan Weda Kabupaten Halmahera Tengah.
Sebelah selatan
Berbatasan dengan Gane Barat Kabupaten Halmahera Selatan dan Kecamatan pulau
Moti Kota ternate.
Sebelah barat
Berbatasan dengan Laut Maluku.
Iklim
Iklim yang terdapat di wilayah Kota Tidore Kepulauan ini seperti umumnya daerah kepulauan beriklim tropis, dimana
iklimnya sangat dipengaruhi oleh angin laut, curah hujan rata-rata kurang dari 2000 mm. Musim kemarau terjadi pada
bulan Desember sampai Maret, sedangkan musim hujan pada bulan Mei sampai dengan Oktober yang disebabkan oleh
angin musim tenggara. Musim pancaroba terjadi pada bulan April dan Desember.
Curah hujan
Curah hujan tertinggi terjadi bulan Juni dengan hari hujan 20 di susul bulan September dan Februari pada tahun 2006
kemudian untuk curah hujan tertinggi pada tahun 2007 yaitu pada bulan November dengan jumlah hari hujan 12 disusul
bulan Juni dan Januari.Suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara 25oC sampai 26,6oC. Suhu udara rata-rata tertinggi
terjadi pada bulan Desember dan terendah pada bulan Maret dan Juni. Kelembaban relatif udara rata-rata bulanan
berkisar antara 80% hingga 90%. Kelembaban rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Juni dan terendah pada bulan Juli
Lama penyinaran matahari rata-rata bulanan berkisar antara 20% sampai 79%, dengan lama penyinaran tertinggi terjadi
pada bulan Agustus dan terendah pada bulan September. Kecepatan angin rata-rata berkisar antara 11 km/jam dan 25
km/jam. Kecapatan angin tertinggi terjadi pada bulan Februari, dan terendah terjadi pada bulan November.
Rata-rata curah hujan dari stasiun yang ada di Kota Tidore Kepulauan adalah 24.55 mm/tahun. Bulan Basah terjadi ratarata 6-7 bulan per-tahun dan Bulan Lembab terjadi hanya 3-4 bulan. Rata-rata jumlah hari hujan pada stasiun penakar
curah hujan di Kota Tidore Kepulauan adalah 7 hari.
Kondisi Topografi
Daerah Kota Tidore Kepulauan secara fisiografi dapat di bagi manjadi 2 bentukan utama yaitu pada daerah Pulau Tidore
dan Pulau Halmahera. Pulau Tidore memiliki satuan bentukan asal gunungapi. Satuan ini memiliki kelerengan bervariasi
mulai dari 2 % hingga lebih dari 40%, hal ini sesuai dengan jenis bentukan asal Satuan vulkanik. Sedangkan untuk
Bagian ke dua wilayah Kota Tidore yang berada pada dartan Pulau Halmahera memiliki karakteristik yang berbeda
dengan Pulau Tidore. Satuan geomorfologi ini antara lain adalah dataran alluvial, perbukitan denudasional, perbukitan
denudasional ultramafik, Plato dan Monoklin.

Pokja Sanitasi Kota Tidore Kepulauan

DRAF BUKU PUTIH SANITASI


Dilihat dari topografi tiap pulau, maka hanya pulau Tidore yang memiliki topografi yang tajam dibandingkan dengan tiga
gugusan pulau terdekatnya yaitu berkisar antara 15 40 % dan bahkan sebagian > 40 %. Daerah-daerah yang
mempunyai topografi datar sampai landai di pulau Tidore dapat ditemui di Kelurahan Dowora, sebagian Kelurahan
Indonesiana, Rum, Ome,dan beberapa kelurahan yang mempunyai topografi datar. Kondisi topografi yang demikian juga
dapat ditemui di Pulau Maitara dan Pulau Mare, dimana seluruh kawasan yang mempunyai topografi datar sampai
landai sudah dimanfaatkan untuk permukiman. Sementara kawasankawasan dengan kemiringan lereng antara 25-40%
diperuntukkan untuk lahan perkebunan dan pertanian (kebun, tegalan, ladang).
Topografi / kemiringan tanah di Kota Tidore bervariasi antara 0- 2%, 2- 15%, 15 - 40%, banyak tersebar di pinggiran
pantai pulau Kondisi tekstur tanah di Kota Tidore Kepulauan sebagian besar memiliki cirri Halus sampai Sedang sedikit
berpasir memberikan kemampuan drainase yang cukup baik dilihat dari sifat porositas tanah yang menyerap air.
Jenis Tanah
Jenis Tanah Kota Tidore Kepulauan antara lain : Letosol, A Pedosol coklat kelabu, Pedosol merah Kuning penjelasan
sebagai berikut :
a. Tanah Letosol.
Jenis tanah ini mempunyai bahan induk yang berasal dari tuff vulkanis dan mempunyai 2 jenis yakni letosol
Vulkanis yang terdapat di Kecamatan Oba dan Oba Utara dengan luas masing 2.673 Ha dan 1.826 Ha
b. Tanah Aluvial
Jenis tanah ini terdapat di tanah datar dan terbentuk dari endapan sungai, yang terdiri dari 2 jenis yaitu alluvial
pantai yang pada umumnya terdapat di pesisir pantai Kecamatan Oba dan Oba Utara dengan luas 4.730 Ha
sedangkan Aluvial lembah 2.560 Ha.
c. Tanah Regosol
Jenis tanah ini adalah yang masih muda tanpa mengalami perkembangan. Struktur besar, drainasenya agak
cepat dan jenis tanah tersebut terdapat di Pulau Tidore dengan luas 7.435 Ha.
d. Tanah Pedosol
Jenis tanah ini dikenal ada 2 macam yaitu pedosol merah kuning mempunyai bahan induk metamorphosis dan
pedosol kelabu yang berasal dari batu metamorphosis. Daerah Kota Tidore Kepulauan memiliki jenis pedosol
merah kuning yang terdapat di Kecamatan Oba dengan luas 567,8 Ha.
e. Tanah Kompleks
Tanah kompleks ini merupakan tanah yang terdiri dari beberapa jenis tanah yang tidak dapat dipisahkan sendirisendiri terdapat di Kecamatan Oba dan Oba Utara dengan luas + 786,85 Ha. Jenis tanah ini mempunyai
vegetasi intan.
Kondisi hidrologi
Secara umum ketersediaan air bersih di Pulau Tidore mengalami kesulitan terutama pada musim kemarau. Pada daerah
pesisir yang tidak terlayani PDAM, air bersih didapatkan dari sumur gali penduduk. Pada musim kemarau, sumur ini
mengalami penurunan debit air dan kadang terasa agak payau. Sumur ini dapat melayani 30 Kepala keluarga.
Masyarakat menimba dan menggunakan gerobak untuk mengangkut dari sumur ke rumah.

Gambar : Sumur Penduduk Sebagai Salah Satu Sumber Air Bersih

Pokja Sanitasi Kota Tidore Kepulauan

DRAF BUKU PUTIH SANITASI


Pada daerah yang agak tinggi baik di Pulau Tidore maupun di Halmahera, pada umumnya memanfaatkan mata air

Gambar 2.10 (a)Mata Air di Desa Gurabunga Dengan Debit 0,3 l/dt. (b)Pada Musim Hujan Masyarakat
Menampung Air Dalam Bak Penampungan

Pada musim penghujan pada umumnya sebagian masyarakat kota tidore kepulauan memanfaatkan air dengan cara
menampung air yang jatuh di genting dan mengalirkannya ke dalam bak penampung air. Sungai sungai yang besar di
Halmahera diantaranya adalah S.Kayasa, S.Akelamo, S.Neweri, S.Sinofa, S.Tafaga, S.Lifofa.
Tabel 2.1 Daerah Aliran Sungai di Kota Tidore Kepulauan
Nama Desa DAS
Kecamatan Tidore
Sungai Goto
Sungai Togubu
Kecamatan Tidore Selatan
Sungai Tingowai
Sungai gurabati
Sungai dokiri
Sungai toloa
Kecamatan Tidore Utara
Sungai bobo
Sungai mareku
Sungai ome
Sungai rum pasar
Sungai depan SMP rum
Sungai tahua
Sungai balibunga
Kecanatan Tidore Timur
Sungai Jati
Sungai Dowora
Sungai supera
Sungai tosa
Sungai mangga Gole
Sungai majui
Sungai mafututu
Kecanatan Oba Utara
Sungai Gurapin
Sungai Kusu
Sungai Oba
Kecanatan Oba Tengah
Sungai Tugwae
Sungai pasigau
Sungai noramaake

Luas (Ha)

Debit

38.23
29.23
8.99
12.59
22.74
29.23
28.33
12.59
31.93
81.48
36.19
12.38
72.38
25.49
42.48
6.74
0.75
1.50
4.50
6.80
48.00
6.75
135.00
3.15
15.40
11.50

Pokja Sanitasi Kota Tidore Kepulauan

DRAF BUKU PUTIH SANITASI


Sungai Bula
Sungai leleo
Sungai akelamo
Sungai siokona
Sungai yehu
Sungai tauno
Sungai talasi
Kecanatan Oba
Sungai gita
Sungai todapa
Sungai Toseho
Sungai Tului
Sungai talagamora
Sungai tayawai
Sungai akelaka kosa
Sungai Kosa
Sungai Payahe
Sungai Bastiong
Sungai Sigala
Sungai Kusunipa
Sungai toe
Kecanatan Oba Selatan
Sungai Selamalofo
Sungai Maidi
Sungai akelaka
Sungai Hitam
Sungai hager
Sungai Hategau
Sungai Lifofa
Sungai Tagalaya
Sungai Nuku

16.10
23.10
100.00
29.40
1.26
0.96
0.66
0.96
2.24
5.76
6.56
7.36
378.00
54.00
36.00
45.00
38.50
28.00
32.00
44.00
11.25
14.00
42.00
29.60
29.60
18.56
40.50
42.00
70.00

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Tidore Kepulauan


Dari tabel DAS diatas, kita bisa mengetahui bahwa untuk wilayah adminitrasi kota tidore kepulauan yang terdiri dari 8
(delapan) kecamatan semuanya terdapat DAS. Namun dari semua sugai diatas sebagian besar tidak memiliki debit
air,namun pada umumnya untuk DAS yang berukuran besar semuanya berada didataran pulau Halmahera seperti sugai
Kayasa,sugai Akolamo yang berada dikecamatan Oba tengah,sugai payahe yang beradah di kecamatan Oba.sungai
neweri,sungai sinofa,sungai Tafaga dan sungai Lifofa
.
Peta 2.1 Daerah aliran Sungai (DAS)

Administratif

Pokja Sanitasi Kota Tidore Kepulauan

DRAF BUKU PUTIH SANITASI


Secara administrasi kota Tidore Kepulauan memiliki luas wilayah 13.862,86 km2, dengan luas daratan 9.116, 36 km2 dan
luas lautan 4.746 kota tidore kepulauan memiliki 8 kecamatan. Hal ini sesuai dengan peraturan daerah (PERDA)
No.13.14.15 dan 16 tahun 2007 serta peraturan daerah No..01 tahun 2008 tentang pemekaran kecamatan. Dengan luas
masing-masing kecamatan adalah ; Tidore dengan ibu kota Gamtufkange 212,13 km2, Tidore Selatan dengan ibukota
Gurabati 249,32 km2, Tidore Utara dengan ibukota Rum 221,33 km2, Tidore Timur dengan ibukota Tosa dan luas daerah
199,92 Km2. Kecamatan Oba dengan ibukota Payahe dengan luas wilayah 2.373,63 km2, Oba Selatan dengan ibu
kota Lifofa luas daerah 2.210,92 Km2 , Oba Utara dengan ibukota Sofifi dengan luas wilayah 1.155,91 km 2 dan Oba
Tengah dengan ibukota Akelamo 2.493,17 km2. Dan dari 8 kacamatan terdapat 72 kelurahan dan desa. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2 Nama, Luas Wilayah per-Kecamatan dan Jumlah Kelurahan/Desa
Nama Kecamatan

Luas Wilayah

Jumlah Kelurahan
/Desa

Kecamatan Tidore
Kecamatan Tidore Selatan
Kecamatan Tidore Utara
Kecamatan Tidore Timur
Kecamata Oba Utara
Kecamata Oba Tengah
Kecamata Oba
Kecamata Oba Selatan

13
8
14
7
13
14
13
7

Total Kelurahan/Desa

89

Administrasi
(Ha)
(%) thd total
36,08
2,33
42,40
2,73
37.64
2,43
34,00
2,19
376,00
2,43
424,00
27,53
403.67
26,04
196,58
12,68

(Ha)
-

Terbangun
(%) thd total
-

Sumber : BPS Tidore dalam angka

Dari gambaran tabel diatas, kita bisa mengetahui bahwa jumlah wilayah admintrasi secara keseluruhan kota tidore
kepulauan yang terdiri dari jumlah dan status desa/ kelurahan,dari jumlah desa/ kelurahan yakni 89 Kel/Desa berada di
2 (dua) daeratan yang berbedah,secara khusus untuk 4 (empat) kecamatan yang berada di pulau tidore memiliki
jumlah total kelurahan/desa sebayak 42 . Sementara untuk untuk 4 (empat) kecamatan yang berada didataran pulau
Halmahera Desa/Kel, sebanyak 47. Dan untuk lebih jelas dapat dilihat pada peta adminstratif kota tidore kepulauan
dibawah ini

Pokja Sanitasi Kota Tidore Kepulauan

DRAF BUKU PUTIH SANITASI


Peta 2.2 Peta Administrasi Kota Tidore Kepulauan

RENCANA TATA RUANG WILAYAH


KOTA TIDORE KEPULAUAN
TAHUN 2010 - 2030

PETA 2.1

Pokja Sanitasi Kota Tidore Kepulauan

DRAF BUKU PUTIH SANITASI


2.2. Demografi
Penduduk merupakan sumberdaya yang potensial dalam proses pembangunan suatu bangsa,jumlah penduduk yang
besar dapat dikembangkan sebagai tenaga kerja produktif sehingga berfungsi sebagai pengelolaan sumberdaya alam.
Namun jumlah penduduk yang besar juga dapat menimbulkan berbagai permasalahan sosial dalam proses
pembangunan suatau bangsa/daerah misalnya : pengangguran,kemiskinan. Pada tahun 2011 jumlah penduduk Kota
Tidore Kepualauan sebesar 92.226 jiwa yang terdiri dari jumlah laki-laki sebesar 46,537 dan jumlah perempuan 45.689
dan apabilah dibandingkan dengan jumlah luas wilayah kote tidore kepulauan maka rata-rata jumlah per km2 atau
kepadatan penduduk adalah 60 jiwa per km2
Dilihat dari penyebaran penduduk pada tiap kecamatan maka kecamatan tidore yang paling banyak penduduknya
dengan jumlah 18.923 jiwa dan kecamatan yang paling sedikit jumlah penduduk adalah kecamatan oba selatan yakni
5.011 jiwa.dan untuk kepadatan penduduk perkecamatan makan kecamatan tidore paling tinggi tingkat kepadatan
dengan jumlah 525 jiwa tiap km2,kemudian kecamatan tidore utara dengan jumlah 397 jiwa per km2 dan yang paling
sedikit adalah kecamatan Oba Tengahdengan 16 jiwa per km2
Tabel 2.3: Jumlah penduduk dan kepadatannya 3 tahun terakhir
Jumlah Penduduk

Tingkat
Pertumbuhan

Jumlah KK

Nama Kecamatan

Kec.Tidore
Kec.Tidore Selatan
Kec. Tidore Utara
Kec. Tidore Timur
Kec. Oba Utara
Kec.Oba Tengah
Kec. Oba
Kec. Oba Selatan

2010
18 475
13 131
14 573
7657
13 331
7659
10 337
4892

Tahun
2011
18 923
13 446
14 924
7840
13653
7844
10585
5011

2012
19,687
14,127
15,680
8,157
14,205
8,161
11,013
5,213

2010
5,150
3291
3454
1823
2693
1596
2327
1129

Tahun
2011
5914
3606
3805
2006
3015
1781
2575
1248

2012
6,362
3,903
4,313
2,105
3,746
2,170
2,906
1,459

2010
2,42
2,40
2,41
2,39
2,42
2,42
2,40
2.43

Tahun
2011
2,42
2,40
2,41
2,39
2,42
2,42
2,40
2.43

Kepadatan pddk
2012
3,22
3,72
3,73
3,21
3,22
3,23
3,21
3,22

2010
513
310
387
225
35
18
26
25

Sumber : BPS Kota Tidore dalam angka

Pokja Sanitasi Kota Tidore Kepulauan

Tahun
2011
524,47
317,12
396,49
230,59
36,31
15,50
26,22
25,49

2012
545,64
333,18
416,57
239,91
37,77
19,24
27,28
26,51

DRAF BUKU PUTIH SANITASI


Tabel 2.4: Jumlah penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun
Nama
Kecamatan
2013
Kec.Tidore
Kec.Tidore
Selatan
Kec.Tidore
Utara
Kec. Tidore
Timur
Kec. Oba
Utara
Kec.Oba
Tengah
Kec. Oba
Kec. Oba
Selatan

Jumlah Penduduk

Jumlah KK

Tahun
2015

Tahun
2015

2014

2016

2017

2013

2014

2016

2017

2013
3,77

Tingkat
Pertumbuhan
Tahun
2014
2015
2016
4,17

5.03

5,90

2017
6,78

2013
401,3
3
373,5
1
533,5
0
244,7
0
29,87
5

Kepadatan Pddk
Tahun
2014
2015
2016

2017

432,1
7
396,3
9
566,1
5
259,6
7

442,9
8
404,3
1
577,8
9
264,8
8

31,08

31,70

32,33

32,98

20,378

20,887

21,410

21,945

22,494

2,895.97

3,042.58

3,118.65

3,196.61

3,276.53

421,64

14,269

14,554

14,845

15,142

15,445

3,167.49

3,327.85

3,361.37

3,428.60

3,497.17

3,01

3,48

3,35

3,62

4,14

15,837

16,154

16,477

16,807

17,143

4,016.25

4,178.50

4,262.07

4,347.32

4,434.26

2,81

3,49

4,17

3,62

4,14

8,320

8,486

8,656

8,829

9,006

1,663.97

1,731.20

1,765.82

1,801.14

1,837.16

2,80

3,48

3,11

3,62

4,14

14,489

14,778

15,074

15,375

15,683

2,246.58

2,337.34

2,384.09

2,431.77

2,480.40

2,81

3,49

3,35

3,63

4,14

8,324

8,491

8,660

8,834

9,010

1,063.54

1,106.51

1,128.64

1,151.21

1,174.24

2,81

3,49

3,35

3,63

4,14

12,54

13,04

13,30

13,57

13,84

11,233

11,458

11,687

11,920

12,159

2,897.73

3,014.80

3,075.10

3,136.60

3,199.33

2,81

3,49

3,35

3,63

4,14

35,89

37,34

38,08

38,85

39,62

5,318

5,424

5,533

5,643

5,756

1,664.82

1,732.08

1,766.72

1,802.06

1,838.10

2,81

3,49

3,35

3,63

4,14

42,34

44,05

44,93

45,83

46,74

392,42
555,07
254,58

2.3. Keuangan dan Perkonomian Daerah


Pertumbuhan ekonomi disamping dapat berdampak pada peningkatan pendapatan, pada akhirnya juga akan berpengaruh pada pendapatan daerah.
Semakin mampu menggali potensi perekonomian daerah yang dimiliki akan semakin besar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pendapatan Asli
Daerah (PAD), korelasi PDRB dan PAD, dapat dicapai jika kebijakan ekonomi dapat memberikan efek bagi tumbuhnya investasi di Kota Tidore kepulauan,
yang dapat memberikan efek berantai bagi peningkatan kesejahteraan rakyat, pemulihan dan penguatan struktur ekonomi dan peningkatan pendapatan
daerah, yang berimplikasi langsung pada kebutuhan dan peningkatan keuangan daerah dalam menunjang pelaksanaan otonomi daerah.

Pokja Sanitasi Kota Tidore Kepulauan

454.07
412,40
589,02
270,17

DRAF BUKU PUTIH SANITASI


Pertumbuhan ekonomi Kota Tidore Kepulauan rata-rata pertahun mengalami peningkatan sebesar 05%, pada akhir
tahun 2010 mencapai 5,13 %. Laju pertumbuhan yang positif dipengaruhi oleh konsumsi yang mendominasi laju
pertumbuhan ekonomi, sehingga struktur perekonomian yang ditopang oleh sektor pertanian, cenderung mengalami
penurunan, sehingga perekonomian Kota Tidore Kepulauan dengan laju pertumbuhan yang positif belum mampu
menciptakan pemerataan pembangunan, kondisi ini belum menunjukan kualitas laju pertumbuhan yang mampu
menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk usia produktif yang menganggur, dan menurunkan angka kemiskinan
di Kota Tidore Kepulauan.Pengelolaan keuangan daerah sebagai bagian dari perwujudan akuntabilitas
penyelenggaraan pemerintahaan, dituntut merumuskan model penganggaran yang menganut prinsi-prinsip value for
money, dengan mempertimbangkan karakteristik daerah, sehingga membutuhkan kebijakan pengelolaan keuangan
daerah yang transparan, partisipatif dan akuntabel.
Dalam 5 tahun pelaksanaan pembangunan masih dirasakan terdapat ketimpangan alokasi anggaran, baik dari aspek
aparatur dan masyarakat, maupun ketimpangan alokasi antar sektor, antar wilayah, dan antar pelaku ekonomi, sehingga
pengeluaran pemerintah yang diharapkan menjadi pengerak bagi peningkatan kualitas pembangunan ekonomi belum
menunjukan kemajuan yang signifikan, walaupun disaat yang sama data menunjukan pertumbuhan ekonomi yang
cenderung positif, namun dari aspek pemerataan belum menunjukan keseimbangan ekonomi.
Sumber-sumber penerimaan daerah dalam 5 tahun pembangunan Kota Tidore Kepulauan (2005-2010), masih
didominasi dana perimbangan, dengan konstribusi mencapai 90%, sedangkan PAD yang diharapkan menjadi instrument
bagi kualitas pembangunan otonomi daerah masih sangat rendah. Hasil kajian Departemen Keuangan Republik
Indonesia, tentang pemetaan kapasitas fiskal daerah di Indonesia, menempatkan Kota Tidore Kepulauan dengan nilai
2,7465 yang tergolong sangat tinggi, menunjukan bahwa kapasitas fiskal daerah yang baik, namun data APBD
berdasarkan alokasi anggaran dalam 5 tahun terakhir menunjukan ketimpangan alokasi, dimana beban belanja Tidak
langsung lebih besar dari belanja langsung, pada tahun 2009 Pemerintah Kota Tidore Kepulauan menganggarkan
belanja daerah sebesar Rp. 367.5 milyar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dengan
perhitungan total belanja tidak langsung adalah Rp. 171,213,274,593 dan belanja langsung sebesar Rp.
157,582,940,726.
Rincian pendapatan daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) berjumlah Rp. 8,379,000,000, Dana Perimbangan
Rp. 309,286,971,000 dan Pendapatan lain-lain yang sah berjumlah Rp. 2,300,000,000. Dari data di atas menunjukan
terdapat perbedaan penyajian data analisisi sehingga perlu dilakukan evaluasi ulang atas kajian Departemen Keuangan
melalui PMK Nomor 245/PMK.7/2010 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah, sehingga informasi perencanaan anggara
nasional tidak berdampak pada penurunan kualitas alokasi pembangunan Kota Tidore Kepulauan, yang masih
membutuhkan peran investasi pemerintah dalam mengatasi angka kemiskinan dan pengangguran yang relative tinggi.

Pokja Sanitasi Kota Tidore Kepulauan

DRAF BUKU PUTIH SANITASI


Tabel 2.5: Rekapitulasi Realisasi APBD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2009 2013
No
A.
a.1
a.1
.1
a.1
.2
a.1
.3
a.1
.4
a.2
a.2
.1
a.2
.2
a.2
.3
a.3
a.3
.1
a.3
.2
a.3
.3
a.3
.4
a.3
.5
a.3
.6

B.

Realisasi Anggaran

2009

2010

2011

2012

323,015,656,5
25.21
9,090,790,983
.47
1,584,542,640.
00
2,798,862,841.
00
148,943,743.74

387,278,771,
518.94
6,919,297,30
5.94
2,035,584,473.
00
2,824,048,764.
00
217,604,980.00

468,741,078,
938.20
9,247,496,64
4.20
3,557,767,272.
00
3,174,997,402.
00
155,486,100.00

522,431,156,
662.16
11,948,948,6
37.16
4,728,967,061.
00
4,169,997,922.
00
189,674,647.00

4,558,441,758.
73
306,594,245,0
97.00
33,391,101,097
.00
220,205,144,00
0.00
52,998,000,000
.00
7,330,620,444
.74

1,842,059,088.
94
328,197,940,
057.00
39,174,825,057
.00
262,423,615,00
0.00
26,599,500,000
.00
52,161,534,1
56.00

2,359,245,870.
20
391,869,539,
195.00
37,807,071,195
.00
313,336,768,00
0.00
40,725,700,000
.00
67,624,043,0
99.00

2,860,309,007.
16
482,326,921,
364.00
39,309,785,364
.00
399,531,966,00
0.00
43,485,170,000
.00
28,155,286,6
61.00

Dana Bagi Hasil Pajak dari


Provinsi
Dana Penyesuain dan Dana
Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari
Provinsi/pemerintah daerah
lainnya
Pendapatan Lainnya

656,016,134.00

1,233,306,539.
00
50,894,542,344
.00

3,057,727,139.
00
64,541,155,600
.00

4,015,990,439.
00
24,113,384,000
.00

6,674,604,310.
74

33,685,273.00

25,160,360.00

25,912,222.00

Belanja (b.1 + b.2)

342,315,730,6
08.00
157,841,602,6
13.00
132,699,817,41
3.00

388,774,775,
642.00
205,728,117,
358.00
173,196,338,96
9.00

454,372,195,
777.83
221,060,689,
320.02
199,716,081,85
5.00

493,975,504,
653.00
232,078,313,
331.00
221,945,485,33
1.00

Pendapatan (a.1 + a.2 +


a.3)
Pendapatan Asli Daerah
(PAD)
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan Daerah yang
dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Daerah
yang sah
Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Lain-lain Pendapatan yang
sah
Hibah

2013

Rata-rata
Pertumbu
han

Dana Darurat

b.1

Belanja Tidak Langsung

b.1
.1

Belanja Pegawai

Pokja Sanitasi Kota Tidore Kepulauan

DRAF BUKU PUTIH SANITASI


b.1
.2
b.1
.3
b.1
.4
b.1
.5
b.1
.6
b.1
.7
b.1
.8
b.2

Bunga

b.2
.1
b.2
.2
b.2
.3

Belanja Pegawai

Subsidi
Hibah
Bantuan Sosial

1,700,428,125.
00
10,992,075,105
.02

5,529,697,000.
00
423,500,000.00

4,358,500,000.
00
2,972,722,689.
00
183,046,658,
284.00
9,837,724,120.
00
76,815,853,561
.00
96,393,080,603
.00
(1,496,004,12
3.06)
31,143,909,8
83.23

4,874,644,415.
00
3,777,459,820.
00
233,311,506,
457.81
14,247,174,460
.00
99,911,240,260
.00
119,153,091,73
7.81
14,368,883,1
60.37
28,055,443,2
17.17

3,972,447,000.
00
207,184,000.00

Belanja Bagi Hasil


Bantuan Keuangan
Belanja Tak Terduga
Belanja Langsung

Belanja Barang dan Jasa


Belanja Modal
Surplus / Defisit

C.

20,320,934,000
.00

8,203,507,500.
00
16,997,048,200
.00

Pembiayaan

Sumber

3,990,300,000.
00
830,551,200.00
184,474,127,9
95.00
9,158,773,818.
00
81,326,860,066
.00
93,988,494,111
.00
(19,300,074,0
82.79)
42,234,823,40
2.02

261,897,191,
322.00
18,848,475,113
.00
114,310,196,38
9.00
128,738,519,82
0.00
28,455,652,0
09.16
39,943,023,369
.54

: BPKAD Tidore Kepulauan 2013


Berangkat dari tabel Realisasi APBD Kota Tidore Kepulauan dari 4 (empat) tahun terakhir diatas,maka kita bisa mengatakan bahwa untuk realisasi APBD
Kota Tidore Kepulauan mengalami kenaikan dari tahun-ketahu mengalami kenaikan yang sangat singnifikan

Pokja Sanitasi Kota Tidore Kepulauan

DRAF BUKU PUTIH SANITASI

Tabel 2.6: Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Tidore Kepulauan Tahun 2009- 2013
Tahun
No

Rata2
pertumbuhan

SKPD
2009

2010

2011

2012

2013

550.000.000

658.130.000

45.000,000

50.000.000

19.000.000

19.900.000

85.650.000

100.590.000

1
1.a
1.b

PU-CK
Investasi
operasional/pemeliharaan (OM)

2
2.a
2.b
3
3.a
3.b
4
4.a
4.b

KLH
Investasi
operasional/pemeliharaan (OM)
Kimtaru
Investasi
operasional/pemeliharaan (OM)
Dinkes
Investasi
operasional/pemeliharaan (OM)

5
5.a
5.b
6
6.a
6.b
N
n.a
n.b

Bappeda
Investasi
operasional/pemeliharaan (OM)
Bapermas
Investasi
operasional/pemeliharaan (OM)
SKPD lainnya (sebutkan)
Investasi
operasional/pemeliharaan (OM)

Belanja Sanitasi (1+2+4)

Pendanaan investasi sanitasi Total (1a+2a+3a+na)

600,000,000
-

677.130.000
-

850.510.000
-

1,240.507.000
-

1.062.011.000
-

10

Pendanaan OM (1b+2b+3b+nb)

600,000,000

677.130.000

850.510.000

1,240.507.000

1.062.011.000

11

Belanja Langsung

12

Proporsi Belanja Sanitasi Belanja Langsung(8/11)

13

Proporsi Investasi Sanitasi Total Belanja Sanitasi (9/8)

14

830.610.000

1.154.857.000

916.421.000

Proporsi OM Sanitasi Total Belanja Sanitasi (10/8)

Sumber

: Realisasi APBD tahun 2009-2013 diolah

Keterangan : investasi termasuk di dalamnya pembangunan sarana prasarana, pengadaan lahan, pelatihan, koordinasi, advokasi,
kampanye dan studi-studi yang terkait dengan sanitasi

Dari tabel realisasi Satuan Kerja Perangkat Daerah ((SKPD) diatas memberi gambaran bahwa untuk alokasi OM untuk
SKPD dinas Pekerjaan Umum mengalami kenaikan. Sedangkan untuk dinas Kesehatan OM antara tahun 2 dan ke tiga
mengalami penurunan dan 2 tahun terakhir OM mengalami penngkatan hal ini disebabkan karena keuangan daerah mulai
stabil dan kemauan SKPD dalam memprioritaskan masalah sanitasi
Tabel 2.7 Belanja Sanitasi Perkapita Tidore Kepulauan Tahun 2009- 2013

No
1
2

Deskripsi
Total
Belanja
Kabupaten/Kota
Jumlah Penduduk

Sanitasi

2009

2010

000.000.00

000.000.000

Tahun
2011
000.000.00

Rata-rata
2012

2013

000.000.00

000.000.00

Belanja Sanitasi Perkapita (1 / 2)


Sumber : APBD dan BPS, diola

Pokja Sanitasi Kota Tidore Kepulauan

DRAF BUKU PUTIH SANITASI


Tabel 2.8 Tabel Peta Perekonomian Tidore Kepulauan Tahun 2009- 2013

No
1
2
3

Deskripsi
PDRB harga konstan (struktur
perekonomian) (Rp.)
Pendapatan Perkapita
Kabupaten/Kota (Rp.)
Pertumbuhan Ekonomi (%)

Tahun
2009

2010

2011

2012

2013

390 660,07

444 384,78

491 557,66

000.000.000

000.000.000

2,839,786

2,999,217

3,106,257

000.000.000

000.000.000

5,92

6,73

6,07

Sumber : Kota Tidore Dalam angka


Nilai PDRB kota tidore kepulauan atas dasar harga berlaku (ADHB) tahun 2011 491 557,66 juta rupaih,dengan
kontribusi terbesar diberikan oleh sektor pertanian yakni 50,43%. PDRB kota tidore kepulauan atas dasar
harga konstan berlaku (ADHB) tahun 2000-2011sebesar 286,477,68 juta rupiah dengan laju pertumbuhan
dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6,07 %. Nilai PDRB perkapita kota tidore kepulauan selama tiga tahun
terakhir megalami peneingkatan singnifikan,hal ini menunjukan perkonomiaan diwulaya kota tidore kepulauan
menunjukan tren yang positif
2.4. Tata Ruang Wilayah
2.4.1 Kebijakan Penataan Ruang Kota Tidore Kepulauan
Proses kegiatan penataan ruang harus selalu meliputi tiga hal yaitu proses perencanaan ruang,
pemanfaatan ruang, serta pengendaliannya. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk
mewujudkan tertib tata ruang agar pemanfaatan ruang dalam kurun berlakunya rencana sesuai dengan
rencana tata ruang. Mekanisme pengendalian pemanfaatan ruang dijabarkan dalam bentuk ketentuan
umum pengaturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi
A.

Kebijakan Perencanaan Ruang


Pemanfaatan ruang, sebagai bagian dari tata ruang merupakan tindak lanjut implementatif dari
perencanaan. Agar Arahan pemanfaatan ruang selalu sesuai dengan rencana maka diperlukan suatu
arahan yang nantinya diturunkan dalam bentuk indikasi program. Arahan pemanfaatan ruang bertujuan
untuk mewujudkan struktur pemanfaatan ruang kota dan pola ruang sesuai dengan kebijakan dan
strategi yang telah disusun dalam rencana.
1. Penyusunan dan peninjauan kembali rencana tata ruang dilakukan dengan pendekatan partisipatif.
Kebijakan ini bertujuan untuk mewujudkan rencana tata ruang sesuai dengan kaidah penataan
ruang.
2. RTRW Kabupaten ditinjau kembali dan/atau disempurnakan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun
dalam hal RTRW Kabupaten tidak mampu untuk mengakomodasikan dinamika perkembangan
yang disebabkan oleh faktor eksternal maupun internal, perubahan kondisi lingkungan strategis
tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar, serta ditetapkan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan dan/atau perubahan batas wilayah provinsi berdasarkan undangundang.

Kebijakan ini bertujuan untuk:

Pokja Sanitasi Kota Tidore Kepulauan

DRAF BUKU PUTIH SANITASI

Mewujudkan sinkronisasi antara perencanaan ruang dengan perencanaan sektoral dan


wilayah;

Mewujudkan keselarasan perencanaan ruang antara rencana ruang provinsi, dengan rencana
ruang kabupaten yang berdekatan lokasinya.

3. RTRW kabupaten perlu ditindaklanjuti ke dalam rencana yang lebih terperinci. Kebijakan ini
bertujuan untuk merinci arahan pemanfaatan ruang yang tertuang dalam RTRW kabupaten.
4. RTRW Kabupaten wajib menyelaraskan dengan subtansi RTRWP. Kebijakan ini bertujuan untuk
mewujudkan keterpaduan dan keterkaitan perencanaan tata ruang antara provinsi dengan
Kabupaten dan antar Kabupaten.
B.

Kebijakan Pemanfaatan Ruang

1. Kebijakan Pengembangan Wilayah


Dengan adanya Kota Sofifi Sebagai pusat administrasi (pemerintahan) Provinsi Maluku Utara maka akan
membawa dampak bagi perkembangan fisik dan kegiatan di Kota Tidore kepulauan. Dengan demikian
diperlukan pengembangan struktur tata ruang yang sesuai dengan kondisi tersebut. Struktur Tata Ruang
Kota Tidore Kepulauan adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan pusat pusat aktivitas ekonomi meliputi Pulau Tidore sebagai PKW, Sofifi sebagai
PKLW, Gita-Payahe sebagai PKL 1 dan seluruh ibukota kecamatan sebagai Pusat Kegiatan Kecamatan
(PKL 2).
b. Struktur jaringan transportasi meliputi pengembangan terminal angkutan darat di Soasio dan Sofifi,
Pengembangan perhubungan laut di Soasio dan Sofifi serta pengembangan jaringan jalan regional yang
meliputi pengembangan jaringan jalan Trans Halmahera sebagai jalan arteri yang di dalam Kota Tidore
Kepulauan menghubungkan Sofifi, Loleo, Gita-Payahe dan Lifofa. Jaringan transportasi diarahkan agar
terminal dan atau sub terminal terletak berdekatan dengan pelabuhan. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah pergerakan antar moda
c. Pusat pusat pengembangan kawasan wisata bahari dan budaya yang tersebar di seluruh wilayah Kota
Tidore Kepulauan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Untuk memudahkan pelaksanaan prioritas pembangunan Kota Tidore Kepulauan dapat dibagi menjadi
beberapa bagian sesuai dengan kriteria pembagian wilayah. Selain memudahkan prioritas pelaksanaan
penanganan dan pembangunan wilayah kota tetapi juga, memudahkan dalam penangan masalah terutama
dalam perencanaan tata ruang yang lebih detail. Berdasarkan tata ruang, penentuan Satuan Wilayah
Pembangunan (SWP) didasarkan pada :
Kesamaan sifat kondisi alami
Kesamaan sifat fungsi bangunan
Kesamaan sifat kepadatan bangunan
Kesamaan sifat kegiatan penduduk
Keterkaitan fungsi satu peruntukan dengan peruntukan lainnya (Unity)
Batas alam maupun batas jalan
Batas administrasi
Kekompakan Wilayah Pembangunan tersebut dilihat dari pola perkembangan
Kemudahan dalam pelaksanaan tahap pembangunan kota
Kota Tidore Kepulauan menjadi wilayah kota sejak tahun 2003 sebagai pemekaran di wilayah Provinsi
Maluku Utara. Terjadinya pemekaran wilayah dikarenakan wilayah tersebut dikategorikan dapat
berkembang lebih pesat dan mandiri jika berdiri sendiri menjadi sebuah kota. Dalam perkembangannya,
Kota Tidore Kepulauan telah ditetapkan menjadi Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) untuk mendukung
keberadaan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Ternate. Ternate sebagai ibukota provinsi telah berkembang

Pokja Sanitasi Kota Tidore Kepulauan

DRAF BUKU PUTIH SANITASI


menjadi kota yang padat dengan berkumpulnya fasilitas perdagangan harus didukung oleh Tidore sebagai
simpul transportasi dan distribusi barang dan jasa kepada wilayah lainnya. Seiring berkembangnya Ternate,
maka direncanakan perpindahan ibukota Provinsi Maluku Utara ke Kota Sofifi. Kota Sofifi yang merupakan
wilayah Kota Tidore Kepulauan dalam RTRW Provinsi Maluku Utara direncanakan sebagai pusat
pemerintahan Provinsi Maluku Utara. Perpindahan pusat pemerintahan tersebut ditujukan agar Ternate
dapat berkembang menjadi pusat perdagangan di Provinsi Maluku Utara.
2. Kebijakan Pengembangan Struktur Ruang
Berdasarkan pertimbangan diatas maka konsep pengembangan struktur tata ruang di Kota Tidore
Kepulauan dibedakan antara perkembangan di wilayah Pulau Tidore dan di wilayah Pulau Halmahera.
Konsep pengembangan struktur ruang di wilayah Pulau Tidore
Pertumbuhan di Pulau Tidore berpusat pada pelabuhan dan menyebar, namun karena topografi Pulau
Tidore yang membatasi pertumbuhan karena kelerengannya, yang terjadi adalah perkembangan
memanjang mengikuti jaringan jalan dan tidak menyebar secara radial. Perkembangan di Pulau Tidore
membentuk pola pita (ribbon pattern).
Konsep struktur ruang di wilayah Pulau Halmahera
Pertumbuhan di wilayah Kota Tidore Kepulauan yang berada di bagian Pulau Halmahera menunjukkan
perkembangan yang relatif mirip, yaitu berpusat pada pelabuhan. Pertumbuhan di bagian Pulau
Halmahera ini dapat membentuk pola radial dikarenakan topografinya masih memungkinkan.
Konsep pengembangan struktur tata ruang Kota Tidore Kepulauan yang disesuaikan dengan konsep
pengembangan Multi Nukleus, dialokasikan menyebar di tempat tempat strategis atau yang memiliki
aksesibilitas baik sehingga mudah dijangkau dari seluruh Wilayah Pembangunan.Kegiatan utama yang
dikembangkan di pusat pelayanan ini berupa jasa pelayanan kegiatan pemerintahan, jasa pelayanan
kegiatan perekonomian dan jasa pelayanan kegiatan permukiman, yang dikembangkan secara berjenjang
dan terpadu sesuai skala pelayanannya.
Pembentukan struktur kota ini sangat dipengaruhi oleh faktor faktor berikut:
1) Struktur kota yang telah terbentuk
2) Perkembangan pusat dan sub pusat kegiatan
3) Potensi dan kendala pengembangan yang ada seperti topografi dan kebencanaan serta
kemungkinan pengembangan pusat dan atau sub pusat pengembangan baru
4) Pola jaringan infrastruktur utama (pelabuhan dan jalan)
5) Kecenderungan perkembangan yang ada (berkaitan erat dengan pengembangan sektor unggulan
yang ada)
6) Kebijakan pengembangan seperti rencana tata ruang kota (RTRW, RUTR, RDTR), kebijakan sektoral yang ada
seperti rencana pengembangan jaringan jalan, rencana pengembangan pelabuhan, masterplan drainase kota,
penerbitan ijin lokasi untuk kegiatan industri, perumahan, perdagangan dan lain lain
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya struktur Kota Tidore Kepulauan diarahkan
sebagai berikut:
1) Soasio sebagai pusat administrasi Kota TIdore Kepulauan, pusat perdagangan dan jasa,
pusat pendidikan, pusat
2) Sofifi sebagai pusat administrasi Provinsi Maluku Utara, Pusat perdagangan dan jasa, pusat
pendidikan tinggi
3) Pengembangan pelabuhan nasional di Sofifi
4) Pengembangan kawasan industri perikanan dan pertanian di Payahe
5) Pengembangan industri agro di Tidore Utara dan Tidore Timur
6) Pengembangan industri bersih di Tidore dan Tidore Selatan
7) Pengembangan kawasan transmigrasi di daerah Oba dan Oba Selatan

Pokja Sanitasi Kota Tidore Kepulauan

DRAF BUKU PUTIH SANITASI


8) Pengembangan kegiatan wisata alam bahari yang tersebar di seluruh wilayah Kota Tidore
Kepulauan
9) Pengembangan wisata budaya di pulau Tidore yaitu kawasan cagar budaya Gurabunga dan
Kedaton Kesultanan Tidore
10) Jaringan jalan arteri Trans Halmahera yang melewati Kota Sofifi- Payahe-Nuku kemudian
berlanjut ke Halmahera Selatan.
3. Kebijakan Pengembangan Pola Ruang
Konsep pengembangan pola ruang Kota Tidore Kepulauan dimaksudkan untuk menciptakan pola ruang
yang mampu menjadi wadah bagi berlangsungnya berbagai kegiatan penduduk serta keterkaitan fungsional
antar kegiatan, sehingga tercipta keserasian antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya serta tetap
menjaga kelestarian lingkungan. Dalam mengembangkan konsep pola ruang kota ini disesuaikan dengan
potensi dan permasalahan yang ada di kota Tidore Kepulauan, dengan tetap mempertimbangkan hal hal
berikut:
Keserasian arahan pemanfaatan ruang Wilayah Pembangunan Kota Tidore Kepulauan dengan
arahan tata ruang Provinsi Maluku Utara
Peran dan fungsi Kota Tidore Kepulauan sesuai dengan struktur tata ruang Provinsi Maluku
Utara.Pola penggunaan lahan eksisting dan kecenderungan perkembangannya, baik fisik, sosial
maupun ekonomi ke dalam konsep pemanfaatan ruang yang mudah dilaksanakan (realistis).
Potensi dan kendala fisik alam.
Mengamankan kawasan lindung guna menjaga kelestarian daya dukung lingkungan.
C. Kebijakan Pengendalian Ruang
Pengendalian pemanfaatan ruang bertujuan untuk menjaga konsistensi pemanfaatan ruang dengan rencana
tata ruang yang telah ditetapkan. Sasaran pengendalian pemanfaatan ruang adalah terminimalisasinya
penyimpangan terhadap RTRW Kabupaten yang dilaksanakan melalui pengawasan dan penertiban.
Kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang adalah :
a. Mengendalikan pemanfaatan ruang melalui pengawasan dan penertiban yang didasarkan kepada arahan
perijinan, arahan peraturan zonasi, arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.
b. Menjadikan pemberian ijin pemanfaatan ruang sebagai salah satu alat pengendalian pemanfaatan ruang.
c. Pemberian ijin pemanfaatan ruang yang merupakan kewenangan Kabupaten dalam pelaksanaannya
harus memperhatikan dan mempertimbangkan RTRW.
Pemberian ijin pemanfaatan ruang oleh Kabupaten yang berdampak besar dan/atau menyangkut kepentingan
umum secara luas, terlebih dahulu dikoordinasikan dengan Gubernur.Berdasar hasil analisis system pusatpusat pelayanan yang ada di Kabupaten Halmahera Barat yang tertuang di dalam RTRW Kabupaten
Halmahera Barat, untuk system perkotaan ditetapkan 2 (dua) tingkatan hirarki/orde yaitu orde II dan orde III
direncanakan juga meliputi 2 (dua) tingkatan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu PKL I dan PKL II. Pusat
Kegiatan Lokal diharapkan dapat berungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi local untuk itu setiap Pusat
Kegiatan Lokal (PKL) akan dilengkapi dengan fasilitas minimum untuk mendorong berfungsinya Puat Kegiatan
Lokal (PKL). Gambaran umum tetang wiayah yang ditetapkan menjadi Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dapat
dilihat pada peta 2.3

Peta 2.3

Rencana pusat layanan Kota Tidore Kepulauan

Pokja Sanitasi Kota Tidore Kepulauan

DRAF BUKU PUTIH SANITASI

2.4.2 Pola Ruang Kawasan Bencana

Pokja Sanitasi Kota Tidore Kepulauan

DRAF BUKU PUTIH SANITASI

Dari realita kondisi fisik wilayah kota tidore kepulauan dan analisis kerawanan bencana yang telah dilakukan,
sedikitnya terdapat 5 (lima) jenis bencana yang rawan terjadi di daerah ini dan sekitarnya, yaitu : Gempa
Bumi, Tsunami, Tanah Longsor, Banjir dan Gunung Berapi
1.

Kegempaan
Kegempaan di Indonesia berkaitan dengan zona subduksi yang berbagai bentuk dan bermacam arah.
Zona subduksi merupakan daerah utama gempabumi, sebagian besar gempa terjadi di zona subduksi,
baik gempa dangkal, menengah maupun dalam, sehingga zona ini disebut sebagai zona seismik aktif.
Palung laut dan gunung api terdapat di zona ini.
Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama, yaitu lempeng Eurasia di
Utara, lempeng Indo-Australia di Selatan, lempeng Pasifik di Timur dan lempeng kecil Filipina diantara ke
tiga lempeng utama tersebut. Batas lempeng- lempeng ini di wilayah Indonesia umumnya berbentuk zona
subduksi yang mempunyai arah dan jenis penunjaman berbeda-beda
Secara umum struktur tektonik Indonesia bagian timur lebih rumit dibanding Indonesia bagian Barat. Di
wilayah Indonesia bagian Barat, lempeng Indo-Australia menunjam dari arah Selatan ke Utara di bawah
lempeng Eurasia, ditandai dengan jalur gempa Mediteran. Sedangkan di wilayah Indonesia bagian Timur,
lempeng Pasifik bertemu dengan lempeng Filipina, lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia, ditandai
dengan bertemunya jalur gempa Mediteran dengan jalur gempa Sirkum Pasifik. Berikut adalah
penyebaran gempa sejak tahun 1673 hingga sekarang yang tercatat di United State Geological Survey
(USGS).

Gambar 3.2 Titik Gempa Bumi di Kepulauan Maluku


Sumber: United State Geological Survey (USGS)
2.

Gerakan Tanah
Gerakan tanah adalah perpindahan material pembentuk lereng, berupa batuan, bahan timbunan, tanah,
atau material campuran tersebut bergerak ke arah bawah dan keluar lereng. Di daerah perencanaan
gerakan tanah banyak terjadi di daerah Halmahera. Jenis gerakan tanah tersebut adalah jatuhan(rock fall)
dan aliran masa batuan(debris flow).

Pokja Sanitasi Kota Tidore Kepulauan

DRAF BUKU PUTIH SANITASI

(a)
(b)
Gambar 3.1 (a) dan (b) Jatuhan Batuan di Daerah Surumake dan
Gerakan tanah yang lain yang dapat terjadi adalah daerah yang dilalui oleh struktur sesar. Sesar adalah
daerah yang mengalami pergeseran. Pergeseran ini biasanya terjadi pada saat gempa. Dan dengan
bergesernya sesar ini dapat mengakibatkan gerakan tanah(longsor, rack fall, dan debris flow).
3.

Tsunami
Daerah tidore kepulauan merupakan daerah rawan Gelombang tsunami, karena rata-rata pemukiman
warga berada pada garis pesisir Kejadian gelombang tsunami tertinggi (Run Up) dalam sejarah adalah 9
m (yaitu pada tahun 1858). Dengan demikian maka daerah yang memiliki ketinggian kurang dari 9 meter
di atas permukaan air laut adalam merupakan daerah yang rawan akan terjadinya dampak gelombang
tsunami.berdasarkan data statistik kota tidore kepulauan menyangkut dengan ketinggiaan wilayah atas
permukaan laut dari 8 (delapan) kecamatan yang ada hanya 1 kecamatan yang ketinggian dari
permukaan laut hanya 7 meter yakni kecaatan Oba Tengah. Dampak yang paling besar dapat terjadi
pada daerah teluk, hal ini dikarenakan daerah teluk merupakan daerah yang berbentuk cekung sehingga
dapat mengakibatkan akumulasi energi tsunami. Dengan data ini maka daerah perencanaan merupakan
daerah yang rawan terhadap bencana tsunami terutama pada daerah pesisir

Year Mon
160
8
7
167
3
8
177
1
11
184
0
2
185
9
6
196
8
8
199
4
1

Da
y

Lat

127

12

0.8
0.7
8
0.7
8

127.3

9
14
28

Lon

4. Tabel 3.4 Titik Tsunami di Kepulauan Maluku


Dept
Hma
h
mb Ms Mw Mt
I
x
Source
1.
5
Makian Is., Indonesia

127.4
127.3
8

1 126.5
7
1.4 126.2
10
2
6
19
7.6 7.5
8
1.0 127.7
21
1
3
19
6.2 7.3 6.9
Sumber: United State Geological Survey (USGS)

1
0.
5
0.
5
3
-2
1.
5

Ternate Isl., Indonesia


Ternate Is., Indonesia
Ternate Is., Indonesia
N. MOLUCCA IS.,
9 INDONESIA
0.4 N.Molucca Islands.Indonesia
2 Halmahera, Indonesia

Pokja Sanitasi Kota Tidore Kepulauan

DRAF BUKU PUTIH SANITASI


4. Banjir
Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, peluapan air
sungai, atau pecahnya bendungan sungai. Daerah rawan banjir terutama pada daerah yang berada di hilir
sungai besar seperti desa yang berada di hilir sungai Akelamo dan Payahe
.
5.

Bencana Letusan Gunung api


Gunung Kiematubu adalah merupakan gunung api. Saat ini gunung ini mengalami stadium tidak aktif.
Namun tidak menutup kemungkinan Gunung Kiematubu dapat aktif kembali. Untuk mengantisipasi ini
maka perlu adanya zonasi daerah rawan terhadap dampak letusan gunung kiematubu. Dengan
memperhatikan dampak rawan bencana di sekitar gunungapi dengan radius 3,5 km dan morfologi daerah
Gunung Kiematubu

Pokja Sanitasi Kota Tidore Kepulauan

DRAF BUKU PUTIH SANITASI

Peta 2.4 Rencana pola ruang Kota Tidore Kepulauan

Pokja Sanitasi Kota Tidore Kepulauan

DRAF BUKU PUTIH SANITASI

2.5. Sosial Dan Budaya


Salah satu indikator penting dalam evaluasi pembangunan daerah Kota Tidore Kepulauan adalah pendidikan, hingga
tahun 2010 jumlah Tingkat Kanak-Kanak (TK) sebanyak 55 unit yang terdiri dari 2 TK negeri dan 53 TK swasta, Sekolah
Dasar (SD) sebanyak 98 yang terdiri dari 97 sekolah negeri dan 1 sekolah swasta, Sekolah Menengah Pertama (SMP)
berjumlah 33 sekolah yang terdiri dari 25 sekolah negeri dan 8 sekolah swasta, sedangkan Sekolah Menengah Atas
(SMA) di kota Tidore untuk SMA berjumlah 18 sekolah yang terdiri dari 10 SMA negeri dan 8 SMA swasta, sedangkan
jumlah SMK di Kota Tidore Kepulauan terdiri dari 7 sekolah yang terdiri dari 5 SMK negeri dan 2 SMK swasta.
Kota Tidore Kepulauan memiliki 2 perguruan tinggi yaitu Universitas Nuku dan STIMIK Tidore Mandiri. Jumlah guru yang
ada di Kota Tidore Kepulauan sebanyak 2.350 orang yang terdiri dari 268 orang guru TK, 1174 orang guru SD, 445
orang guru SMP, 333 orang guru SMA dan 130 orang guru SMK. Jumlah Madrasyah Ibtidayah 12 sekolah yang terdiri
dari 6 sekolah negeri dan 6 swasta dengan jumlah guru 175 orang pada tahun 2009, jumlah Madrasyah Tsanawiyah 11
sekolah yang terdiri dari 3 sekolah negeri dan 8 sekolah swasta dengan jumlah guru 230, sedangkan Madrsyah Aliyah
sebanyak 6 sekolah yang terdiri dari 1 sekolah negeri dan 5 sekolah swasta dengan jumlah guru 132.
Hasil input evaluasi pembagunan pendidikan yang bersumber dari Dinas pendidikan pemuda dan Olahraga Kota Tidore
Kepulauan tahun 2010, dari tahun 2005-2010 menunjukan rata-rata Angka Partisipasi Sekolah (APS) di kota Tidore
Kepulauan pada dua tahun terakhir menunjukan peningkatan dari kelompok usia 7-18 jenjang pendidikan SD s/d
SMA/SMK pada tahun 2009 penduduk usia sekolah adalah 25.129 dan jumlah siswa SD dari SD s/d SMA/SMK adalah
20.546, dimana APS pada tahun 2009 adalah 81.76%. Jumlah penduduk usia sekolah sebesar 24.397, dan jumlah
siswa usia sekolah adalah 20.348, dengan presentasi Angka Partisipasi Sekolah (APS) 83.40% meningkat dari tahun
sebelumnya.
Secara umum terlihat bahwa APM di kota Tidore Kepulauan pada usia sekolah 7-12 tahun pada tahun 2009 sebesar
12.162 jiwa dimana jumlah siswa usia sekolah sebanyak 11.320. Sedangkan pada tahun 2010 usia sekolah 7-12 tahun
sebanyak 12.682 dan jumlah siswa usia sekolah sebesar 11.868, sehingga presentasi APM untuk kelompok usia 7-12
tahun 2009 adalah 93.08% dan pada tahun 2010 tidak terjadi peningkatan yaitu 93.08% sama seperti tahun
sebelumnya. Untuk kelompok usia 13-15 tahun 2009 penduduk usia sekolah 7.230 dengan jumlah siswa 5.203, pada
tahun 2010 sebanyak 6.030 dengan jumlah siswa 4.245 siswa, presentasi APM pada kelompok usia 13-15 adalah
71.96% pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 menurun menjadi 70.40 %. Sedangkan pada kelompok usia 16-18 pada
jenjang pendidikan SMA/SMK, tahun 2009 jumlah penduduk usia sekolah adalah 5.737 dengan jumlah siswa adalah
4.023, sementara tahun 2010 kelompok usia sekolah adalah 5.685 dengan jumlah siswa 4.235, sehingga presentasi
APS pada kelompok usia 16-18 pada tahun 2009 adalah 70.12% dan pada tahun 2010 terjadi peningkatan sebesar
74.49%.
Untuk data relevansi pendidikan tahun 2009, jumlah siswa di Kota Tidore Kepulauan adalah SD 11.569 orang, SMP
4.322 orang, SMA 3.001 orang dan SMK 670 orang, pada tahun 2010 meningkat menjadi SD 11.866 orang, SMP 4.345
orang, SMA 3002 orang dan SMK 731 orang. Dari segi input, total tingkat kelulusan juga menujukan peningkatan pada
tahun 2010 khususnya pada tingkat SD dan SMP, yaitu SD 100% sama dengan pada tahun 2009 dan SMP 77,45 % di
tahun 2010 dan 93,3 % pada tahun 2010. Sedangkan tingkat kelulusan pada SMA/SMK mengalami penurunan dimana
tingkat kelulusan di SMA tahun 2009 dari 89.83% menurun menjadi 77,37% di tahun 2010 dan pada SMK di tahun 2009
100% menurun menjadi 6.16 %. Hingga tahun 2008 angka putus sekolah pada usia 15 adalah 3, 19 dan dan rata-rata
lama sekolah 8,27 di tahun 2008 meningkat menjadi 8,6 di tahun 2009.Kebijakan Pembangunan Sosial Budaya
diorientasikan pada penciptaan tatanan masyarakat yang religius, maju dan menuju kehidupan masyarakat sejatera.

Pokja Sanitasi Kota Tidore Kepulauan

DRAF BUKU PUTIH SANITASI

Tabel 2.9 Fasilitas pendidikan yang tersedia di Kota Tidore Kepulauan Tahun 2011
No

Nama Kecamatan

1
2
3
4
5
6
7
8

Jumlah Sarana Pendidikan

SD
14
11
15
7
14
18
7
12
99

Tidore
Tidore Selatan
Tidore Utara
Tidore Timur
Oba
Oba Utara
Oba Selatan
Oba Tengah
Jumlah

Umum/Negeri
SLTP
SLTA
2
2
3
2
4
2
2
2
6
1
3
3
2
1
5
29
22

SMK
-

Agama
MTs
1
1
1
3
1
7

MI
1
1

MA
2
2
3
1
2
10

Sumber: Kota Tidore Kepulauan Dalam Angka (kerjasama BPS dan BAPPEDA) 2012
Gambaran tabel diatas begitu jelas bahwa untuk fasilitas pendidikan yang ada kota tidore kepulauan, mulai dari
Tingkat SD,SMP,Dan SMU telah menyebar diseluruh kecamatan yang ada dikota tidore kepulauan.baik fasilitas
pendidikan yang berstatus Agama/swasta maupun negeri menyebar di 8 (delapan) Kecamatan
Tabel 2.10 Jumlah penduduk miskin per kecamatan
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Nama Kecamatan
Kecamatan Tidore
Kecamatan Tidore Selatan
Kecamatan Tidore Utara
Kecamatan Tidore Timur
Kecamata Oba Utara
Kecamata Oba Tengah
Kecamata Oba
Kecamata Oba Selatan
TOTAL

Jumlah keluarga miskin (KK)


1.549
1.125
1.307
1.362
1.574
1.545
2.185
1.185

Sumber: Kota Tidore Kepulauan Dalam Angka (kerjasama BPS dan BAPPEDA) 2012
Gambaran table diatas,bahwa jumlah kerluarga miskin di Kota Tidore Kepulauan sacara umum di 8 delapan kecamatan
yang ada,angka kemiskinan yang paling tingggi terdapat dikecamatan oba yakni 2.185 sedangkan untuk 7 tujuh
kecamatan lainya total angka kemiskinan perkecamatan hampir sama
Tabel 2.11 Jumlah rumah per kecamatan
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Nama Kecamatan
Kecamatan Tidore
Kecamatan Tidore Selatan
Kecamatan Tidore Utara
Kecamatan Tidore Timur
Kecamata Oba Utara
Kecamata Oba Tengah
Kecamata Oba
Kecamata Oba Selatan

Jumlah Rumah
4296
2868
3063
1533
3036
1426
2268
1173

Jumlah Rumah yang


diperiksa
4296
2868
2863
1504
3063
1426
2268
1173

Jumlah Rumah Sehat

Presentase %

3960
2370
1333
1332
2816
901
1129
583

92.18
82.64
46.56
88.56
91.94
63.18
70.49
49.70

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tidore KepulauanTahun 2013


Dari tabel diatas,kita bisa mengetahui bahwa untuk jumlah rumah di 8 (delapan) kecamatan yang ada di kota tidore
kepulauan dan untuk jumlah rumah yang banyak diantara 8 kecamatan terdapat dikecamatanTidore dengan jumlah
rumah 4296 dan kecamatan yang jumlah rumah sedikit tedapat dikecamatan Oba Selatan dengan jumlah 1173 rumah.

Pokja Sanitasi Kota Tidore Kepulauan

DRAF BUKU PUTIH SANITASI

Pokja Sanitasi Kota Tidore Kepulauan

DRAF BUKU PUTIH SANITASI


2.6. Kelembagaan Dan Pemerrintah Daerah
Struktur organisasi pemerintah daerah yang sesuai dengan perundangan yang berlaku di Kota Tidore Kepulauan dapa dilihat padagambar 2.1

Pokja Sanitasi Kota Tidore Kepulauan

Anda mungkin juga menyukai